Kerjakan ke 5 soal ini dengan seksama, sifat ujian ini adalah OPEN BOOK silahkan kerjakan
semaksimal mungkin. Selamat mengerjakan!
1. Sebutkan perbedaan dan persamaan pemimpin dan pimpinan. Sejauh mana efektivitas
seorang pemimpin jika dibandingkan dengan pimpinan. Berikan contoh dan
argumentasinya.
3. Apa saja ketrampilan seorang pemimpin yang harus dimilikinya? Apa saja yang harus
dilakukan saat menghadapi kondisi krisis keuangan, krisis pangan dan gempa bumi?
4. Apa yang dimaskud dengan TQM (Total Quality Managament)? Jelaskan dengan kondisi di
Kampus Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. Apa perbedaan Sistem Penjamin Mutu
(SPM), Gugus Penjamin Mutu (GPM) dan kaitannya dengan Asesmen Mutu Internal (AMI).
5. Apa saja ciri-ciri manajemen sumberdaya manusia yang efektif dan efisien dalam
kontekstual pengelolaan sumberdaya manusia di perusahaan?
1
NAMA : Hidayah Putra M
MATA KULIAH : Manajemen SDM
1.)Perbedaan :
Pimpinan dipatuhi karena rasa takut, sementara seorang pemimpin dipatuhui atas dasar
kerelaan hati pengikutnya.
2.)
a) Kepemimpinan Karismatik
b) Kepemimpinan Otoriter
c) Kepemimpinan Demokratis
d) Kepemimpinan Delegatif,
e) Kepemimpinan Visioner
PERBEDAAN
1.Kepemimpinan Karismatik
Para pemimpin yang memiliki kepribadian karismatik adalah sosok yang memiliki kepribadian
yang kuat, menghargai nilai-nilai positif, dan mampu mengubah arah pandang karyawannya untuk
menjadi lebih baik lagi.
2
2. Kepemimpinan Otoriter
Saat terciptanya kepemimpinan otoriter, bos sebagai pemegang kekuasaan tertinggi akan membuat
keputusan, peraturan, dan prosedur berdasarkan pemikirannya. Lingkungan kerja dengan
kepemimpinan otoriter sangat bisa diandalkan saat mengambil keputusan namun tidak memberikan
keleluasaan kepada para karyawannya, Toppers.
3. Kepemimpinan Demokratis
4. Kepemimpinan Delegatif
Dengan kepemimpinan delegatif, para pemimpin memberikan wewenang bagi anggotanya dalam
mengambil keputusan. Namun, tipe kepemimpinan ini memiliki kelemahan, yaitu kecenderungan
antar anggota untuk saling menyalahkan keputusan yang telah dibuat.
5. Kepemimpinan Visioner
Visioner memiliki arti orang yang memiliki pandangan atau wawasan ke masa depan. Dengan
kepemimpinan visioner, para pemimpin selalu berusaha mewujudkan visi misi yang dibuat oleh
perusahaan. Selain itu, pemimpin ini selalu berinovasi dalam mencapai target yang telah
ditentukan.
Pemimpin visioner akan mendorong para anggota untuk mencoba hal-hal baru dan terus berinovasi
untuk perkembangan perusahaan yang lebih baik lagi.
Presiden Pertama Indonesia ini dikenal sebagai orang yang berwatak eksplosif, namun bisa
menularkan semangat agung kepada orang lain. Soekarno tidak hanya kharismatik dan otoriter,
tetapi juga seorang sarjana dan ideolog. Soekarno melakukan pengorbanan besar untuk Indonesia,
terutama di mana ia berhasil membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan dan mencapai
kemerdekaan.
Dilihat dari gaya kepemimpinannya, Soekarno tidak diragukan lagi termasuk dalam kelompok
pemimpin bergaya karismatik yang memiliki pesona, wibawa, dan energi yang luar biasa untuk
mempengaruhi orang lain terhadap pengikutnya. Soekarno sangat mahir mengubah persepsi orang
lain, sehingga mereka menjadi seperti dia dan bisa membuat mereka mengikuti perintah dan
keinginannya dengan suka cita.
3
Namun dibalik kelebihan yang dimilikinya, Soekarno memiliki kelemahan. Salah satunya,
Soekarno adalah sosok yang kurang ulet dalam mengambil keputusan dalam situasi kritis. Hal ini
tergambar dalam kasus G30 S/PKI yang merajalela di bawah kepemimpinan Soekarno.
Pemerintahan Presiden Soeharto dikenal sebagai zaman orde baru. Kualitas kepemimpinan yang
baik dan menonjol dari Presiden Soeharto adalah keberanian, kesederhanaan dan kemampuan
untuk mengambil inisiatif dan keputusan yang konsisten dalam semua keputusan yang dibuat.
