Anda di halaman 1dari 14

HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

DALAM HUKUM ISLAM

Dibuat oleh :
Nama : Yusnani Jayanti
Nim : 19110063
Mata Kuliah : Hukum Keluarga Islam
Dosen Pembimbing : Septiara Elvionita, SH.,MH.

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS TAMANSISWA
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Yusnani Jayanti
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................I


DAFTAR ISI .....................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................1
1.3. Tujuan...........................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN UMUM


2.1. Penegertian Hak dan Kewajiban ..................................................................................2
2.2. Macam – macam Hak dan Kewajiban Suami Istri ......................................................2

BAB III PEMBAHASAN


3.1. Hak Bersama – sama ..................................................................................................4
3.2. Kewajiban Suami Pada Istri ........................................................................................4
3.3. Kewajiban Istri Pada Suami.........................................................................................5
3.4. Hak Istri Terhadap Suami.............................................................................................7
3.5. Hak – hak Suami ..........................................................................................................8

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan .................................................................................................................10
4.2. Saran ...........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................11


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam memandang hubungan antara suami dan istri bukan hanya sekedar kebutuhan semata,
tetapi lebih dari itu Islam telah telah mengatur dengan jelas bagaimana sebuah hubungan agar
harmonis dan tetap berlandaskan pada tujuan hubungan tersebut, yakni hubungan yang dibangun
atas dasar cinta kepada Allah Swt.
Oleh karena itu untuk mewujudkan keluarga yang diliputi oleh ketenangan, diselimuti cinta
kasih dan jalinan yang diberkahi, Islam telah mengajarkan kepada Sang Nabi bagaimana jalinan
antara suami dan istri ini bias sejalan, dapat seia dan sekata.
Maka, melalui makalah ini insyaAllah penulis akan mengupas beberapa yang berkaitan tentang
hak dan kewajiban antara seorang suami dengan istri. Hak yang didasarkan pada kesadaran
bukan sekedar kebutuhan, dan kewajiban yang didasari pada kasih sayang dan bukan hanya
menjalankan tugas belaka.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian hak dan kewajiban serta apa yang menimbulkan terjadinya hak dan
kewajiban ?
2. Apa sajakah hak dan kewajiban suami terhadap istri?
3. Apa sajakah hak dan kewajiban istri kepada suami?
4. Apa sajakah hak dan kewajiban bersama antara suami dan istri?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan penyebab timbulnya hak dan kewajiban
2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban suami kepada istri, istri kepada suami serta kewajiban
bersama antara suami dan istri.
BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

2.1 Pengertian Hak dan Kewajiban


Hak adalah sesuatu yang dapat dimiliki dan dikuasai sedangkan kewajiban adalah
sesuatu yang harus diberikan, baik berupa benda baik berupa benda maupun berupa perbuatan.
Apabila akad nikah telah berlangsung dan sah memenuhi syarat maka menimbulkan
akibat hukum. Dengan demikian akan menimbulkan hak serta kewajibannya suami istri dalam
keluarga, yang meliputi: hak suami istri secara bersama, hak suami atas istri dan istri atas
suami.

2.2 Macam-macam Hak dan Kewajiban Suami Istri


Hak terdiri dari dari dua macam yaitu Hak Allah dan Hak Adam. Yang dimaksud
dengan Hak Allah adalah segala seseuatu yang di kehendaki dengannya untuk meletakkan diri
kepada Allah, mengagungkannya, menegakkan syiar agama Nya. Sedangkan hak Adam
(Hamba) adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan manusia.
Apabila suatu akad nikah terjadi (perjanjian perkawinan), maka seorang laki-laki yang menjadi
suami memperoleh berbagai hak dalam keluarga, demikian juga seorang perempuan yang
menjadi istri dalam perkawinan memperoleh berbagai hak pula. Desamping itu mereka pun
memikul kewajiban-kewajiban sebagai akibat dari mengikatkan diri dalam perkawinan itu.
Terkait hak dan kewajiban suami istri terdapat dua hak, yaitu kewajiban yang bersifat
materiil dan kewajiban yang bersifat inmateriil. Bersifat materiil berarti kewajiban zhahir atau
yang merupakan harta benda, termasuk mahar dan nafkah. Sedangkan kewajiban yang bersifat
inmateriil adalah kewajiban bathin seorang suami terhadap istri, seperti memimpin istri dan
anak-anaknya, serta bergaul dengan istrinya dengan cara baik.10
Dalam islam, untuk menentukan suatu hukum terhadap sesuatu masalah harus berlandaskan
atas nash Alquran dan sunnah Nabi. Kedua sumber ini harus dirujuk secara primer untuk
mendapatkan predikat absah sebagai suatu hukum Islam. Dalam Alquran tidak semua
permasalahan manusia bisa diketemukan ketentuannya, namun pada biasanya, dalam
menyikapi masalah cabang (furu’iyah) yang tidak ada penjelasan rincinya, Alquran hanya
memberikan ketentua secara umum.

