Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“ PEMERIKSAAN TANDA KECEMASAN DAN EVALUASI KEB.

RASA AMAN DAN NYAMAN “

DOSEN PENGAMPU :

Ni Putu Sumartini, M. kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5

Nama anggota kelompok :

1. BAIQ ANNISA SAFITRI NIM ( P07120120003)


2. DESY AYU MALINDA NIM ( P07120120006)
3. NENGAH DARMEYASE NIM ( P07120120019)
4. NIDY SUHITA FEBRIANTI NIM ( P07120120024)
5. PUTRI ALIDA NINGSIH NIM (P07120120027)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN

MATARAM

2021/2022
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pemeriksaan
tanda Kecemas Dan Evaluasi Keb. Rasa Aman Nyaman ” dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan kami juga berterima kasih kepda ini Ni Putu
Sumartini, M. kep. dengan selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang
telah memberikan tugas ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi
siapapun yang membacanya.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap ada kritikan saran dan usulan
demi kebaikan makalah yang kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapa yang membacanya. Sekiranya
Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan.

Mataram, 26 pebruari 2022

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….2

DAFTAR ISI..........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4


1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………6
2.1 Pengertian aman dan nyeri…………………………………………………6
2.2 Gangguan rasa aman dan nyeri…………………………………………….6
2.3 Faktor yang mempangaruhi nyeri ………………………………………....7
2.4 Pebedaan nyeri akut dan nyeri kronis………………………………………7
2.5 Pengukuran nyeri…………………………………………………………...8
2.6 Pemeriksaan diagnostik…………………………………………………..10
2.7 Penatalaksanaan medis …………………………………………………..10
BAB III PENUTUP .................................................................................... ....12
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 12
3.2 Saran ...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu kedaan yang membuat seseorang merasa
nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dan rasa sakit terutama nyeri.
(Purwanto dalam Karendehi, 2015 ). Nyeri adalah suatu sensosi subyektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan terkait kerusakan jaringan yang actual maupun
potensial, atau yang di gambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut ( Meliala &
Suryamiharja, 2007 ).

Menurut Potter & Perry (2006 ), nyeri merupakan pengalaman pribadi yang
diperlihatkan dengan cara berbeda pada setiap individu, setiap individu memiliki
pengalaman nyeri dengan skala tertenru. Nyeri bersifat subyektif dan dipersepsikan
individu berdasarkan pengalaman. Nyeri menjadi alsan paling umum seseorang mencari
perawatan kesehatan karena merasakan terganggu dan menyulitkan mereka. Nyeri secara
serius jika tidak ditangani dapat menyebabkan ketidakmampuan dan imobilisasi pada
individu, sehingga kondisi tersebut akan merusak kemampuan individu untuk melakukan
aktivitas perawatan diri, menyebbkan isolasi sosial, defresi serta perubahan konsep diri (
Potter & Perry,2006 ).

Menurut Smeltzer & Bae (2002). Secara umum nyeri di kategorikan menjadi dua
yaitu nyeri dan nyeri kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa
detik hingga kurang dari enam bulan biasanya dengan awitan tiba-tiba dan umumnya
berkaitan dengan cidera fisik dimana nyeri akut mengidentifikasi adanya kerusakan atau
cidera telah terjadi dan tida ada penyakit sismatik, biasanya menurut sejalan dengan
terjadinya penyembuhan, salah satunya adalah nyeri akibat pendarahan. Nyeri kronik
adalah nyeri kostan attau intermiten yang menetap sepanjang suatu priode waktu dimana
nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang dipikirkan dan sering tidak dapat
dikaitkan dengan penyebab atau cidera spesifik.

