Dosen Pembimbing:
Teuku Amnar Saputra, S.Sos.I.,MA
Disusun O;eh:
Nanda Khalisah
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Peran dan Hak Suami Istri Perspektif Psikologi Keluarga”. Dan
tidak lupa pula kita sanjung pujikan kepada Nabi Besar Muhamad SAW yang
telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam yang terang benderang
ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memperdalam pemahaman tentang
percobaan timdak pidana sekaligus dalam rangka memenuhi salah satu syarat
penilaian mata kuliah Psikologi Keluarga di Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah
(STIS),.
.
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Peran Suami Istri dalam Perspektif Psikologi Keluarga...................... 6
A.1 Peran Suami dalam Perspektif Psikologi Keluarga…………….. 6
A.2 Peran Istri dalam Perspektif Psikologi Keluarga……………….. 9
B. Hak-hak Suami Istri dalam Perspekif Psikologi Keluarga………….. 11
A.1 Hak Suami dalam Perspektif Psikologi Keluarga……………….11
A.2 Hak Istri dalam Perspektif Psikologi Keluarga…………………. 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal
bersama dalam satu atap dengan peran masing-masing serta keterikatan
emosional. Sedangkan dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan
orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing - masing
anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi,
saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri.
Sebuah keluarga terbentuk dari perkawinan anatra seorang laki-laki dan
seorang wanita yang kemudian masing-masing memiliki status sebagai suami dan
istri, dengan kata lain telah menjadi pasangan sekaligus anggota keluarga. Dalam
sebuah keluarga setiap anggotanya memiliki hak dan kewajiban yang harus
dipenuhi guna menjaga keberlangsungan keluarga tersebut. Maka dari itu
pasangan suami istri haruslah empunyai kesadaran bahwa mereka haruslah
menghargai serta menjaga hak satu sama lain.
Menurut ahli psikologi kelluarga Bambang Trihadmojo, meningkatnya
angka perceraian yang terjaadi, juga salah satunya disebabkan oleh tidak
terpenuhinya hak masing-masing pihak, baik suami ataupun istri yang menggugat
merasa bahwa haknya tidak terpenuhi secara sempurna. Karena pada hakikatnya
manusia memiliki naluri dan nafsu yang selalu ingin dituri. Maka dari itu penulis
4
tertarik untuk mengangkat tema “Peran dan Hak Suami Istri dalam Perspektif
Psikologi Keluarga” dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana pembagian peran suami istri dalam perspektif psikologi keluarga?
2. Apa pengertian hak suami istri dalam perspektif psikologi keluarga?
3. Apa sajakah hak dari suami dan istri dalam perspektif psikologi keluarga?
C. Tujuan Penulisan
Dari beberapa rumusan masalah di atas maka dapat dikemukakan tujuan dari
penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan peran suami istri dalam
perspektif psikologi keluarga.
2. Untuk mengetahui pembagian peran suami istri dalam perspektif keluarga.
3. Untuk mengetahui pengertian hak suami istri dalam perspektif psikologi
keluarga.
4. Untuk mengetahui hak-hak suami istri dalam perspektif psikologi
keluarga.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
a. Peran Suami sebagai Sumber Materi (Pencari Nafkah)
Sebagai kepala keluarga, mencari nafkah merupakan peran utama yang
harus dilkasanakan oleh seorang suami, karena ia harus memenuhi segala
kebutuhan anggota3 keluarganya. Tidak heran jika pekerjaan kemudian menjadi
hal yang sangat fundamental bagi laki-laki, tanggung jawab untuk mencari
nafkah inilah yang juga menjadikan seorang suami memiliki kewibawaan yang
wajib dihargai dan dihormati oleh seluruh anggota keluarganya.
c. Peran Suami sebagai Pemberi Rasa Aman bagi Istri dan Anggota
Keluarga.
Seorang suami, tidak hanya memiliki kewajinan utnuk mencari nafkah, akan
tetapi ia juga harus mampu memberikan rasa aman kepada istri dan anggota
keluarganya. Karena sudah kodratnya laki-laki yang bertugas menjaga wanita,
3
Gunarsa, Singgih D., Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga, Cet.7 (Jakarta:
Gunung Mulia), 2004, hal. 126
4
Ibid, hal. 134
7
apalagi ketika sudah menjadi seorang suami dna ayah, maka keamanan keluarga
tentu ada dipundaknya.
Suami yang mampu memberikan rasa aman bagi anggota keluarganya
cenderunng lebih disegani, baik oleh anggota keluarganya sendiri maupun oleh
orang-orang di luar anggota keluarga. Rasa aman tersebut terdiri dari jaminan
tempat tinngal, terpenuhinya kebutuhan primer serta tidak merasa dalm keadaan
berbahaya. 5
5
Sri Lestari, Psikologi Keluarga : Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga, (Jakarta: Kencana), 2012, hal. 67
6
Ibid, hal. 77
7
Ibid, hal. 81
8
Selain peran-peran di aias, suami juga memiliki beberapa peran lainnya
menurut yaitu suami harus berperan untuk mengayomi juga membimbing istrinya
agar tetap berada di jalan yang benar. Membantu meringankan tugas istri, seperti
ikut menjaga anak-anak saat istri sedang sibuk melakukan tugas lainnya, atau
mengajak anak-anak bermain dan berkreasi di sela-sela waktu.