Ketentuan umum yang ada dalam Alquran tersebut adakalanya mendapatkan penjelasan
dari Alquran senduri, adakalanya mendapatkan penjelasan dari sunnah Nabi sebagai fungsi
penjelas. Namun adakalanya tidak ada penjelasan dari dua sumber primer tersebut. Masalah
hak dan kewajiban suami relatif menapatkan bnayak penjelasan hak yang berupa prinsip-
prinsip maupun detail penjelasannya.
Hak dan kewajiban suami istri dalam rumah tangga ditegaskan dalam Alquran surat Al-
Baqarah ayat 228:
‫ق هّٰللا ُ فِ ْٓي اَرْ َحا ِم ِه َّن اِ ْن ُك َّن يُْؤ ِم َّن بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر‬َ َ‫ت يَت ََربَّصْ نَ بِا َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَ ٰلثَةَ قُر ُۤوْ ۗ ٍء َواَل يَ ِحلُّ لَه َُّن اَ ْن يَّ ْكتُ ْمنَ َما خَ ل‬ ُ ‫َو ْال ُمطَلَّ ٰق‬
‫هّٰللا‬ ٰ
ِ ‫ال َعلَ ْي ِه َّن َد َر َجةٌ ۗ َو ُ ع‬
‫َز ْي ٌز‬ ِ ‫ف َولِل ِّر َج‬ ِ ۖ ْ‫ك اِ ْن اَ َراد ُْٓوا اِصْ اَل حًا ۗ َولَه َُّن ِم ْث ُل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه َّن بِ ْال َم ْعرُو‬ َ ِ‫ق بِ َر ِّد ِه َّن فِ ْي ذل‬ ُّ ‫َوبُعُوْ لَتُه َُّن اَ َح‬
ࣖ ‫َح ِك ْي ٌم‬
Terjemahan
Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali quru'. Tidak
boleh bagi mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahim mereka, jika
mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan para suami mereka lebih berhak kembali
kepada mereka dalam (masa) itu, jika mereka menghendaki perbaikan. Dan mereka (para
perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut. Tetapi
para suami mempunyai kelebihan di atas mereka. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

Maksud dari ayat tersebut adalah bahwa hak yang dimiliki oleh seorang istri adalah
seimbang denga kewajiban istri tersebut terhadap suaminya. Karena hak yang diterima satu pihak
adalah merupakan kewajiban bagi pihak yang lain. Nafkah merupakan hak seoarng istri, dan
sebaliknya pemberian hak ini kewajiban suami terhadap istri. Selain nafkah materiil, seorang
suami juga berkewajiban untuk memberikan nafkah batin terhadap istrinya dalam bentuk
interaksi dengan istrinya dengan baik.
Seorang suami memiliki hak-hak yang merupakan kewajiban bagi istrinya. Dalam
konteks ini yang akan dikemukakan adalah kewajiban istri untuk taat kepada suami. Dasar dari
kewajiban seorang istri ini
terkait dengan peran kepemimpinan dalam keluarga yang diberikan kepada suami berdasarkan
Alquran surat An-Nisa’ ayat 34:

