Laporan Pendahuluan Della Sepnita
Laporan Pendahuluan Della Sepnita
Disusun Oleh :
DELLA SEPNITA
1914201012
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah yang maha esa karena telah melimpahkan rahmat-nya
berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan yang
berjudul “diabetes melitus tipe 2”
Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan medikal
bedah 3 dengan dosen Ns hidayatul rahmi,M.Kep.tidak lupa kami sampaikan terima kasih
kepada dosen pengampu yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan
laporan pendahuluan.akhirnya penulis menyampaikan terima kasih atas perhatiannya dan kami
berharap semoga bermanfaat bagi kami khususnya dengan segala kerendahan hati saran dan
kritikan yang kontruksif sangat penulis harapkan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus tipe 2 disebut juga dengan DM tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus [NIDDM]) yang disebabkan oleh penurunan sensitivitas jaringan target
terhadap efek metabolik insulin yang sering disebut sebagai resistensi insulin (Guyton & Hall,
2012). Prevalensi DM tahun 2017 sebesar 8,8% (total penduduk dunia usia 20-79 tahun : 4,84
miliar jiwa) diprediksi meningkat hingga 9,9% total (total penduduk dunia usia 20-79 tahun :
4,84 miliar jiwa) tahun 2045. Indonesia menempati urutan nomor 6 setelah Cina, India, USA,
Brazil, Mexico pada tahun 2017. Jumlah Penderita DM di Indonesia juga terbilang tinggi, dilihat
dari laporan IDF bahwa jumlah penderita DM sebanyak 10,3 juta jiwa pada tahun 2017 dan
diperkirakan akan meningkat pada tahun 2045 sebanyak 16,7 juta jiwa (International Diabetes
Federation, 2017). Prevalensi komplikasi penderita diabetes melitus tipe 2 ini cenderung
meningkat dan semakin memburuk disebabkan karena ketidakmampuan penderita dalam
mengelola penyakitnya secara mandiri (American Diabetes Association, 2018). Dalam hal ini
manajemen diri menjadi sangat penting dalam pengobatan diabetes mellitus. Perawatan diri
adalah salah satu manajemen diri diabetes mellitus dan perlu untuk mendapatkan kontrol
glikemik yang memadai (Musmulyadi, M., Malik Z. M., & Mukhtar, 2019). Perawatan diri atau
self care yang dilakukan seseorang atau masyarakat didasari oleh pengetahuan, sikap, efikasi
diri/ keyakinan diri, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2010). Pada dasarnya semua manusia mempunyai kebutuhan untuk melakukan
perawatan diri dan mempunyai hak untuk melakukan perawatan diri secara mandiri (Sari, 2012).
B. Rumusan Masalah
6. Bagaimana penatalaksanaan?
C. Manfaat penulisan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberi manfaat Untuk menambah pengetahuan tentang
konsep terjadinya diabetes melitus (DM)
BAB II
PENDAHULUAN
1. Definisi
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit gangguan metabolik yaitu ditandai oleh kenaikan
gula darah disebabkan oleh penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau gangguan
fungsi insulin. Kadar insulin menurun atau berada dalam rentang normal karena insulin tetap
dihasilkan oleh sel pankreas namun terjadi resistensi insulin. DM tipe 2 disebut juga dengan non
insullin dependent diabetes mellitus(Fatimah,2015).
Menurut WHO (2016), diabetes mellitus tipe 2 adalah penyakit kronis yang disebabkan karena
pankreas mengalami penurunan saat memproduksi hormon insulin yang cukup atau ketika
insulin yang digunakan tubuh tidak efektif. Penderita didiagnosa DM ketika kadar glukosa darah
puasa lebih dari 126 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl.
2. Etiologi
Faktor lingkungan dan gaya hidup merupakan penyebab semakin meningkatnya kasus diabetes
mellitus tipe 2. Gaya hidup dengan mengkonsumsi karbohidrat yang tinggi serta aktivitas fisik
yang kurang menyebabkan terjadinya diabetes mellitus tipe 2. Faktor resiko DM tipe 2 yaitu
obesitas, usia, riwayat DM tipe 2 dalam keluarga, BBLR, dan orang asia termasuk kedalam
golongan rentan mengalami DM tipe 2. Menurut Buraerah (2010), Faktor penyebab diabetes
mellitus tipe 2 adalah kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat
terjadi karena :
a) Sel sel pankreas rusak karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia, dan lain-lain)
3. faktor resiko
Berikut ini adalah faktor resiko yang dapat terkena DM Tipe II, antara lain:
1) Usia ≥ 45 tahun
2) Usia lebih muda, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) >23 kg/m 2 yang disertai
dengan faktor resiko:
c. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram, atau riwayat DM gestasional
f. Menderita polycyctic ovarial syndrome(PCOS) atau keadaan klinis lain yang terkait
dengan resistensi insulin
g. Adanya riwayat toleransi glukosa yang terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT) sebelumnya
6) Faktor genetik
4. Manifestasi Klinik
Menurut Fitriyani (2012), Pada penderita DM tipe 2 dapat menimbulkan gejala yang
bermacam-macam antar penderita satu dengan lainnya, bahkan ada penderita DM yang tidak
menunjukkan gejala khas DM sampai waktu tertentu. Manifestasi klinis DM tipe 2 dibagi
menjadi akut dan kronik. Gejala akut yaitu : polidipsia (banyak minum), poliphagia (banyak
makan), poliuria (banyak kencing/ sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah
namun berat badan menurun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), dan mudah lelah.
Gejala kronik DM tipe 2 yaitu : kebas, kesemutan, kulit terasa ditusuk jarum dan terasa
panas, kram, mudah mengantuk, gigi mudah goyah dan mudah lepas. Pada pria dapat
mengakibatkan impoten, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam
kandungan (PERKENI,2011).
a. Penurunan penglihatan
b. Poliuri ( peningkatan pengeluaran urine ) karena air mengikuti glukosa dan keluar
melalui urine.
c. Polidipsia (peningkatan kadar rasa haus)akibat volume urineyang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti
ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien
konsentrasi keplasma yang hipertonik (konsentrasi tinggi) dehidrasi intrasel menstimulasi
pengeluaran hormon anti duretik (ADH, vasopresin)dan menimbulkan rasa haus
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat kataboisme protein di otot dan ketidakmampuan
sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Aliran darah yang buruk
pada pasien DM kronis menyebabkan kelelahan
e. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pascaabsorptif yang kronis,
katabolisme protein dan lemak dan kelaparan relatif sel. Sering terjadi penurunan berat
badan tanpa terapi
i. Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki akibat kerusakan sirkulasi perifer,
kemungkinan kondisi kulit kronis seperti selulitis atau luka yang tidak kunjung sembuh,
turgor kulit buruk dan membran mukosa kering akibat dehidrasi
j. Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek, dan kemungkinan nyeri perifer
atau kebas
5. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis DM tipe 2 yakni dengan melakukan pemeriksaan glukosa darah dan
pemeriksaan glukosa peroral (TTGO). Pemeriksaan C-peptide dilakukan untuk membedakan
DM tipe 2 dan DM tipe 1 (Fatimah,2015):