Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PRINSIP PERNIKAHAN & TUJUAN PERNIKAHAN


“Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Ahkam”

Dosen Pengampu :
M. Jamil, Dr., MA

Disusun Oleh :
Dimas Ary Syahputra : (0206203141)
Rahmad Daffa : (0206203015)
Samsuddin Mahmud Lubis : (0206203096)

PRODI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021/2022

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmatNya baik itu berupa
nikmat kesehatan serta kesempatan sehingga tugas makalah dapat terselesaikan, meskipun masih
banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan, pembahasan serta materi muatan yang kami
angkat didalamnya.

Terima kasih kami ucapkan kepada kedua orang tua kami, dosen pembimbing, karena berkat
beliau Hukum Perdata Islam di Indonesia ini dapat kami ketahui meski pun belum sepenuhnya
serta teman-teman yang mendukung atas terselesaikannya makalah kami ini.

Kami sadar bahwa dalam makalah kami ini terdapat kekurangan. Maka atas saran dan
kritiknya kami ucapkan banyak terima kasih, demi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Mudah-mudahan makalah kami ini dapat berguna bagi penulis sendiri dan siapa pun yang
membutuhkannya.

Medan, Mei 2021

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………...... 1

1
DAFTAR
ISI……………………………………………………………….. 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………. 3

B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 4

C. Tujuan…………………………………………………………………... 4

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan……………………………………………….. 5

B. Prinsip-Prinsip Pernikahan…………………………………………… 5

C. Tujuan Pernikahan……………………………………………………. 7

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………..
8

B. Saran…………………………………………………………………....
8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...
9

BAB I

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk
sosial. Sehingga di dalam pemenuhan kebutuhannya mereka akan selalu berinteraksi dengan
lainnya serta dengan lingkungan sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia adalah keinginan untuk
meneruskan keturunan atau regenerasi. Allah menciptakan hubungan antara pria dan wanita
dengan pernikahan sebagai jaminan kelestarian populasi manusia di muka bumi, sebagai motivasi
dari tabiat dan syahwat manusia dan untuk menjaga kekekalan keturunan mereka.

Dalam kehidupan manusia di dunia ini, yang berlainan jenis kelaminnya (pria dan wanita)
secara alamiah mempunyai daya tarik-menarik antara satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup
bersama, atau secara logis dapat dikatakan untuk membentuk suatu ikatan lahir dan batin dengan
tujuan menciptakan suatu keluarga/rumah tangga yang rukun, bahagia, sejahtera dan abadi. Di
dalam pernikahan diatur juga melalui UUD 1945, yang mana mengatur hak seseorang untuk
melakukan pernikahan dan melanjutkan keturunan. Adapun bunyi dari Pasal 28B Ayat 1 adalah
“Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui pernikahan yang
sah.”

Di bawah ini penulis akan mengkaji beberapa pengertian pernikahan sebagai dasar untuk
mengupas penulisan skripsi penulis, dari berbagai sumber antara lain : Menurut Al – Quran : Ayat
yang menjelaskan tentang pernikahan dalam al-qur’an dijumpai tidak kurang dari 80 ayat, baik
yang memakai kata nikah (berhimpun) maupun menggunakan kata zawaja (berpasangan).
Keseluruhan ayat tersebut memberikan tuntunan kepada manusia sebagaimana seharusnya
menjalani pernikahan agar menjadi jembatan yang mengantarkan manusia (laki-laki dan
perempuan) menuju kehidupan sakinah (damai, tenang dan bahagia). Ayat dalam Al-Quran
ُ ‫ب َها َل ي ِ إ ْ وا ِتَ س ُك ُن ٗجا ل َ زَ و َ ِس ُك م أ‬
tersebut diantaranya adalah : َ ‫نف َ َق‬ َ ‫َءاي ينَ ُكۦ م َو َج َع َل‬
َ َ ‫ت ِه‬
ِ ‫و ِم ن‬
‫ ود َٗة‬٢١َ ‫ي ِل َك َََ ل َ ن فِي ذَ ِ إ َو َر ح َمة م‬
َ َ ‫َف ُكرو َن ٖت ل‬
َ ‫َل ُكم ِ م ن أ َ ن َخ َل أ ِقَ ٖوم يَت‬

Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” [QS. Ar. Ruum 21].