ُ ‹‫ض‹ َو‹ بِ‹ َم‹ ا‹ َأ نْ‹ فَ‹ قُ‹ و‹ا‹ ِم‹ ْن‹ َأ ْم‹ َ‹و‹ ا‹لِ‹ ِه‹ ْم‹ ۚ‹ فَ‹ ا‹ل‹ص‹َّ‹ ا‹لِ‹ َ‹ح‹ ا‬
‹‫ت‬ ٍ ‹‫ض‹ هُ‹ ْم‹ َع‹ لَ‹ ٰ‹ى‹ بَ‹ ْع‬ ‹َ ‹‫ا‹ل‹ر‹ِّ‹ َ‹ج‹ ا‹ ُ‹ل‹ قَ‹ و‹َّ‹ ا‹ ُم‹ و‹ َ‹ن‹ َع‹ لَ‹ ى‹ ا‹ل‹نِّ‹ َس‹ ا‹ ِء‹ بِ‹ َم‹ ا‹ فَ‹ ض‹َّ‹ َل‹ هَّللا ُ‹ بَ‹ ْع‬
‹‫ب‹ بِ‹ َم‹ ا‹ َح‹ فِ‹ ظَ‹ هَّللا ُ‹ ۚ‹ َو‹ ا‹ل‹اَّل تِ‹ ي‹ تَ‹ َخ‹ ا‹فُ‹ و‹ َ‹ن‹ نُ‹ ُش‹ و‹ َز‹ هُ‹ َّن‹ فَ‹ ِ‹ع‹ ظُ‹ و‹هُ‹ َّن‹ َو‹ ا‹هْ‹ ُج‹ ُر‹ و‹هُ‹ َّن‹ فِ‹ ي‬ ِ ‹ْ‫ت‹ لِ‹ لْ‹ َغ‹ ي‬‹ٌ ‹‫ت‹ َح‹ ا‹فِ‹ ظَ‹ ا‬
‹ٌ ‹‫قَ‹ ا‹نِ‹ تَ‹ ا‬
‹‫ض ِر‹ بُ‹ و‹هُ‹ َّن‹ ۖ‹ فَ‹ ِإ ْن‹ َأ طَ‹ ‹ْع نَ‹ ُك‹ ْم‹ فَ‹ اَل تَ‹ بْ‹ ُغ‹ و‹ا‹ َع‹ لَ‹ يْ‹ ِه‹ َّن‹ َس‹ بِ‹ ي‹اًل ۗ‹ ِإ َّن‹ هَّللا َ‹ َك‹ ا‹ َ‹ن‹ َع‹ لِ‹ يً‹ّ ا‹ َك‹ بِ‹ ي‹ ًر‹ ا‬ ْ‹ ‹‫ض‹ ا‹ ِج‹ ِع‹ َ‹و‹ ا‬
‹َ ‹‫ا‹لْ‹ َم‬
Artinya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu
maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah
mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Pada setiap perkawinan, masing-masing pihak suami dan istri dikenakan hak dan
kewajiban. Pembagian hak dan kewajiban disesuaikan dengan porsinya masing-masing. Bagi
pihak yang dikenakan kewajiban lebih besar berarti ia mendapatkan hak yang lebih besar pula.
Sesuai dengan fungsi dan perannya.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Hak bersama-sama
Hak bersama-sama antara suami dan isteri adalah sebagai berikut:
 Halal bergaul antara suami isteri dan masing masing dapat bersenang-senang antara satu
sama lain.
 Terjadi mahram semenda : isteri menjadi mahram ayah suami, kakeknya, dan seterunya ke
atas, demikian pula suami menjadi mahram ibu isteri, neneknya, dan seterusnya ke atas.
 Terjadi hubungan waris-mewaris antara suami dan isteri sejak akad nikah di laksanakan.
Isteri berhak menerima waris atas peninggalan suami. Demikian pula, suami berhak waris
atas peninggalan isteri, meskipun mereka belum pernah melakukan pergaulan suami isteri.
 Anak yang lahir dari isteri bernasab pada suaminya (apabila pembuahan terjadi sebagai
hasil hubungan setelah menikah).
 Bergaul dengan baik antara suamidan isteri sehingga tercipta kehidupan yang harmonis
dan damai. Hal ini telah di jelaskan dalam Al-quran surah An.nisa ayat 19 yang
memerintahkan:
ِ ْ‫َاش ُر ه َُّن بِ ْال َم ْعرُو‬
… ) ‫ف … (النسا‬ ِ ‫َوع‬
“……… dan gaulilah isteri-isterimu itu dengan baik”
Mengenai hak dan kewajiban bersama suami isteri, Undang-Undang Perkawinan menyabutkan
dalam Pasal 33 sebagai berikut, “Suami isteri wajib cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia
dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain”

