Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH HAK DAN KEWWJIBAN SUAMI ISTRI

“Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonasia”

Dosen Pengampu

Moh. Luqman Hakim, M.H.

Di Susun Oleh:

Yusca Hendy Sadewa(126102203276)

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) TULUNGAGUNG

DESEMBER

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia Nya sehingga kami diberikan waktu dan kesempatan untuk menyeesaikan
makalah Pancasila dengan judul Hak dan Kewajiban Suami Istri

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN TULUNGAGUNG. Kami menulis makalah
ini supaya lebih memahami mata kuliah khususnya mengenai maksud dari Hak dan
Kewajiban Suami Istri

Dalam penyusunan makalah ini kami berterimakasih kepada :

1.Bpk. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung.

2.Bpk. Dr. H. Ahmad Muhtadi Ansor, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Ilmu Hukum.

3.Bpk. Ahmad Musonnif, M.Ag selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam.

4. Moh. Luqman Hakim, M.H. selaku dosen mata pelajaran Bahasa Indonesia

5.Dan tak lupa kepada pihak pihak terkait pembantu dalam menyelesaikan makalah
ini.

Akhir kata, kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan


sumbangan pikiran dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu dengan terbuka dan
senang hati kami menerima kritik dan saran dari semua pihak.

Tulungagung, 6 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………...............…………………………………........ i

KATA PENGANTAR…………….....…………………………………………............
…… ii

DAFTAR ISI..……………………………………………................……………….. iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………......
………………… 1

A. Latar Belakang…………………………………………....
……………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………….…………………..
2
C. Tujuan Masalah…………………………………………...…………….
3

BAB 2 PEMBAHASAN……….......………….………………......………………...

A.Pengertian Hak dan Kewajiban…….…….………………………..4


B.Hak Suami dan Kewajiban Istri……….……….…………………..6
C.Hak Istri dan Kewajiban Suami.....................................9
D.Hak dan Kewajiban Bersama Suamk dan Istri.......... 17
E.Pengertian Hadhanah dan Hal tentang Hadhanah.....19

BAB 3 PENUTUP.....….….......………….……………......………….............22

DAFTAR PUSTAKA..….….......………………………......…………...................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan suami isteri dalam rumah tangga tidak terlepas dari hak dan
kewajiban. Hak ialah sesuatu yang dapat dimiliki atau dikuasai oleh suami atau isteri
yang diperolehnya dari hasil perkawinan. Hak juga dapat dihapus apabila yang berhak
rela, jika haknya tidak dipenuhi atau dibayar oleh pihak lain. Sedangkan kewajiban
ialah hal-hal yang wajib dilakukan atau diadakan oleh salah seorang suami isteri untuk
memenuhi hak dari pihak lain.Namun, dalam keadaan tertentu hubungan suami isteri
tidak selamanya harmonis, ini disebabkan karena perbedaan wilayah implementasi dan
operasionalnya suatu hak dan kewajiban suami isteri dalam mengorganisasikannya,
sehingga tidak dapat saling berpartisipasi antara keduanya. Hal tersebut
mengakibatkan tidak berjalannya aturan yang ditetapkan oleh Allah Swt, bagi
kehidupan suami isteri dalam bentuk hak dan kewajiban yang semestinya harus
dipenuhi oleh kedua belah pihak, sehingga menghendaki adanya perceraian. Dalam hal
ini, Islam tidak membenarkan putusnya perkawinan. Jadi, sangat diperlukan cinta lahir
bathin antara pasangan suami isteri.

Pernikahan dalam Islam pada dasarnya mempunyai tujuan untuk membentuk


keluarga yang harmonis (sakinah) yang dilandasi dengan perasaan kasih dan sayang
(mawaddah wa rahmah). Salah satu cara supaya keharmonisan tersebut dapat
terbangun dan tetap terjaga adalah dengan adanya hak dan kewajiban diantara masing-
masing anggota keluarga.

Adanya hak dan kewajiban dalam keluarga ini bertujuan supaya masing-
masing anggota sadar akan kewajibannya kepada yang lain, sehingga dengan
pelaksanaan kewajiban tersebut hak anggota keluarga yang lain pun dapat terpenuhi
sebagaimana mestinya. Dengan demikian, adanya hak dan kewajiban tersebut, pada
dasarnya adalah untuk menjaga keharmonisan hubungan antar anggota keluarga,
karena masing-masing anggota keluarga memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan
demi untuk menghormati dan memberikan kasih sayang kepada anggota keluarga yang
lainnya. Islam, melalui al-Qur‟an dan sunah, menyatakan bahwa dalam keluarga, yaitu

1
antara suami dan istri, masing-masing memiliki hak dan kewajibannya
tersendiri.Manusia diciptakan oleh Allah dengan cara yang seimbang antara fisik dan
ruhaninya. Dan kebahagiaan hidup manusia juga ditentukan oleh aneka keseimbangan,
seperti; keseimbangan akal, jiwa, emosi, dan jasad; keseimbangan kepentingan antara
jasmani dan ruhani, keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual serta
keperluan individu dan masyarakat. Hubungan dengan sesama manusia pun harus
seimbang, bahkan tidak keliru jika dinyatakan bahwa hubungan yang seimbang antar
manusia merupakan faktor terpenting dalam memelihara keseimbangan di bumi ini.
Jika demikian, kebahagiaan suami istri dalam rumah tangga ditentukan oleh
keseimbangan neraca. Kelebihan atau kekurangan pada satu sisi neraca mengakibatkan
kegelisahan serta mengenyahkan kebahagiaan.Salah satu keseimbangan yang di garis
bawahi al-Qur‟an dalam konteks kehidupan suami istri adalah keseimbangan antara
hak-hak suami istri dan kewajiban-kewajiban mereka. Sebagaimana firman Allah swt:

1
‫ق هّٰللا ُ فِ ْٓي اَرْ َحا ِم ِه َّن اِ ْن ُك َّن ي ُْؤ ِم َّن بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم‬
َ َ‫ت يَتَ َربَّصْ نَ بِا َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَ ٰلثَةَ قُر ُۤوْ ۗ ٍء َواَل يَ ِحلُّ لَه َُّن اَ ْن يَّ ْكتُ ْمنَ َما َخل‬ ُ ‫َو ْال ُمطَلَّ ٰق‬
ۗ ٌ‫ف َولِلرِّ َجا ِل َعلَ ْي ِه َّن د ََر َجة‬ ِ ۖ ْ‫ق بِ َر ِّد ِه َّن فِ ْي ٰذلِكَ اِ ْن اَ َراد ُْٓوا اِصْ اَل حًا َۗولَه َُّن ِم ْث ُل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه َّن بِ ْال َم ْعرُو‬ ُّ ‫ااْل ٰ ِخ ۗ ِر َوبُعُوْ لَتُه َُّن اَ َح‬
‫َز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫َو ُ ع‬

Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali
quru'. Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam
rahim mereka, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan para suami
mereka lebih berhak kembali kepada mereka dalam (masa) itu, jika mereka
menghendaki perbaikan. Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang patut. Tetapi para suami mempunyai
kelebihan di atas mereka. Allah Mahaperkasa, Maha bijaksana(Q.S al-Baqarah
[2]:228).

Ayat ini juga memberi pengertian bahwa istri memiliki hak yang wajib
dipenuhi oleh suami seimbang dengan hak yang dimiliki suami yang wajib dipenuhi
oleh istri, yang dilaksanakan dengan cara yang ma‟ruf (baik menurut kondisi internal
masing-masing keluarga). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bentuk hak dan
kewajiban suami istri pada hakikatnya didasarkan pada adat kebiasaan (urf) dan fitrah

1
Abdul Aziz Dahlan, et al, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve,

2006), 1354.

2
manusia serta dilandasi prinsip “setiap hak yang diterima sebanding dengan kewajiban
yang diemban”.2.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian hak dan kewajiban serta apa yang menimbulkan terjadinya
hak dan kewajiban?

2. Apa sajakah hak suami dan kewajiban istri?

3. Apa sajakah hak istri dan kewajiban suami ?

4. Apa sajakah hak dan kewajiban bersama antara suami dan istri?

5. Apa pengertian hadanah serta hal- hal yang berkaitan dengan hadanah?

C.TUJUAN

1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban suami kepada istri agar tercipta keluarga
yang harmonis ?

2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban istri terhadap suami agar tercipta
keluarga yang harmonis ?

3. Untuk mengetahui apa sajakah hak dan kewajiban bersama antara suami dan

2
5 Kementerian Agama RI, al-Qur'a>n dan Terjemahnya, (Bandung: CV Media Fitrah Rabbani,

2009), 84.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

A.pengertian hak dan kewajiban serta apa yang menimbulkan terjadinya hak
dan kewajiban

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata hak


memiliki pengertian arti milik dan kepunyaan, sedangkan kata kewajiban memiliki
pengertian sesuatu yang harus dilakukan dan merupakan suatu keharusan.Sedangkan
yang dimaksud dengan hak disini adalah hal-hal yang diterima seseorang dari orang
lain, sedangkan kewajiban yang dimaksud disini adalah apa yang seharusnya dilakukan
seseorang terhadap orang lain.

3
Peran dan fungsi antara suami dan istri ini dikonstruksikan dalam bentuk
hak dan kewajiban yang melekat pada diri kedua belah pihak. Hak adalah yang sesuatu
yang melekat dan mesti diterima atau dimiliki oleh seseorang, sedangkan kewajiban
adalah sesuatu yang harus diberikan dan dipenuhi oleh seseorang kepada orang lain.
Rumusan dari hak dan kewajiban inilah yang kemudian akan dijadikan barometer
untuk menilai apakah suami dan istri sudah menjalankan fungsi dan perannya secara
benar.Pernikahan dalam Islam pada dasarnya mempunyai tujuan untuk membentuk
keluarga yang harmonis (sakinah) yang dilandasi dengan perasaan kasih dan sayang
(mawaddah wa rahmah). Salah satu cara supaya keharmonisan tersebut dapat
terbangun dan tetap terjaga adalah dengan adanya hak dan kewajiban diantara masing-
masing anggota keluarga. 4

Adanya hak dan kewajiban dalam keluarga ini bertujuan supaya masing-
masing anggota sadar akan kewajibannya kepada yang lain, sehingga dengan
pelaksanaan kewajiban tersebut hak anggota keluarga yang lain pun dapat terpenuhi
sebagaimana mestinya. Dengan demikian, adanya hak dan kewajiban tersebut, pada
dasarnya adalah untuk menjaga keharmonisan hubungan antar anggota keluarga,

3
123Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, ed.3-cet.2, Kamus Besar Bahasa Indonesia...,

hlm. 1266
4
125Hamim Ilyas, Perempuan Tertindas: Kajian Hadis-hadis “Misoginis”, (Yogyakarta:

elSAQ Press & PSW, 2003), hlm. 122

4
karena masing-masing anggota keluarga memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan
demi untuk menghormati dan memberikan kasih sayang kepada anggota keluarga yang
lainnya. Islam, melalui al-Qur‟an dan sunah, menyatakan bahwa dalam keluarga, yaitu
antara suami dan istri, masing-masing memiliki hak dan kewajibannya
tersendiri.Manusia diciptakan oleh Allah dengan cara yang seimbang antara fisik dan
ruhaninya. Dan kebahagiaan hidup manusia juga ditentukan oleh aneka keseimbangan,
seperti; keseimbangan akal, jiwa, emosi, dan jasad; keseimbangan kepentingan antara
jasmani dan ruhani, keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual serta
keperluan individu dan masyarakat. Hubungan dengan sesama manusia pun harus
seimbang, bahkan tidak keliru jika dinyatakan bahwa hubungan yang seimbang antar
manusia merupakan faktor terpenting dalam memelihara keseimbangan di bumi ini.
Jika demikian, kebahagiaan suami istri dalam rumah tangga ditentukan oleh
keseimbangan neraca. Kelebihan atau kekurangan pada satu sisi neraca mengakibatkan
kegelisahan serta mengenyahkan akebahagiaan.Salah satu keseimbangan yang di garis
bawahi al-Qur‟an dalam konteks kehidupan suami istri adalah keseimbangan antara
hak-hak suami istri dan kewajiban-kewajiban mereka. Sebagaimana firman Allah swt:

‫ق هّٰللا ُ فِ ْٓي اَرْ َح” ا ِم ِه َّن اِ ْن ُك َّن يُ” ْ”ؤ ِم َّن بِاهّٰلل ِ َو ْاليَ””وْ ِم‬
َ ”َ‫ت يَتَ َربَّصْ نَ بِا َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَ ٰلثَةَ قُر ُۤوْ ۗ ٍء َواَل يَ ِحلُّ لَه َُّن اَ ْن يَّ ْكتُ ْمنَ َم””ا َخل‬ ُ ‫َو ْال ُمطَلَّ ٰق‬
ۗ ٌ‫ف َولِلرِّ َجا ِل َعلَ ْي ِه َّن د ََر َج” ة‬ ِ ۖ ْ‫ق بِ َر ِّد ِه َّن فِ ْي ٰذلِكَ اِ ْن اَ َراد ُْٓوا اِصْ اَل حًا َۗولَه َُّن ِم ْث ُل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه َّن بِ ْال َم ْعرُو‬ ُّ ‫ااْل ٰ ِخ ۗ ِر َوبُعُوْ لَتُه َُّن اَ َح‬
‫َز ْي ٌز َح ِك ْي ٌم‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫َو ُ ع‬

Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali
quru'. Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam
rahim mereka, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan para suami
mereka lebih berhak kembali kepada mereka dalam (masa) itu, jika mereka
menghendaki perbaikan. Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang patut. Tetapi para suami mempunyai
kelebihan di atas mereka. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. (Q.S alBaqarah [2]:228)

5
Dalam konteks hubungan suami istri, ayat ini menunjukkan bahwa istri
mempunyai hak dan kewajiban terhadap suami, sebagaimana pula suami pun
mempunyai hak dan kewajiban terhadap istri, keduanya dalam keadaan seimbang,
bukan sama.Ayat ini juga memberi pengertian bahwa istri memiliki hak yang wajib
dipenuhi oleh suami seimbang dengan hak yang dimiliki suami yang wajib dipenuhi
oleh istri, yang dilaksanakan dengan cara yang ma‟ruf (baik menurut kondisi internal
masing-masing keluarga). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bentuk hak dan
kewajiban suami istri pada hakikatnya didasarkan pada adat kebiasaan („urf) dan fitrah
manusia serta dilandasi prinsip “setiap hak yang diterima sebanding dengan kewajiban
yang diemban”.Hak dan kewajiban dalam keluarga, dengan demikian, harus dipahami
sebagai salah satu sarana untuk mewujudkan tujuan pernikahan yaitu sakinah
mawwadah warohmah.

B.Hak Suami dan Kewajiban Istri

Suami mempunyai beberapa hak yang menjadi kewajiban isteri terhadap suaminya.
Diantaranya adalah :

1.) Taat kepada suami


Rasulullah telah menganjurkan kaum wanita agar patuh kepada suami
ereka, karena hal tersebut dapat membawa maslahat dan kebaikan. Rasulullah telah
menjadikan ridha suami sebagai penyebab masuk surga. Sebagaimana yang
diriwayatkan dari Umi Salamah r.a. bahwa Nabi bersabda:

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda,

َ‫ت ْال َجنَّة‬ ْ ‫أَيُّ َما ا ْم َرأَ ٍة َمات‬


ٍ ‫َت َو َزوْ ُجهَا َع ْنهَا َر‬
ِ َ‫اض َد َخل‬

“Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia
akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi no. 1161 dan Ibnu Majah no. 1854. Abu Isa
Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).5

5
https://almanhaj.or.id/11050-istri-durhaka-diancam-neraka.html diakses tanggal 20 desember 2020

6
Yang dimaksudkan dengan hadits di atas adalah jika seorang wanita beriman itu
meninggal dunia lantas ia benar-benar memperhatikan kewajiban terhadap suaminya
sampai suami tersebut ridha dengannya, maka ia dijamin masuk surga. Bisa juga
makna hadits tersebut adalah adanya pengampunan dosa atau Allah meridhainya.6

2) Tidak durhaka kepada suami


Rasulullah telah memberi peringatan kepada kaum wanita yang
menyalahi kepada suaminya dalam sabda beliau:

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

‫ت ْال َمرْ أَةَ أَ ْن تَ ْس ُج َد لِ َزوْ ِجهَا‬


ُ ْ‫ت آ ِمرًا أَ َحدًا أَ ْن يَ ْس ُج َد ألَ َح ٍد ألَ َمر‬
ُ ‫لَوْ ُك ْن‬

Artinya “Andai boleh kuperintahkan seseorang untuk bersujud kepada yang lain tentu
kuperintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi)

7
Rasulullah juga menjelaskan bahwa mayoritas sesuatu yang memasukkan wanita ke
dalam neraka adalah kedurhakaanya kepada suami dan kekufuranya (tidak syukur)
kepada kebaikan suami. DariIbnu Abbas bahwa Rasulullah Saw., bersabda: Aku
melihat dalam neraka, sesungguhnya mayoritas penghuninya adalah kaum wanita
mereka mengkufuri temanya. Jikalau masa berbuat baik kepada salah satu di antara
mereka kemudian ia melihat sesuatu dari engkau, ia berkata: “Aku tidak melihat
darimu suatu kebaikan sama sekali”

3) Memelihara kehormatan dan harta suami

Diantara hak suami atas isteri adalah tidak memasukkan seseorang kedalam
rumahnya melainkan dengan izin suaminya, kesenangannya mengikuti kesenangan
suami, jika suami membenci seseorang karena kebenaran atau karena perintah syara’
maka sang isteri wajib tidak menginjakkan diri ke tempat tidurnya.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda

َ َ‫ َوتَحْ فَظُ َغ ْيبَت‬، َ‫ك إِ َذا أَ َمرْ ت‬


, َ‫ك فِ ْي نَ ْف ِسهَا َو َمالِك‬ َ ‫َخ ْي ُر النِّ َسا ِء َم ْن تَسُرُّ كَ إِ َذا أَ ْب‬
َ ‫ َوتُ ِط ْي ُع‬، َ‫صرْ ت‬

