Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PSIKOLOGI KELUARGA

PERAN DAN HAK SUAMI ISTRI DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI


KELUARGA

Dosen Pembimbing:
Teuku Amnar Saputra, S.Sos.I.,MA

Disusun O;eh:
Nanda Khalisah

HUKUM KELUARGA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH
PTI AL-HILAL SIGLI
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Peran dan Hak Suami Istri Perspektif Psikologi Keluarga”. Dan
tidak lupa pula kita sanjung pujikan kepada Nabi Besar Muhamad SAW yang
telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam yang terang benderang
ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memperdalam pemahaman tentang
percobaan timdak pidana sekaligus dalam rangka memenuhi salah satu syarat
penilaian mata kuliah Psikologi Keluarga di Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah
(STIS),.
.

Sigli, Juni 2021

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ 1


KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Peran Suami Istri dalam Perspektif Psikologi Keluarga...................... 6
A.1 Peran Suami dalam Perspektif Psikologi Keluarga…………….. 6
A.2 Peran Istri dalam Perspektif Psikologi Keluarga……………….. 9
B. Hak-hak Suami Istri dalam Perspekif Psikologi Keluarga………….. 11
A.1 Hak Suami dalam Perspektif Psikologi Keluarga……………….11
A.2 Hak Istri dalam Perspektif Psikologi Keluarga…………………. 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal
bersama dalam satu atap dengan peran masing-masing serta keterikatan
emosional. Sedangkan dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan
orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing - masing
anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi,
saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri.
Sebuah keluarga terbentuk dari perkawinan anatra seorang laki-laki dan
seorang wanita yang kemudian masing-masing memiliki status sebagai suami dan
istri, dengan kata lain telah menjadi pasangan sekaligus anggota keluarga. Dalam
sebuah keluarga setiap anggotanya memiliki hak dan kewajiban yang harus
dipenuhi guna menjaga keberlangsungan keluarga tersebut. Maka dari itu
pasangan suami istri haruslah empunyai kesadaran bahwa mereka haruslah
menghargai serta menjaga hak satu sama lain.
Menurut ahli psikologi kelluarga Bambang Trihadmojo, meningkatnya
angka perceraian yang terjaadi, juga salah satunya disebabkan oleh tidak
terpenuhinya hak masing-masing pihak, baik suami ataupun istri yang menggugat
merasa bahwa haknya tidak terpenuhi secara sempurna. Karena pada hakikatnya
manusia memiliki naluri dan nafsu yang selalu ingin dituri. Maka dari itu penulis

4
tertarik untuk mengangkat tema “Peran dan Hak Suami Istri dalam Perspektif
Psikologi Keluarga” dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana pembagian peran suami istri dalam perspektif psikologi keluarga?
2. Apa pengertian hak suami istri dalam perspektif psikologi keluarga?
3. Apa sajakah hak dari suami dan istri dalam perspektif psikologi keluarga?

C. Tujuan Penulisan
Dari beberapa rumusan masalah di atas maka dapat dikemukakan tujuan dari
penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan peran suami istri dalam
perspektif psikologi keluarga.
2. Untuk mengetahui pembagian peran suami istri dalam perspektif keluarga.
3. Untuk mengetahui pengertian hak suami istri dalam perspektif psikologi
keluarga.
4. Untuk mengetahui hak-hak suami istri dalam perspektif psikologi
keluarga.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Suami Istri dalam Perspektif Psikologi Keluarga


Peran (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia
menjalankan suatu peran.1
Seperti halnya suami istri melaksanakan pengambilan keputusan dalam rumah
tangga, pada umumnya pengambilan keputusan keluarga diputuskan oleh suami
sebagai kepala keluarga dengan melibatkan istri maupun anggota keluarga lain
dalam perundingan untuk mendapatkan jalan keluar dari permasalahan. Ketika
musyawarah, kepala keluarga mempertimbangkan pendapat yang dikemukakan
oleh istri maupun anggota keluarga lain.
Dalam perspejtif psikologi keluarga peran suami dan istri sangat penting untuk
membangun keluarga yang sesuai dengan fungsinya yaitu tempet perlindungan
bagi anggotanya serta menjadi sarana memperoleh kesejahteraan. Berikut akan
dibahas peran masing-masing antara suami istri dalam keluarga.

1. Peran Suami dalam Perspektif Psikologi Keluarga


Seorang suami memegang peran yang sangat penting dalam kelurganya,
diamana seorang suami berperan sebagai kepala keluarga, sumber materi,
pemberi rasa perlindungan dan kenyamanan kepada istri, pengarah
perkembangan, model dan teladan bagi istri dan anak-anaknya.2
1
Dyah Purbasari Kusumaning Putri Sri Lestari, Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 16, No.
1, 2015
2
Ibid

6
a. Peran Suami sebagai Sumber Materi (Pencari Nafkah)
Sebagai kepala keluarga, mencari nafkah merupakan peran utama yang
harus dilkasanakan oleh seorang suami, karena ia harus memenuhi segala
kebutuhan anggota3 keluarganya. Tidak heran jika pekerjaan kemudian menjadi
hal yang sangat fundamental bagi laki-laki, tanggung jawab untuk mencari
nafkah inilah yang juga menjadikan seorang suami memiliki kewibawaan yang
wajib dihargai dan dihormati oleh seluruh anggota keluarganya.

b. Peran Suami sebagi Mitra (Partner) Istri.


Suami juga berperan sebagai mitra istri yaitu menjadi teman, partner setia yang
mampu menyenangkan dan sealu ada di segala situasi dan kondisi dengan
menyediakan waktu luang untuk istri. Waktu luang itu dimulai dengan hal yang
sederhana, misalnya sekedar berbincang dan menghabiskan waktu senggang
berdua, biasa disebut dengan quality time.4 Berdasarkan hasil beberapa penelitian
tentang sebab terjadinya lonjakan angka perceraian, diemukan fakta bahwa factor
yang sangat berpengaruh dan menjadi fakto terjadinya perceraian adalah
kurangnya waktu yang berkualitas antar pasangan suami istri.
Dengan kurangnya waktu berdua, otomatis akan mengurangi komukasi antara
suami dan istri yang menyebabkan sering munculnya perbedaan pendapat serta
kesalahpahaman antara keduanya.

c. Peran Suami sebagai Pemberi Rasa Aman bagi Istri dan Anggota
Keluarga.
Seorang suami, tidak hanya memiliki kewajinan utnuk mencari nafkah, akan
tetapi ia juga harus mampu memberikan rasa aman kepada istri dan anggota
keluarganya. Karena sudah kodratnya laki-laki yang bertugas menjaga wanita,
3
Gunarsa, Singgih D., Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga, Cet.7 (Jakarta:
Gunung Mulia), 2004, hal. 126
4
Ibid, hal. 134

7
apalagi ketika sudah menjadi seorang suami dna ayah, maka keamanan keluarga
tentu ada dipundaknya.
Suami yang mampu memberikan rasa aman bagi anggota keluarganya
cenderunng lebih disegani, baik oleh anggota keluarganya sendiri maupun oleh
orang-orang di luar anggota keluarga. Rasa aman tersebut terdiri dari jaminan
tempat tinngal, terpenuhinya kebutuhan primer serta tidak merasa dalm keadaan
berbahaya. 5

d. Peran Suami sebagai Pendukung Perkembangan Pemdidkan anak.


Dalam keluarga, untuk hal pendidikan suami yang telah menjadi seoarang
ayah, perananannya sangatlah penting. Terutama bagi anak lai-laki, ayah menjadi
model dan teladan bagi anak-anak lakinya, bagaimana ia menjalankan tanggung
jawabnya sebagai seorang laki-laki. Kemudian cara ia memperlakukan istrinya, itu
akan menjadi cerminan bagi anak-anaknya kelak. Pakar psikologi, Sri Utami
dalam bukunya yang berjudul “Ayah adalah Gambaran Masa Depan”
mengungkapkan bahwa “kebiasaan-kebiasaan seorang suami memperlakukan
istrinya, akan menjadi gambaran dan referensi bagi anak-anak lakinya dalam
memperlakukan wanitanya kelak”.6

e. Peran Suami sebagai Tokoh Penasehat


Seorang suami adalah tokoh otoritas dan penasehat bagi dalam keluarga,
dengan sikapnya yang tegas dan berwibawa ia bisa menjadi sosok yang bisa
membantu memcahkan permasalahan yang terjadi di dalam keluarganya. Suami
harus mampu berpikir dan bersikap bijaksana, dengan begitu, ia akan menjadi
rujukan pemikiran abgi istri dan keluarganya saat membutuhkan solusi dan
motivasi. Secara psikologis, seorang laki-laki umumnya memiliki kematangan
pikiran yang lebih tinggi dari wanita. 7 Namun bukan berarti wanita tidak bisa
lebih berpikir dewasa.

5
Sri Lestari, Psikologi Keluarga : Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga, (Jakarta: Kencana), 2012, hal. 67
6
Ibid, hal. 77
7
Ibid, hal. 81

8
Selain peran-peran di aias, suami juga memiliki beberapa peran lainnya
menurut yaitu suami harus berperan untuk mengayomi juga membimbing istrinya
agar tetap berada di jalan yang benar. Membantu meringankan tugas istri, seperti
ikut menjaga anak-anak saat istri sedang sibuk melakukan tugas lainnya, atau
mengajak anak-anak bermain dan berkreasi di sela-sela waktu.

2. Peran Istri dalam Perspektif Psikologi Keluarga.


Dalam keluarga, selain peran suami, seorang istri juga mempunyai peran yang
tidak aklah penting dari seorang suami. Peran-peran tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Pendamping Suami
Dalam menjalankan tugas dan perannya, suami sangat memrlukan
pendamping yang selalu menemaninya. Sebagai seorang istri tentu sudah
menjadi nalurinya untuk mendampingi suaminya dalam suka maupun duka,
dengan demikian kelaurga yang dibangun bersama-sama akan mudah untuk
mencapai tujuan dan fungsinya.8
Seorang istri harus mampu menjadi pendorong dan pendukung kemajauan
suami, bukan malah menjatuhkan mental suami. Biasanya kesalhan yang serii g
terjadi dari seorang istri adalah merendahkan suaminya dihadapan orang lain,
membanding-bandingkan suaminya dengan suami orang lain. Itu tentu akna
sangat menjatuhkan mental dan martabat suami.

b. Penyedia Kebutuhan Fisiologis dan Psikis


Kedudukan seorang istri sebagai tokoh sentral, mempunyai perang paling
intim dalam keluarga. Khusunya ketika seorang istri sudah menjadi ibu dalam
keluarga, isstri menjadi pusat logistik, yaitu memenuhi kebutuhan fisik, dan
fisiologis untuk meneruskan hidup anggota keluarganya. 9 Kemudian setelah

8
Sri Utami, Psikologi Keluarga; Ayah adalah Gambaran Masa Depan, (Jakarta: Graha
Indo Press), 2015, hal. 121
9
Erna Zubair, Psikologi Wanita: tentang Suara Wanita Wajib di Dengar, (Bandung: PT.
SCC Media), 2017, hal. 176

9
terpenuhi kebutuhan fisik dan fisiologis tadi, seorang iastri akan melanjutkan
untuk memenuhi kebutuhn sosial, kebutuhan psikis dan kebutuhan lainnya. Yang
berguna untuk menjadikan suasana keluarga lebihh optimal dan berkualitas,

c. Pengurus dan Perawat Keluarga dengan Sabar, Intim dan Konsisten


Seorang istri harus mampu sabar dalam menanamkan sikap-sikap., kebiasaan
pada anggota keluaraga agar tidak mudah panik dalam mengahdapi gejolak dalam
dalam diri maupun dari luar diri suami dan anak-anaknya. 10 Seorang istri tentu
mempunyai ketelatenan dalm mengurus anggota kelurag, mulai dari suami, anak
bahkan ibu dari suaminya.
Terlebih lagi sikap istri yang sangat intim dan mesra akan sangat mendukung
mental dan moral suami dan anak. Selepas dari aktifitasnya di luar, biasanya
suami dan anak akan membutuhkan kehangatan dari keluarganya untuk mengobati
lelah.11

d. Istri sebagai Manajer


Dalam aktifitas keluarga, seorang istri berperan sebagi manajer di dalam
rumah tanga, dimana seoarang istri akan mengatur dan mengelola segala aspekn
kebutuhan ruamh tangga, mulai dari keungan, belanja bulanan, dan kperluang
pelengkap lainnya. Menjadi manajer sebenarnya bukan hal yang mudah bagi
seorang istri, karena harus memikirkan banyak hal dalam satu waktu.
Maka dari itu seorang istri juga tidak jarang mengelauh saat ia merasa lelah
alam menjalani kesehariannya.

e. Sebagai Pendidik dan Pengendali


Istri yang sudah memiliki tambahan status sebagi seorang ibu, juga berperan
untuk memdiidk anak-anaknya, seabgaiman dalma kutipan nasehat yang selama
ini kita dengar “ibu merupakan madrasah pertamah bagi ank-anaknya”. Dan
dalam perspektif psikologi keluarga itu benar adanya dan menjadi fakta yang