8
Sri Utami, Psikologi Keluarga; Ayah adalah Gambaran Masa Depan, (Jakarta: Graha
Indo Press), 2015, hal. 121
9
Erna Zubair, Psikologi Wanita: tentang Suara Wanita Wajib di Dengar, (Bandung: PT.
SCC Media), 2017, hal. 176
9
terpenuhi kebutuhan fisik dan fisiologis tadi, seorang iastri akan melanjutkan
untuk memenuhi kebutuhn sosial, kebutuhan psikis dan kebutuhan lainnya. Yang
berguna untuk menjadikan suasana keluarga lebihh optimal dan berkualitas,
10
Ibid, hal. 182
11
Save M. Dagun, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Rineka Cipta Desmita), 2013, hal. 99
10
akurat, seorang sitri mempunyai andil yang sangat besar terhadap pendidikan
anak, khususnya pendidikan akhlak dan etitude. Karena dasar dari perkembangan
seorang anak adalah pada pola didikan dan asuhan ibunya.12
12
Ibid, hal. 121
13
Suprajitno, Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktk, (Jakarta: EGC),
2004, hal. 113
14
Silalhi, Karlinawati, Psikologi Keluarga/ Penyunting, Karlinawati Silalahi, Eko A.
Meinarno, (Jakarta: Rajawali:Pers.), 2010, hal. 225
11
tangga.15 Disinilah diperlukan penegertian dari pihak suami, agar bisa menghargai
dan mengerti keadaan istri.
12
Seorang suami berhak menentukan hal-hal yang boleha tau tidak untuk
dilakukan oleh istri dan anggota kaluarga, selama tidak menyimpang dari batas-
batas yang telah diatur dalam Undang-Undang dan Syariat Islam.
Dari kacamata psikologi keluarga suami pada umumnya cenderung merasa
bahw adirinya selalu benar, karena sifat dan tingkat keeogisan laki-laki itu
memang lebih tinggi dibandingkan wanita. Tidak jarang kita lihat dalam
penyelesaian permasalahan keluarga istri menjadi pihak yang sering mangalah dan
meredamkan emsoi dari suami.
17
Marty Mawarpury, Mirza Mirza, Jurnal Psikologi Keluarga; Resiliensi Dalam Keluarga:
Perspektif Psikologi Vol, 2, No 1 2017
13
istrinya. Jika suami mampu melindungi dan menjaga istrinya, maka terpenuhilah
hak istri.18
Sayangnnya dalam bebrapa kasus kita temukan fakta baahwa suami yang
harusnya melindungi keselamatan istri justru malah yang menjadi pihak yang
menyakiti istri, baik dengan melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
bahkan yang lebih mirisnya adalah ketika suami tega menjdikan istrinys sediri
sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK). Hal ini tentu telah melanggar hak istri dan
menyeleweng dari kewajibannya sebagai pelindung.
18
Ibid
19
Erna Zubair, Psikologi Wanita: tentang Suara Wanita Wajib di Dengar, (Bandung: PT.
SCC Media), 2017, hal. 233
14
Artinya: “Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma’ruf.” (Al-Baqarah/2: 228).20
Di antaranya hak istri untuk mendapatkan nafkah lahir dan bati, hal ini
ditegaskan dalam hadits Rasululuah Shallallahu’alaihi wasallam:
ِ َوالَ َت ْهجُرْ إِالَّ فِي ْال َب ْي، ْ َوالَ ُت َقبِّح،الوجْ َه
ت َ ب ِ َوالَ َتضْ ِر، َ* َو َت ْكسُو َها إِ َذا ا ْك َت َسيْت، َأَنْ ُت ْط ِع َم َها* إِ َذا َط ِعمْت
20
Ayu Diana Ulfa, Jurnal Psikologi Keluarga: Keselarasan Hak dan Kewajiban Suami Isstri
menurt Perspektif Psikologi Kelurga dan Perpektif Hukum Islam, Vol. 13, NO. 4, 2017
21
Ibid
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang suami memegang peran yang sangat penting dalam kelurganya,
dalam perspektif psikologi keluarga seorang suami berperan sebagai kepala
keluarga, sumber materi, pemberi rasa perlindungan dan kenyamanan kepada istri,
pengarah perkembangan, model dan teladan bagi istri dan anak-anaknya.
Sementara itu dalam keluarga, selain peran suami, seorang istri juga mempunyai
peran yang tidak aklah penting dari seorang suami. Peran-peran tersebut adalah
sebagai pendamping suami, penyedia kebutuhan fisiologis keluarga, sebagai
manajer rumah tangga, pendidik bagi ank-anaknya dan pengurus serta merawat
bagi anggota keluarga.
Adapun hak-hak suami adalah terpenuhi naluri seksual, mengatur kebijakan
rumah tangga, menperoleh perhatian dan perawatan dari istri. Sedangkan haka
seorang istri dalam perspektif psikologi keluarga yaitu: hak terpenuhi kebutuhan
lahur dan abti, hak dilindungi dan merasa aman serta hak menyuarakan pendapat
dalam pengambilan keputusan besar dalam kleuarga
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami sebagai penulis menyampaikan banyak
terimakasih kepada Bapak Dosen yang telah membimbing kami. Namun kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami meminta saran dan kritik yang konstruktif dari Dosen dan
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Erna Zubair,2915, Psikologi Wanita: tentang Suara Wanita Wajib di Dengar,
Bandung: PT. SCC Media
18