3
ُ‫ ِ ش يٍء َخ َلق‬٤٩َ ‫ك م تَذَ ُكرو َن َو ِمن ِن لَ َعل نَا َز و َج ي ُك ل‬
Artinya : “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat
kebesaran Allah.” [QS. Adz Dzariyaat 49].

B. Rumusan Masalah
Untuk menyusun makalah ini, kami menyusun terlebih dahulu rumusan masalah agar
penyusunan makalah ini dapat dengan mudah kami lakukan dan para pembaca dapat dengan
mudah memahami masalah yang kami bahas, yaitu:

1. Apa Pengertian Pernikahan?

2. Apa Prinsip-Prinsip Pernikahan?

3. Apa Tujuan Pernikahan?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Pernikahan.

2. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Pernikahan.

3. Untuk Mengetahui Tujuan Pernikahan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan

4
Secara Etimologi Pernikahan bentukan dari kata benda Nikah kata itu berasal dari kata bahasa
arab yaitu Nikkah (bahasa arab: ‫ ) النكاح‬yang berarti perjanjian perkawinan ; berikutnya kata itu
berasal dari kata lain dalam bahasa Arab yaitu kata nikah (bahasa arab: ‫ )نكاح‬yang
berarti persetubuhan.Secara etimologi juga, nikah atau ziwaj dalam bahasa Arab artinya adalah
mendekap atau berkumpul. Pernikahan merupakan suatu perbuatan yang sangat sakral. Untuk
menjaga kesakralan tersebut hendaknya pernikahan dilakukan dengan sebaik-baiknya dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku baik peraturan agama maupun peraturan negara tempat
berlangsungnya pernikahan tersebut.

Sedangkan Pengertian Pernikahan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1,


Pernikahan adalah Ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.1

B. Prinsip-Prinsip Pernikahan
Prinsip-prinsip Pernikahan Menurut Hukum Islam yaitu :
1. Harus ada persetujuan secara suka rela dari pihak-pihak yang mengadakan pernikahan. Caranya
adalah diadakan peminangan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah kedua belah pihak setuju
untuk melaksanakan pernikahan atau tidak.

2. Tidak semua wanita dapat dinikahi oleh seorang pria, sebab ada ketentuan larangan-larangan
pernikahan antara pria dan wanita yang harus diindahkan.

3. Pernikahan harus dilaksanakan dengan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, baik yang


menyangkut kedua belah pihak maupun yang berhubungan dengan pelaksanaan pernikahan itu
sendiri.2
4. Pernikahan pada dasarnya adalah untuk membentuk satu keluarga atau rumah tangga tentram,
damai, dan kekal untuk selam-lamanya.
5. Hak dan kewajiban suami istri adalah seimbang dalam rumah tangga, dimana tanggung jawab
pimpinan keluarga ada pada suami.

1
Ahmad Rofiq, Hukum islam di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm 18
2
Zainuddin Ali, Hukum perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm 45

5
Adapun prinsip Pernikahan disebutkan didalam penjelasan umumnya sebagai berikut:

1. Dalam Undang-Undang ini dinyatakan bahwa suatu pernikahan adalah sah bila mana dilakukan
menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu, dan disamping itu tiap-tiap
pernikahan harus dicatat menurut perturan perundang-undangan yang berlaku, pencatatan tiap-tiap
pernikahan adalah sama halnya denagn pencatatan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan
seseorang, misalnya kelahiran, kematian yang dinyatakan dalam surat-surat keterangan, suatu akte
resmi yang juga dimuat dalam daftar pencatatan.3

2. Undang-undang ini menganut asas monogami, hanya apabila dikehendaki oleh yang
bersangkutan, karena hukum dan agama dari yang bersangkutan mengijinkannya, seorang suami
dapat beristri lebih dari seorang. Namun demikian perkawinan seorang suami dengan lebih dari
seorang istri, meskipun hal itu dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan hanya dapat
dilakukan apabila dipenuhi berbagai persyaratan tertentu dan diputuskan oleh Pengadilan Agama.