4
Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetepakan dengan tepat dan sering sulit
untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan
yang di arahkan pada penyebabnya diaman nyeri ini berlangsung selama enam bulan atau
lebih ( strong, Unruh,Wright & Baxter,2002).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Yang dimaksud dengan pengertian aman dan nyaman ?
2. Apa saya gangguan rasa aman dan nyeri ?
3. Apa saja faktor yang mempangaruhi nyeri ?
4. Apa saja perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis ?
5. Bagaimana pengukuran nyeri ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik ?
7. Apa saya penatalaksanaan medis ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini
adalah :
1. Untuk menjelaskan pengertian aman dan nyaman
2. Untuk menjeskan gangguan rasa aman dan nyeri
3. Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi nyeri
4. Untuk mengetahui perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis
5. Untuk mengetahui pengukuran nyeri
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aman dan Nyaman


Keamanan, seringkali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera
fisik dan psikologis (Potter dan Perry, 2010). Nyaman adalah keadaan ketika
individu mengalami sensasi yang menyenangkan dalam berespon terhadap
suatu rangsangan berbahaya (Lynda dan Moyet, 2007).
Kalcoba (1992) (dalam Potter & Perry, 2010) mengungkapkan
kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan dimana telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan
yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah
dan nyeri)
Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari nyeri dan hipertermia atau
hipotermia. Hal ini dipengarihi perasaan tidak nyaman yang dirasakan oleh
pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.

2.2 Gangguan rasa nyaman akibat nyeri

1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif
dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang
bersifat fisik dan mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan
aktual atau pada fungsi ego seorang individu (Potter dan Perry, 2010).
2. Klasifikasi Nyeri
Secara umum nyeri dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang
erkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset.

6
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

1. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak- anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang
ditemukan di antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana
anak - anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
2. Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
berespons terhadap nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi
jenis kelamin (misal: menganggap bahwa seorang anak laki- laki harus
berani dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan
boleh menangis dalam situasi yang sama). Akan tetapi, toleransi terhadap
nyeri dipengaruhi oleh faktor- faktor biokimia, dan merupakan hal yang
unik pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin.
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai - nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang
diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi
terhadap nyeri.

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang


berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI,2017). Nyeri kronis adalah
pengalaman sensorik atau emosional yang erkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
(PPNI,2017).

7
2.4 Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis

Nyeri Akut Nyeri Kronis


1. Ringan sampai berat 1. Ringan sampai berat
2. Reseptor sistem saraf simpatik 2. Respons sistem saraf
- Peningkatan denyut nadi parasimpatik :
- Peningkatan frekuensi - Tanda-tanda vital
pernafasan normal
- Peningkatan tekanan darah - Kulit kering, hangat
3. Klien tampak gelisah dan - Pupil normal atau
cemas dilatasi
4. Klien menunjukkan perilaku - Terus berlanjut setelah
yang penyembuhan
mengidentifikasikan rasa 3. Klien tampak depresi dan
nyeri : menarik diri
menangis, menggosok area 4. Klien sering kali tidak
nyeri, menyebutkan rasa
memegang area nyeri nyeri kecuali ditanya
5. Terlokalisasi 5. Menyebar
6. Tajam : seperti ditusuk, disayat, 6. Ttumpul : ngilu, linu, nyeri,
dicubit, dll dll

2.5 Pengukuran Nyeri


1) Skala Deskriptif
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang
garis. Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai
“nyeri yang tidak tertahankan”.
2) Skala penilaian numerik
Numerical Rating Scale ( NRS) menilai nyeri menggunakan skala
0-10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan saat mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik.
3) Skala Analog visual
Visual Analog Scale (VAS) merupakan suatu garis lurus yang
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan
kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.

8
POHON MASALAH

Mekanik

1. Kerusakan
Stimulus Nyeri
intergument
2. Trauma jaringan
3. Perubahan
Tumor/kanker Spasme Otot

Impuls Nyeri

Konsus Dorsalis

Medula Spinalis

Thalamus

Korteks Selebri

Gangguan Timbul Nyeri


rasa
nyaman

Nyeri Akut Nyeri Kronis

(Nanda, 2015; PPNI,2017)

9
2.6 Pemeriksan Diagnostik
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen.
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ yang abnormal.
3. Pemeriksaan lab sebagai data penunjang.
4. Ct- Scan untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak.

