A. Pendahuluan
Berbicara tentang kepemimpinan Rasulullah SAW jauh hari telah mengingatkan kita, bahwa
kamu semua adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas
sesuatu yang dipimpinnya ( Al-Hadits). Pemimpin tidak dapat dipisahkan dengan sekelompok
orang yang dipimpin dan kesamaan tujuan, maka berbicara tentang kepemimpinan harus
mempunyai gambaran tentang kemampuan menggerakkan orang guna mencapai tujuan
bersama.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan, pemimpin menggunakan sumber daya yang terdiri dari
man, money, material, machine, market dll. Ditinjau dari peran masing-masing maka
manusialah yang sangat menentukan serta manusialah sebagai sumber obyek yang
menggunakan sarana atau sumber daya tersebut. Maka untuk mencapai tujuan organisasi
sangat tergantung pada kemampuan pemimpin dalam menggerakkan sumber daya manusia
tersebut dan kemampuan tersebut tergantung kualitas kepemimpinan seseorang.
B. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin yang artinya orang yang memimpin. Dalam bahasa
Inggris disebut Leadership. Menurut istilah, kepemimpinan diartikan aktifis atau kegiatan untuk
mempengaruhi, membimbing, dan memberi pengarahan atas pikiran dan tindakan orang lain
untuk dapat mencapai tujuan bersama.
Oleh karena itu, seorang pemimpin tidak hanya orang yang duduk di atas kursi saja, tetapi dia
adalah orang yang mampu untuk menggerakkan orang yang dipimpinnya sehingga mempunyai
kesadaran dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.
C. Teori Kepemimpinan
1. Teori Genetis atau Pembawaan
Inti ajaran ini tersimpul dalam sebutan yang mengatakan “leader are born and not made”
berarti bahwa para penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan menjadi
pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat seorang pemimpin.
2. Teori Sosial
Inti ajarannya : “leader are made and not born”. Bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin
apabila diberi pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis
Bahwa seseorang akan menjadi pemimpin yang baik apabila ia pada lahirnya telah memiliki
bakat sejak lahir dan dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang
memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimiliknya
itu.
Pada dasarnya tugas pemimpin adalah sebagai berikut :
1. Planning ( Perencanaan )
Seorang pemimpin bersama pengurus lainnya menyusun kegiatan atau program selama masa
baktinya dan sedapat mungkin disesuaikan dengan kondisi riil yang ada.
2. Organizing ( Perorganisasian )
Pemimpin harus mampu mengorganisasi atau mambagi tugas kepada pengurus yang menjadi
bawahannya sesuai dengan bidangnya masing-masing.
3. Actuating ( Motivasi )
Pemimpin harus mampu menggerakkan pembantu-pembantu atau staf-stafnya untuk
melaksanakan program yang akan ditetapkan. Mampu memberi bimbingan dan arahan agar
melaksanakan tugasnya masing-masing ( Job Discription ).
4. Controling ( Pengawasan )
Pemimpin harus dapat mengawasi tugas yang telah diberikan kepada para bawahannya serta
dapat mengevaluasi pelaksanaannya, sudah sejauh mana pelaksanaan program, apa saja
kelebihan, serta apa saja hambatan-hambatannya. Sehingga hambatan maupun penyimpangan
tersebut dapat segera diketahui dan diatasi sedini mungkin.
D. Tipe-Tipe Kepemimpinan
1. Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang
demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern karena :
a. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertolak pendapat bahwa manusia itu adalah
makhluk yang termulia di dunia
b. Selalu berusaha mensinkronisasikan kepemimpinan dari organisasi dengan kepentingan dan
tujuan pribadi dari bawahannya
c. Selalu berusaha mengutamakan kerja sama dan team work dalam mencapai tujuannya
d. Dengan ikhlas memberikan seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan
yang kemudian dibandingkan dan diperbaiki agar bawahannya ini tidak lagi berbuat kesalahan
yang sama akan tetapi, secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe ini
bukanlah suatu hal yang mudah dicapai, akan tetapi karena pemimpin yang demikianlah yang
paling demokratis alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha untuk menjadi seorang
pemimpin yang demikian.
2. Tipe Otokratis
Ciri-ciri atau karakteristik pemimpin jenis ini antara lain: a. Menganggap organisasi milik sendiri
b. Menganggap bawahan hanya sebagai alat
d. Tidak mau menerima saran, kritik atau pendapat e. Terlalu bergantung pada kekuasaan
formalnya
f. Dalam tindakan pergerakan sering menggunakan approach (pendekatan) yang mengandung
unsur paksaan dan punitive (bersifat menghukum).
Dari sifat-sifat tersebut di atas jelas terlihat bahwa tipe pemimpin yang demikian ini tidak untuk
organisasi modern dimana hak asasi manusia yang menjadi bawahan harus dihormati.
3. Tipe Militeristis
Seorang pemimpin yang bertipe militeris ialah seorang pemimpin yang mempunyai sifat-sifat :
a. Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang digunakan.
b. Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung pada jabatan dan pangkat.
c. Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan.
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan. e. Sukar menerima kritikan dari
bawahan.
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai kegiatan.
4. Tipe Kharismatik
Hingga sekarang ini, para sarjana belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang
pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui ialah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai
daya tarik yang cukup besar, dan karenanya pada umumnya punya pengikut yang cukup besar,
meskipun para pengikut sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut
pemimpin itu.
Karenanya, kurangnya pegetahuan menjadikan sabab musabab seseorang menjadi pemimpin
yang kharismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan ghoib atau super natural power. Kekayaan umum kesehatan dan profil tidak
dapat digunakan sebagai kriteria untuk kharisma.
Ghandi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnaen bukanlah orang yang bersifat sehat,
Jhon F Kenedy adalah seorang pemimpin yang mempunyai kharisma, meskipun umumnya
masih pada waktu terpilih sebagai presiden AS.
5. Kepemimpinan Tradisional
Kepemimpinan ini didasarkan pada tradisi, misalnya seorang raja diangkat karena keturunan
atau berasal dari dinasti tertentu.
G. Penutup
Demikianlah materi yang dapat kami susun, semoga dapat bermanfaat dan menjadi dasar
kajian yang dapat dikembangkan dengan bahan lain yang lebih lengkap. Kami hanya berpesan
“Selama mengabdi di masyarakat utamakan akhlaqul karimah, jaga nama baik almamater”.
Moderasi Beragama Dalam Islam
Istilah “moderasi” sering dikaitkan dengan sikap menengahi suatu masalah. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata “moderasi” diartikan dengan“pengurangan kekerasan” atau
“penghindaran keekstriman”. Secara umum, istilah moderasi sering dipahami sebagai aktivitas
memandu, mengarahkan, dan menengahi komunikasi interaktif yang terjadi antara beberapa
pihak dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dengan kata lain, moderasi adalah suatu tindakan
atau sikap yang mampu menjadi penengah (washith) dalam upaya penyelesaian persoalan
antara kedua belah pihak atau lebih, sehingga persoalan itu menemukan solusi dan kedamaian
dengan mereduksi potensi kekerasan atau keekstriman.
Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam semesta) melaluiwahyu Al-
Qur’an telah menempatkan posisi umatnya (kaum muslimin) sebagai umat yang washathan,
yakni mampu menjadi penengah (washith) dalam menyikapi persoalan terjadi di tengah-tengah
kehidupan manusia sebagaimana yang tertera dalam Surat Al-Baqarah ayat 143:
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang menjadi
penengah(washathan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…”.
Ayat di atas menunjukkan bahwa umat Islam disebut ummatan washathan, umat penengah
yang serasi dan seimbang, karena mampu memadukan dua kutub agama terdahulu, yaitu sikap
keberagamaan Yahudi yang terlalu membumi dan Nashrani yang terlalu melangit. Ayat tersebut
juga berkaitan erat dengan bukti nyata kesiapan mental umat Islam menerima ketetapan Allah
saat terjadinya perpindahan arah kiblat yang asalnya menghadap Masjidil Aqsha di Palestina
berpindah menjadi menghadap Masjidil Haram di Makkah. Hal ini membuktikan kemandirian
dan kemurnian ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. bisa menjadi penengah,
tidak terpengaruh oleh sikap keberagamaan umat terdahulu yang mengagungkan Masjidil
Aqsha.