2. Kewajiban suami pada istri dalam pernikahan menurut Islam


kewajiban yang menjadi hak istri dalam pernikahan, di antaranya:
 Memberikan mahar dan nafkah
Kewajiban pertama suami pada istri dalam pernikahan menurut Islam adalah memberikan
mahar dan nafkah. Mahar merupakan mas kawin yang patut laki-laki berikan saat
menikahi perempuan. Sedangkan nafkah, nggak hanya sebatas uang dapur, melainkan
dalam bentuk sandang, pangan dan papan (memberi pakaian, makanan, dan rumah).
Disebutkan dalam al-Quran surat An-Nisa ayat 4, yang berbunyi:

"Berikanlah maskawin kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh
kerelaan."

Kemudian dalam surat Al-Baqarah ayat 233, yang berbunyi:

"Dan kewajiban bapak memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya...."
 Menggauli istri secara baik
Menggauli di sini adalah bersenggama atau bercinta dengan istri. Dalam Islam, ini menjadi
salah satu kewajiban suami pada istri, yaitu untuk menggauli pasangannya dengan baik,
nggak boleh kasar atau sampai menyakiti.
Dalam surat An-Nisa ayat 19, terjemahannya berbunyi:
"Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, (bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak."

 Menjaga istri
Suami wajib menjaga istrinya dengan baik, menjaga harga dirinya, menjunjung tinggi
kehormatannya, dan melindunginya dari segala sesuatu yang dapat menodai
kehormatannya. Suami pun wajib menjaga rahasia istrinya.

 Membimbing istri
Kewajiban suami adalah memberikan bimbingan agama pada istrinya dan menyuruhnya
untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Suami juga wajib menjaga istrinya dari
perbuatan dosa yang dapat mendatangkan keburukan pada keluarga. Disebutkan dalam
surat At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi:

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

 Memberikan rasa cinta dan kasih sayang


Dalam Islam, suami wajib memberikan rasa cinta dan kasih sayang pada istri. Artinya,
suami wajib bertutur kata lembut, memberikan rasa tenang, mengekspresikan rasa
cintanya, dan menunjukkan kasih sayang. Kewajiban ini ada dalam al-Quran surat Ar-Rum
ayat 21, yang terjemahannya berbunyi:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-
Nya di antaramu rasa kasih sayang dan rahmat. Sesungguhnya yang demikian itu benar-
benar menjadi tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."

3. Kewajiban istri pada suami dalam pernikahan menurut islam


 Menaati suami
Kewajiban pertama istri pada suami adalah taat pada suami. Contoh taat Misalnya, istri
patuh ketika suami menyuruhnya untuk beribadah, menutup aurat, dan lain-lainnya.
Namun, istri wajib taat kecuali dalam hal-hal yang melanggar aturan agama dan/atau
kesusilaan. Dalam al-Quran, surat An-Nisa ayat 34, terjemahannya berbunyi sebagai
berikut:
"Kaum laki-laki itu pemimpin wanita. Karena Allah telah melebihkan sebagian mereka
(laki-laki) alas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan harta mereka. Maka wanita yang salehah ialah mereka yang taat kepada
Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada menurut apa yang Allah
kehendaki......"

Dalam Islam, ketaatan seorang istri pada suami disebut setara nilainya dengan jihad laki-
laki. Tetapi, ada kalanya istri dapat mendiskusikan sesuatu sebelum membuat keputusan,
seperti membahas pekerjaan, keluarga, pendidikan anak, dan sebagainya.

 Menjaga harta, rumah, dan kehormatan suami


Ketika suami wajib memberikan nafkah berupa penghasilannya pada istri, maka istri wajib
menjaganya. Artinya, istri wajib merawat dan menjaga harta yang suaminya berikan.
Bahkan jika memungkinkan, istri mampu mengembangkan hartanya.

Bagaimana dengan menjaga rumah? Hal ini dimaksudkan seorang istri nggak boleh keluar
rumah tanpa izin dari suaminya, dan nggak boleh membawa laki-laki lain masuk ke dalam
rumah saat suami sedang nggak ada.

Sedangkan menjaga kehormatan suami adalah dengan nggak menyebarkan aib suaminya.
Sama seperti suami yang wajib menjaga rahasia istri, maka istri nggak boleh menyebarkan
rahasia suaminya. Baik itu secara langsung, maupun nggak langsung.