2.7 Penatalaksanaan Medis


a. Nonfarmakologi
1. Bimbingan Antisipasi
Merupakan tindakan memodifikasi secara langsung cemas yang
berhubungan dengan nyeri menghilangkan nyeri dan menambah efek
tindakan untuk menghilangkan nyeri yang lain.
2. Distraksi
Merupakan metode untuk mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain
dan dengan demikian menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Salah satu distraksi yang efektif
adalah music, yang dapat menurunkan nyeri fisiologis, stres, kecemasan
dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri.
3. Biofeedback
Merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respons fisiologis dan cara untuk melatih kontrol
volunter terhadap respon tersebut.
4. Hipnosis Diri
Hipnosis diri merupakan sutau pendekatan holistik, hipnosis diri
menggunakan sugesti diri dan kesan tentang perasaan yang rileks dan
damai. Individu memasuki keadaan rileks dengan menggunakan berbagai
ide pikiran dan kemudian kondisi kondisi yang menghasilkan respon
tertentu bagi mereka (Edelman dan Mandel, 1994 ).
5. Mengurangi Persepsi Nyeri
Salah satu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah
membuang atau mencegah stimulus nyeri. Nyeri juga dapat dicegah dengan
mengantisipasi kejadia yang menyakitkan.

10
6. Stimulasi Kutaneus
Adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri.
Masase, mandi air hangat, kompres menggunakan kantong es, dan stimulasi
saraf elektrik transkutan (TENS) merupakan langkah – langkah sederhana
dalam upaya menurunkan persepsi nyeri.

b. Farmakologi
1. Analgesik Nonnarkotik
Analgesik nonnarkotik tidak bersifat adiktif dan kurang kuat
dibandingkan dengan analgesik narkotik. Obat ini digunakan untuk
mengatasi nyeri yang ringan sampai sedang. Obat ini efektif untuk
nyeri tumpul pada sakit kepala, dismenore, nyeri pada inflamasi,
abrasi minor, nyeri otot, dan arthtritis jaringan sampai sedang.
Kebanyakan dari analgesik menurunkan suhu tubuh yang meningkat,
sehingga mempunyai antipiretik,. Beberapa analgesik seperti aspirin,
mempunyai efek anti inflamasi dan juga efek anti koagulan.
2. Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik, disebut juga Agonis Narkotik, direspon untuk
mengatasi nyeri yang sedang sampai berat. Analgesik narkotik bekerja
terutama pada sistem saraf pusat, sedangkan analgesik nonnarkotik
bekerja pada sistem saraf tepi pada tempat reseptor nyeri. Narkotik
tidak hanya menekan rangsang nyeri tetapi juga menekan pernapasan
dan batuk dengan bekerja pada pusat pernapasan dan batuk pada
medulla di batang otak.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman


bebas dari nyeri dan hipertermia atau hipotermia. Hal ini dipengaruhi
perasaan tidak nyaman yang dirasakan oleh pasien yang ditunjukan dengan
timbulnya gejala dan tanda pada pasien.

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabkan oleh stimulasi tertentu. Klasifikasi nyeri di bagi menjadi dua
nyeri akut dan nyeri kronis. Faktor yang mempangaruhi nyeri usia, jenis
kelamin, dan kebudayaan.

3.2 SARAN
Diharapkan kepada pembaca khususnya pada mahasiswa keperawatan setelah
Makalah ini dapat benar-benar memahami tetang Pemeriksaan Tanda Kecemas
Evalusia Keb. Aman Dan Nyaman.

12
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi

10. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.


Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya : Salemba
Medika.

Kozier, Erb, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &
Praktik Edisi 7 Volume 2. Jakarta : EGC.

Lippincott dan Williams & Wilkins. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Lynda
Juall Carpenito-Moyet Edisi 8. Jakarta : EGC.

Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta : EGC

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Indikator diagnostik. Jakarta : DPP PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Kriteria hasil keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia : Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

Poeter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses,
dan praktik (4th ed.). EGC

13

Anda mungkin juga menyukai