Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“Macam-Macam praktek kepemimpinan”

DISUSUN OLEH:
NAMA : MUHAMMAD RAYHAN
NIM : 22130043
PRODI : TEKNIK ELEKTRO INDUSTRO

TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas Nabi
Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan sekalian umatnya
yangbertakwa.
 Atas berkat rahmat serta inayah Allah jugalah penulis telah dapat menyelesa
ikanmakalah yang berjudul “Macam-Macam Praktek Kepemimpinan”
Adapun penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan Pancasila yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak menutup
kemungkinan apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan.Dengan lapang
dada penulis menerima saran dan kritiknya demi untuk menambah
wawasan.Semoga makalah ini mendatangkan manfaat bagi penulis khususnya dan
menjadi bahan belajar bagi rekan-rekan semua pada umumnya.

Penyusun, 25 oktober 2022

Muhammad Rayhan
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kepemimpinanberasal dari kata “Pimpin” yang berarti “tuntun" bina
atau bimbin, Pimpin dapat pula berarti menunjukan jalan yang baik atau
benar tetapi dapat pula berarti mengepalai pekerjaan atau kegiatan.
Dalam kepemimpinan ini terdapat hubungan antar manusia.  Yaitu hubungan
mempengaruhi dari pemimpin dan hubungan kepatuhan tergantung
bagaimana kewibawaannya dalam menghadapi suatu masalah.
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi seseorang melalui
komunikasi dalam mengatur orang lain bekerja dengan benar.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan
sekaligustugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap
individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk
memimpin umat manusiayang semakin besar jumlahnya serta komplek
persoalannya. 
Dengan demikian upaya tersebut tidaklepas dengan pendidikan, dan
tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimaltanpa adanya
manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnyadalam
kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang
memilikikemampuan untuk menjadi seorang pemimpin

2. Rumusan Masalah
1. Macam-macam prektek kepemimpinan
2. Gambarkan gaya kepemimpinan 7 Republik Indonesia sesuai dengan
etika
Pancasila

3. Tujuan
1. Mengetahui macam-macam praktek Pancasila
2. Membandingkan gaya kepemimpinan presiden Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

Berikut uraian terkait dengan macam-macam gaya kepemimpinan :

1. Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis adalah pemimpin yang sebelum membuat
keputusan memperhitungkan masukan-masukan yang diterima dari orang yang
dipimpinnya, Dengan masukan yang diberikan, pemimpin dapat melihat masalah
dari sisi yang berbeda.

2. Kepemimpinan Otoriter
Pemimpin dengan gaya ini merupakan pemimpin absolut. Gaya
kepemimpinan ini bisa dilihat dari cara seorang pemimpin mengambil keputusan,
tanpa memikirkan orang yang terdampak keputusan yang diambil. Selain itu,
kebebasan berpendapat orang yang dipimpin pun sangat terbatas, biasanya hanya
mengandalkan rasa takut atau proses pendisiplinan yang kuat. Kepemimpinan isi
sering ditemukan di instasi militer

3.  Kepemimpinan Delegatif (Laissez-Faire)


Kepemimpinan delegatif adalah gaya kepemimpinan dimana seorang
pemimpin memberikan otoritas kepada tim yang dipimpinnya dalam
menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.  Cara memimpin seperti ini
umumnya dapat ditemukan pada perusaahaan start-up yang masih berkembang dan
masih membangun budaya kerja yang dirasa sesuai dengan visi dan misi yang
ingin dibangun.

4.  Kepemimpinan Strategis


Gaya kepemimpinan strategis menempatkan dirinya antar tugas atau tujuan
yang harus dicapai dan kesempatan untuk berkembang dari tugas yang diberikan.
Pemimpin seperti ini akan berusaha mengimbangi dan memastikan bahwa kondisi
kerja setiap orang tetap kondusif dan stabil.

5.  Kepemimpinan Transaksional


Kepemimpinan transaksional akan memberi imbalan (reward), jika tim yang
dipimpinnya berhasil mengerjakan pekerjaan dengan kualitas yang memuaskan
dan sesuai dengan target dan arahan.
Imbalan sebaiknya diberikan jika tim yang dipimpin mengerjakan proyek
besar atau ada pekerjaan tambahan sebagai bentuk apresiasi. Pemberian imbalan
pada kasus-kasus tersebut membuat tim yang kamu pimpin merasa diapresiasi
dalam melaksanakan kerja dan tidak beranggapan kamu melakukan eksploitasi.

6.  Kepemimpinan Transformasional


Pemimpin dengan gaya transfomasional selalu berupaya untuk mengubah
timnya ke arah yang lebih baik. Perubahan ini bisa berupa penambahan skill
set dan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan dengan lebih cepat.

Mengenal Gaya Kepemimpinan Presiden di Indonesia


1. Presiden Soekarno
Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Ir. Soekarno berorientasi
pada moral dan etika ideologi yang mendasari negara atau partai, sehingga
sangat konsisten dan sangat fanatik, cocok diterapkan pada era tersebut.
Sifat kepemimpinan yang juga menonjol dan Ir. Soekarno adalah percaya
diri yang kuat, penuh daya tarik, penuh inisiatif dan inovatif serta kaya akan
ide dan gagasan baru. Sehingga pada puncak kepemimpinannya, pernah
menjadi panutan dan sumber inspirasi pergerakan kemerdekaan dari bangsa-
bangsa Asia dan Afrika serta pergerakan melepas ketergantungan dari
negara-negara Barat (Amerika dan Eropa).
2. Presiden Soeharto
Gaya Kepemimpinan Presiden Soeharto merupakan gabungan dari
gaya kepemimpinan Proaktif-Ekstraktif dengan Adaptif-Antisipatif, yaitu
gaya kepemimpinan yang mampu menangkap peluang dan melihat
tantangan sebagai sesuatu yang berdampak positif serta mempunyal visi
yang jauh ke depan dan sadar akan perlunya langkah-langkah penyesuaian.
Tahun-tahun pemerintahan Suharto diwarnai dengan praktik
otoritarian di mana tentara memiliki peran dominan di dalamnya. Kebijakan
dwifungsi ABRI memberikan kesempatan kepada militer untuk berperan
dalam bidang politik di samping perannya sebagai alat pertahanan negara.
Demokrasi telah ditindas selama hampir lebih dari 30 tahun dengan
mengatasnamakan kepentingan keamanan dalam negeri dengan cara
pembatasan jumlah partai politik, penerapan sensor dan penahanan lawan-
lawan politik. Sejumlah besar kursi pada dua lembaga perwakilan rakyat di
Indonesia diberikan kepada militer, dan semua tentara serta pegawai negeri
hanya dapat memberikan suara kepada satu partai penguasa Golkar
Bila melihat dari penjelasan singkat di atas maka jelas sekali terlihat
bahwa mantan Presiden Soeharto memiliki gaya kepemimpinan yang
otoriter, dominan, dan sentralistis

3. Presiden B.J. Habibie


Sebenarnya gaya kepemimpinan Presiden Habibie adalah gaya
kepemimpinan Dedikatif-Fasilitatif, merupakan sendi dan Kepemimpinan
Demokratik. Pada masa pemerintahan B.J Habibie ini, kebebasan pers
dibuka lebar-lebar sehingga melahirkan demokratisasi yang lebih besar.
Pada saat itu pula peraturan-peraturan perundang-undangan banyak dibuat.
Pertumbuhan ekonomi cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya
Habiebi sangat terbuka dalam berbicara tetapi tidak pandai dalam
mendengar, akrab dalam bergaul, tetapi tidak jarang eksplosif. Sangat
detailis, suka uji coba tapi tetapi kurang tekun dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan. Dalam penyelengaraan Negara Habibie pada dasarnya seorang
liberal karena kehidupan dan pendidikan yang lama di dunia barat.
Gaya komunikasinya penuh spontanitas, meletup-letup, cepat
bereaksi, tanpa mau memikirkan risikonya. Tatkala Habibie dalam situasi
penuh emosional, ia cenderung bertindak atau mengambil keputusan secara
cepat. Seolah ia kehilangan kesabaran untuk menurunkan amarahnya.
Bertindak cepat, rupanya, salah satu solusi untuk menurunkan tensinya.
Karakteristik ini diilustrasikan dengan kisah lepasnya Timor Timur dari
Indonesia. Habibie digambarkan sebagai pribadi yang terbuka, namun
terkesan mau menang sendiri dalam berwacana dan alergi terhadap kritik.

4. Abdurahman Wahid
Gaya kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid adalah gaya
kepemimpinan Responsif-Akomodatif, yang berusaha untuk
mengagregasikan semua kepentingan yang beraneka ragam yang diharapkan
dapat dijadikan menjadi satu kesepakatan atau keputusan yang memihki
keabsahan. Pelaksanaan dan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan
diharapkan mampu menggerakkan partisipasi aktif para pelaksana di
lapangan, karena merasa ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan
dan kebijaksanaan.
Beliau ini awalnya memberikan banyak harapan untuk kemajuan
Indonesia. Seolah bisa menjadi figur yang bisa diterima oleh berbagai
kelompok didalam dan luar negeri. Tapi setelah menjadi presiden, bicaranya
ngelantur tidak karu-karuan. Hari ini A, besok B lusa C. Sebagai rakyat aku
sendiri ikut capai mikirin Negara di bawah Gus Dur ini. Orang seperti ini
yang dianggap 1/2 wali oleh sebagian orang cukup berbahaya untuk
memimpin bangsa. Beruntung MPR melengserkannya dari kursi presiden.

5. Megawati Soekarno Putri


Berpenampilan tenang dan tampak kurang acuh dalam menghadapi
persoalan. Tetapi dalam hal-hal tertentu megawati memiliki determinasi
dalam kepemimpinannya, misalnya mengenai persoalan di BPPN, kenaikan
harga BBM dan pemberlakuan darurat militer di Aceh Nanggroe
Darussalam.
Gaya kepemimpinan megawati yang anti kekerasan itu tepat sekali
untuk menghadapi situasi bangsa yang sedang memanas.
Megawati lebih menonjolkan kepemimpinan dalam budaya
ketimuran. Ia cukup lama dalam menimbang-nimbang sesuatu keputusan
yang akan diambilnya. Tetapi begitu keputusan itu diambil, tidak akan
berubah lagi. Gaya kepemimpinan seperti bukanlah suatu ke1emahan.
Seperti dikatakan oleh Frans Seda: "Dia punya intuisi tajam. Sering kita
berpikir, secara logika, menganalisa fakta-fakta, menyodorkan bukti-bukti,
tapi tetap saja belum pas. Di saat itulah Mega bertindak berdasarkan
intuisinya, yang oleh orang-orang lain tidak terpikirkan sebelumnya."
Cukup demokratis, tapi pribadi Megawati dinilai tertutup dan cepat
emosional. Ia alergi pada kritik. Komunikasinya didominasi oleh keluhan
dan uneg-uneg, nyaris tidak pernah menyentuh visi misi pemerintahannya

6. Susilo Bambang Yudhoyono


Beliau ini presiden pertama yang dipilih oleh rakyat. Orangnya
mampu dan bisa menjadi presiden. Juga cukup bersih, kemajuan ekonomi
dan stabilitas negara terlihat membaik. Sayang tidak mendapat dukungan
yang kuat di Parlemen. Membuat beliau tidak leluasa mengambil keputusan
karena harus mempertimbangkan dukungannya di parlemen. Apalagi untuk
mengangkat kasus korupsi dari orang dengan back ground parpol besar,
beliau keliahatan kesulitan. Sayang sekali saat Indonesia punya orang yang
tepat untuk memimpin, parlemennya dipenuhi oleh begundal-begundal
oportunis yang haus uang sogokan.
Pembawaan SBY, karena dibesarkan dalam lingkungan tentara dan ia
juga berlatar belakang tentara karir, tampak agak formal. Kaum ibu tertarik
kepada SBY karena ia santun dalam setiap penampilan dan apik pula
berbusana. Penampilan semacam ini meningkatkan citra SBY di mata
masyarakat.
SBY sebagai pemimpin yang mampu mengambil keputusan
kapanpun, di manapun, dan dalam kondisi apapun. Sangat jauh dari
anggapan sementara kalangan yang menyebut SBY sebagai figur peragu,
lambat, dan tidak "decisive" (tegas). Sosok yang demokratis, menghargai
perbedaan pendapat, tetapi selalu defensif terhadap kritik. Hanya sayang,
konsistensi Yudhoyono dinilai buruk. Ia dipandang sering berubah-ubah dan
membingungkan publik
7. Jokowi Dodo
Kepemimpinan Jokowi dikenal oleh masyarakat sebagai blusukan.
Tanpa diduga dan tanpa terjadwal pula, kerap kali ia menghampiri
masyarakat dan pejabat pemerintahan yang ada dibawahnya. Hasilnya, ia
bisa melihat kondisi yang lebih spontan. Karena itu pula ia bisa lebih dekat
dengan rakyat. Kebiasaan blusukan ini juga dibawa ketika menjabat
Gubernur DKI Jakarta. Hingga kini saat menjadi sebagai presiden, kebiasaan
itu pula dibawanya.
Hal ini terlihat mengenai permasalahan kemaritiman, khususnya
nelayan. Jokowi langsung blusukan ke kampung bahari tamblaklorok,
Semarang, untuk mengunjungi para nelayan ( Senin, 18/02/2019 ). Beberapa
nelayan mengaku telah menyampaikan langsung mengenai tantangan dan
kendala yang dihadapi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai
kemampuanuntuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya
denganmenggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa
pemimpin memilikikekuasaan untuk mengerahkan dan
mempengaruhi bawahannya sehubungandengan tugas-tugas yang
harus dilaksanakan.Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya adalah
tipe kepemimpinan pribadi,Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe
kepemimpinan otoriter, tipekepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan
paternalistis, tipekepemimpinan menurut bakat. Disamping tipe-
tipe kepemimpinan tersebut juga ada pendapat yang mengemukakan menjadi
tiga tipe antara lain :Otokratis, Demokratis, dan Laisezfaire. Faktor-faktor
yang mempengaruhiaktivitas pemimpin meliputi ; kepribadian (personality),
harapan dan perilakuatasan, karakteristik, kebutuhan tugas, iklim dan
kebijakan organisasi, danharapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya
bahwa factor-faktor tersebutdapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin
dalam melaksanakanaktivitasnya

B. SARAN
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis
mengemukakansaran-saran sebagai berikut :
1. Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang
pendidikandalam melaksanakan aktivitasnya kepemimpinannya dalam
mempengaruhipara bawahannya berdasarkan pada kriteria-kriteria
kepemimpinan yang baik.
2. Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan
hendaknyapara pemimpin memahami keadaan atau kemampuan yang
dimiliki oleh parabawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas
sesuai dengankemampuannya masing-masing.
3. Pemimpin hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai
seorangpemimpin.

Anda mungkin juga menyukai