 Mencari kerelaan suami dan menghindari murkanya


Istri wajib mencari kerelaan atau ridha dari suami. Sebab dalam Islam, kerelaan suami
merupakan tiket seorang istri mendapatkan surga dan kebahagiaan akhirat. Karena itu, istri
harus berusaha mendapatkan kerelaan suami. Ada berbagai macam cara, di antaranya
melakukan tindakan yang menyenangkan suami, membantu suami menyelesaikan
pekerjaannya, memenuhi kebutuhan suami, dan sebagainya.

Namun dalam mencari kerelaan suami, istri wajib menghindari amarah atau murkanya.
Artinya, jangan sampai melakukan tindakan yang justru membuat pasangan marah karena
hal ini nggak hanya menghapus usaha mencari ridha suami, tetapi juga memberikan
dampak buruk pada keharmonisan rumah tangga.

 Memahami urusan bercinta


Jika suami memiliki kewajiban menggauli istrinya, di sisi lain istri wajib memahami
urusan bercinta. Istri nggak boleh menolak ketika suami mengajaknya bercinta. Sebab dari
Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas istri enggan memenuhinya, maka
malaikat akan melaknatnya hingga waktu shubuh.” HR. Bukhari dan Muslim.
Namun, ada kondisi yang mana istri nggak dapat memenuhi kebutuhan suami, seperti
sedang sakit, nifas, menstruasi, dan sebagainya. Namun, usahakan untuk
membicarakannya secara baik-baik dengan pasangan, ya.

 Menunjukkan wajah yang manis dan menyenangkan suami


Menunjukkan wajah yang manis tentu akan memberikan kebahagian bagi suami yang
melihatnya, bukan begitu? Ini merupakan kewajiban bagi seorang istri terhadap suaminya
dalam pernikahan menurut Islam. Sedangkan menyenangkan suami, dapat dengan
melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa bahagia dalam hati pasangan. Nggak
perlu mewah atau sulit, bisa dengan memasak menu favoritnya, merapikan rumah, atau
sekadar membelikannya hadiah kecil.

Sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah pernah bersabda:

“Sebaik-baik perempuan ialah seorang perempuan yang apabila engkau melihatnya,


engkau merasa gembira. Jika engkau perintah, dia akan mentaatimu. Dan jika engkau
tidak ada di sisinya, dia akan menjaga hartamu dan dirinya.”

4. Hak Istri terhadap Suami


Hak- hak isteri yang menjadi kewajiban suami dapat di bagi menjadi dua, yatu: hak- hak
kebendaan, yaitu mahar (maskawin) serta nafkah, dan hak-hak bukan bendaan, misalnya berbuat
adil di antara para isteri (dalam perkawanan poligami), tidak berbuat hal-hal yang merugikan
isteri dan sebagianya.

1. hak-hak kebendaan
 Mahar (maskawin)
QS. An-Nisa ayat 24 memerintahkan, “dan berikanlah maskawin kepada perempuan-
perempuan (yang kamu nikahi ) sebagai pemberian wajib. Apabila mereka dengan
senang hati memberikan berbagia maskawin kepadamu. Ambillah dia sebagai makanan
sedap lagi baik akibatnya.
Dari ayat Al-Qur’an tersebut dapat di peroreh suatu pengertian bahwa maskawin itu
adalah harta pemberian wajib dari suami terhadap istri, dan merupakan hak penuh bagi
isteri yang tidak boleh diganggu oleh suami, suami hanya di benarkan ikut makan
maskawin apabila diberikan oleh isteri dengan sukarela.
 Nafkah
Nafkah adalah mencukupkan segala keperluan isteri, meliputi makan, pakaian, tempat
tinggal, pembantu rumah tangga, dan pengobatan, meskipun isteri tergolong kaya.
QS. Ath-Thalaq ayat 6 menyatakan “tempatkanlah isteri-isteri dimana kamu tinggal
menurut kemampuanmu; jangalah kamu menyusahkan isteri-isteri untuk menyempitkan
hati mereka. Apabila isteri-isteri yang kamu talak itu dalam keadaan hamil, berikanlah
nafkah kepada mereka hingga bersalin….”
Dari ayat di atas dapat di simpulkan pula bahwa nafkah merupakan kewajiban suami
dalam membahagiakan isterinya baik lahir maupun batin dengan cara mencukupkan
kebutuhan yang dapat memcukupkan segala kekurangannya dengan maksud
meringankan beban padanya.