6
Nuzhatul Muttaqin karya Prof. Dr. Musthofa Al Bugho, hal. 149)
7
https://almanhaj.or.id/11050-istri-durhaka-diancam-neraka.html diakses tanggal 20 desember 2020

7
Jangan Memukul Wajahnya. Janganlah Sekali-Kali Engkau Menjelekkan Isteri
“Sebaik-baik isteri adalah yang menyenangkan jika engkau melihatnya, taat jika
engkau menyuruhnya, serta menjaga dirinya dan hartamu di saat engkau pergi.”8

4) Berhias untuk suami


Berhiasnya isteri demi suami adalah salah satu hak yang berhak didapatkan
oleh suami. Setiap perhiasan yan terlihat semakin indah akan membuat suami senang
dan merasa cukup, tidak perlu melakukannya dengan yang haram. Sesuatu yang tidak
diragukan lagi bahwa kecantikan bentuk wanita akan menambah kecintaan suami,
sedangkan melihat sesuatu apapun yang menimbulkan kebencian akan mengurangi
rasa cintanya. Oleh karena itu, selalu dianjurkan agar suami tidak melihat isterinya
dalam bentuk yang membencikan sekiranya suami meminta izin isterinya sebelum
berhubungan.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda

َ َ‫ َوتَحْ فَظُ َغ ْيبَت‬، َ‫ك إِ َذا أَ َمرْ ت‬


َ‫ك فِ ْي نَ ْف ِسهَا َو َمالِك‬ َ ‫َخ ْي ُر النِّ َسا ِء َم ْن تَسُرُّ كَ إِ َذا أَ ْب‬
َ ‫ َوتُ ِط ْي ُع‬، َ‫صرْ ت‬

Sebaik-baik isteri adalah yang menyenangkan jika engkau melihatnya, taat jika engkau
menyuruhnya, serta menjaga dirinya dan hartamu di saat engkau pergi .

9
B. Hak Istri dan kewajiban Suami
Hak isteri atas suami terdiri dari dua macam. Pertama, hak finansial, yaitu
mahar dan nafkah. Kedua hak nonfinansial, seperti hak untuk diperlakukan secara adil
(apabila sang suami menikahi perempuan lebih dari satu orang) dan hak untuk tidak
disengsarakan.
1. Hak yang bersifat materi
a) Mahar
Diantara bentuk pemeliharaan dan penghormatan Islam kepada perempuan
adalah dengan memberikan hak kepadanya untuk memiliki.Hak-hak yang harus
diterima oleh isteri, pada hakikatnya, merupakan upaya Islam untuk mengangkat

8
https://almanhaj.or.id/1445-isteri-harus-berhias-dan-mempercantik-diri-untuk-suami-seorang-istri-
tidak-boleh-menyakiti-suami.html diakses tanggal 20 desember 2020
9
:https://almanhaj.or.id/1445-isteri-harus-berhias-dan-mempercantik-diri-untuk-suami-
seorang-istri-tidak-boleh-menyakiti-suami.

8
harkat dan martabat kaum perempuan pada umumnya. Pada zaman dahulu, hak-hak
perempuan hampir tidak ada dan yang tampak hanyalah kewajiban. Hal ini karena
status perempuan dianggap sangat rendah dan hampir dianggap sebagai sesuatu yang
tidak berguna, seperti yang terjadi pada masa jahiliyah di jazirah Arab dan hampir
disemua negeri. Pandangan itu boleh jadi disebabkan oleh situasi dan kondisi ketika itu
yang memerlukan kekuatan fisik untuk mempertahankan hidup.Salah satu upaya
mengangkat harkat dan martabat perempuan adalah pengakuan terhadapa segala
sesuatu yang menjadi hak-haknya. Sebagaimana dalam perkawinan bahwa hak yang
pertama ditetapkan oleh Islam adalah hak perempuan menerima mahar.

Mahar dalam bahasa Arab shadaq. Asalnya isim masdar dari kata asdaqa, masdarnya
ishdaq diambil dari kata shidqin (benar). Dinamakan shadaq memberikan arti benar-
benar cinta nikah dan inilah yang pokok dalam kewajiban mahar atau
maskawin.Pengertian mahar menurut syara’ adalah sesuatu yang wajib sebab nikah
atau bercampur atau keluputan yang dilakukan secara paksa seperti menyusui dan ralat
para saksi.Pemberian mahar dari suami kepada isteri adalah termasuk keadilan dan
keagungan hukum Islam.10 Sebagaimana firman Allah

‫صد ُٰقتِ ِه َّن نِحْ لَةً ۗ فَا ِ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن َش ْي ٍء ِّم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوْ هُ هَنِ ۤ ْئـًًٔ”ا َّم ِر ۤ ْئـًًٔ”ا‬
َ ‫َو ٰاتُوا النِّ َس ۤا َء‬

Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu
sebagian dari (maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah
pemberian itu dengan senang hati(QS An-Nisa’ ayat 4)Ayat tersebut ditunjukkan pada
suami sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abas, Qatadah, Ibnu Zaid, dan Ibnu
Juraij. Perintah pada ayat ini wajib dilaksanakan karena tidak ada bukti(qarinah) yang
memalingkan dari makna tersebut. Mahar wajib atas suami terhadap isteri

11
Sedangkan untuk kadar atau ukuran mahar para Fuqaha’ sepakat bahwa mahar
tidak memiliki ukuran batas yang harus dilakukan dan tidak noleh melebihinya.
Sebagaimana fiman Allah SWT:

10
Abdul Aziz Muhammad Azam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Amzah,
2011), 174-175.
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia…, 148

9
Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedang kamu telah
memberikan kepada seorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah
kamu mengambil kembali sedikit pun darinya. Apakah kamu akan mengambilnya
kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata?
Dan bagaimana kamu akan mengambil kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama
lain (sebagai suami istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah megambilperjanjian yang
kuat (ikatan pernikahan) dari kamu. (QS. An-Nisa’: 20-2112)
b. Nafkah
Nafkah dalam bahasa Arab disebut nafaqah. Isitilah ini menurut Kamal
Mukhtar diartikan sebagai “belanja” dan “kebutuhan pokok” yakni kebutuhan pokok
bagi orang yang membutuhkannya. Sedangkan menurut Zahry Hamid, nafaqah
diartikan sebagai belanja hidup, yaitu belanja untuk keperluan hidup bagi istri dan
menjamin terpeliharanya kelestarian hidup yang layak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa nafaqah adalah biaya hidup keseharian bagai sebuah keluarga. 13 Nafkah menjadi
hak dari berbagai hak istri atas suaminya dan merupakan salah satu kewajiban pokok
suami kepada istrinya semenjak mereka mendirikan rumah tangga. Nafkah adalah apa
saja yang diberikan oleh suami kepada istri, seperti makanan, pakaian, uang, atau yang
lainnya.

Allah SWT berfirman :


‫ضا َعةَ ‌ ؕ َو َعلَى ۡال َم ۡولُ ۡو ِد لَهٗ ِر ۡزقُه َُّن َو ِك ۡس َوتُه َُّن‬ َ ‫ن لِ َم ۡن اَ َرا َد اَ ۡن يُّتِ َّم ال َّر‬
‌ِ ‫ض ۡعنَ اَ ۡواَل َده َُّن َح ۡولَ ۡي ِن َكا ِملَ ۡي‬
ِ ‫ت ي ُۡر‬ُ ‫َو ۡال َوالِ ٰد‬
‫ك ۚ فَا ِ ۡن‬ َ ِ‫ث ِم ۡث ُل ٰذ ل‬ِ ‫ار‬ ۡ َ ُ‫ف‌ؕ اَل تُ َكلَّفُ ن َۡفسٌ اِاَّل ُو ۡس َعهَا ۚ اَل ت‬
ِ ‫ضٓا َّر َوالِ َدةٌ ۢ بِ َولَ ِدهَا َواَل َم ۡولُ ۡو ٌد لَّهٗ بِ َولَ ِد ٖه َو َعلَى ال َو‬ ِ ‫بِ ۡال َم ۡعر ُۡو‬
ِ ‫اض ِّم ۡنهُ َما َوتَ َشا ُو ٍر فَاَل جُ نَا َح َعلَ ۡي ِه َما ‌ؕ َواِ ۡن اَ َر ْدتُّمۡ اَ ۡن ت َۡست َۡر‬
‫ضع ۡ ُٓوا اَ ۡواَل َد ُكمۡ فَاَل جُ نَا َح َعلَ ۡي ُكمۡ اِ َذا‬ ٍ ‫صااًل ع َۡن تَ َر‬ َ ِ‫اَ َرادَا ف‬
‫هّٰللا‬ ۡ ‫ف‌ؕ َواتَّقُوا هّٰللا َ َو‬
ِ َ‫اعلَ ُم ۡ ٓوا اَ َّن َ بِ َما ت َۡع َملُ ۡونَ ب‬
‫ص ۡي ٌر‬ ِ ‫َسلَّمۡ تُمۡ َّمٓا ٰات َۡيتُمۡ بِ ۡال َم ۡعر ُۡو‬

Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang
ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan
pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula
seorang ayah (men-derita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu
pula. Apa-bila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan
antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin

12
https://bincangsyariah.com/kalam/tafsir-surat-nisa-20-21
13
Kamal Mukhtar, Azas-azas Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hal 167

10
menyusukan anakmu kepada orang lain, makatidak ada dosa bagimu memberikan
pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (Q.S al-Baqarah [2]: 233)14

Dalam ayat yang menyatakan, Dan menjadi kewajiban atas bayi itu yang
dilahirkan untuknya (ayah sang bayi) memberi rezeki (makanan) dan pakaian kepada
para ibu dengan cara yang ma‟ruf, Quraish Shihab mengatakan bahwa adalah menjadi
kewajiban dari seorang ayah untuk memberi nafkah berupa makanan dan pakaian
kepada ibu dari anak-anaknya. Hal ini menjadi kewajiban ayah, karena anak itu
membawa nama ayah, seakan-akan anak itu lahir untuknya, dan juga karena nama
ayah akan disandang oleh sang anak, yakni dengan dinisbahkan kepada ayahnya.
Kewajiban memberi nafkah berupa makanan dan pakaian hendaknya dilaksanakan
dengan cara yang ma‟ruf, yang mana kemudian dijelaskan maknanya dengan
penggalan ayat berikut yaitu, Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya, yang mana ini berarti bahwa sang ayah atau suami ini memang
berkewajiban menafkahi istri dan anaknya namun hal ini harus dilaksanakan sesuai
dengan kadar kemampuan, sehingga tidak dibenarkan apabila seorang istri/ibu
menuntut nafkah yang terlalu berlebihan yang kemudian akan memberatkan kepada
sang ayah atau suami itu sendiri.15

Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Kasir, bahwa suami
diwajibkan memberi nafkah untuk ibu (istri) dan anaknya dengan cara yang ma‟ruf,
yaitu menurut tradisi yang berlaku bagi mereka di tempat dimana yang bersangkutan
ini tinggal tanpa berlebih-lebihan dan juga tidak terlalu minim. Hal ini disesuaikan
dengan kemampuan dari pihak suami dalam hal kemampuan ekonominya, karena
seperti yang kita ketahui bahwa ada suami yang kaya, ada yang pertengahan, dan ada
pula yang miskin.145 Ungkapan ini pun didukung oleh Hamka, bahwasanya
menurutnya membela istri dan mencukupkan belanjaannya, terlebih-lebih dalam saat
pengasuhan anak adalah kewajiban mutlak bagi seorang suami.16

14
https://kalam.sindonews.com/ayat/233/2/al-baqarah-ayat-233
15
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 1..., hlm. 503
16
Al-Imam Abdul Fida Isma‟il Ibnu Kasir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 2..., hlm. 559

11
Mengenai kewajiban suami memberi nafkah sesuai keadaan atau kemampuan suami
ini, dikuatkan lagi dengan firman Allah swt dalam (Q.S ath-Thalaq [65]: 7, yaitu:

‫ٱهَّلل ُ بَ ْع َد لِيُنفِ ْق ُذو َس َع ٍة ِّمن َس َعتِ ِهۦ َو َمن قُ ِد َر َعلَ ْي ِه ِر ْزقُ ۥهُ فَ ْليُنفِ ْق ِم َّمٓا َءات َٰىهُ ٱهَّلل ُ اَل يُ َكلِّفُ ٱهَّلل ُ نَ ْفسًا إِاَّل َمٓا َءاتَ ٰىهَا َسيَجْ َع ُل‬
ٍ ‫ُعس‬
‫ْر يُ ْسرًا‬

Arti: Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan
orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang
diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan.m (Q.S ath-Thalaq [65]: 7,

17
Ayat ini menjelaskan bahwa Hendaklah yang lapang, yaitu seorang
suami yang mampu dan memiliki rezeki yang cukup untuk memberikan nafkahkepada
istri dan anak-anaknya yang sesuai dengan kadar kemampuannya sehingga istri dan
anak-anaknya juga dapat leluasa dan lapang dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.
Dan apabila seorang suami memiliki penghasilan yang terbatas, maka hendaknya ia
memberi nafkah pada istri dan anak-anaknya sesuai dengan apa yang telah diberikan
oleh Allah, tanpa memaksakan diri untuk mencukupi nafkah itu dengan menggunakan
cara mencari rezeki yang bersumber dari hal yang tidak direstui oleh Allah.

2.Hak Yang bersifat Non Materi

a)Pendidikan dan Pengajaran


Suami bertanggung jawab terhadap istrinya kelak di hadapan Allah, sebab
suami adalah pemimpin wanita (istri) dan seperti yang kita ketahui bahwa setiap
pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.Sehingga
suami pun wajib menuntun dan mengajari istrinya, hal-hal terkait agama yang belum
diketahuinya seperti cara bersuci, berwudhu, hukum-hukum terkait haid, nifas,
istihadhah, masalah sholat dan puasa, membaca al-Qur‟an, dan sebagainya.Jika sang
suami tidak mampu mengajarinya sendiri disebabkan karena tidak mempunyai ilmu
atau tidak punya kesempatan, maka ia harus bertanya pada orang yang dianggap lebih
tahu (ulama), kemudian menyampaikan pada istrinya. Dan jika ia tidak bisa juga, maka

17
https://tafsirweb.com/10987-quran-surat-at-talaq-ayat-7.html

12
sang suami tersebut diwajibkan untuk mengizinkan sang istrikeluar rumah untuk
belajar atau menghadiri majlis taklim, atau mendatangkanguru ke rumahnya

Allah SWT berfirman:


ٓ
‫وا قُ ٓو ۟ا أَنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا ٱلنَّاسُ َو ْٱل ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َم ٰلَئِ َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُونَ ٱهَّلل َ َمٓا‬
۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ
َ‫أَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُونَ َما ي ُْؤ َمرُون‬

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Q.S at-Tahrim [66]:18

b).Mempergauli isteri dengan baik


Kewajiban seorang suami kepada isterinya ialah memuliakan dan
mempergaulinya dengan dengan baik, menyediakan apa yang dapat ia sediakan untuk
isterinya yang akan dapat mengikat hatinya, memperhatikan dan bersabar apabila ada
yang tidak berkenan dihatinya19.Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt :

َ‫ْض َمٓا َءاتَ ْيتُ ُموه َُّن ِإٓاَّل أَن يَأْتِين‬ ۟ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ُ‫وا اَل يَ ِحلُّ لَ ُك ْم أَن تَرث‬
ِ ‫ضلُوه َُّن لِت َْذهَبُوا بِبَع‬ ُ ‫وا ٱلنِّ َسٓا َء كَرْ هًا ۖ َواَل تَ ْع‬ ِ َ
۟ ِ ‫بِ ٰفَ ِح َش ٍة ُّمبَيِّنَ ٍ”ة ۚ َوعَا ِشرُوه َُّن بِ ْٱل َم ْعر‬
‫ُوف ۚ فَإِن َك ِر ْهتُ ُموه َُّن فَ َع َس ٰ ٓى أَن تَ ْك َرهُوا َش ْئـًًٔ”ا َويَجْ َع َل ٱهَّلل ُ فِي ِه َخ ْيرًا َكثِيرًا‬

Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan
jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil
kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka
melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut.
Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin
kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak20

18
https://tafsirweb.com/11010-quran-surat-at-tahrim-ayat-6.html

19
Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, (Medan: CV Zahir Trading CO,1975),
20
https://tafsirweb.com/1551-quran-surat-an-nisa-ayat-19.html

13
c). Menjaga dan memperlakukan istri dengan baik
Dalam kehidupan berumah tangga, banyak hal yang harus diperhatikan
oleh seorang suami. Selain memenuhi segala kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Istri juga membutuhkan perlakuan yang baik dari seorang suami. Sehingga
kehidupan dalam keluarga tersebut bisa berlangsung tenteram. Mengenai keharusan
seorang suami memperlakukan istri dengan baik, Allah swt. berfirman:

َ‫ض َمٓا َءات َۡيتُ ُموه َُّن ِإٓاَّل أَن يَ ۡأتِين‬ِ ‫ُوا بِبَ ۡع‬ ْ ‫ضلُوه َُّن لِت َۡذهَب‬ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
ْ ُ‫وا اَل يَ ِحلُّ لَ ُكمۡ أَن ت َِرث‬
ُ ‫وا ٱلنِّ َسٓا َء َك ۡرهًا ۖ َواَل ت َۡع‬
ِ ‫بِ ٰفَ ِح َش ٍة ُّمبَيِّنَ ٍ”ة ۚ َوعَا ِشرُوه َُّن بِ ۡٱل َم ۡعر‬
ْ ‫ُوف ۚ فَإِن َك ِر ۡهتُ ُموه َُّن فَ َع َس ٰ ٓى أَن ت َۡك َره‬
‫ُوا َش ۡئـًًٔ”ا َويَ ۡج َع َل ٱهَّلل ُ فِي ِه خ َۡيرًا َكثِيرًا‬

"Wahai orang-orang beriman! Tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan
jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil
kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka
melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara
yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi
kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak
padanya."QS Surah An-Nisa'

21
C.Hak dan kewajiban Bersama Suami dan Isteri
1) Baik dalam berhubungan. Allah Swt., memerintahkan untuk menjaga hubungan baik
antara suami isteri. Mendorong masingmasing dari keduanya untuk menyucikan jiwa,
membersihkannya, membersihkan iklim keluarga, dan membersihkan dari sesuatu
yang berhubungan dengan keduanya dari berbagai penghalang yang mengeruhkan
kesucian.39
2) Adanya kehalalan untuk melakukan hubungan suami isteri dan menikmati pasangan.
Kehalalan ini dimiliki bersama oleh keduanya. Halal bagi suami untuk menikmati dari
isterinya apa yang halal dinikmati oleh sang isteri dari suaminya. Kenikmatankecuali
dengan peran serta dari keduanya.
3) Adanya keharamn ikatan perbesanan. Maksud dari itu, sang isteri haram bagi ayah
dari sang suami, kakek-kakeknya, anak-anak lakilakinya, serta anak-anak laki-laki dari
anak-anak laki-laki dan anak perempuannya, sebagaimana sang suami haram bagi ibu
dari sang isteri, nenek-neneknya, serta anak-anak perempuan dari anak-anak laki-laki
dan anak-anak perempuannya.

21
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-4-an-nisa/ayat-19

14
4) Tetapnya pewarisan antara keduanya setelah akad terlaksana. Apabila salah seorang
dari keduanya meninggal seteah akad terlaksana, maka pasangannya menjadi pewais
baginya, meski mereka belum melakukan percampuran.22

D.Hadhanah

1.Pengertian Hadhanah

Hadhanah berasal dari kata “hidnan” yang berarti lambung. Seperti kalimat
“hadhana ath –thaairu baidahu”, burung itu mengempit telur dibawah sayapnya, begitu
juga dengan perempuan (ibu) yang mengempit anaknya.Pemeliharaan anak dalam
bahasa arab disebut hadhanah.10 Maksudnya adalahmerawat mendidik atau mengasuh
bayi/anak kecil yang belum mampu menjaga dan mengatur dirinya sendiri.23

Para Faqih mendefinisikan hadhanah adalah memelihara anak kecil laki-


laki atau perempuan atau orang yang kurang akal yang tidak bisa membedakan.
Hadhanah tidak berlaku pada orang dewasa yang sudah baligh dan berakal. Ia boleh
memilih tinggal dengan siapa saja dari orang tuanya yang dia sukai. Bilaman seorang
laki-laki ia boleh tinggal sendiri karena tidak membutuhkan orang tuanya. Akan tetapi
syara’ menyuruhnya berbakti dan berbuat baik kepada mereka. Jika seorang
perempuan, ia tidak boleh tinggal sendiri dan tidak dipaksa karena kelemahan
tabiatnya untuk menghindari kecemasan keluarganya.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tidak disebutkan


pemeliharaan anak (hadhanah) secara definitif melainkan hanya disebutkan tentang
kewajiban orang tua untuk memelihara anaknya. Pasal 45 ayat (1) menyebutkan bahwa
“ kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya.24

2. Syarat –syarat Sebagai Pemegang Hadanah

22
Sayyid Sabiq, Fiqi Sunnah (Terjemahan), 2013, Jakarta, Tinta Abadi Gemilang, 412
23
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 2, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,2007),h 37.
24
Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, (Medan: CV Zahir Trading CO,1975), h

15
Seorang hadhanah atau hadhin yang menangani dan menyelenggarakan
kepentingan anak kecil yang diasuhnya, yaitu adanya kecukupan dan kecakapan yang
memerlukan syarat –syarat tertentu.

Jika syarat-syarat itu tidak terpenuhi satu saja maka gugurlah kebolehan
menyelenggarakan hadhanah. Adapun syarat-syarat hadhanah antara lain
sebagai berikut :

1. Baligh dan berakal sehat ; hak hadhanah anak diberikan kepada orang yang
berakal sehat dan tidak menganggu ingatannya, sebab hadhanah itu merupakan
pekerjaan yang penuh tanggung jawab. Oleh karena itu, seorang ibu yang
mendapat gangguan jiwa atau ganguan ingatan tidak layak mendapatkan
hadhanah. Imam Ahmad bin Hambal menambahkan agar yang melakukan
hadhanah tidak mengidap penyakit menular.30
2. sebab anak kecil sekalipun tergolong mumayyiz, tetap tergantung pada orang
lain yang mengurus dan mengasuhnya, sehingga tidak layak mengasuh orang
lain.31
3. mendidik yaitu suatu usaha untuk mengantarkan anak ke arah kedewasaan baik
secara jasmanimaupun rohani.
4. Amanah dan berakhlak, sebab orang yang curang, tidak dapat dipercaya
menunaikan kewajiabannya dengan baik. Bahkan dikwatirkan bila nanti si anak
dapat meniru atau berkelakuan seperti kelakuan orang tuanya.
5. Beragama Islam. Di isyaratkan oleh kalangan mazhab Syafi‟i dan Hanafiah.
Oleh karena itu, bagi seorang kafir tidak ada hak untuk mengasuh anak yang
muslim, karena akan ditakutkan akan membahayakan aqidah akhlak anak
tersebut.
6. Merdeka yaitu sudah dapat berdiri sendiri baik jasmani maupun rohani.

7. Adapun untuk syarat anak yang diasuh (mahdhun) itu adalah :


Si anak masih dalam usia kanak-kanak dan belum dapat berdiri sendiri dalam
mengurus hidupnya sendiri.
8. Si anak berada dalam keadaan tidak sempurna akalnya. Oleh karena itu dapat
berbuat sendiri, meskipun telah dewasa seperti orang yang cacat mental.25
25
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq Jilid 2, h 242.

16
3. Upah Hadhanah
Menurut Islam biaya hidup anak merupakan tanggung jawab bapaknya,
baik selama perkawinan berlangsung maupun setelah perceraian. Apabila setelah
perceraian, anak yang masih kecil dan menyusu berada di bawah pemeliharaan ibunya,
sedangkan masa Iddahnya telah habis, maka ibu berhak mendapatkan upah atas
pemeliharaan dan penyusuan tersebut. Hal ini karena tidak lagi menerima nafkah dari
bapak anak tersebut. Upah tersebut wajib diberikan baik diminta ataupun tidak.Adapun
besar biaya yang ditanggung bapak terhadap anaknya disesuaikan dengan kemampuan
si bapak, sesuai dengan firman Allah SWT:

‫لِيُنفِ ْق ُذو َس َع ٍة ِّمن َس َعتِ ِهۦ َو َمن قُ ِد َر َعلَ ْي ِه ِر ْزقُ ۥهُ فَ ْليُنفِ ْق ِم َّمٓا َءاتَ ٰىهُ ٱهَّلل ُ اَل يُ َكلِّفُ ٱهَّلل ُ نَ ْفسًا ِإاَّل َمٓا َءات َٰىهَا َسيَجْ َع ُل ٱهَّلل ُ بَ ْع َد‬
ٍ ‫ُعس‬
‫ْر يُ ْسرًا‬

Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang
diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan.(Qs. Atalaq:7). 26

Akan tetapi jika bapak tidak mampu, karena ia orang susah, dan berpenghasilan
rendah serta anak itu tidak mempunyai harta, sedangkan si ibu menolak untuk
mengasuhnya kecuali dengan uapah dan tiada seorang pun diantara kamu kerabat tang
mau mengasuhnya secara mutlak. Dan biaya pemeliharaan dan rawatan itu tetap
menjadi hutang suami yang tidak gugur, kecuali dengan ditunaikan. Kewajiban
tersebut dapat ditanggung oleh kerabat ahli waris yang terdekat yang mampu. Tetapi
apabila ada orang lain yang dengan suka rela mendidik anak itu tanpa ongkos, maka
hal tersebut dapat diserahkan kepada pendidik suka rela tersebut.Sedangkan apabila
bapak dengan sengaja menelantarkan anaknya dengan tidak membiayai keperluan
hidupnya padahal bapak mampu untuk melakukannya, maka hal itu tidak dibenarkan
dan merupakan perbuatan dosa.Dengan demikian masa pembiayaan anak akan
berakhir yakni bagi anak laki-laki apabila ia telah dewasa, dapat bekerja dan berdiri
sendiri. Sedangkan bagi anak perempuan sampai ia kawin, ketika anak perempuan
telah kawin maka nafkahnya menjadi tanggung jawab suaminya27

26
https://tafsirweb.com/10987-quran-surat-at-talaq-ayat-7.html
27
2 Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqih Muslimah: Ibadat Mu’amalat, (Jakarta: Pustaka

17
BAB 3

PENUTUP

A.Kesimpulan

Amini,1999), Cet.III, h 346

18
Adanya hak dan kewajiban dalam keluarga ini bertujuan supaya masing-masing
anggota sadar akan kewajibannya kepada yang lain, sehingga dengan pelaksanaan
kewajiban tersebut hak anggota keluarga yang lain pun dapat terpenuhi sebagaimana
mestinya. Dengan demikian, adanya hak dan kewajiban tersebut, pada dasarnya adalah
untuk menjaga keharmonisan hubungan antar anggota keluarga, karena masing-masing
anggota keluarga memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan demi untuk
menghormati dan memberikan kasih sayang kepada anggota keluarga yang lainnya.
Islam, melalui al-Qur‟an dan sunah, menyatakan bahwa dalam keluarga, yaitu antara
suami dan istri, masing-masing memiliki hak dan kewajibannya tersendiri.Manusia
diciptakan oleh Allah dengan cara yang seimbang antara fisik dan ruhaninya.

Para Faqih mendefinisikan hadhanah adalah memelihara anak kecil laki-laki atau
perempuan atau orang yang kurang akal yang tidak bisa membedakan. Hadhanah tidak
berlaku pada orang dewasa yang sudah baligh dan berakal. Ia boleh memilih tinggal
dengan siapa saja dari orang tuanya yang dia sukai. Bilaman seorang laki-laki ia boleh
tinggal sendiri karena tidak membutuhkan orang tuanya. Akan tetapi syara’
menyuruhnya berbakti dan berbuat baik kepada mereka. Jika seorang perempuan, ia
tidak boleh tinggal sendiri dan tidak dipaksa karena kelemahan tabiatnya untuk
menghindari kecemasan keluarganya.

B.SARAN

Demikian makalah ini yang dapat kami sajikan, kami berharap makalah ini dapat
berkembang oleh teman-teman. Kurang lebihnya kami mohon maaf, untuk itu kepada
para pembaca mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Dahlan, et al, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van
Hoeve, 2006), 1354.

19
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq Jilid 2, h 242. Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah,
Jilid 2, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,2007),h 37. Sayyid Sabiq, Fiqi Sunnah
(Terjemahan), 2013, Jakarta, Tinta Abadi Gemilang, 412

Al-Imam Abdul Fida Isma‟il Ibnu Kasir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 2..., hlm.
559
Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, (Medan: CV Zahir Trading CO,1975),
h
Al-Imam Abdul Fida Isma‟il Ibnu Kasir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 2..., hlm.
559

Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. 1..., hlm. 503


Kamal Mukhtar, Azas-azas Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974),
hal 167

https://kalam.sindonews.com/ayat/233/2/al-baqarah-ayat-233

Abdul Aziz Muhammad Azam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat,
(Jakarta: Amzah, 2011), 174-175.
https://bincangsyariah.com/kalam/tafsir-surat-nisa-20-2.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Indonesia…, 148

https://almanhaj.or.id/1445-isteri-harus-berhias-dan-mempercantik-diri-untuk-suami-
seorang-istri-tidak-boleh-menyakiti-suami.html diakses tanggal 20 desember 2020
.
123Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, ed.3-cet.2, Kamus Besar Bahasa Indonesia...,
hlm. 1266

Abdul Aziz Dahlan, et al, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van
Hoeve,
2006), 1354.

20
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, ed.3-cet.2, Kamus Besar Bahasa Indonesia...,
hlm. 107

21

Anda mungkin juga menyukai