Gaya kepemimpinan Presiden Soeharto merupakan perpaduan antara gaya kepemimpinan proaktif,
ekstraktif dan antisipatif adaptif yang mampu menangkap peluang dan mengidentifikasi tantangan
yang berdampak positif serta memiliki visi ke depan dan perlunya langkah penyesuaian secara
sadar. Selanjutnya gaya kepemimpinan yang diusung oleh Soeharto dikenal juga dengan gaya
kepemimpinan otoriter.
B.J. Habibie pada dasarnya adalah seorang liberal karena umur panjang dan dibesarkan di dunia
Barat. Gaya komunikatifnya penuh spontanitas, eksplosif, cepat bereaksi tanpa mau memikirkan
resiko. Ketika Habibie dalam situasi emosional, ia cenderung bertindak atau mengambil keputusan
dengan cepat. Seolah-olah dia telah kehilangan kesabaran untuk menurunkan amarahnya.
Pada masa pemerintahannya, B.J. Habibie memiliki kelebihan yaitu, Pesawat N250 Gatot Kaca
yang menjadi bukti bahwa Indonesia mampu membuat produk pesawat sendiri untuk bersaing di
kancah Internasional, sedang kelemahannya yaitu terlalu cepat mengambil keputusan tanpa harus
mengkaji ulang kebijakan yang dikeluarkan. Keputusannya menunjukkan bahwa B.J. Habibie
dianggap terlalu terburu-buru untuk membebaskan Timor Timor.
4
4. K.H. Abdurrahman Wahid (Bapak Pluralisme, 1999-2001)
Gaya kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid adalah kepemimpinan yang responsif dan
akomodatif yang berusaha merangkum semua berbagai kepentingan yang diharapkan menjadi
kesepakatan atau keputusan yang sah. Diharapkan implementasi dan keputusan yang diputuskan
dapat menggerakkan partisipasi aktif para pelaksana di lapangan, karena mereka merasa terlibat
dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan.
Gus Dur berperan penting dalam menanamkan pada generasi muda perlunya membela pluralisme
dan toleransi terhadap perbedaan ras atau kelompok. Namun kelemahan kepemimpinan Gus Dur
adalah tidak suka kompromi dan tidak tertantang pendapatnya. Hal ini menimbulkan ketegangan
antara Gus Dur dengan birokrat lainnya.
Megawati Soekarnoputri memiliki sikap yang tenang dan tampak kurang acuh terhadap masalah.
Namun dalam kasus-kasus tertentu, Megawati sudah tegas dalam kepemimpinannya, misalnya
dalam masalah BPPN, kenaikan harga BBM dan darurat militer di Aceh Nanggroe Darussalam.
Gaya kepemimpinan non-kekerasan Megawati sangat cocok untuk menghadapi situasi panas yang
dihadapi bangsa. Cukup demokratis, tetapi kepribadian Megawati dengan cepat terlihat tertutup
dan emosional. Dia alergi terhadap kritik. Komunikasinya didominasi oleh keluhan dan hal-hal
negatif dan hampir tidak pernah menyentuh visi dan misi pemerintahannya.
Namun, selama masa jabatannya, ia memiliki kelemahan seperti perilakunya yang pasif dan
tertutup. Selain itu, ia dianggap tidak kompeten sebagai pemimpin kharismatik yang sangat
berbeda dengan ayahnya, yaitu Soekarno.
Memiliki gaya kepemimpinan responsif, demokratis, dan proaktif. Tipe kepemimpinan dengan
gaya keputusan ini selalu mengundang beberapa wakil bawahan, namun keputusan tetap berada di
tangan mereka. Selanjutnya, para pemimpin demokratis mencoba mendengarkan pendapat yang
berbeda, mengumpulkan dan menganalisis pendapat tersebut untuk membuat keputusan yang tepat.
Secara teori, tipe kepemimpinan ini dapat menerima kritik, kritik juga bertemu dengan kontra
kritik. Bukan rahasia lagi bahwa kita sering melihat dan mendengar SBY membalas kritiknya. SBY
meyakini kebenaran hanya bisa diperoleh dari wacana publik yang melibatkan sebanyak mungkin
elemen masyarakat.
SBY telah berperan dalam pembentukan KPK dan peningkatan kualitas pendidikan melalui
sertifikasi guru, peningkatan anggaran dan program LPDP. Kelemahan SBY dalam memimpin
adalah lambat dalam mengambil keputusan dan seringkali mengurangi tekad untuk mengambil
keputusan. Pemimpin ini terkadang tidak tegas dalam mengeksekusi keputusan karena terkadang
enggan menerima begitu banyak informasi dalam proses pembuatan kebijakan.
