Oleh:
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil,
kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau
tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku. Apakah pernah terjatuh dengan kepala
terbentur.Keluhan sakit perut.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
1) Anak dapat melihat keatas atau tidak.
2) Pembesaran kepala.
3) Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
2) Palpasi
Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang,
keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3) PemeriksaanMata
d. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan meningkatnya
volume cairan serebrospinal dan meningkatnya TIK
b. Defisiensi pengetahuan ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
terkait dengan kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain
e. Intervwnsi
3. Menunjukan
kemampuan
untuk mencegah
timbulnya
infeksi
4. Jumlah leukosit
dalam batas
normal
5. Menunjukan
prilaku hidup
sehat
DAFTAR PUSTAKA
Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.
Pengkajian Keperawatan
- satu HSMRS anak demam, tidak muntah, tidak batuk, tidak pilek, kemudian diberi
- HSMRS anak muntah 2 kali seperti yang dimakan, BAB encer 1 kali, demam tinggi,
tidak ada edema. Anak kejang saat di UGD selama 2 menit, berhenti dengan
c. Pemeriksaan Fisik
45cm
3. Kepala : bersih, ubun-ubun belum menutup, tidak ada edema palpebral, konjungtiva
5. Mulut : mukosa lembab, tidak ada iritasi mukosa, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening
6. Dada : simetris
B. Rencana Keperawatan
dengan proses 2x24 jam diharapkan 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
ada pusing.
2. Gangguan perfusi Setelah diberikan asuhan 1. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
kriteria hasil:
a. TD sistole dan
normal 80-100/60
mmHg
b. RR normal 20-30
x/menit
x/menit
derajat celcius
e. GCS 456
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan yang aman
menemani pasien
kebisingan
keluarga.
4. Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep 1. Batasi pengunjung
penurunan 3x 24 jam infeksi 2. Bersihkan lingkungan pasien secara
imunitas tubuh terkontrol, status imun benar setiap setelah digunakan pasien
adekuat 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
KRITERIA HASIL : merawat pasien, dan ajari cuci tangan
a. Bebas dari tanda yang benar
dangejala infeksi. 4. Anjurkan pada keluarga untuk selalu
b. Keluarga tahu tanda- menjaga kebersihan klien
tanda infeksi. 5. Tingkatkan masukkan gizi yang cukup
c. Angka leukosit 6. Tingkatkan masukan cairan yang cukup
normal (9000– 7. Anjurkan istirahat
12.000/mm3) 8. Ajari keluarga cara
menghindari infeksi serta tentang tanda
dan gejala infeksi dan segera untuk
melaporkan keperawat kesehatan
9. Pastikan penanganan aseptic semua
daerah IV (intra vena)
10. Kolaborasi dalam pemberian therapi
antibiotik yang sesuai, dan anjurkan
untuk minum obat sesuai aturan.
.
5. Kurangnya Setelah di lakukan 1. Informasi keluarga tentang kejadian
penderita selama maksud dan tujuan 2. Informasikan juga tentang bahaya yang
b. Keluarga
tanggap dan
dapat
melaksanakan
peawatan
kejang.
c. Keluarga
mengerti
penyebab tanda
yang dapat
menimbulkan
kejang.
DAFTAR PUSTAKA
Amid dan Hardhi, 2013. Diagnosis keperawatan, NANDA NIC-NOC, EGC, Jakarta
Judith M. Wilkinson, ( 2016) Diagnosis keperawatan NANDA NIC-NOC, Edisi :10.EGC
,Jakarta
NANDA. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Carpenito, L. J. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan. Edisi 13. Jakarta : EGC
Potter, Pactricia A. & Anne, G. Perry. (2011). Fundamental Keperawatan Buku 1 Ed. 7. Jakarta:
Salemba Medika
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Meningitis Bakterialis
Salah satu penyebab utama meningitis pada anak adalah Neisseria meningitidis yang
dikenal sebagai meningokokus. Meningitis pada kelompok ini sangat serius dan dapat
mematikan. Kematian dapat terjadi hanya dalam beberapa jam. Namun banyak juga pasien
yang sembuh, tapi cacat permanen seperti hilangnya pendengaran, kerusakan otak, dan
ketidakmampuan belajar. Ada beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan meningitis,
seperti:
Streptococcus pneumonie
Hemophilus influenza
Listeria monocetytogesnes
Straptococcus aureus
c. Meningitis Jamur
Jamur yang menginfeksi manusia terdiri dari dua kelompok yaitu, jamur patogenik dan
opportunistic. Jamur patogenik mengineksi manusia normal setelah inhalasi dan inflantasi
spora. Sedangkan jamur opportunistic tidak menginfeksi orang dengan system imun yang
normal, tetapi menyerang system imun yang buruk.
d. Meningitis Parasit
Meningitis Parasit : parasit penyebab meningitis, seperti Angiotrongylus cantonensis
dan Baylisascaris procyonis, yang tidak disebarkan melalui kontak langsung. Parasit ini
umumnya terdapat pada hasil bumi, serta kotoran, makanan, dan hewan seperti siput, ikan,
unggas, memakan makanan yang berbahan dasar hewan tersebut atau melakukan aktivitas
seperti berenang berpotensi tertular parasit penyebab meningitis.
Meningitis juga dapat di picu oleh kondisi yang diderita pasien, seperti cedera kepala,
kanker, dan lupus, penggunaan obat-obatan tertentu atau pernah menjalani tindakan medis
seperti operasi otak juga dapat memicu meningitis.
a. Invasi patogen
Patogen penyebab meningitis dapat masuk dan menginvasi aliran subarachnoid dalam
berbagai cara,yaitu melalui penyebaran hematogen,dari struktur sekitar
meningkatkan,menginvasinervous Perifer Dan kranial,atau secara iatrogenik koperasi
pada daerah Tanjung atau spinal. Adanya invasi patogen ke subarachnoid akan
mengaktivasi sistem imun,sel darah putih.komplemen dan immunoglobulon akan bereaksi
dan menyebabkan produksi sitokin.
Pada neunatus,biasanya masih sukar untuk diketahui karena manifestasi klinis yang tidak jelas
dan tidak spesifik, Namun pada beberapa keadaan gejalanya mempunyai kemiripan dengan anak
yang lebih besar, neunatus biasanya menolak untuk makan, gangguan gastrointestinal berupa
muntah dan kadang kadang ada diare, tomus otot lemah, penggerakan dan kekuatan menangis
melemah padan kasus lanjut terjadi hipotermia/deman, ikterus, rawel, mengantuk, kejang kejang,
frekuensi napas tidak teratur/apnea, sianosi, penurunan berat badan, tanda fontanel menonjol
mungkin ada atau lebih berat terjadi kolaps kardiovaskular, kejang-kejang, dan apnea biasanya
terjadi bila tidak diobati atau tidak dilakukan tindakan yang tepat.
2.5 Komplikasi
a. Hidrosefalus obstruktif
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan pada rongga otak atau ventrikel. Sedangkan
meningitis adalah penyakit yang menyerang beberapa saluran dari otak, termasuk saluran
serebrospinal. jika saluran tersebut terganggu dan terjadi penyumbatan, hal ini akan
menjadi penyebab hidrosefalus pada seseorang.
Kondisi pada penderita, hidrosefalus dan meningitis memiliki keterkaitan yang sama.
menyerang bagian vital dari tubuh manusia. rasa sakit dibagian kepala membuat gejala
yang ditumbulkan sama. Selain itu, hidrisefalus adalah salah satu komplikasi meningitis
tuberculosis (TBM) yang sering terjadi pada 85% anak-anak.
b. Septikemia
Septicemia adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria meningitidis. Ketika seseorang mengidap penyakit meningococcal
septicemia, bakteri masuk kedalam aliran darah dan berkembang biak, merusak dinding
pembuluh darah dan menyebabkan pendarahan sampai kulit dan organ.
c. Serebral Palsy
Selebral palsy atau lumpuh otak adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada
gerakan atau koordinasi tubuh. Orang yang menderita meningitis, lapisan disekitar otak
dan sumsum tulang belakang mengalami peradangan. Hal ini bisa menyebabkan saraf
terganggu dan menyebabkan lumpuh otak.
d. Gangguan Mental
Setiap orang yang menderita meninges akan mengalami peradangan dan kerusakan
system saraf sehingga mempengaruhi emosi, pola pikir dan perilaku penderitanya.
e. Herniasi Otak
Herniasi otak adalah kondisi ketika jaringan otak dan cairan otak bergeser dari posisi
normalnya, kondisi ini di picu oleh pembengkakan otak.
f. Subdural Hematona
Subdural hematoma atau pendarahan subdural adalah kondisi dimana darah menumpuk
antara lapisan acarachoidal dan lapisan meningeal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Biodata klien
b. Resiko tinggi perubahan cerebral dan perfusi jarigan sehubunan dengan edema serebral,
hipovolemia.
1. Tirah baring dengan posisi kepala datar.
2. Pantau status neurologis.
3. Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang.
4. Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, pernapasan, dan suhu.
5. Membatasi batuk, muntah, dan mengejan.
6. kolaborasikan pemberian antibiotic
c. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vocal, kelemahan
umum vertigo
1. Pantau adanya kejang.
2. Pertahankan penghalang tempat tidir tetap terpasang dan pasang jalan napas buatan.
3. Kolaborasikan obat tirah baring selama fase akut.
4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau seluruh selaput otak
(meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal.
Penyebab tersering meningitis adalah microorganism seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur.
Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab lain, seperti pada penyakit AIDS, DM, Cidera
fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat melemahkan system imun.
Patosifologi meningitis disebabkan oleh infeksi berawal dari aliran subarachnoid yang kemudian
menyebabkan reaksi imun, gangguan aliran cairan serebrospinal,dan kerusakan neuron.
Pada anak,manifestasi klinis yang adalah timbul sakit secara tiba-tiba, adanya deman, sakit
kepala, panas dingin, muntah, dan kejang-kejang. Anak menjadi cepat rewel dan agitasi serta
dapat berkembang menjadi fotobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau
mengantuk, supir, dan koma. Gejala dan gangguan pada pernapasan atau gastrointestinal seperti
sesak nafas, muntah, dan diare.
Adapun komplikasi yang timbul karena meningitis adalah Hidrosefalus obstruktif, septicemia,
selebral palsy, gangguan mental, herniasi otak, dan subdural hematoma.
4.2 Saran
a. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang meningitis dan
problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health
education mengenai meningitis kepada para orang tua anak yang paling utama.
b. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya meningitis dan
meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E, ddk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien ( ed.3). Jakarta : EGC.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asukan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Santosa, Z. 2019. Mendeteksi Infeksi Pada Anak. Yogyakarta: CV Alaf Medika
Wahab, S. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson (ed.15). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Widagdo. 2011. Masalah dan Tata Laksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta: CV Sagung
Seto