3. Undang-Undang ini mengatur prinsip, bahwa calon suami istri itu harus masak jiwa raganya
untuk dapat melangsungkan perkawinan, agar supaya dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara
baik tanpa berakhir dengan perceraian, dan mendapat keturunan yantg baik dan sehat, untuk itu
harus dicegah adanya pernikahan antara calon suami istri yang masih dibawah umur, karena
pernikahan itu mempunyai hubungan dengan masalah kependudukan, maka untuk mengerem
lajunya kelahiran yang lebih tinggi, harus dicegah terjadinya pernikahan antara calon suami istri
yang masih dibawah umur. Sebab batas umur yang lebuh rendah bagi seorang wanita untuk kawin,
mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan batas umur yang lebih
tinggi, berhubungan dengan itu, maka Undang-Undang Pernikahan ini menentukan batas umur
untuk nikah baik bagi pria maupun bagi wanita, ialah 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita.

4. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami baik dalam
kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan bermasyarakat, sehingga dengan demikian
segala sesuatu dalam keluarga dapat dirundingkan dan diputuskan bersama suami istri.

3
Zainuddin Ali, Hukum perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm 46-47

6
Prinsip-prinsip hukum pernikahan yang bersumber dari al-quran dan al-hadist, yang kemudian
di tuangkan dalam garis-garis hukum melalui undang-undang No 1 tahun 1974 tentang pernikahan
dan kompilasi hukum islam tahun 1991 mengandung 7 asas kaidah hukum yaitu sebagai berikut:

1. Asas membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

2. Asas monogami terbuka.

3. Asas calon suami dan istri telah matang jiwa raganya dapat melangsungkan pernikahan, agar
mewujudkan tujuan pernikahan secara baik dan mendapat keturunan yang baik dan sehat sehingga
tidak berfikir kepada perceraian.4

5. Asas mempersulit terjadinya perceraian.

6. Asas keseimbangan hak dan kewajiban antara suami dan istri baik dalam kehidupan
rumah tangga dan kehidupan masyrakat.

7. Asas pencatatan perkawinan.

C. Tujuan Pernikahan
Tujuan pernikahan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal dan sejahtera,
maka Undang-Undang ini menganut prinsip untuk mempersukar tejadinya perceraian. Untuk
memungkin perceraian harus ada alasan-alasan tertentu (pasal 19 Peraturan Pemerintah Negara 9
tahun 1975) serta harus dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama bagi orang Islam dan
Pengadilan Negeri bagi golongan luar Islam. Sedangkan Tujuan perkawinan menurut hukum Islam
sebagai berikut : Menyalurkan seksual yang baik, Mendapatkan keturunan, Membentuk keluarga
sakinah. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi.5

BAB III
PENUTUP

4
Ibid, hlm 48
5
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga islam di Dunia Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm
22

7
A. Kesimpulan

Pernikahan merupakan suatu perbuatan yang sangat sakral. Untuk menjaga kesakralan tersebut
hendaknya pernikahan dilakukan dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku baik peraturan agama maupun peraturan negara tempat berlangsungnya pernikahan
tersebut.

Prinsip-prinsip Pernikahan Menurut Hukum Islam yaitu :

1. Harus ada persetujuan secara suka rela dari pihak-pihak yang mengadakan pernikahan. Caranya
adalah diadakan peminangan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah kedua belah pihak setuju
untuk melaksanakan pernikahan atau tidak.

2. Tidak semua wanita dapat dinikahi oleh seorang pria, sebab ada ketentuan larangan-larangan
pernikahan antara pria dan wanita yang harus diindahkan.

3. Pernikahan harus dilaksanakan dengan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, baik yang


menyangkut kedua belah pihak maupun yang berhubungan dengan pelaksanaan pernikahan itu
sendiri.

4. Pernikahan pada dasarnya adalah untuk membentuk satu keluarga atau rumah tangga tentram,
damai, dan kekal untuk selam-lamanya.

5. Hak dan kewajiban suami istri adalah seimbang dalam rumah tangga, dimana tanggung jawab
pimpinan keluarga ada pada suami.

B. SARAN

Semoga apa yang kami sampaikan ini dapat berguna bagi kita semua, apabila ada kesalahan
dalam penulisan kami mohon maaf. Kepada Allah saya memohon ampun. Saran dan kritikan yang
membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

8
● Rofiq, Ahmad, (1995). Hukum islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
● Ali, Zainuddin, (2007). Hukum perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.
● Amin Summa, Muhammad, (2005). Hukum Keluarga islam di Dunia Islam, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai