DISUSUN OLEH :
NOVITASARI PUTRI (12K02310009)
Berikut adalah kutipan dari kata – kata HOS Tjokroaminoto, seorang tokoh
nasionalis yang hidup di awal tahun 1900an. Beliau adalah salah satu contoh tokoh
Indonesia. Beliau juga dikenal dengan julukan “Raja Jawa Tanpa Mahkota” seorang
keturunan bangsawan, yang juga dikenal sebagai seorang ulama tapi memilih untuk
hidup sebagai orang biasa (kromo). HOS Tjokroaminoto merupakan contoh dari sosok
seorang pemimpin, dimana beliau memimpin Serikat Islam, yang pada saat itu
merupakan satu diantara beberapa organisasi awal di Indonesia. Sikapnya yang tegas
Jadi bagaimana sih gaya dan perilaku kepemimpinan yang tepat agar bisa
Pemimpin seperti apa yang disegani oleh bawahannya? Apakah ada gaya kepemimpinan
tersebut, mari kita mundur sedikit ke tahun 1999. Pada saat itu, ada salah seorang
pemimpin dunia yang terkenal dengan gaya kepemimpinanya yang otoriter dimana ia
melakukan beberapa tindakan yang identik dengan mengontrol dan melakukan kendali
penuh atas bawahannya. Ialah Vladimir Putin, pemimpin rusia yang melakukan kontrol
berupa melarang kebebasan media dan kebebasan berbicara. Selain itu, ia juga tidak
segan – segan menindak atau menyingkirkan pihak oposisi. Di lain pihak, ada Nelson
Mandela, seorang pemimpin negara, presiden Afrika Selatan yang memiliki gaya
apherteid di Afrika selatan yakni sebuah sistem pemisahan ras antara kulit hitam dan kulit
putih di Afrika. Selain itu, hal yang sangat menonjol dari kepemimpinannya ialah
Melihat gaya kedua pemimpin tersebut, sebenarnya, apakah gaya pemimpin itu?
Gaya kepemimpinan adalah sebuah pendekatan yang digunakan oleh pemimpin untuk
strategi dalam mencapai tujuannya. Pemilihan gaya kepemimpinan ini sangat penting
untuk mengetahui cocok tidaknya atau efektif tidaknya diterapkan dalam sebuah situasi
pada umumnya, pemimpin pun memiliki kepribadian yang berbeda – beda. Kepribadian
diambil oleh seseorang. Misalnya pemimpin yang memiliki kepribadian yang ekstrovert
maka akan sangat mudah bagi dia untuk berinteraksi dengan sosial atau anggota tim.
Kepribadian yang ekstrovert juga membuatnya memiliki sikap yang enerjik dan mudah
berkomunikasi. Orang – orang dengan kepribadian ekstrovert ini tentu saja akan memiliki
bonding yang kuat dengan anggota tim. Sementara untuk pemimpin yang memiliki
kepribadian introvert cenderung untuk berkerja dan berfikir dengan tenang dan memilih
untuk bekerja secara mandiri. Sikap yang tenang ini cenderung lebih observatif dan
menganalisis situasi sebelum mengambil keputusan. Oleh karena itu, pemimpin yang
memiliki kepribadian introvert ini fokus kepada pengambilan keputusan yang matang.
Selain kepribadian yang ekstrovert dan introvert, adalagi kepribadian yang ambisius.
Seperti namanya, pemimpin dengan kepribadian yang ambisius ini cenderung memiliki
dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan atau target dan keberhasilan didalam setiap
projeknya. Kepribadian yang ambisius ini akan membantuk pemimpin dengan gaya yang
kecakapan dan pengalamnya. “Pengalaman adalah guru yang berharga” adalah slogan
yang sering sekali kita dengarkan. Slogan tersebut menggambarkan betapa luar
Selain itu, pengalaman juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk
karakter seseorang. Seorang pemimpin yang memiliki jam terbang yang banyak perihal
kedewasaan berfikir dalam menentukan gaya kepemimpinan yang tepat dan paling baik
atau mencapai tujuan bersama dalam waktu singkat dan efisien akan membentuk
karakter atau gaya kepemimpinannya. Sehingga tidak heran bila diadakan musyawarah
untuk memilih pemimpin, maka mayoritas suara akan memilih pemimpin dengan
memiliki pengetahuan yang lebih dalam menentukan gaya kepemimpinan yang sesuai di
organisasi tersebut.
dan kondisi. Gaya kepemimpinan yang digunakan akan menyesuaikan dengan kondisi
dan situasi organisasi yang dipimpinnya. Tidak ada gaya kepemimpinan yang benar dan
salah, hanya ada gaya kepemimpinan yang tepat dan tidak tepat. Indikator pemilihan
sebuah gaya kepemimpinan dikatakan tepat atau tidak tepat bisa dilihat dari situasi yang
dipimpinnya. Misalnya, jika situasi dan kondisi dari organisasi yang dipimpin dalam
kondisi kacau, maka seorang pemimpin yang bijaksana akan tepat bila menggunakan
dipandang sebagai gaya kepemimpinan dengan nuansa negatif karena inti dari
keputusan sendiri tanpa meminta pertimbangan dari bawahannya. Bila situasi dan kondisi
sedang kacau dan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan masalah tersebut tidak
banyak, maka akan sangat efektif bila gaya kepemimpinan yang digunakan oleh
pemimpin organisasi tersebut adalah gaya otokratis. Namun, dilain pihak, bila situasi dan
kondisi dalam organisasi tersebut tidak berkembang, atau jalan ditempat, maka
gaya kepemimpinan, seorang pemimpin diharapkan untuk selalu berhati – hati untuk
memilih pendekatan gaya kepemimpinan yang mana yang ingin digunakan. Bila tidak
ditimbang dengan baik sisi positif dan negatifnya, maka akan menimbulkan situasi
organisasi yang tidak kondusif, terkesan chaos dan berkurangnya kepercayaan anggota
Untuk dapat bekerja dengan nyaman, anggota organisasi bisa bekerja dengan
pertama gaya demokratis. Seperti yang kita ketahui, demokratis mengandung makna
musyawarah untuk mufakat dalam menentukan hasil dari setiap keputusan yang
cenderung untuk melakukan diskusi dengan para anggotanya untuk memunculkan ide –
ide dan mengajak anggotanya untuk mengambil keputusan. Selain itu, pemimpin dengan
kepemimpinan ini sangat menghargai gagasan original dan hubungan kerja dengan
bawahan Keputusan atau kebijakan dibuat bersama antara manajer dan bawahan
datang dari manajemen dan bawahan Penyebaran aspirasi bawahan secara luas Tugas
saling menghargai.
anggota atau bawahnnya untuk melakukan sesuatu melebihi apa yang diharapkan.
sama dengan dan/atau melalui orang lain untuk mentransformasikan sumber daya
organisasi secara optimal guna mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan volume
pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Sumber daya yang dimaksud adalah sumber
daya manusia seperti manajer, pegawai, bawahan, tenaga ahli, guru, pembicara, peneliti,
dengan gaya kepemimpinan ini akan menjalin hubungan baik dengan anggotanya,
anggotanya akan memiliki hubungan emosional yang mendalam. Namun, sama halnya
dengan gaya kepemimpinan lain, pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini mudah untuk
akan berusaha untuk menjalin ikatan emosional dengan anggotanya, berusaha untuk
dan membutuhkan fokus yang tinggi, karena tidak semua orang dalam organisasi
tersebut memiliki tujuan yang sama. Sehingga manajemen fokus dan tugas dalam gaya
kepemimpinan ini sangat dibutuhkan. Selain itu, kerja sama antara pemimpin dengan
gaya kepemimpinan ini dengan anggotanya sangat tinggi sehingga pemimpin cenderung
memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh anggotanya. Hal ini bisa mengakibatkan
merasa memiliki motivasi internal yang tinggi, tapi tidak diikuti dengan motivasi eksternal.
Bila ini dirasakan oleh anggota organisasi, maka mereka akan merasa kelelahan dan
terlalu banya bekerja dan merasa tidak dihargai. Jika ini tetap dilakukan dan pemimpin
dengan gaya kepemimpinan ini tetap mencontohkan gaya bekerja yang all-out maka
pekerjaan. Namun, hal ini bisa diperbaiki dengan cara memberikan penghargaan dengan
bentuk cuti berbayar ataupun tunjangan lainnya. hal ini bisa menjadi bentuk penghargaan
tidak hanya memberikan penghargaan kepada anggotanya apabila bisa mencapai target
atau tujuan pekerjaan, tapi juga memberikan sanksi bila anggotanya melakukan
kesalahan dan keteledoran dalam pekerjaan. Gaya kepemimpinan seperti ini disebut
sanksi tersebut tidak hanya berdasarkan kepada tercapai atau tidaknya tujuan organisasi,
tapi juga berdasarkan pada aturan kerja. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan ini
menekankan kepada aturan dan kontrak kerja sehingga terkesan kaku. Selain itu, sikap
yang terkesan kaku ini juga dapat dilihat dari ciri lainnya yakni sikap pemimpin yang
cenderung tidak terlalu terbuka pada inovasi atau kreatifitas anggota. Berbeda dengan
anggotanya tidak berkembang karena terkekang aturan yang telah dibuat dan tidak dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selain itu, ciri pemimpin dengan gaya
kepemimpinan ini ialah sangat berorientasi pada pencapaian target. Pemimpin sangat
mencapai target sesuai dengan waktu yang diberikan. Anggotanya tidak diberikan
pengembangan lain bila tidak sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Bila
anggotanya tersebut mampu menyelesaikan target tepat waktu dan dengan baik, maka
bentuk apresiasi. Namun sebaliknya, bila tidak mencapai target, maka anggotanya akan
diberikan sanksi.
melakukan tugasnya dengan baik. Ada pemimpin yang mau melaksanakan tugasnya
bawahannya dengan berbagai cara. Baik dengan gaya kepemimpinan yang kaku, atau
yang mengayomi, ada yang mengajak untuk sama – sama melakukan musyawarah, ada
yang hanya sebagat tujuan organisasi itu tercapai. Gaya kepemimpinan Laissez-Faire ini
bahkan terkesan masa bodoh. Tipe kepemimpinan ini memberikan kebebasan kepada
cenderung pasif dan bebas kendali. Ia membiarkan organisasi berjalan sesuai dengan
temponya sendiri. Anggota organisasi diberikan kebebasan untuk menentukan tujuan
dan keputusannya sendiri. Kelebihan dari gaya kepemimpinan ini ialah fleksibilatas.
tanpa dibatasi aturan dan kontrak kerja sehingga secara tidak langsung, gaya
kepemimpinan ini akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas dan kepuasan kerja.
Sedangkan kekurangannya ialah sikap masa bodoh dan pasif dari pimpinan ini tentu akan
membutuhkan kerja keras karena pemimpin hanya bertugas untuk mengawasi kinerja
anggota dan tidak terlibat langsung. Dibutuhkan anggota organisasi yang terampil dan
aktif agar organisasi tersebut tetap bisa mencapai tujuan organisasi. Anggota atau
pemimpin mengganggap bahwa semua usaha dari bawahannya tersebut akan tercapai.
Oleh karena itu, gaya kepemimpinan ini akan efektif bila digunakan atau diterapkan
dalam organisasi yang memiliki anggota yang dapat diandalkan dalam segala situasi,
ambisius sehingga tidak mudah terdistraksi dalam kondisi apapun, dan percaya pada diri
mereka. Selain itu, akan terjadi kerja tim yang berputar – putar dan membingungkan
sehingga tak jarang pula akan membingungkan mereka dalam hal keseimbangan
kekuasaan antara pemimpin dan anggotanya. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan
yang matang dalam menentukan gaya kepemimpinan yang cocok dalam situasi atau
kondisi sebuah organisasi. Sehingga bila dihadakan dengan organisasi yang tidak
memiliki motivasi diri dan tidak mampu mengatur waktu dan bila pekerjaan tersebut
dalam mengerjakan tugas dengan pemimpinan yang berperan pasif dan hanya sebagai
kepemimpinan yang memiliki kontrol penuh atas anggota atau bawahnnya. Pemimpin
dengan gaya kepemimpinan ini cenderung untuk bersifat arogan dan keras karena
otokratis juga sering mengaburkan antara tujuan pribadi dengan tujuan organisasi,
dimana bawahannya merupakan alat untuk mencapai tujuannya. Selain itu, ciri lain yang
sangat identik dengan gaya kepemimpinan ini ialah pemimpin yang tidak mau menerima
masukan dan saran dan sering menggunakan pendekatan yang memberikan hukuman
dan sanksi. Beberapa indikator dalam gaya kepemimpinan ini ialah adanya sentralisasi
satu orang pemimpin. Pemimpin membuat hampir semua keputusan, baik tujuan
organisasi, bagaimana cara mencapai tujuan tersebut (proses) dan projek. Pemimpin
cenderung mendikte dan mengatur jalannya proses organisasi dan tidak menghendaki
adanya perubahan terhadap apa yang sebelumnya telah diatur. Kepentingan dan
masukan dari bawahan dipandang tidak krusial dibandingkan dengan tujuan organisasi.
diantaranya adalah berdasarkan kekuasaan absolut dan paksaan untuk patuh, pemimpin
selalu bertindak sebagai pemain tunggal, berambisi mendominasi situasi, segala perintah
dan kebijakan selalu diputuskan oleh dirinya sendiri, bawahan tidak pernah mendapat
informasi rinci tentang rencana dan tindakan yang akan diambil, Segala pujian dan kritik
eksklusif,
kepemimpinan otokratis, terdapat beberapa keuntungan dari gaya kepemimpinan ini. Bila
dan membiarkan anggota organisasi yang mengatur jalannya organisasi sehingga bisa
menyebabkan arah organisasi menjadi tidak terarah, gaya kepemimpinan otokratis justru
menjadikan itu sebagai keuntungan. Dengan pemimpin menjadi pusat kekuasaan dan
pusat kepemimpinan, hal tersebut membuat arah organisasi menjadi lebih terarah dan
terstruktur karena meminimalisir distraksi terhadap tujuan dan proses dalam organisasi.
Selain itu, keuntungan gaya kepemimpinan ini adalah pengambilan keputusan lebih
cenderung mengatur tujuan dan proses sendiri, namun, kadang hal ini sangat diperlukan
Keterlibatan anggota atau bawahan dalam sebuah organisasi memang sangat diperlukan
demi memaksimalkan potensi dan tujuan bersama, namun bila masalah yang dihadapi
bersifat urgent dan memerlukan pemecahan masalah yang cepat dan tanggap,
cepat. Walau terdengar sedikit “diktator”, namun hal ini dipandang perlu bila situasi dan
kondisi sesuai. Oleh karena itu, untuk meminimalisis error dalam penemuan solusi dalam
masalah yang dihadapi, pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini diharapkan
keputusan yang diambil sudah memandang semua sudut pandang dan mempengaruhi
bawahannya untuk menerima hasil keputusan yang telah diambil. Kelebihan lain adalah
komunikasi yang lebih efektif. Distribusi informasi yang dilakukan tidak bercabang
kemana – mana, hanya dari pemimpin ke bawahan saja untuk menjalankan tugas sesuai
gaya kepemimpinan yang sering digunakan ialah gaya kepemimpinan otokratis. Gaya
kekuasaan pada satu orang saja. Dalam gaya otokrasi seorang pemimpin merupakan
Pengaruh itu menjadikan sang pemimpin ditakuti,diikuti dan membuat orang lain tunduk
pada apa yang dikatakan sang pemimpin. Selain itu, pimpinan gaya otokrasi menjadikan
orang lain tergantung pada apa yang dimilikinya, tanpa itu orang lain tidak akan bisa
berbuat apa-apa. Hubungan ini akan berpotensi menjadikan hubungan yang bersifat
simbiosis mutualisme, dimana kedua belah pihak merasa saling diuntungkan. Dalam
dianggap tanpa batas. Wewenang disini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan
kepada pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu hal/
kebijakan baik itu keputusan yang bersifat memberikan solusi maupun berpotensi
Agar tujuan organisasi dapat tercapai, maka diperlukan pemimpin dengan gaya
kepemimpinan yang sesuai dan efektif. Menurut Pidarta, pemimpin yang efektif ialah
yang tinggi dalam kedua dimensi kepemimpinan. Begitu pula pemimpin yang memiliki
performa tinggi dalam perencanaan dan fungsi – fungsi manajemen adalah tinggi pula
dalam kedua dimensi kepemimpinan. Dua dimensi kepemimpinan yang dimaksud adalah
pemimpin yang berorientasi kepada tugas, dan pemimpin yang berorientasi kepada
hubungan antar manusia (dalam hal ini, antara pemimpin dan anggota organisasinya).
mempunyai empati , belas kasihan dan tidak peduli kesejahteraan pegawainya. Para
pegawai akan bekerja secara rutin, rajin, taat dan tunduk dalam perintahnya. Pemimpin
ini tidak mengikuti perkembangan dan kemajuan zaman sehingga organisasi menjadi
mereka. Pemimpin ini berasumsi bila para pegawainya diperlakukan dengan baik, maka
dimenis ini agar organisasi dapat berjalan efektif dan efisien. Bila pemimpin hanya
menekankan kepada hubungan antar individu dan tidak fokus kepada ketercapaian
tujuan dari organisasi itu maka akan menyebabkan organisasi tersebut stagnan atau jalan
ditempat. Dengan dapat mengintegrasikan kedua dimensi tersebut, tidak hanya
anggotanya untuk mewujudkan tujuan dari organisasi tersebut. Pemimpin seperti ini akan
mendapatkan bantuan pikiran, semangat, dan tenaga dari pegawainya yang akan
memiliki dan empati didalam mengatasi masalah dalam upaya memajukan organisasi.
memilih gaya kepemimpinan yang efektif dan efisien. Banyak indikator yang bisa
dijadikan tolak ukur apakah gaya kepemimpinan tersebut efektif atau tidak. Sebuah gaya
kepemimpinan dapat dikatakan positif dalam sebuah organisasi, namun dengan gaya
kepemimpinan yang sama akan berdampak negatif di organisasi yang bebeda. Jadi apa
sih yang menjadi indkator pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat? Diantaranya adalah
pilihlah gaya kepemimpinan yang cocok dengan karakteristik individu. Untuk dapat
memilih gaya kepemimpinan yang cocok dengan karakter diri, diperlukan langkah awal
yakni dengan mengevaluasi diri kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Apakah poin
kekuatan yang bisa diandalkan dan manakah yang menjadi kelemahan kita sebagai
seorang pemimpin. Setelah itu, tentukan tujuan yang ingin dicapai. Selaraskan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, kemudia pastikan apakah tujuan organisasi
tersebut bersifat urgent atau tidak, apakah bersifat long term atau short term. Bila tujuan
tersebut bersifat urgent dan short term, maka penggunakan gaya kepemimpinan yang
pelan dan perlahan membangun hubungan dengan bawahan akan dipandang kurang
efektif dan efisien. Maka gaya kepemimpinan yang mungkin akan dipandang lebih pas
pemimpin. Namun bila gaya kepemimpinan ini digunakan dalah mencapai tujuan
organisasi yang tidak bersifat urgent atau long term, maka memaksakan kehendak dan
tidak melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan akan dipandang arogan dan
sombong.
dalam kondisi dan situasi apapun. Hal pertama yang bisa dilakukan adalah memahami
anggota sangat berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan yang ingin dicapai. Tidak
semua gaya kepemimpinan cocok bila memiliki anggota dengan keterampilan dan
kemampuan yang rendah. Contohnya ialah dalam sebuah organisasi yang memiliki
anggota dengan ambisi dan percaya diri yang rendah, diikuti dengan skill yang rendah
pula, maka gaya kepemimpinan Laissez-Faire akan dipandang tidak pas dalam kondisi
seperti ini. Bila bersikat pasif dan masa bodoh terhadap organisasi dengan anggota yang
tidak memiliki motivasi dan kemampuan untuk dibiarkan kerja sendiri, maka organisasi
tersebut akan stagnan dan kemudia akan hancur karena tujuan dari organisasi tersebut
tidak tercapai. Namun dalam kondisi yang sama digunakan gaya kepemimpinan yang
otokratis dan transformasional, maka akan sangat bermanfaat mengingat pemimpin bisa
mendikte bawahannya untuk melakukan tugas tertentu dan bisa membantu bawahannya
untuk menggali potensi – potensi yang mungkin tersembunyi yang ada dalam diri mereka.
Selain itu, bila ingin memilih gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi
organisasi, maka harus pertimbangkan dukungan dan sumber daya yang diperlukan
harus memiliki gaya kepemimpinan yang tepat serta sesuai kondisi dan situasi yang
dihadapinya. Seorang pemimpin perlu mengenal diri sendiri terlebih dahulu sebelum
kepemimpinan, pemimpin juga perlu memiliki karakter seorang pemimpin supaya lebih
house ada 4 gaya kepemimpinan lagi, yakni kepemimpinan direktif dimana pemimpin
menjadwalkannya hingga memperjelas mengenai hirarki struktur kerja yang ada. Bentuk
otoriter. Menurut Davis dan Newstrom mengatakan bahwa kepemimpinan direktif itu
memusatkan kuasa dan pengambilan keputusan pada dirinya sendiri sehingga pemimpin
bisa memecahkan masalah bila ada situasi kerja yang rumit dengan cara memberikan
intruksi kepada bawahannya. Pemimpin banyak ikut andil dan terlibat secara khusus
pemimpin, banyak keputusan penting yang diambil oleh pemimpin sehingga banyak
orang yang bernganggapan bahwa gaya kepemimpinan ini masuk kedalam gaya
menciptakan sebuah nuansa dan situasi kerja yang bersedia untuk selalu gampang untuk
mengenai permasalahan yang dihadapi kemudian menjadi penyokong dan suporter bagi
bawahan atau anggota organisasi lainnya dalam melaksanakan tugas sebaik mungkin.
kepemimpinan ini akan menyediakan sumber daya untuk mampu mendukung dan
menjadi support demi berkembangnya skill dari anggota atau bawahannya tersebut.
Pemimpin dengan gaya suportif akan menciptakan hubungan yang adil dan bersahabat
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini menjadikan tujuan atau sebuah goal sebagai
indikator tercapainya sebuah tujuan organisasi yang disebut dengan prestasi. Pemimpin
cederung untuk selalu memberikan tantangan – tantangan dan tugas yang disertai
dengan rintangan – rintangan kecil guna merangsang atau memantik tercapainya tujuan
dan proses pelaksanaan tugas dalam organisasi berjalan dengan baik. Sehingga hal
pemimpin yang memiliki orientasi akan prestasi yang tinggi maka makin banyak
gaya kepemimpinan ini mengambil saran – saran atau masukan – masukan dari
bawahannya untuk mengambil keputusan. Hal tersebut sangat sesuaid engan teori yang
dibuat oleh (Robbins, 2006). Sehingga dengan gaya kepemimpinan ini akan mendorong
kinerja dari bawahan dan memberikan kesempatan yang sebesar – besarnya dan seluas
– luasnya kepada bawahan untuk ikut serta dalam merumuskan tujuan dari organisasi,
lepas tangan dalam proses belajannya organisasi? Tidak. Karena dalam pengambilan
keputusanpun walaupun sangat dipengaruhi oleh suara dari bawahan atau anggota
organisasi tersebut, tapi pemimpin juga memberikan masukan dari masukan – masukan
yang telah dibuat. Sehingga fungsi pemimpin disini hanya sebagai pengontrol organisasi
agar keputusan apapun yang dibuat baik solusi dalam sebuah masalah, maupun
perencanaan proses kegiatan dalam organisasi dapat berjalan sesuai dengan tujuan
mengembangkan organisasi dan mencapai tujuan organisasi merupakan faktor yang bisa
diikut sertakan dalam pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat. Bagaimana dengan
pemimpin yang ideal? Gaya kepemimpinan yang seperti apasih yang dipandang ideal?
Kecerdasan merupakan ciri khusus yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
ideal Kecerdasan merupakan poin utama yang menentukan tindakan tepat seorang
adalah yang cerdas dalam berperilaku, didukung oleh pemikiran yang lebih tinggi dan
peka terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya Dalam menjalankan fungsinya,
pemimpin yang ideal adalah yang mempunyai kemampuan berpikir fleksibel dan
mempunyai ide-ide baru untuk menjamin keberlangsungan kepentingan kelompoknya
karakteristik yang pertama ialah pemimpin yang berinisiatif. Kecerdasan berasal dari hasil
belajar sehingga sangat kaya akan ilmu .. Untuk menjadi pintar diperlukan semangat
untuk rajin belajar dan untuk tekun.. Dalam hal ini, pemimpin akan mampu mencapai
sesuatu dengan cepat dan akurat.. Selain itu, segala permasalahan akan cepat
inisiatif ketika menghadapi permasalahan Inisiatif pribadi jelas diperlukan bagi seorang
pemimpin untuk menciptakan solusi yang realistis dan menjanjikan Pemimpin yang
proaktif adalah seseorang yang dapat bertindak sendiri terlebih dahulu untuk memulai
sesuatu tanpa adanya paksaan Berkat inisiatif pemimpin, kekuatan pribadi setiap
anggota untuk menjalankan misi kelompok akan terjamin dengan baik yang kedua ialah
segala akibat dari setiap keputusan yang dihasilkan dari tindakan yang diambil Selain
cerdas dan proaktif, seorang pemimpin yang ideal tentunya harus memiliki kepribadian
yang bertanggung jawab Tentu saja, keputusan tentang cara bekerja dan mencapai misi
tim diambil tanpa tergesa-gesa Pemimpin yang bertanggung jawab adalah pemimpin
yang selalu tabah dan mempunyai kemampuan berpikir taktis untuk menerima segala
resiko yang timbul dari keputusan yang diambil selanjutnya, pilihlah pemimpin yang
dapat dipercaya. Tentu saja karakter ini berasal dari kemampuan pemimpin dalam
ideal adalah pemimpin yang, tanpa berpikir dua kali, anggotanya dapat dengan tulus
Kemudian, pemimpin yang dipandang ideal ialah pemimpin yang jujur. Kejujuran
dalam diri seseorang tentunya merupakan sifat khusus yang harus dimiliki oleh
keterbukaan dan fleksibilitas dalam memberikan informasi apa pun yang bermanfaat
bagi tim Kejujuran yang ada dalam diri seorang pemimpin menjadi suatu sifat unggul
yang dapat diandalkan oleh anggotanya Pemimpin yang ideal dengan tingkat integritas
yang tinggi akan mendapat kepercayaan luas dari timnya. Yang tak kalah penting,
pemimpin yang ideal ialah pemimpin yang rela berkorban. Kesediaan berkorban berarti
Pemimpin yang rela berkorban akan mampu fokus mencapai visi tim secara detail
Kesediaan berkorban ini tentunya harus didasari oleh kecerdasan dan kebijaksanaan
pemimpinnya Pemimpin ideal yang rela berkorban akan mampu mengambil keputusan
yang tepat tanpa merugikan banyak pihak… yang terakhir, pemimpin yang ideal ialah
pemimpin yang mencintai kelompoknya. Cinta hadir dalam diri seorang pemimpin ideal
dan juga dalam kelompok yang dipimpinnya Setiap bentuk perilaku yang muncul dari
seorang pemimpin ideal akan selalu disertai dengan unsur cinta kasih yang akan
dipimpinnya akan mampu mencintai pemimpinnya tanpa ada unsur paksaan yang tidak
semestinya Pemimpin yang ideal jelas akan memiliki kemampuan untuk dengan penuh
pemimpin tidak ideal. Diantaranya adalah Hanya memerintah, Menjadi pemimpin bukan
berarti hanya bisa memberi perintah Sebaliknya yang harus dilakukan dengan baik oleh
seorang pemimpin adalah mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan tim atau
orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai visi dan misi yang telah ditentukan Di
sini komunikasi berarti komunikasi dua arah, sehingga bawahan dapat mengemukakan
pendapatnya dan tidak sekedar menerima perintah Kemudian pemimpin yang tidak ideal
adalah pemimpin yang jarang diskusi. Pemimpin yang buruk biasanya jarang berdiskusi
dengan bawahannya tapi dia menuntut timnya untuk solid Padahal, solid tidaknya
sebuah tim juga dinilai dari adanya komunikasi yang baik antara atasan dengan bawahan
Dengan berdiskusi, pemimpin pun bisa tahu jika ada masalah di antara orang yang
kepemimpinan tersebut gagal berjalan. seorang pemimpin yang baik bisa memberikan
kepercayaan pada timnya untuk bekerja Hal ini juga berguna untuk meningkatkan rasa
percaya diri timnya Sebaliknya, pemimpin yang buruk tidak mampu membangun
kepercayaan ini Hal ini akan menimbulkan ketidakpercayaan antara atasan dan
bawahan indikator selanjutnya adalah tidak adanya reward berupa pujian dari pemimpin
memuji bawahannya Bahkan, hal ini terkadang perlu dilakukan untuk berterima kasih
kepada bawahan Hal inilah yang memotivasi mereka untuk menjadi tim yang lebih baik
dan maju Munculnya konflik juga merupakan pertanda bahwa kepemimpinan yang
sedang berjalan tidak ideal. Apabila bawahan Anda ditegur oleh atasan dari divisi lain,
jangan hanya diam saja dan membiarkan bawahan Anda menghadapinya sendirian.
Pemimpin yang baik akan berusaha untuk memberi dukungan pada timnya, bukan malah
ikut menyalah-nyalahkannya juga. Hubungan yang tidak terbuka antara sesama anggota
organisasi juga faktor yang tidak kalah penting. Hubungan baik dengan berbagai
yang sering menutup diri dan tidak mengungkapkan hal-hal hebat dari kerja tim Anda, ini
menunjukkan bahwa Anda bukanlah pemimpin yang baik Faktor lainnya ialah tidak
bertanggung jawab. Jika Anda selalu mendelegasikan tugas kepada bawahan, padahal
pekerjaan itu seharusnya dilakukan oleh Anda, itu membuktikan bahwa Anda bukanlah
tanpa visi akan gagal.. Pemimpin yang tidak memiliki visi tidak dapat menginspirasi tim,
mendorong kinerja, atau menciptakan nilai jangka panjang.. Visi yang buruk, perubahan
visi, atau kurangnya visi akan menyebabkan pemimpin gagal.. Tugas pemimpin adalah
menyelaraskan organisasi dengan visi yang jelas dan dapat dicapai.. Hal ini tidak bisa
terjadi ketika orang buta memimpin orang buta, artinya pemimpin tanpa visi akan
memimpin anggota tim tanpa tujuan dan arah.. Pemimpin yang kurang berkarakter atau
tidak berintegritas tidak akan bertahan dalam ujian waktu.. Betapapun cerdas, ramah,
berdasarkan kebutuhannya saat ini atau di masa depan, pada akhirnya ia akan menjadi
Street Journal pada tahun 2009: “Para pemimpin cenderung mengandalkan pengalaman
masa lalu yang tampaknya bermanfaat namun sebenarnya berbahaya.. …karena tidak
sesuai dengan situasi saat ini dan tidak akan bermanfaat..” Pemimpin perlu
memperhatikan kondisi kerja, rekan kerja, sumber daya dan cara menciptakan
mengambil keputusan yang obyektif dan fokus dalam mengelola tanggung jawab..
Pemimpin yang terjebak dalam politik kantor akan kehilangan identitasnya dan terjebak
dalam agenda dan motivasi orang lain.. Jika Anda tidak tahu apa yang Anda perjuangkan,
akan sulit mengambil keputusan yang tepat.. Tujuan yang jelas memungkinkan Anda
membuat keputusan yang tepat dan konsisten sesuai dengan misi Anda.. Ketika tujuan
ketergantungan atau sumber daya yang sesuai.. Kepemimpinan bukan hanya tentang
memotivasi orang dan menginspirasi tim, tetapi juga memerlukan pengetahuan tentang
alat dan sumber daya yang tersedia dan/atau diperlukan untuk menjadi kompetitif..
benar, statistik, tren dan segala sesuatu yang tersedia dari luar dan dalam
tersebut untuk mengambil keputusan tepat yang berdampak positif bagi perusahaan atau
masa depan.. Manajer tidak memahami apa yang disebut dengan visi sudut lebar,
mereka melihat peluang dari segala arah. Visi ini menjadikan para pemimpin ahli dalam
pencegahan krisis dan manajemen perubahan ketika situasi memburuk. Hal ini juga
mereka, baik di dalam maupun di luar perusahaan, untuk mengambil keputusan yang
tepat. Pemimpin yang kurang percaya diri sering kali putus asa dan mengambil
keputusan dengan terburu-buru. Mereka tidak memikirkan konsekuensinya ketika
mengambil keputusan. Manajemen terlihat sebagai alat dalam upaya pengaruh dan
kendali orang atau sekelompok orang yang diinginkan bekerja sama untuk mencapai
tujuan tanpa keraguan Selain itu, ada manajemen sangat diperlukan untuk pergerakan
kegiatan organisasi. Jadi, Panduan ini tidak benar satu faktor penentu dan terpenting
dalam organisasi. Organisasi akan mulai bekerja baik, jika manajemen ada rasa
tanggung jawab panjang Tanggung jawab sendiri pemimpinnya adalah satu ciri-ciri
pemimpin ideal. Tetapi sama pentingnya, pemimpin Anda harus pintar untuk selalu
melakukan ini sesuatu untuk dipilih dan dipecahkan masalah yang dihadapi organisasi
yang dipimpinnya. Kedilan jiga dipandang penting yakni Seorang pemimpin yang ideal
perlakuan yang sama sesuai dengan tugas dan bidangnya masingmasing. Begitu juga
seorang pemimpin tidak memihak pada salah satu anggota, melainkan semua anggota.
Seorang pemimpin yang ideal haruslah orang yang lugas, sehingga bisa menyampaikan
harus mempunyai kebijakan, peduli terhadap kebaikan bersama dan ditunjang dengan
hati nurani yang murni, ikhlas dan ikhlas.. Alam mengizinkan membangun kepercayaan,
jika keyakinan itu biarkan bersinar pengelolaan Manajemen bisa dipegang sebagai
instrumen mencoba mempengaruhi dan mengelola seseorang atau kelompok orang ingin
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Ada 8 di antaranya (delapan) tokoh
kepemimpinan ideal, yaitu: cerdas, bertanggung jawab, jujur, dapat diandalkan, proaktif,
terbaik untuk meningkatkan kualitas suatu organisasi.. Maju dan mundurnya, berhasil
atau tidaknya suatu organisasi sangat ditentukan oleh pemimpin karena pemimpin lah
yang mengendalikan dan menentukan arah organisasi menuju tujuan yang akan dicapai.
yang mana menyesuaikan dengan gaya generasi baru yang lahir pada tahun 1980..
Model kepemimpinan milenial tidak sama dengan model kepemimpinan lama pada
generasi sebelumnya.. Tahun yang lahir pada tahun 1980-an memegang peranan
penting karena generasi ini kini memasuki masa paling produktif .. Pada usia 30-, inilah
generasi yang memimpin dunia kerja , dunia kreativitas, dunia inovasi, dan
mempengaruhi pasar dan industri global yang ada saat ini dan merupakan pemimpin
dalam persaingan.. lingkungan.. bidang.. dari dunia kerja, dunia kreativitas dan dunia
inovasi.. Oleh karena itu, generasi yang lahir pada tahun 1980-an dan seterusnya sering
disebut sebagai generasi Milenial.. Dengan merujuk pada generasi itu, gaya
kepemimpinan yang dibangun pun perlu beradaptasi dengan pola pikir dan gaya hidup
mereka.. Dan ketika kepemimpinan yang ada hendak melakukan revolusi mental pada
bangsa, generasi inilah yang menjadi target penting untuk disasar.. Beberapa karakter
informasi yang lebih baik dari generasi sebelumnya.. Media sosial menjadi bagian
kehidupan mereka sehari-hari.. Internet pun menjadi sumber informasi dan pengetahuan
seperti pemerintahan saat ini beradaptasi dengan gaya generasi baru lahir pada tahun
1980an. Model manajemen Milenial tidak sama dengan model kepemimpinan lebih lama
dibandingkan generasi sebelumnya. Tahun lahirnya adalah tahun 1980an peranan
penting bagi generasi sekarang memasuki masa paling produktif. pada usia 30 - selama
bertahun-tahun, generasi inilah yang akan memimpinnya dunia kerja, dunia kreativitas,
dunia inovasi, dan mempengaruhi pasar dan industri global apa yang terjadi saat ini dan
apa yang akan terjadi di tempat kerja yang kompetitif, di dunia dunia kreativitas dan
inovasi. Karena itu, generasi yang lahir pada tahun 1980an dan setelahnya sering disebut
dengan generasi milenial. Mengacu pada generasi ini, gaya Kepemimpinan tingkat lanjut
juga penting sesuaikan dengan pola pikir dan gaya hidup Anda mereka Dan jika
manajemennya kita sedang melakukan revolusi spiritual generasi ini adalah sasarannya
penting untuk dituju. Beberapa karakter generasi milenial itu terutama keterampilan
mereka mendapatkan lebih banyak teknologi informasi lebih baik dari generasi
sebelumnya. Media sosial menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Internet
juga telah menjadi sumber informasi dan informasi kepada mereka. Kebutuhan apa pun
sebagian informasi yang mereka perlukan Mereka mendapatkan sebagian besar internet
dan media sosial kehidupan yang ingin lebih bebas dan mandiri untuk melakukan sesuatu
Keempat, masih ada ribuan generasi lagi seperti sesuatu yang mendesak. Mungkin
fungsi ini dapat dilihat secara positif atau negatif. Selain itu, generasi ini sedang
melakukan sesuatu yang praktis dan sederhana. Yang negatif adalah generasi itu bisa
lebih tahan lama terhadap tekanan rendah dan stres terbiasa melakukan sesuatu dengan
cepat dan Ini instan, jadi tidak sabar menunggu hasilnya diterima tidak langsung terlihat.
mengawasi dari luar. Pemilihan gaya manajemen yang tepat dapat dilakukan sesuai