10
Ibid, hal. 182
11
Save M. Dagun, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Rineka Cipta Desmita), 2013, hal. 99

10
akurat, seorang sitri mempunyai andil yang sangat besar terhadap pendidikan
anak, khususnya pendidikan akhlak dan etitude. Karena dasar dari perkembangan
seorang anak adalah pada pola didikan dan asuhan ibunya.12

B. Hak-hak Suami dan Istri dalam Perspektif Psikologi Keluarga.


Hak adalah sesuatu yang dapat dimiliki dan dikuasai sedangkan kewajiban
adalah sesuatu yang harus diberikan, baik berupa benda baik berupa benda
maupun berupa perbuatan.13
Dalam hubungan suami istri, kedua belah pihak memiliki hak masing-masing.
hak istri merupakn kewajiban bagi seorang suami, begitupun sebaliknya hak
suami merupakan kewajiban dari istri. Seorang suami boleh meminta hak nya
kepada istrinya dan seorang istri juga boleh menuntut haknya kepada suami.
Inilah yang dinamkan hubungan timbal balik dalam keluarga. Di antra hak-hak
suami istri dalam perspektif psikologi keluarga adalah sebagai berikut:
1. Hak Suami dalam Perspektif Psikologi Keluarga
a. Terpenuhinya Naluri Manusiawi (Seksual)
Suami memiliki hak atas istri yang telah dinikahinya, sementara itu
terpenuhinya naluri seksualitas merupakan hak dari seorang suami yang harus
dipenuhi oleh istri. Mengingat tuntutan naluri seksual merupakan salah satu tujuan
dari pernikahan.14 Apabila seorang istri tidak mau melayani suaminya atau tidak
mampu memenuhi hak suami ini, maka akan menjadi masalah dalam hubungan
keluarga antara suami dan istri.
Dalam pandangan psikologi, naluri atau hasrat untuk berhubungan suami istri
sering muncul tiba-tiba dari kedua belah pihak, maka tidak jarang terkadang istri
tidak mampu untuk memenuhi hak suaminya. Bukan tanpa alasan, bisa jadi karena
istri sedang lelah setelah seharian mengurus dan mengerjakn kerjaan rumah

12
Ibid, hal. 121
13
Suprajitno, Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktk, (Jakarta: EGC),
2004, hal. 113
14
Silalhi, Karlinawati, Psikologi Keluarga/ Penyunting, Karlinawati Silalahi, Eko A.
Meinarno, (Jakarta: Rajawali:Pers.), 2010, hal. 225

11
tangga.15 Disinilah diperlukan penegertian dari pihak suami, agar bisa menghargai
dan mengerti keadaan istri.

b. Hak atas Perhatian dan Perawatan dari Istri.


Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap suami tentu membutuhkan perhatian dan
perawatan dari seorang istri, karena pada umumnya laki-laki akan selalu
mengandalkan istri untuk menyiapkan segala keperluannya. Sudah menjadi tugas
dan kewajiban seorang istri untuk mengurus suami dengan penuh perahtian dan
kasih sayang.
Seorang suami yang merasakan cukupnya perhatian dari istri di rumah, tentu
tidak akan mudah berpaling kepada wanita di lingkungan kelaur. Jikapun terjadi
keberpalingan suami terhadap wanita di luar, hanya beberapa persen saja dari
penyebab kasus perselingkuhan.16
Seiring berkembangnya zaman, dengan kebutuhan rumah tangga yang dapat
diakses secara instan, sserta kebergantungan terhadap keberadaan asisten rumah
tangga (ART) sebenarnya menjadi pemicu dari kurangnya perhatian langsung dari
seorang istri kepada suami. Hal ini juga secara tidak langsung menjadi bumerang
bagi mereka para istri yang tidak bisa menjaga peran-peran vital mereka sebagai
istri.

c. Hak Mengatur Kebijakan Rumah Tangga


Sebagai kepala rumah tangga, suami juga mempunyai hak untuk membuat
dan mengatur kebijakan yang berlaku dalam keluargamya. Pada hakikatnya lak-
laki atau suami adalah pemimpin bagi anggota keluarga lain, akan tetapi suami
juga harus menimbang, menerima pendapat dari istri atau anggota keluarganya,
agar tidak terjadi deskriminasi dalam hubungan keluarga.
15
Ibid, hal. 242
16
Urip Tri Wijayanti, Deybie Yanti Berdame, 2019. “eight of family functions; family
planning; health program” Jurnal. delapan fungsi keluarga; keluarga berencana; program
kesehatan. Vol. 11, No. 1

12
Seorang suami berhak menentukan hal-hal yang boleha tau tidak untuk
dilakukan oleh istri dan anggota kaluarga, selama tidak menyimpang dari batas-
batas yang telah diatur dalam Undang-Undang dan Syariat Islam.
Dari kacamata psikologi keluarga suami pada umumnya cenderung merasa
bahw adirinya selalu benar, karena sifat dan tingkat keeogisan laki-laki itu
memang lebih tinggi dibandingkan wanita. Tidak jarang kita lihat dalam
penyelesaian permasalahan keluarga istri menjadi pihak yang sering mangalah dan
meredamkan emsoi dari suami.

2. Hak Istri dalam Perpektif Psikolog Keluarga


Begitupula seorang istri, ia juga mempunyai hak yang wajib dipenuhi oleh
seoarng suami. Berikut beberapa hak istri yang harus dipenuhi oleh suami dalam
perspektif psikologi keluarga adalah:

a. Hak Terpenuhinya Kebutuhan Lahir dan Batin.


Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa seorang istri memiliki hak untuk
memperoleh nafkah dari suaminya, baik nafkah lahir maupun nafkan batin.
Adapun yang diamksud dengan nafkah lahir ialah berupa materi yang meliputi
kebutuhan sandang, pangan dan papan. Suami wajib memenuhi kebutuhan primer
tersebut,17
Adapun nafkah batin yaitu kebutuhan seksual, tidak hanya suami saja yang
memerlukan terpenuhinya kebutuhan seksual, tetapi istri juga boleh meuntut hak
tersebut kepada suami.

b. Hak Dilindungi dan Merasa Aman


Dalam keluarga, seorang suami wajib menjamin rasa aman kepada istri dan
semua anggota keluarga. sudah keharusan suami untuk menjaga dan melinndungi

17
Marty Mawarpury, Mirza Mirza, Jurnal Psikologi Keluarga; Resiliensi Dalam Keluarga:
Perspektif Psikologi Vol, 2, No 1 2017

13
istrinya. Jika suami mampu melindungi dan menjaga istrinya, maka terpenuhilah
hak istri.18
Sayangnnya dalam bebrapa kasus kita temukan fakta baahwa suami yang
harusnya melindungi keselamatan istri justru malah yang menjadi pihak yang
menyakiti istri, baik dengan melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
bahkan yang lebih mirisnya adalah ketika suami tega menjdikan istrinys sediri
sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK). Hal ini tentu telah melanggar hak istri dan
menyeleweng dari kewajibannya sebagai pelindung.

c. Hak untuk Diterimanya Pendapat dan Saran dalam Pengambilan


Keputusan
Hak istri yang sering dilupakan oleh suami adalah menyuarakan pednapat dan
saran dalam keluarga, terutama dalam menetapkan suatu keputusan. Sering kali
para suami sering menyepelekan pendapata istri apalagi jika istri mempunyai
riwayat pendidikan lebih rendah daripada suami.
Menurut Erna Zubair, seorang Psikiater Konseling Keluarga, yang ia tulis di
dalam bukunya “Psikologi Wanita: tentang Suara Wanita”, ia mengungkapkan
bahwa banyak sekali wanita yang tidak dihargai hanya karena mereka
berpendidikan rendah, dan umumnya para suami hanya akan mendengarkan istri
yang memiliki jabatan lebih tinngi daripadanya.
Tentu fakta yang tidak menyenangkan bagi sebagian istri, karena seharusnya
seorang istri juga wajib terpenuhi hak nya untuk dapat memberikan pendapat dan
diterima di dalam keluarga.19

Selaras dengan perspektif Psikologi keluarga, di dalam perspektif hukum Islam


juga dijelaskan tentang hak suami istri yang wajib dipenuhi, hal tersebut sesuai
dengan Firman Allah:
ِ‫َولَهُنَّ م ِْث ُل الَّذِي َعلَي ِْهنَّ ِب ْال َمعْ رُوف‬