2. Hak-hak bukan kebendaan


Hak- hak bukan kebendaan yang wajib ditunaikan suami terhadap isterinya, disimpulkan
dalam perintah QS. An-Nisa ayat 19 agar para suami menggaui isterinya dengan makruf dan
bersabar terhadap hal-ahal yang tidak disayangi, yang terdapat pada isteri. Menggauli isteri
dengan makruf dapat mencakup:
 Sikap menghargai, menghormati, dan perlakuan-perlakuan yang baik, serta
meningkatkan taraf hidupnaya dalam bidang-bidang agama, akhlak, dan ilmu
pengetahuan yang di perlukan.
 Melindungi dan menjaga nama baik isteri
Suami berkewajiban melindungi isteri serta menjaga nama baiknya. Hal ini tidak berarti
bahwa suami tidak harus menutup-nutupi kesalahan yang memang terdapat pada isteri.
Namun, adalah sebuah kewajiban suami agar tidak membeberkan kesalahan-kesalahan
isteri kepada orang lain.
 Memenuhi kebutuhan kodrat (hajat) biologis isteri
Hajat biologis adalah kodrat pembawaan hidup. Oleh karena itu, suami wajib
memperhatikan hak isteri dalam hal ini. Ketentraman dan keserasian hidup perkawinan
antara lain ditentukan oleh faktor hajat biologis ini. Kekecewaan yang dialami dalam
masalah ini dapat menimbulkan keretakan dalam hidup perkawinan, bahkan tidak jarang
terjadi penyelewengan isteri disebabkan adanya perasaan kecewa dalam hal ini.

5. Hak-hak suami
Hak-hak suami yang wajib dipenuhi isteri hanya merupakan hak-hak bukan kebendaan sebab
menurut hukum Islam isteri tidak dibebani kewajiban kebendaan yang diperlukan untuk
mencukupkan kebutuhan hidup keluarga. Bahkan, lebih diutamakan isteri tidak usah ikut
bekerja mencari nafkah jika suami memang mampu memenuhi kewajiban nafkah keluarga
dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar isteri dapat mencurahkan perhatiannya untuk
melaksanakan kewajiban membina keluarga yang sehat dan mempersiapkan generasi yang
saleh. Kewajiban ini cukup berat bagi isteri yang memang benar-benar akan melaksanakan
dengan baik.
Namun, tidak dapat dipahamkan bahwa Islam dengan demikian menghendaki agar isteri tidak
pernah melihat dunia luar, agar isteri selalu berada di rumah saja. Yang dimaksud ialah agar
isteri jangan sampai ditambah beban kewajibannya yang telah berat itu dengan ikut mencari
nafkah keluarga. Berbeda halnya apabila keadaan memang mendesak, usaha suami tidak
dapat menghasilkan kecukupan nafkah keluarga. Dalam batas-batas yang tidak memberatkan,
isteri dapat diajak ikut berusaha mencari nafkah yang diperlukan itu.
Hak-hak suami dapat disebutkan pada pokoknya ialah hak ditaati mengenai hal-hal yang
menyangkut hidup perkawinan dan hak memberi pelajaran kepada isteri dengan cara yang
baik dan layak dengan kedudukan suami isteri.
 Hak di taati
Q.S. An-Nisa : 34 mengajarkan bahwa kaum laki-laki (suami) berkewajiban memimpin
kaum perempuan (isteri) karena laki-laki mempunyai kelebihan atas kaum perempuan
(dari segi kodrat kejadiannya), dan adanya kewajiban laki-laki memberi nafkah untuk
keperluan keluarganya.
Isteri-isteri yang saleh adalah yang patuh kepada Allah dan kepada suami-suami mereka
serta memelihara harta benda dan hak-hak suami,meskipun suami-suami mereka dalam
keadaan tidak hadir, sebagai hasil pemeliharaan Allah serta taufik-Nya kepada isteri-
isteri itu. Hakim meriwayatkan dari ‘Aisyah r.a. :
ِ َّ‫ فََأ ىُّ الن‬: ‫ت‬
‫اس‬ َ َ‫اس َأ ْعظَ ُم َحقَّا َعلَى ْال َمرْ َأ ِة ؟ ق‬
ْ َ‫ قَال‬.‫ َزوْ ُجهَا‬: ‫ال‬ ِ َّ‫ اَىُّ الن‬: ‫ت رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم‬ ُ ‫ َس ْأل‬: ‫ت‬ ْ َ‫ع َْن عَاِئ َشةَ قَال‬
ُ َ ‫اَ ْعظَ ُم َحقَّا ع‬
َ َ‫َلى ال َّر ُج ِل ؟ ق‬
)‫ ا ُّمهُ (رواه الحا كم‬: ‫ال‬

