Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti
kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak, dimana terjadi akumulasi CSS yang
berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau lebih subarachnoid. Bila akumulasi CSS
yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut higromasubdural,
walaupun pada kasus hidrosefalus eksternal pada anak – anak cairan akan
berakumulasi di dalam rongga araknoid. Penyebab penyumbatan aliran cairan
serebrospinal yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah : kelainan kongnetal,
infeksi, neoplasma, perdarahan.
Hidrosefalus congenital terjadi pada 3 atau 4 dari 1000 kelahiran hidup. Kasus
ini merupakan salah satu masalah dalam bedah saraf yang paling sering ditemui. Data
menyebutkan bahwa hidrosefalus congenital terjadi pada 3 dari 1000 kelahiran di
Amerika Serikat dan ditemukan lebih banyak di Negara berkembang seperti Brazil
yaitu sebanyak 3,16 dari 1000 kelahiran. Sedangkan di Indonesia ditemukan sebanyak
40% hingga 50% dari kunjungan berobat atau tindakan operasi bedah saraf.
Pasien dengan hidrosefalus tidak jarang mengalami keterlambatan
perkembangan. Meskipun dalam hal ini telah dipasang VP shunt, pasien akan tetap
mengalami keterlambatan. Stimulasi motorik yang dilakukan untuk keterlambatan
motorik pada anak disesuaikan dengan perkembangan mulai dari bayi terlentang,
tengkurap, merangkak, duduk hingga berdiri.
Pada kasus ini fisioterapi yang dilakukan meliputi latihan penguatan lengan,
penguatan ototekstensor dan rotasi trunk, stimulasi tengkurap, stimulasi duduk. Jenis
penanganan hidrosefalus yang paling sering dilakukan adalah tindakan operasi, yang
biasa disebut shunting.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep teori dan asuhan keperawatan anak dengan hidrosefalus ?

1.3 TUJUAN
1. UMUM
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan anak dengan
hidrosefalus
2. KHUSUS
a. Untuk mengetahui pengertian dari hidrosefalus
b. Untuk mengetahui etiologi dari hidrosefalus
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari hidrosefalus
d. Untuk mengetahui pathway dari hidrosefalus
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari hidrosefalus
f. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik dari hidrosefalus
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari hidrosefalus
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis maupun keperawatan dari
hidrosefalus
i. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan anak dengan hidrosefalus
j. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan anak dengan hidrosefalus
k. Untuk mengetahui intervensi keperawatan anak dengan hidrosefalus
l. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan anak dengan hidrosefalus

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP TEORI ANAK DENGAN HIDROSEFALUS


A. Pengertian Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara aktif
yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak, walaupun pada kasus
hidrosefalus eksternal pada anak – anak cairan akan berakumulasi di dalam
rongga araknoid.
Ada beberapaistilah dalam klasifikasi hidrosefalus: (satyanegara,2010)
1. Hidrosefalus interna: menunjukkan adanya dilatasi ventrikel
2. Hidrosefalus eksternal: cenderung menunjukkan adanya pelebaran rongga
subarachnoid diatas permrukaan korteks
3. Hidrisefalus komunikans adalah keadaan hidrosefalus dimana ada hubungan
antara system ventrikel dengan rongga subarachnoid otak dan spinal
4. Hidrosefalus nonkomunikans bila ada blok didalam system ventrikel atau
salurannya kerongga subarachnoid.
a. Berdasarkan waktu onzetnya
1. Akut : dalam beberapa hari
2. Subakut : dalam beberapa minggu
3. Kronis : bulanan
b. Berdasarkan gejala yang ada :
1. Hidrosefalus arrested menunjukkan keadaan dimana factor – factor yang
menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi.
2. Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang
diakibatkan oleh atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua.

3
B. Etiologi Hidrosefalus
Hidrosefalus dapat terjadi karena gangguan sirkulasi likuor di dalam
system ventrikel atau oleh produksi berlebihan likuor. Hidrosefalus obstruktif atau
nonkomunikans terjadi bila sirkulasi likuor otak terganggu, yang kebanyakan
disebabkan oleh stenosis akuaduktus sylvius, Atresia foramen magendi dan
luschka, malformasi vaskuler, atu tumor bawaan. Hidrosefalus komunikans yang
terjadi karena produksi berlebihan atau gangguan penyerapan juga jaang
ditemukan.

C. Patofisiologi Hidrosefalus

Hidrosefalus terjadi karena obstruksi aliran cairan serebrosfinal (CSS),


gangguan absorbs CSS dan produksi CSS yang berlebihan. Sehingga akan
menyebabkan penumpukan cairan serebrospinalis (CSS) dalam ventrikel otak
secara aktif. Bila pergerakan atau aliran CSS terhambat, tekanan instrakranial
(TIK) meningkat, system ventricular berdelatasi proksimal terhadap obsrtuksi
aliran, dan terjadi hidrosefalus. Ada beberapa factor terjadinya hidrosefalus.
Penyebab tersering adalah mielomeningokel; penyebab lain termasuk insfeksi
intrauterus, tumor, mall formasi vascular, abses, kista ventricular, perdarahan
intraventrikular, meningitis, stenosis akueduktus dan trauma selebri.

D. Pathway
Terlampir

E. Tanda danGejala Hidrosefalus


1) Pembesaran kepala
2) Tekanan intracranial meningkat dengan gejala muntah, nyeri kepala, oedema
papil
3) Bola mata terdorong kebawah oleh tekanan dan penipisan tulang supraorbital
4) Gangguan kesadaran , kejang
5) Gangguan sensorik
6) Penurunan dan hilangnya kemampuan aktivitas
7) Perubahan pupil dilatasi
8) Gangguan penglihatan (diplobia, kabur, virus menurun)

4
9) Perubahan tanda – tanda vital (nafas dalam, nadi lambat, hipertermi/
hipotermi)
10) Penurunan kemampuan berfikir
11) Mengalami mual muntah
12) Gelisah
13) Menangis dengan suara tinggi
14) Kesulitan pada berjalan hingga spatistik  
15) Mengantuk yang berlebihan.
16) Sakit pada leher, diperkirakan terjadi tonsillar herniation
17) Penglihatan yang memburam; disebabkan oleh Papilledema dan optic atrophy.
18) Penglihatan ganda atau double; di mana terdapat palsy saraf unilateral dan
bilateral

F. Pemeriksaan Fisik Hidrosefalus


1. Pada bayi:
a. Perubahan tanda-tanda vital
b. Pembesaran kepala secara progresif, fontanel membesar, menonjol,
tegang, sutura membesar, distensi vena kulit kepala supervisial,
penonjolan tengkorak bagian frontal.
c. Iritabilitas atau letargi
d. Menyusu sedikit, muntah
e. Aktivitas kejang
f. Tahap perkembangan terambat atau mengalamiregresi
g. Transiluminasi melalui tengkrak meningkat secara simetris
h. Mata turun kebawah
2. Pada anak
a. Perubahan tanda-tanda vital
b. Sakit kepala dodahi, mual dan muntah
c. Anoreksia atau nyeri abdomen
d. Ataksia
e. Kekakuan ekstremitas bawah
f. Perubahan pengeliatan
g. Perubahan status mental, perubahan perilaku
h. Kemerosotan prestasi sekolah atau kemampuan kognitif anak
5
i. Kejang

G. Pemeriksaan Diagnostik Hidrosefalus


1. Pengukuran lingkar kepala setiap hari
2. Pertumbuhan / pembesaran kepala yang cepat
3. CT Scan kepala: cara paling baik untuk mendiagnosis hidrosefalus
4. MRI (magnetic resonance imaging) kepala: dapat digunakan untuk lesi
kompleks
5. Isotope Ventriculograms : fungsi langsung ke dalam ventrikel melalui fontanel
anterior untuk memantau tekanan CSS atau untuk sewaktu – waktu
mengeluarkan CSS dalam rangka menurunkan TIK

H. Penatalaksanaan
Pada sebagian penderita , pembesaran kepala berhenti sendiri (arrested
hydrocephalus) mungkin oleh ekanalisasi ruang subarachnoid atau kompensasi
pembentukan CSS yang berkurang. Tindakan bedah belum ada yang memuaskan
100% kecuali bila penyebabnya ialah tumor yang masih bisa diangkat. Ada tiga
prinsip pengobatan hidrosefalus yaitu :
1. Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagaian pleksus koroidalis,
dengan tindakan reseksi atau koagulasi, akan tetapi hasilnya tidak memuaskan
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorpsi
yakni menghubungkan ventrikel dengan ruang subarachnoid. Misalnya,
ventrikulo-sisternostomi, karena sudah ada insufisiensi fungsi absorpsi
3. Pengeluaran CSS ke dalam organekstrakranial

a. Penanganan sementara
Penanganan sementara inidilakukan untuk mengtasi pembesran
ventrikel dan dapat diterapkan pada beberapa situasi tertentu seperti pada
kasus stadium akut hidrosefalus paska perdarahan. Penanganan sementara
yang dapat dlakukan anatara lain: (Woodworth GF)
1) Terapi konservatif medikamentos; ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekres cairan dan pleksusu choroid
(asetazolamid 100mg/kgBB/hari;furosemid 1,2 mg/kgBB/hari) atau upaya
meningkatakan resorpsinya (isorbid). Terapi diatas hanya bersifat
6
sementarasebelum dilakukan terapi defenitif diterapkan atau bila ada
harapan kemungkinana pulihnya gangguan hemodinamik tersebut;
sebaliknnya terapi ini tidak efektif untuk pengobatan jangka panjang
mengingat adanya resiko terjadinnya gangguan metabolic.
2) Drainase liqouor eksternal; dilakukan dengan memasanag kateter
ventrikuler yang kemudian dihubungkan dengan suatu kantong drain
eksternal. Keadaan ini dilakukan untuk penderita yang berpotensi menjadi
hidrosefalus (hidrosefalus transis) atau yang sedang mengalami infeksi.
Keteratasan tindakan ini adalah adanya ancaman kontaminasi liquor dan
penderita harus selalu dipantau secara ketat. Cara lain yang mirip dengan
metode ini adalah puksi ventrikel yang dilakukan berulang kali untuk
mengatasi pembesaran ventrikel yang terjadi.

b. Operasi pemasangan pintas (Shunting)


Sebagaian besar pasien hidrosefalus memerlukan shunting, bertujuan
membuat aliran loquor baru (ventrikel atau lembar) dengan kavitas drainase
(seperti peritoneum, atrium kanan, pleura). Pada anak – anak lokasi kavitas
yang terpilih adalah rongga peritoneum, mengingat mampu menampung
kateter yang cukup panjang sehingga dapat menyesuaikan pertumbuhan
anakserta resiko terjadi infeksi relative lebih kecil disbanding rongga jantung.
Biaanya cairan LCS didrainasi dari ventrikel namun terkadang pada
hidrosefalus kommunikan ada yang didrain ke rongga subarachnoid lumbar.
(Satyanegara).Drainase yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi
lanjutan seperti terjadinya efusi subdural, kraniosinostosis, lokulasi ventrikel,
dan hopotensi ortostatik.

c. Dengan alternative
Tindakan alternative selain operasi pintas (shunting) diterapkan
khususnya bagi kasus – kasus yang mengalami sumbatan di dalam system
ventrikel termasuk juga saluran keluar ventrikel di dalam system ventrikel
termasuk juga saluran keluar ventrikel IV (missal stenosis akuduktus, tumor
posa posterior, kista arakhnoid). Dalam hala ini maka tindakan terapeutik
semacam ini perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, walaupun kadang lebih
rumit dari pada memasang shunt, mengingat restorasi aliran liquor menuju
7
keadaan atau mendeteksi normal selalu lebih baik dari pada suatu drainase
yang artificial.

Penanganan yang dapat dilakukan antara lain :

1) Terapi etiologic; penanganan terhadap etiologi hidrosefalus merupakan


strategi terbaik; seperti antara lain;pengontrolan kasus yang mengalami
intoksikasi vit A, reseksi radikal lesi masa yang menganggu aliran liquor,
pembersihan sisa darah dalam liquor atau perbaikan suatu malforasi. Pada
beberapa kasus diharuskan untuk melakukan terapi sementara terlebih
dahulu sebelum diketahui secara pasti lesi penyebab atau masih
memerlukan tindakan operasi shunting karena kasus yang mempunyai
etiologi multifactor atau mengalami gangguan aliran liquor sekunder.
2) Penitasi membrane; penitrasi dasar ventrikel III merupakan suatu tindakan
membuat jalan alternative melalui rongga subarachnoid bagi kasus – kasus
stenosis akuaduktus atau gangguan aliran pada posa posterior (termasuk
tumor posa posterior). Selain memulihkan fungsi sirkulasi liquor secara
pseudofisiologi, ventrukulostomi III dapat menciptakan tekanan
hidrostatik yang unipom pada seluruh system saraf pusat sehingga
mencegah terjadinya sehingga perbedaan tekanan pada struktur – struktu
garis tengah yang rentan.

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIDROSEFALUS


A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien: hidrosefalus merupakan sebuah kondisi di mana terjadi
penumpukan cairan dalam rongga (ventrikel) yang letaknya di dalam otak. Hal
ini akan menyebabkan ukuran ventrikel membesar dan menimbulkan tekanan
pada otak. Seiring dengan bertambahnya usia maka angka kejadian semakin
jarang.
2. Dapatkan Riwayat Kesehatan Dan Keluhan Utama
Pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrisefalus kongenital dan pada
masa bayi. Pertumbuhan ukuran lingkar kepala tersebar adalah selama tahun
pertama kehidupan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang

8
Anak dengan hidrisefalus mengakami muntah, gelisah, menangis dengan suara
tinggi, peningkatan systole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi-stupor.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya suatu infeksi, trauma, konginetal. Pada saat lahir keadaan otak bayi
terbentuk kecil, terdesak oleh banyaknya cairan di dalam kepala dan tingginya
tekanan intrakranal sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
a. Antrenatal
Masalah selama kehamilan infeksi pada Rahim selama kehamilan dapat
meningkatkan resiko hydrocephalus pada bayi. Akibat infeksi dapat timbul
perlengketan meningen. Secara patologis terlihat penebalan jaringan
piameter dan arachnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Kehamilan
yang si ibu masih muda usianya, dan disebabkan oleh kekurangan oksigen
(hipoksia), radiasi, kekurangan nutrisi, radang atau infeksi, cedera atau
trauma, obat-obatan herbal.
b. Intra natal
Lahir premature, bayi yang lahir premature memiliki resiko yang lebih
tinggi perdarahan intraventricular (perdarahan dalam ventrikelotak).
Kelahiran yang premature dengan neonatal meningitis, perdarahan
subaracnoid, infeksi intra uterin, perdarahan perinatal, dan trauma/cedera
persalinan.
c. Post natal
Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan saluran buntu sama sekali atau
abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat
sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah
lahir.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anak dengan hedrosefalus biasanya dalam keluarganya, khususnya pada ibu
menderita infeksi, infeksi ini dapat berpengaruh pada perkembangan normal
otak. Infeksinya antara lain Cytomegalovirus, Rubella, Mumps, Sifilis, dan
Toksoplasmosis.
6. Pola Kebutuhan Dasar

9
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan: pola hidup sehat anak yang
menderita hidrosefalus harus ditingkatkan dalam menjaga kebersihan diri,
perawatan dan tatalaksana kehidupan.
b. Pola nutrisi dan metabolisme: anak dengan hidrosefalus tidak mau minum
ASI sehingga mampu menyebabkan gangguan pola nutrisi dan
metabolisme.
c. Pola eleminasi: pola BAB dan BAK pada anak hidrosefalus dengan akan
mengalami gangguan bila asupan nutrisi juga berkurang.
d. Pola aktivitas bermain: anak biasanya mengalami keterbatasan aktivitas,
anak akan sering rewel dan menangis.
e. Pola istirahat dan tidur: anak akan sering menangis karena merasa nyeri
daerah sekitar kepala sehingga pola istirahat dan tidurnya akan terganggu.
f. Pola konsep diri: bagaimana persepsi orang tua dan anak terhadap
pengobatan dan perawatan yang dilakukan (ansietas, takut, merasa tak
berdaya)
g. Pola hubungan-peran: biasanya peran orang tua sangat dibutuhkan dalam
merawat dan mengobati anak yang mengalami hidrosefalus.
h. Pola seksualitas: apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang
berhubungan dengan reproduksi seksual. Pada anak yang menderita
hidrosefalus biasanya tidak ada gangguan pada reproduksi.
i. Pola mekanisme koping: keluarga perlu memberi dukungan dan semangat
sembuh bagi anak. Respon keluarga (orang tua) terhadap penyakit yang
diderita dampak yang timbul pada klien dan orang tua, yaitu timbul seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara oktimal. Ibu atau orang tua yang memiliki anak
dengan hidrosefalus pasti mengalami stress dengan kondisi ini lebih
banyak melakukan usaha dalam menghadapi kondisi dari anak dengan
banyak berdoa, mendekatkan diri dengan Tuhan, mengambil hikmah
positif dari kondisi anak, dan melihat anak-anak lain yang memiliki
kondisi sama atau bahkan lebih parah dibandingkan anaknya.
j. Pola nilai dan keperayaan: orang tua selalu optimis dan berdoa agar
penyakit pada anaknya dan sembuh dengan cepat.

10
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. (D.0017) resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan gangguan
aliran darah ke otak akibat peningkatan TIK, ditandai dengan pelebaran sutura
dan vena diarea selebra
b. (D.0019) defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia
c. (D.0054) gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pembesaran kepala
d. (D.0077) nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial
e. (D.0106) gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan
pertumbuhan fisik
f. (D.0142) resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi (pemasangan
VP shunt)

C. INTERVENSI

No Diagnosa NOC NIC Rasional


1. D.0017 Perfusi jaringan:  untuk mengetahui
resiko perfusi serebral (451)  monitor tekanan tekanan aliran
serebral tidak Setelah dilakukan aliran darah otak darah ke otak
efektif tindakan keperwatan  cek system lampu di lancar atau tidak
berhubungan selama….x24 jam maka perangkat alat medis  untuk
dengan diharapkan perfusi  berikan informasi mengoptimalkan
gangguan aliran serebral kembaali kepada pasien dan perawatan pada
darah ke otak efektif, jaringan keluarga atau orang pasien
akibat selebral adekuat, penting lainnya  untuk mencegah
peningkatan dengan kriteria hasi:  beritahu dokter terjadinya
TIK, ditandai  Tidak ada tanda – untuk peningkatan ansietas pada
dengan tanda peningkatan TIK yang tidak pasien, maupun
pelebaran intracranial bereaksi sesuai keluarga
sutura dan vena  Tingkat kesadaran peraturan perawatan  untuk
diarea selebra membaik (GCS: E4 meningkatkan
M6 V5) TIK sesuai
 Tidak kaku duduk dengan peraturan
perawatan
2. D.0019 Status nutrisi (551) Manajemen nutrisi  memonitoring
defisit nutrisi Setelah dilakukan (197) tanda – tanda
berhubungan tindakan keperwatan  monitor tanda -tanda fisiologi seperti,
dengan selama….x24 jam maka fisologis (ttv, ttv, elektrolit
anoreksia diharapkan kriteria elektrolit), jika  membatasi
hasil: diperlukan aktivitas fisik
- asupan gizi - batasi aktivitas fisik untuk
meningkat sesuai kebutuhan meningkatkan
- asupan makanan untuk meningkatkan berat badan
meningkat berat badan  mengajarkan dan
- ajarkan dan dukung mendukung
konsep nutrisi yang konsep nutrisi
baik dengan klien dengan orang
(orang terdekat klien terdekat pasien
dengan tepat)  mengkolaborasik
- kolaborasi dengan an tindakan yang

11
tim kesehatan lain akan dilakukan
untuk dengan tim
mengembangkan kesehatan
rencana perawatan lainnya serta
dengan melibatkan melibatkan
klien dan orang – keluarga maupun
orang terdekatnya orang terdekat
dengan tepat pasein

3. D.0054 Pergerakan (452) Peningkatan - memonitoring ttv


gangguan Setelah dilakukan mekanika tubuh(341): pasien
mobilitas fisik tindakan keperwatan - monitoring ttv - membantu pasien
berhubungan selama….x24 jam maka - bantu untuk mendemontrasika
dengan diharapkan kriteria mendemonstrasikan n/menentukan
pembesaran hasil: posisi tidur yang posisi tidur yang
kepala - keseimbangan stabil tepat tepat dannyaman
- kinerja pengaturan - edukasi bagi pasien
tubuh stabil penggunaan - membantu pasien
,matras/tempat meberikan rasa
duduk, atau bantal nyaman dengan
yang lembut jika mengguakan
diindikasikan fasilitas
- kolaborasikan kesehatan yang
dengan fisioterapi sesuai dengan
dalam kebutuhan pasien
mengembangkan - melakukan
peningkatan kolaborasi
mekanika tubuh, dengan tim
sesuai indikasi kesehatan
lainnya terutama
tim fisioterapi
untuk
meningkatkan
kesehatan pasien
4. D.0077 Kontrol nyeri (247) Manajemen nyeri - mengobservasi
nyeri akut Setelah dilakukan (198): adanya petunjuk
berhubungan tindakan keperwatan - observasi adanya nonverbal
dengan selama….x24 jam maka petunjuk nonverbal mengenai
peningkatan diharapkan kriteria mengenai ketidaknyamanan
tekanan intra hasil: ketidaknyamanan terutama pada
cranial - mengenali kapan terutama pada pasien yang tidak
nyeri terjadi mereka yang tidak dapat
- menggunakan dapat berkomunikasi berkomunikasi
tindakan pencegahan secara efektif secara efektif
- mengenali apayang - pastikan perawat - membantu pasien
terkait dengan gejala analgesik bagi dalam
nyeri pasien dilakukan memberikan
dengan pemantauan terapi analgesik
yang ketat - mendukung
- bantu keluarga keluarga agar
dalam mencari dan kuat dan tabah
menyediakan dalam
dukungan menghadapi
- kolaborasi dengan anak dengan
pasien, orang hedrosifalus
terdekat dan tim - melakukan
kesehatan lainya kolaborasi
untuk memilih dan dengan tim medis
menginplementasika lainnya dalam
n tindakan menentukan

12
penurunan nyeri non tindakan
farmakologi, sesuai menurunkan
keutuhan nyeri dengan
memberikan
terapi non
farmakologi

5. D.0106 Pertumbuhan (505) Peningkatan - untuk


gangguan Setelah dilakukan perkembagan anak mengetahui
tumbuh tindakan keperwatan (344): perkembangan
kembang selama….x24 jam maka - monitor pada pada anak
berhubungan diharapkan kriteria pertumbuhan dan - membantu aank
dengan hasil: perkembangan dengan
gangguan - berat badan stabil pada anak memberikan
pertumbuhan - indeks massa tubuh - dampingi setiap motivasi untuk
fisik anak untuk lebih semangat
menyadari bahwa dalam menjalani
anak adalah pribadi hidupnya
yang penting - melakukan
- bangun hubungan hubungan saling
saling percaya percaya dengan
dengan orang tua orang utntuk
- kolaborasi dengan mengoptimalkan
tim kesehatan pengobatan
lainnya tentang - melakukan
tumbuh kembang kolaborasi
pada anak dengan tim
hidrisefalus kesehatan demi
tercapainya
tujuan
6. D.0142 Kontrol resiko: proses Kontrol infeksi (134):  mencegah
resiko infeksi infeksi (267)  ajarkan teknik cuci infeksi
berhubungan Setelah dilakukan tangan dengan baik nosokomial saat
dengan luka tindakan keperwatan  bersihkan daerah perawatan
post operasi selama….x24 jam maka pemasangan VP  mencegah
(pemasangan diharapkan tidak terjadi shunt secara berkala infeksi dengan
VP shunt) / adanya gejala – gejala  kaji kondisiluka menegah
infeksi kriteria hasil: pasien pertumbuhan
- tidak demam  berikan antibiotic bakteri di
- Tidak adanya sesuai dengan daerah
kemerahan indikasi pemasangan
- Tidak adanya  mengetahui
bengkak, dan apakah
- Tidak adanya terjadinya tanda
penurunan fungsi – tanda infeksi
- Tidak ada nyeri  pemberian
setempat antibiotik dapat
mencegah
terjadinya
infeksi

13
D. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap terakhir dariproses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai stelah implementasi keperawatan
dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai tiga
alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai :
1. Berhasil, perilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian, pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai, pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan

14
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak, walaupun pada kasus hidrosefalus
eksternal pada anak – anak cairan akan berakumulasi di dalam rongga araknoid.

Masalah keperawatan yang muncul pada anak dengan hidrosefalus yaitu:

a. (D.0017) resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan gangguan


aliran darah ke otak akibat peningkatan TIK, ditandai dengan pelebaran sutura
dan vena diarea selebra
b. (D.0019) defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia
c. (D.0054) gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pembesaran kepala
d. (D.0077) nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial
e. (D.0106) gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan
pertumbuhan fisik
f. (D.0142) resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi (pemasangan
VP shunt)
Penyebab penyumbatan aliran cairan serebrospinal yang sering terdapat pada
bayi dan anak ialah : kelainan kongnetal, infeksi, neoplasma, perdarahan.Pasien
dengan hidrosefalus tidak jarang mengalami keterlambatan perkembangan.
Ada beberapa istilah dalam klasifikasi hidrosefalus: (satyanegara,2010)
1. Hidrosefalus interna
2. Hidrosefalus eksternal
3. Hidrisefalus komunikans
4. Hidrosefalus nonkomunikans

Tindakan yang dilakukan pada anak dengan hidrosefalus yaitu :

a. Pengukuran lingkar kepala setiap hari


b. Pertumbuhan / pembesaran kepala yang cepat
c. CT Scan kepala: cara paling baik untuk mendiagnosis hidrosefalus
d. MRI (magnetic resonance imaging) kepala: dapat digunakan untuk lesi
kompleks

15
e. Isotope Ventriculograms : fungsi langsung ke dalam ventrikel melalui fontanel
anterior untuk memantau tekanan CSS atau untuk sewaktu – waktu
mengeluarkan CSS dalam rangka menurunkan TIK

Terapi pengobatan yang dilakukan pada anak dengan hidrosefalus yaitu:

a. Terapi konservatif medikamentos;


b. Drainase liqouor eksternal
c. Operasi pemasangan pintas (Shunting
d. Terapi etiologic;
e. Penitasi membrane

3.2 SARAN
1. Orang tua
Diharapkan kepada orang tua yang anaknya dengan kasus hidrosefalus untuk
tidak berkecil hati karena ada masih cara pengobatan yangdapat dilakukan.
Pengobatan tersebut dapat membantu anak untuk proses tummbuh kembang
kemudian hari.
2. Petugas kesehatan
Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan penatalaksanaan dan
asuhan yang adekuat dan hati – hati untuk mencegah terjadinya infeksi
sehingga dapat menurunkan angka kematian pada bayi maupun anak

16
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Ceelly Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri edisi 5. Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC jilid 2. Jogjakarta: Mediaction Jogja

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Bulechek, Gloria M, dkk.016. Nursing Intervention Classiicstion(NIC) Edisi ke 6. Singapore:


Elsevier

Moorhead, Sue, dkk. 2016, Nursing Outcomes Classiication (NOC) Edisi ke 5. Singapore:
Elsevier

17

Anda mungkin juga menyukai