Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN

HIDROCEPHALUS, MENINGITIS, KEJANG DEMAM

Oleh:

NI MADE MARIA SARI (18.321.2848)


NI MADE VINA WIDYA YANTI (18.321.2849)
NI NYOMAN BUDI RAHAYU (18.321.2850)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
TAHUN AJARAN 2020
PATHWAY HIDROSEFALUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIDROSEFALUS

1. PENGKAJIAN
a. Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil,
kontriksi penglihatan perifer.

b. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau
tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku. Apakah pernah terjatuh dengan kepala
terbentur.Keluhan sakit perut.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
1) Anak dapat melihat keatas atau tidak.
2) Pembesaran kepala.
3) Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.

2) Palpasi
Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang,
keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

3) PemeriksaanMata

Akomodasi.Gerakan bola mata.Luas lapang pandang Konvergensi. Didapatkan


hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas., Stabismus,
nystaqmus, atropi optic.
4) Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan peningkatan sistole tekanan darah, penurunan nadi / Bradicardia,
peningkatan frekwensi pernapasan.

d. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan meningkatnya
volume cairan serebrospinal dan meningkatnya TIK
b. Defisiensi pengetahuan ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
terkait dengan kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain
e. Intervwnsi

NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria hasil
1 1 Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk
tindakan mengetahui
keperawatan 2. Monitor adanya perkembangan
selama 3x24 jam, tromboplebitis kesehatan pasien
diharapkan Perfusi (peradangan
jaringan serebral pada pembuluh 2. Untuk
adekuat darah vena) mengetahui
1. Mendemontrasi adanya
kan status peradangan pada
sirkulasi yang 3. Batasi gerak pembuluh darah
ditandai dengan pada kepala, vena
leher dan
2. Tekanan systole punggung
dan diastole 3. Agar pasien
dalam rentang 4. Kolaborasi merasa lebih
yang diharpkan pemberian nyaman
analgetik
4. Untuk mengatasi
3. Tidak ada rasa nyeri pada
ortostatikhiperte pasien
nsi

4. Tidak ada tanda


tanda
peningkatan
tekanan
intrakarnial
(tidak lebih dari
15 mmHg)
2. 2. Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
tindakan kemungkinan mengetahui
keperawatan penyebab kemungkinan
selama 3x24 jam, dengan cara penyebab dari
diharapkan pasien yang tepat penyakit yang di
dan keluarga 2. Berikan derita
memahami penilaian
informasi yang tentang tingkat 2. Agar mengetahui
diberikan pengetahuan kemampuan
1. Pasien dan pasien tentang dalam memahami
keluarga proses penyakit pengetahuan yang
menyatakan yang spesifik sudah di dapatkan
pemahaman oleh pasien atau
tentang 3. Intruksikan keluarga
penyakit, pasien atau
kondisi,prognos keluarga 3. Untuk membantu
is dan program mengenai tanda mempercepat
pengobatan dan gejala untuk proses
melaporkan penanganan dan
2. Pasien dan pada pemberi penyembuhan
keluarga perawatan klien
mampu kesehatan
melaksanakan dengan cara 4. Untuk mengetahu
prosedur yang yang tepat informasi dan
dijelaskan tindakan yang
secara benar dilakukan
4. Kolaborasikan selanjutnya
dengan dokter
3. Pasien dan untuk
keluarga memberikan
mampu informasi dan
menjelaskan tindakan yang
kembali apa harus diberikan
yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan
lainnya
3 3 Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1. Untuk
tindakan dan gejala mengetahui
keperawatan infeksi adanya infeksi
selama 3x24 jam, pada klien
diharapkan tidak 2. Lakukan
terdapat tanda perawatan luka 2. Agar mencegah
tanda infeksi adanya iritasi
1. Klien bebas dari
tanda dan gejala 3. Agar nutrisi klien
3. Dorong
infeksi terpenuhi
masukan nutrisi
yang cukup
2. Mendeskripsika 4. Agar
n proses mempercepat
4. Kolaborasikan
penularan dengan dokter proses
penyakit, factor pemberian obat penyembuhan
yang antibiotik
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaan
nya

3. Menunjukan
kemampuan
untuk mencegah
timbulnya
infeksi

4. Jumlah leukosit
dalam batas
normal

5. Menunjukan
prilaku hidup
sehat
DAFTAR PUSTAKA

Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.

Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of


America:Mosby.

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.

Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu


PATHWAY KEJANG DEMAM
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM

Pengkajian Keperawatan

a. Keluhan utama : panas, suhu tubuh 38 derajat Celsius

b. Riwayat penyakit sekarang :

- satu HSMRS anak demam, tidak muntah, tidak batuk, tidak pilek, kemudian diberi

paracetmol ½ sendok teh tetapi demam masih tinggi.

- HSMRS anak muntah 2 kali seperti yang dimakan, BAB encer 1 kali, demam tinggi,

tidak ada edema. Anak kejang saat di UGD selama 2 menit, berhenti dengan

diazepam 5mg suspense dan2 kali dumin suspensi masuk

c. Pemeriksaan Fisik

1. Tingkat kesadaran : compos mentis

Nadi : 124x/m, suhu : 38 derajat Celsius, RR : 30x/m, BB : 8kg, TB : 77cm, LK :

45cm

2. Kulit : turgor baik, tida ada ptechie, dan diapperas

3. Kepala : bersih, ubun-ubun belum menutup, tidak ada edema palpebral, konjungtiva

tidak pucat, sclera tidak ikterik, tidak ada pengeluaran cairan

4. Hidung : terpasang sonde

5. Mulut : mukosa lembab, tidak ada iritasi mukosa, tidak ada pembesaran kelenjar

getah bening

6. Dada : simetris

Perkusi : sonor, bunyi nafas vesikuler

Auskultasi : S1 tunggal, S2 split tidak konstan, tidak ada bising

Kekuatan otot baik, pergerakan tidak terbatas


A. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit


2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kerusakan sel neuron otak
3. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan spasme otot ektermitas

4. Risiko infeksi b/d penurunan imunitas tubuh


5. Kurang pengetahuan keluarga tentang cara penanganan kejang berhubungan dengan
kurangnya informasi.

B. Rencana Keperawatan

No Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Hipertermi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor suhu tubuh sesering mungkin

berhubungan keperawatan selama 2. Monitor warna kulit

dengan proses 2x24 jam diharapkan 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR

infeksi tidak terjadi hipertermi 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran

atau peningkatan suhu 5. Tingkatkan sirkulasi udara dengan

tubuh dengan kriteria membatasi pengunjung

hasil: 6. Berikan cairan dan elektrolit sesuai

a. Suhu tubuh dalam kebutuhan

rentan normal (36,5- 7. Menganjurkan menggunakan pakaian

37oC) yang tipis dan menyerap keringat

b. Nadi dalam rentan 8. Berikan edukasi pada keluarga tentang

normal 80-120x/menit kompres hangat dilanjutkan dengan

c. RR dalam rentan kompres dingin saat anak demam


normal 18-24x/menit 9. Kolaborasi dengan dokter dalam

d. Tidak ada perubahan pemberian obat penurun panas

warna kulit dan tidak

ada pusing.
2. Gangguan perfusi Setelah diberikan asuhan 1. Monitor TD, nadi, suhu dan RR

jaringan cerebral keperawatan selama 2. Catat adanya penginkatan TD

berhubungan 2x24 jam diharapkan 3. Monitor jumlah dan irama jantung

dengan kerusakan pasien tampak tidak 4. Monitor tingkat kesadaran

neuromuskular lemah, tidak pucat, kulit 5. Monitor GCS

otak tidak kebiruan dengan

kriteria hasil:

a. TD sistole dan

diastole dalam batas

normal 80-100/60

mmHg

b. RR normal 20-30

x/menit

c. Nadi normal 80-90

x/menit

d. Suhu normal 36-37

derajat celcius

e. GCS 456
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan yang aman

cedra tindakan keperawatan untuk pasien


berhubungan selama 2x24 jam 2. Identifikasi kebutuhan dan keamanan

dengan spasme diharapkan masalah tidak pasien

otot ekstermitas menjadi aktual dengan 3. Menghindarkan lingkungan yang

kriteria hasil: berbahaya

a. Tidak terjadi 4. Memasang side rail tempat tidur

kejang 5. Menyediakan tempat tidur yang

b. Tidak terjadi nyaman dan bersih

cedra 6. Membatasi pengunjung

7. Memberikan penerangan yang cukup

8. Menganjurkan keluarga untuk

menemani pasien

9. Mengontrol lingkungan dari

kebisingan

10. Edukasi tentang penyakit kepada

keluarga.
4. Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep 1. Batasi pengunjung
penurunan 3x 24 jam infeksi 2. Bersihkan lingkungan pasien secara
imunitas tubuh terkontrol, status imun benar setiap setelah digunakan pasien
adekuat 3.  Cuci tangan sebelum dan sesudah
KRITERIA HASIL : merawat pasien, dan ajari cuci tangan
a. Bebas dari tanda yang benar
dangejala infeksi. 4. Anjurkan pada keluarga untuk selalu
b. Keluarga tahu tanda- menjaga kebersihan klien
tanda infeksi. 5.  Tingkatkan masukkan gizi yang cukup
c. Angka leukosit 6. Tingkatkan masukan cairan yang cukup
normal (9000– 7. Anjurkan istirahat
12.000/mm3) 8. Ajari keluarga cara
menghindari infeksi serta tentang tanda
dan gejala infeksi dan segera untuk
melaporkan  keperawat kesehatan
9. Pastikan penanganan aseptic semua
daerah IV (intra vena)
10. Kolaborasi dalam pemberian therapi
antibiotik yang sesuai, dan  anjurkan
untuk minum obat sesuai aturan.
.
5. Kurangnya Setelah di lakukan 1. Informasi keluarga tentang kejadian

pengetahuan tindakan keperawatan kejang dan dampak masalah, serta

keluarga tentang selama 2x24 jam beritahukan cara perawatan dan

penanganan keluarga mengerti pengobatan yang benar.

penderita selama maksud dan tujuan 2. Informasikan juga tentang bahaya yang

kejang dilakukan tindakan dapat terjadi akibat pertolongan yang

berhubungan perawatan selama kejang. salah.

dengan kurangnya kriteria hasil : 3. Ajarkan kepada keluarga untuk

informasi. a. Keluarga memantau perkembangan yang terjadi

mengerti cara akibat kejang.

penanganan 4. Kaji kemampuan keluarga terhadap

kejang dengan penanganan kejang.

b. Keluarga

tanggap dan

dapat

melaksanakan

peawatan
kejang.

c.  Keluarga

mengerti

penyebab tanda

yang dapat

menimbulkan

kejang.

DAFTAR PUSTAKA

Amid dan Hardhi, 2013. Diagnosis keperawatan, NANDA NIC-NOC, EGC, Jakarta
Judith M. Wilkinson, ( 2016) Diagnosis keperawatan NANDA NIC-NOC, Edisi :10.EGC
,Jakarta
NANDA. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Carpenito, L. J. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan. Edisi 13. Jakarta : EGC
Potter, Pactricia A. & Anne, G. Perry. (2011). Fundamental Keperawatan Buku 1 Ed. 7. Jakarta:
Salemba Medika

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Meningitis


Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau seluruh selaput otak
(meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal. Meningitis
pada anak-anak masih sering di jumpai,meskipun sudah ada kemoterapeutik, yang secara in vitro
mampu membunuh mikroorganisme penyebab infeksi tersebut. WHO(2003), mendefinisikan
anak-anak antara usia 0-14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi lebih besar. Ini
akibat infeksi dengan Haemophilus influenzae maupun pneumococcus, karena anak-anak
biasanya tidak kebal terhadap bakteri.
Adapun menurut Widagdo (2011), Meningitis adalah infeksi akut yang mengenai selaput
mengineal yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dengan ditandai adanya gejala
spesifik dari sistem saraf pusat yaitu gangguan kesadaran, gejala rangsang meningkat, gejala
peningkatan tekanan intrakranial, dan gejala defisit neurologi.
Meningitis atau radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater) merupakan kondisi serius
yang menyebabkan lapisan disekitar otak dan sumsum tulang belakang mengalami peradangan.

2.2 Etiologi Meningitis


Penyebab tersering meningitis adalah microorganism seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur.
Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab lain, seperti pada penyakit AIDS, DM, Cidera
fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat melemahkan system imun.
a. Meningitis Virus
Meningitis Virus tidak melibatkan jaringan otak pada proses peradangannya. Gejalanya
ringan, sehingga diagnosanya luput dibuat. Ada juga kasus meningitis virus disebabkan
oleh enterovirus. Enterovirus ini merupakan penyebab utama meningitis virus, sedangkan
sebagian dari enterovirus mengakibatkan ensefalis. Walaupun demikian, hanya sedikit saja
kasus Enterovirus yang berkembang menjadi meningitis. Infeksi virus lain yang
menyebabkan meningitis, yaitu:
 Virus Mumps
 Virus Herpes
 Virus yang menyebar melalui nyamuk dan serangga lainnya.