5
PERSAMAAN :
Gaya kepimpinan tersebut saling berkaitan dan mendatangkan manfaat yang sama yaitu
mensejahterakan rakyat.
3.)Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam menghadapi krisis keuangan,
pangan, dan gempa bumi yaitu
- Kemampuan dalam pengambilan keputusan, dimana pemimpin dapat mengambil tindakan secara
tepat
- Memiliki pendirian yang konsisten, setiap keputusan yang telah diambil dapat dijalankan sesuai
apa yang telah dipilih
- Kemampuan komunikasi yang baik, pemimpin dapat mengkoordinasikan segala aspek yang
berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi
- Kepedulian terhadap permasalahan yang dihadapi, pemimpin dapat memperlihatkan secara nyata
kepedulian yang dimilikinya terhadap nasib karyawan, nasib perusahaan di masa mendatang, juga
hal-hal lain yang sering tidak terpikirkan saat kondisi bencana, pangan, ataupun krisis keuangan.
4.) Total Quality Management merupakan pendekatan manajemen sistematik yang berorientasi
pada organisasi, pelanggan, dan pasar melalui kombinasi antara pencarian fakta praktis dan
penyelesaian masalah guna menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktfitas
dan kinerja lain dalam perusahaan.
Konsep TQM dalam kampus bhayangkara yang dapat diterapkan adalah: perbaikan mutu yang
terus menerus; mencakup perubahan kultur/budaya; dan. konsep organisasi terbalik, yaitu
menempatkan yang terpenting adalah peserta didik, kemudian guru/staf, yang paling bawah adalah
manajer/pimpinan
Perbedaan SPM dan GPM:
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar
yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara
minimal,SPM berfungsi menyelenggarakan proses penjaminan mutu terhadap program dan kegiatan institut
di Satuan Akademik, Satuan Kekayaan dan Dana, dan Satuan Usaha Komersial dalam upaya mencapai
indikator kinerja yang telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu. sedangkan
Gugus Penjaminan Mutu (GPM) merupakan unit penunjang prodi yang bertanggung jawab
terhadap wakil dekan akademik dan kemahasiswaan dalam hal pengendalian standar dan
penjaminan mutu sebuah program studi. Dalam pelaksanaan tugasnya, GPM berkoordinasi dengan
Tim Penjaminan Mutu Fakultas (TPMF).
Kaitan nya dengan AMI adalah Penjaminan Mutu di tingkat universitas dilakukan oleh Satuan
Penjaminan Mutu (SPM), Penjaminan Mutu di tingkat fakultas dilakukan oleh Unit penjaminan
mutu (UPM), dan Penjaminan Mutu di tingkat jurusan, dilakukan oleh Gugus Penjaminan Mutu
(GPM). Tugas GPM di bawah kordinasi oleh UPM, sedangkan tugas UPM di bawah kordinasi
SPM. Penjaminan mutu dilakukan melalui internal dan eksternal. Penjaminan mutu secara
eksternal adalah melalui ISO dan BAN-PT. Sedangkan penjaminan mutu secara internal adalah
melalui Audit Mutu Internal (AMI) dan Monitoring dan Evaluasi (monev).
Audit internal bertujuan untuk meningkatkan kualitas Program Studi dari segi asesmen dan
pengembangan. Audit internal dilakukan setiap 1 tahun sekali. Audit internal oleh UM di bawah
SPM tingkat Universitas melalui kegiatan AMI, dimana audit internal pada prodi dilakukan oleh
GPM. Audit internal dilakukan untuk menjamin kualitas program studi dan berkelanjutan sesuai
target berdasarkan 9 kriteria, meliputi: (1) visi, misi, tujuan dan strategi; (2) tata pamong, tata
6
kelola, dan kerjasama; (3) mahasiswa; (4) SDM; (5) keuangan, sarana, dan prasarana; (6)
pendidikan; (7) penelitian; (8) pengabdian kepada masyarakat; dan (9) luaran dan capaian
Tridharma. Adapun tahapan yang dilakukan dalam audit internal AMI adalah sebagai berikut:
1. Pengelola jurusan sebagai auditee, mengisi instrumen AMI secara online melalui laman
yang telah disediakan SPM.
2. GPM tingkat jurusan melakukan verifikasi terhadap isian dari instrumen AMI.
3. GPM menyusun temuan-temuan yang didapatkan dalam tahap verifikasi dalam bentuk
laporan ketidaksesuaian dan rencana tindak lanjut.
4. GPM menyusun laporan AMI tingkat Program Studi.