Anda di halaman 1dari 5

Kartini Gen Z : Meneladani Kepemimpinan R.

A Kartini bagi
Perempuan GenerasiNet
Ellen Astri Kinasih - SMPN 1 Sidoharjo

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pria dan wanita memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Pria lebih menggunakan
norma keadilan sementara wanita menggunakan norma persamaan. Pria juga
menggunakan strategi yang lebih luas dan lebih positif. Namun, perbedaan tidak akan
terlihat jika wanita memiliki rasa percaya diri yang tinggi. RA Kartini merupakan teladan
penting bagi perempuan Indonesia. Beliau adalah tokoh yang memperjuangkan hak-hak
perempuan seperti hak untuk belajar di sekolah dan hak untuk memimpin sebuah
organisasi. Dengan demikian, seorang wanita memiliki sifat demokratis dan rasa
kepedulian yang tinggi sehingga sosok wanita pun berkompeten untuk menjadi pemimpin
dalam sebuah organisasi.

Hasil Sensus Penduduk Tahun 2020 telah dirilis Badan Pusat Statistik pada akhir
Januari lalu, dan memberikan gambaran demografi Indonesia yang mengalami banyak
perubahan dari hasil sensus sebelumnya di tahun 2010. Sesuai prediksi dan analisis
berbagai kalangan, Indonesia tengah berada pada periode yang dinamakan sebagai Bonus
Demografi. Menariknya, hasil sensus 2020 menunjukkan komposisi penduduk Indonesia
yang sebagian besar berasal dari Generasi Z/Gen Z (27,94%), yaitu generasi yang lahir
pada antara tahun 1997 sampai dengan 2012. Generasi Milenial yang digadang-gadang
menjadi motor pergerakan masyarakat saat ini, jumlahnya berada sedikit di bawah Gen Z,
yaitu sebanyak 25,87% dari total penduduk Indonesia. Ini artinya, keberadaan Gen Z
memegang peranan penting dan memberikan pengaruh pada perkembangan Indonesia
saat ini dan nanti. Oleh karena itu kita sebagai calon pempmpin bangsa di masa depan
harus tau dan paham bagaimana cara memimpin gaya generasi Z, salah satunya dengan
meneladaini R.A Kartini sebagai salahsatu sosok pemimpin perubahan kaum perempuan
di Indonesia.

Oleh karena itu penulis….

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang ada, maka dapat dirumuskan masalah dari
penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gaya kepemimpinan perempuan dengan meneladain R.A


Kartini ?
2. Apa saja nilai-nilai kepemimpinan R.A Kartini yang dapat di terakpkan
Generasi Z di era sekarang ?
C. Tujuan

Dari rumusan masalah yang ada, maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini
adalah:

1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan perempuan dengan meneladain R.A


Kartini ?
2. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai kepemimpinan R.A Kartini yang dapat
di terakpkan Generasi Z di era sekarang ?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kepemimpinan

Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead ) berarti bimbing
atau tuntun. Setelah ditambah awalan “pe” menjadi pemimpin ( leader ) artinya orang
yang mempengaruhi pihak lain. Apabila ditambahi akhiran “an” menjadi pimpinan
artinya orang yang mengepalai. Setelah dilengkapi dengan awalan “ke” menjadi
kepemimpinan ( leadership ) yang artinya kemampuan dan kepribadian seseorang dalam
mempengaruhi pihak lain untuk melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama.

Kemampuan dan keterampilan dari seorang pimpinan adalah faktor penting dalam
memotivasi anggotanya agar lebih bekerja dengan baik. Dalam hal ini pengaruh seorang
pimimpinan sangat menentukan arah tujuan dari organisasi, karena untuk merealisasikan
tujuan organisasi perlu menerapkan peran dalam memimpin sebuah organisasi yang
konsisten terhadap situasi kerja yang dihadapi.

R.A Kartini

Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah
seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor
kebangkitan perempuan Nusantara. Ia adalah seorang aktivis Indonesia terkemuka yang
mengadvokasi hak-hak perempuan dan pendidikan perempuan.

Kelahiran: 21 April 1879, Jepara

Meninggal: 17 September 1904, Kabupaten Rembang

Nama lengkap: Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat

Generasi Z

Generasi Z, atau yang biasa disingkat sebagai “Gen Z” merupakan generasi yang lahir
pada tahun 1997-2012. Mereka sering disebut dengan digital native: dari kecil, mereka
sudah terbiasa dengan penggunaan internet, jaringan sosial, dan gawai. Hal tersebut
menghasilkan generasi yang sangat piawai dalam mengumpulkan referensi dari berbagai
sumber dan generasi yang dapat mengintegrasikan berbagai pengalaman mereka.
Dibesarkan di dunia di mana tema-tema penting seperti globalisasi, teknologi, krisis
iklim, dan konektivitas telah menjadi hal biasa, mereka juga memiliki perspektif dan
harapan yang unik mengenai karier, tempat kerja, dan di tempat mereka bekerja.

BAB III PEMBAHASAN

A. Bagaimana gaya kepemimpinan perempuan dengan meneladain R.A Kartini

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin


kepada pengikutnya dalam upaya mancapai tujuan organisasi. Adapun macam-macam
gaya kepemimpinan yaitu

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar


bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara
segala kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan.
Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin
atau gaya direktif. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis adalah sebagai
berikut :

- Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin


- Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin
- Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin
- Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
- Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para
bawahannya dilakukan secara ketat
- Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran pertimbangan
atau pendapat

2. Gaya Kepemimpinan Birokratis

Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan peraturan”.


Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur yang berlaku
bagi pemimpin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis pada umumnya
membuat keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara kaku tanpa
adanya fleksibilitas. Semua kegiatan hamper terpusat pada pimpinan dan sedikit
saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak boleh lepas
dari ketentuan yang ada. Adapun karakteristiknya sebagai berikut :

- Pimpinan menentukan semua keputusan yang bertalian dengan seluruh pekerjaan


dan memerintahkan semua bawahan untuk melaksanakannya
- Adanya sanksi yang jelas jika seorang bawahan tidak menjalankan tugas sesuai
dengan standar kinerja yang telah ditentukan

3. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain
agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan bersama antara pimpinan dan
bawahan. Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang
terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan
konsultatif atau partisipatif. Pemimpin berkonsultasi dengan anak buah untuk
merumuskan tindakan keputusan bersama. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :

- Wewenang pemimpin tidak mutlak


- Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
- Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
- Komunikasi berlangsung secara timbale balik, baik yang terjadi antara
pimpinan dan bawahan maupun sesame bawahan
- Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para
bawahan dilakukan secara wajar
- Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan
- Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran,
pertimbangan atau pendapat
- Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling
percaya, saling menghormati

Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Kartini tergolong dalam
gaya kepemimpinan demokratis, dimana ia dapat mendelegasikan wewenang pada
pengikutnya dalam membangun kepartipasian serta kepercayaan pengikutnya untuk
menyelesaikan suatu tugas dan tanggungjawabnya serta dapat bertindak tepat tanpa
pengarahan langsung dari pemimpinnya.

B. Apa saja nilai-nilai kepemimpinan R.A Kartini yang dapat di terapkan Generasi
Z di era sekarang

Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis menuntut pembagian kekuasaan yang setara. Artinya, tidak


ada satu pihak yang lebih mendominasi dari lainnya dalam proses pengambilan keputusan
(decision making). Gaya demokratis tidak menunjukkan hierarki. Pemimpin yang
menganut gaya ini membuka kesempatan sama besar bagi para anggota timnya untuk
berpartisipasi lebih aktif untuk mengambil keputusan. Suara dari tiap-tiap anggota juga
diperlakukan sama penting.

Dari Cleverism, seorang psikolog organisasional keturunan Jerman-Amerika, Kurt


Lewin, mengatakan ada tiga elemen inti dari kepemimpinan demokratis, yaitu:

 Pemimpin mengharapkan bawahan untuk melapor mengenai progres tugas.


 Leader mengharapkan bawahan menunjukkan kepercayaan diri dan kemampuan
maksimalnya untuk menyelesaikan sesuatu tanpa pengawasan terus-menerus.
 Pemimpin mengharapkan bawahan melibatkan orang lain dalam proses
pengambilan keputusan dan tidak bertindak sendiri.

Pemimpin yang dapat memenejemen tim


Untuk memaksimalkan manajemen tim di era globalisasi dan dapat terkoneksi 24 jam
melalui jaringan interne media sosial merupakan tempat Gen Z berinteraksi meskipun ada
yang bilang generasi ini cenderung narsis namun dibalik sifat tersebut mereka sangat
flexible, creative dan open minded. Untuk mengelola sebuah tim yang berisi generasi Z
dibutuhkan manajemen dan kepemimpinan gaya baru yang mampu mengerakan generasi
ini menjadi agen perubahan yang penuh harapan seperti perjuangan R.A Kartini dalam
memperjuangkan perempuan di zamannya. George Bradt dalam konsepnya mengenai
Brave Leadership menyampaikan bahwa terdapat 5 (lima cara dalam memimpin generasi
milenial) yang menurut penulis akan tidak jauh berbeda apabila diterapkan kepada gen Z :

1. Behavior artinya tidak membuat jarak dengan mereka kaum muda dan memberikan
akses informasi yang seluas-luasnya;
2. Relationship artinya menjadi pendengar yang aktif dan memberikan feedback
dengan cara baik dan tepat;
3. Attitude artinya memberikan kepercayaan untuk melakukan pekerjaan yang
menantang
4. Values artinya menjadikanpekerjaan mereka memiliki value dan arti;
5. dan Environment artinya menciptakan lingkungan kerja tanpa sekat birokrasi yang
rumit.

BAB IV PENUTUP

Pada akhir tulisan penulis menyimpulkan bahwa terkait kepemimpinan yang


adaptif dan efektif terhadap generasi Z dengan meneladain tokoh R.A Kartini, bahwa
kemampuan untuk mengangkat beban yang berat dalam mempertahankan organisasi,
maka semua komponen tim atau organisasi harus berubah, cara seorang perempuan
memimpin harus berubah, lingkungan organisasi harus berubah, cara berorganisasi dan
budaya organisasi harus berubah, cara mengelola tim harus berubah, begitu pula cara
memimpin tim dalam organisiasi juga harus berubah. Bagaimana seharusnya mengelola
generasi Z adalah melalui pendekatan kekuatan kaum Z, yaitu melihat sisi kekuatan para
Gen Z kemudian memaksimalkan kekuatan para pemuda tersebut, pemimpin mampu
mengenali karakteristik unik generasi milenial, menciptakan lingkungan kerja yang
paling sesuai hingga akhirnya mampu untuk memimpin para Gen Z untuk bisa bersama-
sama mewujudkan visi misi organisasi.

Anda mungkin juga menyukai