Artinya:“Dari Aisyah, ia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah SAW : Siapakah


orang yang paling besar haknya terhadap perempuan? Jawabnya : Suaminya. Lalu saya
bertanya lagi: Siapakah orang yang paling besar haknya terhadap laki-laki? Jawabannya:
Ibunya.”
Dari bagian pertama ayat 34 Q.S. : An-Nisa tersebut dapat diperoleh ketentuan bahwa
kewajiban suami memimpin isteri itu tidak akan terselenggara dengan baik apabila isteri
tidak taat kepada pimpinan suami. Isi dari pengertian taat adalah :
1. Isteri supaya bertempat tinggal bersama suami di rumah yang telah disediakan
2. Taat kepada perintah-perintah suami, kecuali apabila melanggar larangannya
3. Berdiam di rumah, tidak keluar kecuali dengan izin suami
4. Tidak menerima masuknya seseorang tanpa izin suami

 Hak memberi pelajaran


Bagian kedua dari ayat 34 Q.S. An-Nisa mengajarkan, apabila terjadi kekhwatiran suami
bahwa isterinya bersikap membangkang (nusyus), hendaklah nasihat secara baik-baik.
Apabila dengan nasihat, pihak isteri belum juga mau taat, hendaklah suami berpisah tidur
dengan isteri. Apabila masih belum juga kembali taat, suami dibenarkan member
pelajaran dengan jalan memukul (yang tidak melukai dan tidak pada bagian muka).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
kewajiban suami istri adalah sesuatu yang harus suami laksanakan dan penuhi untuk istrinya.
Sedangkan kewajiban istri adalah sesuatu yang harus istri laksanakan dan lakukan untuk
suaminya. Begitu juga dengan pengertian hak suami adalah sesuatu yang harus diterima suami
dari istrinya. Sedangkan hak isteri adalah sesuatu yang harus di terima isteri dari suaminya.
Dengan demikian kewajiban yang dilakukan oleh suami merupakan upaya untuk memenuhi hak
isteri.
Hak-hak dalam perkawinan itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: hak bersama, hak isteri yang
menjadi kewajiban suaminya dan hak suami yang menjadi kewajiban isteri.

Saran
Demikian makalah ini yang dapat kami sajikan, kami berharap makalah ini dapat berkembang
dengan berjalannya diskusi yang akan dijalankan oleh teman-teman. Kurang lebihnya kami
mohon maaf, untuk itu kepada para pembaca mohon kritik dan saran yang bersifat membangun
demi sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Audah, Abdul Qadir. Tanpa tahun. At-Tasyri’ Al-Jina’iy Al-Islamy. Beirut: Dar Al-Kitab
Al-‘Araby.
Basyir, Ahmad Azhar, H., 2007. Hukum Perkawinan Islam. Cet. 11 Yogyakarta: UII Press.
Furqan, H. Arif, dkk. 2002. Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum. Jakarta: Departemen Agama RI,
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam.
Ghozali, Abdul Rahman, Prof., DR., M.A., 2008. Fiqih Munakahat. Cet. 3 Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup.
Hanafi, Ahmad. 1990. Asas-Asas Hukum Pidana Islam Cet. 4. Jakarta: Bulan Bintang.
Kumpulan Hadits Riwayat Bukhary dan Muslim. 2002.
Prof. Dr. H.M.A Tihami, M.A., M.M , Drs. Sohari Sahrani, M.M., M.H. Fiqh Munakahat (kajian
Fiqh Nikah Lengkap). Jakarta: Rajawali Pers, 2010, cet. ke-2.

Anda mungkin juga menyukai