18
Ibid
19
Erna Zubair, Psikologi Wanita: tentang Suara Wanita Wajib di Dengar, (Bandung: PT.
SCC Media), 2017, hal. 233

14
Artinya: “Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma’ruf.” (Al-Baqarah/2: 228).20

Di antaranya hak istri untuk mendapatkan nafkah lahir dan bati, hal ini
ditegaskan dalam hadits Rasululuah Shallallahu’alaihi wasallam:
ِ ‫ َوالَ َت ْهجُرْ إِالَّ فِي ْال َب ْي‬، ْ‫ َوالَ ُت َقبِّح‬،‫الوجْ َه‬
‫ت‬ َ ‫ب‬ ِ ‫ َوالَ َتضْ ِر‬، َ‫* َو َت ْكسُو َها إِ َذا ا ْك َت َسيْت‬، َ‫أَنْ ُت ْط ِع َم َها* إِ َذا َط ِعمْت‬

Artinya: “Engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya


pakaian jika engkau berpakaian, janganlah memukul wajah dan janganlah
menjelek-jelekkannya serta janganlah memisahkannya kecuali tetap dalam
rumah.” 21

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perpektif psikologi keluarga dan


perspektif hukum Islam memiliki pandangan yang hamper sama mengenai hak-
hak suami istri. Hanya saja dalam perspektif psikologi keluarga berfokus pada
hak-hak yang lebih fundamental dalam kaitannya dengan psikis.

20
Ayu Diana Ulfa, Jurnal Psikologi Keluarga: Keselarasan Hak dan Kewajiban Suami Isstri
menurt Perspektif Psikologi Kelurga dan Perpektif Hukum Islam, Vol. 13, NO. 4, 2017
21
Ibid

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang suami memegang peran yang sangat penting dalam kelurganya,
dalam perspektif psikologi keluarga seorang suami berperan sebagai kepala
keluarga, sumber materi, pemberi rasa perlindungan dan kenyamanan kepada istri,
pengarah perkembangan, model dan teladan bagi istri dan anak-anaknya.
Sementara itu dalam keluarga, selain peran suami, seorang istri juga mempunyai
peran yang tidak aklah penting dari seorang suami. Peran-peran tersebut adalah
sebagai pendamping suami, penyedia kebutuhan fisiologis keluarga, sebagai
manajer rumah tangga, pendidik bagi ank-anaknya dan pengurus serta merawat
bagi anggota keluarga.
Adapun hak-hak suami adalah terpenuhi naluri seksual, mengatur kebijakan
rumah tangga, menperoleh perhatian dan perawatan dari istri. Sedangkan haka
seorang istri dalam perspektif psikologi keluarga yaitu: hak terpenuhi kebutuhan
lahur dan abti, hak dilindungi dan merasa aman serta hak menyuarakan pendapat
dalam pengambilan keputusan besar dalam kleuarga

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami sebagai penulis menyampaikan banyak
terimakasih kepada Bapak Dosen yang telah membimbing kami. Namun kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami meminta saran dan kritik yang konstruktif dari Dosen dan
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dyah Purbasari Kusumaning Putri Sri Lestari, Jurnal Penelitian Humaniora,


Vol. 16, No. 1, 2015
Sri Lestari, 2012, Psikologi Keluarga : Penanaman Nilai dan Penanganan
Konflik dalam Keluarga, Jakarta: Kencana.
Sri Utami, 2015, Psikologi Keluarga; Ayah adalah Gambaran Masa Depan,
Jakarta: Graha Indo Press
Suprajitno, 2004, Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktk,
Jakarta: EGC..
Silalhi, Karlinawati, 2910, Psikologi Keluarga/ Penyunting, Karlinawati
Silalahi, Eko A. Meinarno Jakarta: Rajawali:Pers.
Yupi Supartini, 2004, Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta:
EGC.
Gunarsa, Singgih D. 2004, Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga,
Cet.7 Jakarta: Gunung Mulia.
Save M. Dagun, 2012, Psikologi Keluarga Jakarta: Rineka Cipta Desmita.
Urip Tri Wijayanti, Deybie Yanti Berdame, 2019. “eight of family functions;
family planning; health program” Jurnal. delapan fungsi keluarga; keluarga
berencana; program kesehatan. Vol. 11, No. 1
Achmad Mubarok, 2016, Psikologi Keluarga jakarta: Madani.
Marty Mawarpury, Mirza Mirza, Jurnal Psikologi Keluarga; Resiliensi Dalam
Keluarga: Perspektif Psikologi Vol, 2, No 1 2017

17
Erna Zubair,2915, Psikologi Wanita: tentang Suara Wanita Wajib di Dengar,
Bandung: PT. SCC Media

18

Anda mungkin juga menyukai