Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM KEPEMIMPINAN


PENDIDIKAN ISLAM

Mata Kuliah: Kepemimpinan Pendidikan Islam


Program Studi: Manajemen Pendidikan Islam
Dosen Pemangku: Dr. Almuhajir, MA

Oleh:

ZULFIKAR
NIM. 2022530056

PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
2022 M / 1443 H
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Menjadi seorang pemimpin adalah bukan hal mudah, meski pada zaman
ini mudah untuk menjadi seorang pemimpin. Ada banyak kemampuan yang harus
dimiliki seorang pemimpin. Ada proses kepemimpinan didalamnya yang
membutuhkan keahlian dan seni dalam menjalankannya. Kepemimpinan sendiri
sering diartikan oleh banyak ahli sebagai „seni‟ mempengaruhi orang lain. Ada
juga yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah cara yang dilakukan oleh
seorang pemimpin atau leader untuk mempengaruhi karyawan atau bawahannya
agar mau bekerjasama secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu
yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi. 1

Di awal kepemimpinan Presiden Joko Widodo, beberapa kalangan


meragukan kualitas kepemimpinan dari mantan Wali Kota Solo dan Gubernur
Jakarta tersebut. Di media seringkali Jokowi mengalihkan bahkan menghindari
dari sejumlah pertanyaan wartawan. Gaya kepemimpinan yang dipraktikkan oleh
Presiden Jokowi terutama dari segi berkomunikasi tampak tidak begitu
meyakinkan. Meski Jokowi dianggap lemah dalam hal komunikasi verbal, namun
presiden RI ke 7 tersebut cukup sukses dalam gaya kepemimpinannya. Salah satu
buktinya adalah kembali terpilih pada periode kedua.

Pada level sekolah, gaya kepemimpinan juga cukup mempengaruhi iklim


di sekolah tertentu. Misal, pada tahun 2021 lalu, penulis sebaga fasilitator
pendidikan menemukan sekolah swasta yang kesulitan menemukan guru. Rata-
rata guru yang melamar, diterima dan mengajar di sekolah tersebut hanya
bertahan 3 – 5 buan saja. Setelahnya mengajukan pengunduran diri dengan
berbagai alasan. Kepala sekolah kemudian menyadari bahwa gaya
kepemimpinanya terutama cara berkomunikasi dengan guru-gurunya „sedikit
bermasalah‟.

1
Dian Narulita, Suwignyo Widagdo: Kepemimpinan Dan Kinerja; Seri Praktis
Peningkatan Kinerja Guru (Jawa Timur: Penerbit Wade, 2019), h. 24
Pada salah satu sekolah dasar di Banda Aceh, konflik internal antara
kepala sekolah dan guru menyebabkan kekosongan kursi kepemimpinan yang
cukup panjang. Kepala sekolah mengudurkan diri, namun guru lainnya tidak
bersedia menjadi penanggjung jawab sementara. Jika ditelusuri, gaya
kepemimpinan kepala sekolah menjadi salah satu penyebab munculnya konflik di
internal sekolah. Terutama gaya berkomunikasi kepala sekolah yang oleh
sebagian guru dianggap „sok tegas‟.

Dari berbagai cerita diatas, bisa kita amati bahwa konflik sering kali
terjadi di sebuah organisasi, salah satunya disebabkan oleh gaya kepemimpinan
seorang pemimpin. Terutama dalam hal berkomunikasi. Komunikasi sering kali
menjadi „sumber‟ utama terjadinya perpecahan di sebuah organisasi, termasuk
organisasi sekolah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menulis dan


mengkaji lebih dalam terkait bagaimana gaya berkomunikasi yang efektif bagi
seorang pemimpin terutama dalam kepemimpinan pendidikan islam.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini


adalah:

1. Bagaimana pengertian komunikasi ditinjau dari berbagai ahli?


2. Bagaimana komunikasi efektif dalam kepemimpinan pendidikan
islam?

3. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan pembahasan dalam makalah
ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian komunikasi menurut beberpa ahli.
2. Memaparkan teori komunikasi efektif dalam kepemimpinan
pendidikan islam
B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Kepemimpinan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kepemimpinan disebutkan adalah


perihal atau cara dalam memimpin. Para ahli memberikan definisi kepemimpinan,
antara lain: 2

1. Miftah Thoha menyatakan “kepemimpinan adalah kegiatan untuk


mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku
manusia, baik perseorangan maupun kelompok.”
2. Hadari melihat kepemimpinan dari dua konteks yaitu “struktural dan
nonstruktural. Dalam konteks struktural kepemimpinan diartikan
sebagai proses pemberian motivasi agar orang-orang yang dipimpin
melakukan kegiatan dan pekerjaan sesuai dengan program yang telah
ditetapkan. Adapun dalam konteks nonstruktural kepemimpinan dapat
diartikan sebgai proses mempengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku,
dan mengerahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama”.
3. Tanembaum dan Massarik menjelaskan “kepemimpinan adalah suatu
proses atau fungsi sebagai suatu peran yang memerintah”.
4. Harold Kontz mendefinisikan kepemimpinan sebagai “pengaruh, seni
atau proses mempengaruhi orang sehingga mereka akan berusaha
mencapai tujuan kelompok dengan kemauan dan antusias”.
5. Frigon mengungkapkan “kepemimpinan adalah seni dan pengetahuan
untuk mempengaruhi orang lain untuk tampil dan mencapai visi”.

Pemimpin adalah inspirasi. Karenanya pemimpin diharapkan mampu


menginspirasi pengikutnya agar terus berinovasi dan kreatif. Selain itu, integritas,
komitmen, dan berorientasi layanan juga dipandang cukup perlu3. Hal tersebut

2
Syamsu Q Badu dan Novianti Djafri, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi
(Gorontalo: Ideas Publishing, 2017), h. 32
3
Husaini Usman, Kepemimpinan Efektif: teori, penelitian, dan Praktik (Jakarta: Bumi
Aksara, 2019), h. 4
penting agar organisasi atau perusahaan atau sekolah yang sedang dimpin
mencapai tujuannya sesuai dengan visi yang telah ditentukan.

Dalam bahasa inggris, pemimpin berasal dari kata leader. Kata leader
sering diartikan sebagai memimpin. Sedangkan lead, oleh beberapa ahli memberi
makna berdasarkan kepanjangan dari huruf-huruf yang ada dalam kata tersebut,
yaitu (1) Loyalitas, seorang pemimpin dipandang perlu memiliki sikap loyalitas
terutama dalam hal kebaikan kepada penikut atau bawahannya; (2) Educate, yaitu
seroang pemimpin diharapkan memberikan pengetahuan kepada pengkutnya; (3)
Advice, mampu menjadi penengah, memberikan masukan, saran dan nasihat
kepada orang lain atau karyawannya; (4) Dicipline, pemimpin diharapkan menjadi
sosok disiplin dan menjadi contoh teladan bagi orang lain. 4

2. Kepemimpinan Dalam Islam

Islam meyakini bahwa kepemimpinan tidak absolut dan otoriter. Menurut


Islam (yang merujuk pada Al-Qur‟an) kepemimpinan bukanlah otoritas yang
sewenang-wenang dan berubah-ubah, tetapi kepemimpinan adalah otoritas yang
diterapkan kepada seorang individu yang secara taat mengikuti prinsip-prinsip
yang memiliki kemampuan untuk mengantarkan tugas kepemimpinan dengan cara
mengarahkan dan berpartisipasi dengan anggota organisasi untuk meraih tujuan
yang spesifik.

Dalam Islam, tujuan kepemimpinan adalah penerapan syariah dan


penciptaan atmosfir yang kondusif untuk mengembangkan aturan islam. Cita-cita
luhur ini harus menjadi tujuan pemimpin islam jika dia ingin mendapatkan
dukungan, ketaatan dan loyalitas kelompok. Nabi melarang bagi tiga orang yang
ada di alam bebas sementara di dalamnya tidak ada pemimpin. al-Ghazali juga
menganjurkan jika tiga orang diantara kalian melakukan perjalanan maka
angkatlah salah satunya untuk menjadi seorang pemimpin. Beberapa penafsir
tentang dua cerita ini berpendapat bahwa keduanya mengandung kebijakan

4
Umar Sidiq dan Khoirussalim, Kepemimpinan Pendidikan (Ponorogo: CV Nata Karya,
2021), h. 3
legislatif dan hal ini memberikan hak pada kelompok lain diluar tiga orang itu
untuk memilih pemimpin. Bisa diasumsikan bahwa kehadiran pemimpin bisa
mengarungi ketidak harmonisan. Selanjutnya pemimpin juga bisa menjalankan
aturan dan hukum dalam kelompok dan untuk meyakinkan tidak ada anggota
kelompok merusak norma dan bertindak semaunya. 5

3. Pengertian Komunikasi

Dalam bahasa sederhana, komunikasi dapat diartikan sebagai proses


interaksi yang terjadi antara satu dengan yang lain. Interaksi yang dimaksud
merupakan penyampaian infomasi baik secara verbal maupun nonverbal. Dalam
kamus besar bahasa indonesia, komunikasi disebutkan adalah pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang
dimaskud dapat dipahami.

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),


secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin
communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata
communis ini memiliki makna „berbagi‟ atau „menjadi milik bersama‟ yaitu suatu
usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Jadi,
komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan
atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada
bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat
dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini
disebut komunikasi nonverbal.

5
Atiqullah, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Surabaya: Buku Pena
Salsabila, 2012), h. 156
Setiap orang tentunya memiliki pendapat yang berbeda tentang definisi
Dari komunikasi itu sendiri. Oleh sebab itu berikut ini akan disajikan beberapa
definisi komunikasi menurut para ahli, yaitu:

1. Shanon dan Weaver mengatakan, komunikasi adalah bentuk interaksi


manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak
sengaja. Tidak terbatas bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal
tapi juga dalam bentuk ekspresi muka, lukisan dan teknologi.
2. David K. Berlo mengungkapkan bahwa komunikasi sebagai instrumen
interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi setiap orang
lain juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan
keseimbangan masyarakat.
3. Harorl D. Lasswell menjelaskan bahwa komunikasi pada dasarnya
merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? Mengatakan apa?
Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa?
4. Steven mengatakan komunikasi dapat terjadi kapan saja suatu organisme
memberikan reaksi terhadap suatu objek atau stimulasi baik itu dari
seseorang atau lingkungan sekitarnya.
5. Anwar Arifin menjelaskan komunikasi merupakan suatu konsep yang
multi makna. Makna komunikasi dapat dibedakan berdasarkan
komunikasi sebagai proses sosial. Komunikasi pada makna ini ada dalam
konteks ilmu sosial. Dimana para ahli ilmu sosial melakukan penelitian
dengan menggunakan pendekatan komunikasi yang secara umum
menfokuskan pada kegiatan manusia dan kaitan pesan dengan perilaku.

Komunikasi menjadi salah satu keterampilan yang paling penting dimiliki


oleh setiap orang. Terutama seorang pemimpin. Pemimpin dituntut memiliki
keterampilan komunikasi yang baik atau efektif agar pengikut atau bawahannya
dapat dengan mudah memahaminya. Komunikasi menjadi satu dari 4 kompetensi
abad 21, yaitu, keterampilan berpikir kreatif (creative), kemudian keterampilan
berpikir kritis dan pemecah masalah (critical thingking and problem solving).
Lalu keterampilan komunikasi efektif (communication), dan teraknir kemampuan
berkolaborasi dengan berbagai pihak (collaboration).

Agar komunikasi berjalan efektif, para ahli berpendapat ada beberapa tahapan
dalam komunikasi, yaitu: 6

1. Tahap ideasi (sources). yaitu proses penciptaan informasi yang


dilakukan oleh komunitator berisi mengenai ide, gagasan atau
pemikiran dari seorang komunikator atau pembuat informasi.
2. Tahap penyandian (encoding). Dalam tahap encoding, gagasan atau
informasi disusun dalam serangkaiaan bentuk simbol atau sandi yang
dirancang untuk dikirimkan kepada komunikan dan juga pemilihan
saluran dan media komunikasi yang digunakan. Simbol atau sandi
dapat berbentuk: (a) Kata-kata (lisan maupun tertulis), (b) Tindakan.
3. Tahap pengiriman. Tahap ketiga adalah pengiriman gagasan melalui
saluran dan media komunikasi yang tersedia.
4. Tahap penerimaan. Setelah dikirimkan melalui media komunikasi,
maka diterima oleh komunikan. Penerimaan pesan ini dapat melalui
proses mendengarkan, membaca, mengamati, tergantung pada saluran
dan media yang digunakan untuk mengirimkannya.
5. Tahap decoding. Merupakan pesan-pesan yang diterima,
diinterpretasikan, dibaca, diartikan, dan diuraikan secara langsung atau
tidak langsung melalui suatu proses berpikir. Pikiran manusia, sistem
memori mekanis, insting dan proses berpikir lainnya berfungsi sebagai
mekanisme decoding. Dalam tahap decoding ini dapat terjadi
ketidaksesuaian atau bahkan penolakan terhadap gagasan ataupun ide
yang di-encoding oleh komunikator dikarenakan adanya hambatan
teknis, dan lebih-lebih adanya perbedaan persepsi antar komikator dan
komunikan dalam pengertian kata ataupun sistematik.

6
Ahmad Sulhan, Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Pendidikan Islam
(Mataram: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Intelektual Mahasiswa UIN Mataram, 2016), h.
183 - 186
6. Tahap tindakan. Tindakan yang dilakukan oleh komunikan sebagai
respon pesan-pesan yang diterimanya, adalah merupakan tahap
terakhir dalam suatu proses komunikasi.
4. Gaya Komunikasi

Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan


pengetahuan kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu
organisasi ketika mereka melaksanakan tindakan berbagi informasi dan gagasan.
Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji jenis-
jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen
sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam
organisasi, kita akan diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinisikan tujuan
kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih orang
yang tepat untuk diajak bekerjasama dan bagaimana kita memilih saluran yang
efektif untuk melaksanakan tugas tersebut.

Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat


perilaku antar pribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi
tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a given
situation). Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku
komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu
dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang
digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari
penerima (receiver).

1. The Controlling style (Mengontrol)


Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan dengan maksud untuk
membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan
orang lain. Gaya komunikasi satu arah ini menjadikan pemimpin
melakukan paksaan atau wewenangnya untuk menyuruh kepada
bawahannya melakukan apa yang sesuai dengan pesan yang diberikan
kepada bawahannya. Gaya ini sering dipakai untuk memerintahkan
orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada
umumnya dalam bentuk kritik. Namun demikian, gaya komunikasi
yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga
menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif
pula.
2. The Equalitarian style (Kesamaan)
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan.
Dalam gaya komunikasi ini, cara berkomunikasi dilakukan secara
terbuka Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan dan
memaparkan gagasan ataupun pendapatnya dalam suasana dan situasi
yang rileks, santai dan informal. The equalitarian style ini akan
memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini
efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam
situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang
kompleks.
3. The Structuring style (Terstruktur)
Gaya komunikasi ini lebih memanfaatkan pesan-pesan verbal secara
tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus
dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur
organisasi. Gaya komunikasi ini lebih bersifat sistematis, yaitu
informasi yang diberikan kepada bawahan sudah terstruktur atau
tertera pada sebuah peraturan yang telah disepakati.
4. The Dynamic style (Dinamis)
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif,
karena pengirim pesan (sender) memahami bahwa lingkungan
pekerjaannya berorientasi pada tindakan (actionoriented). The dynamic
style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye
ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau
saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah
menstimulasi atau merangsang pekerja ataupun karyawan untuk
bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik.
5. The Relinquishing style (Terbuka)
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima
saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk
memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak
untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam
gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender
sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas,
berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas
semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal style (Menarik diri)
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya
tindak komunikasi. Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika
seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan
ini.” Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari
tanggung jawab, dan juga mengindikasikan suatu keinginan untuk
menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya
ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.

Dalam islam, beberapa literatur disebutkan setidaknya enam jenis gaya


bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau
etika komunikasi islam, yaitu: 7

1. Qaulan Sadida
Berarti harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran,
faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak
merekayasa atau memanipulasi fakta. Dari segi redaksi, komunikasi
Islam harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku, sesuai
kadiah bahasa yang berlaku.
2. Qaulan Baligha
Artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran,
komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight

7
https://romeltea.com/komunikasi-islam-makna-dan-prinsip/
to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi
tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah
disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan
bahasa yang dimengerti oleh mereka.
3. Qaulan Ma‟rufa
Pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).
Sebagai muslim yang beriman, perkataan kita harus terjaga dari
perkataan yang sia-sia, apapun yang kita ucapkan harus selalu
mengandung nasehat, menyejukkan hati bagi orang yang
mendengarnya. Jangan sampai kita hanya mencari-cari kejelekan orang
lain, yang hanya bisa mengkritik atau mencari kesalahan orang lain,
memfitnah dan menghasut.
4. Qaulan Karima
Adalah perkataan yang mulia, santun penuh penghormatan dan
penghargaan tidak menggurui tidak perlu retorika yang meledak-ledak.
Pada prinsip ini, kta yang digunakan merupakan perkataan yang mulia,
dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar,
lemah-lembut, dan bertatakrama. Kemudian mengunakan kata-kata
yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari “bad taste”,
seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.
5. Qaulan Layinan
Pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar,
dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya
tidak mengeraskan suara, seperti membentak, meninggikan suara.
Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang kasar.
6. Qaulan Maysura.
Artinya perkataan yang mudah diterima, dan ringan, yang pantas, yang
tidak berliku-liku. Pesan yang disampaikan itu sederhana, mudah
dimengerti dan dapat dipahami secara spontan tanpa harus berpikir dua
kali.
C. KESIMPULAN

Kepemimpinan adalah proses bagaimana mempengaruhi orang lain,


anggota atau bawahannya untuk mencamapi tujuan tertentu. Dalam proses
kepemimpinan, seorang pemimpin atau leader membutuhkan beberapa soft skill
atau kemampuan. Salah satu diantaranya adalah keterampilan komunikasi.
Keterampilan komunikasi cukup penting dimiliki oleh seorang pemimpin agar
tidak menjadi kesalahpahaman yang sering memicu konflik disabuah lembaga.

Agar komunikasi berjalan efektif, terdapat beberapa gaya komunikasi yang


bisa diterapkan. Yaitu gaya komunikasi The Equalitarian style yang
mengedepankan komunikasi dua arah dan The Relinquishing style, gaya
komunikasi pemimpin mau mendengarkan masukan dan saran.

Dalam islam, beberapa literatur disebutkan setidaknya enam jenis gaya


bicara yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi islam,
yaitu, memberi informasi yang benar (Qaulan Sadida), menggunakan kata-kata
yang efektif dan tepat sasaran (Qaulan Baligha), memberi informasi yang
bermanfaat (Qulan Makrufa), Menghormati (Qaulan Karima), lemah lebut
(Qaulan Layinan), dan sederhana dan mudah dipahami (Qaulan Maysura).
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sulhan, Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Pendidikan Islam.


Mataram: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Intelektual Mahasiswa UIN
Mataram, 2016
Atiqullah, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Surabaya: Buku
Pena Salsabila, 2012
Dian Narulita, Suwignyo Widagdo, Kepemimpinan Dan Kinerja; Seri Praktis
Peningkatan Kinerja Guru. Jawa Timur: Penerbit Wade, 2019
Husaini Usman, Kepemimpinan Efektif: Teori, Penelitian, dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara, 2019
https://www.ruangkerja.id/blog/kompetensi-pembelajaran-abad-21 (diakses 12
November 2022)
https://romeltea.com/komunikasi-islam-makna-dan-prinsip/ (diakses 12
November 2022)
Syamsu Q Badu dan Novianti Djafri, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Gorontalo: Ideas Publishing, 2017
Umar Sidiq dan Khoirussalim, Kepemimpinan Pendidikan. Ponorogo: CV Nata
Karya, 2021

Anda mungkin juga menyukai