b. Meningitis Bakterialis
Salah satu penyebab utama meningitis pada anak adalah Neisseria meningitidis yang
dikenal sebagai meningokokus. Meningitis pada kelompok ini sangat serius dan dapat
mematikan. Kematian dapat terjadi hanya dalam beberapa jam. Namun banyak juga pasien
yang sembuh, tapi cacat permanen seperti hilangnya pendengaran, kerusakan otak, dan
ketidakmampuan belajar. Ada beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan meningitis,
seperti:
 Streptococcus pneumonie
 Hemophilus influenza
 Listeria monocetytogesnes
 Straptococcus aureus

c. Meningitis Jamur
Jamur yang menginfeksi manusia terdiri dari dua kelompok yaitu, jamur patogenik dan
opportunistic. Jamur patogenik mengineksi manusia normal setelah inhalasi dan inflantasi
spora. Sedangkan jamur opportunistic tidak menginfeksi orang dengan system imun yang
normal, tetapi menyerang system imun yang buruk.

d. Meningitis Parasit
Meningitis Parasit : parasit penyebab meningitis, seperti Angiotrongylus cantonensis
dan Baylisascaris procyonis, yang tidak disebarkan melalui kontak langsung. Parasit ini
umumnya terdapat pada hasil bumi, serta kotoran, makanan, dan hewan seperti siput, ikan,
unggas, memakan makanan yang berbahan dasar hewan tersebut atau melakukan aktivitas
seperti berenang berpotensi tertular parasit penyebab meningitis.

Meningitis juga dapat di picu oleh kondisi yang diderita pasien, seperti cedera kepala,
kanker, dan lupus, penggunaan obat-obatan tertentu atau pernah menjalani tindakan medis
seperti operasi otak juga dapat memicu meningitis.

2.3 Patofisiologi Meningitis


Patosifologi meningitis disebabkan oleh infeksi berawal dari aliran subarachnoid yang kemudian
menyebabkan reaksi imun, gangguan aliran cairan serebrospinal,dan kerusakan neuron.

a. Invasi patogen
Patogen penyebab meningitis dapat masuk dan menginvasi aliran subarachnoid dalam
berbagai cara,yaitu melalui penyebaran hematogen,dari struktur sekitar
meningkatkan,menginvasinervous Perifer Dan kranial,atau secara iatrogenik koperasi
pada daerah Tanjung atau spinal. Adanya invasi patogen ke subarachnoid akan
mengaktivasi sistem imun,sel darah putih.komplemen dan immunoglobulon akan bereaksi
dan menyebabkan produksi sitokin.

b. Pengaruh sitokin pada meningitis


Adanya peningkatan produksi sitokin dapat menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis, yaitu peningkatan permeabililitas Blood Brain Barrier (BBB), perubahan aliran
darah serebral, Peningkatan perlekatan leukosit ke endothelium kapiler, serta peningkatan
reactivep oxygen species (ROS). Adanya peningkatan permeabililitas BBB serta
perubahan aliran darah several dapat menyebabkan tekanan perfusi aliran darah turun dan
terjadi iskemia. Hal ini dapat membuat perubahan pada komposisi serta aliran cairan
serebral sehingga menggangu aliran dan absorpsi cairan serebral Inal.
Gangguan pada serebral Al, perlekatan, leukosit ke endothelium kapiler,serta
peningkatan ROS dapat menyebabkan kerusakan neuron, Peningkatan tekanan
intrakranial, danedama. Kerusakan neuron Al terutama disebabkan oleh metabolit yang
bersifat sitotoksik dan adannya iskemia neuronal. Akibatnya,terjadinya manifestasi klinis
berupa deman, kaku kuduk, perubahan status mental, kejang atau defisit neurologis fokal.

2.4 Tanda dan gejala


Pada anak,manifestasi klinis yang adalah timbul sakit secara tiba-tiba, adanya deman, sakit
kepala, panas dingin ,muntah,dan kejang-kejang, Anak menjadi cepat rewel dan agitasi serta
dapat berkembang menjadi fotobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau
mengantuk, supir, dan koma. Gejala dan gangguan pada pernapasan atau gastrointestinal seperti
sesak nafas, muntah, dan diare.
Tanda yang khas adalah adanya tahanan pada perfusi yang tidak optimal biasanya memberikan
tanda klinis seperti kulit dingin dan sianosi. Gejala lainnya yang lebih spesifik seperti
petenis/pura pura pada kulit sering didapatkan apabila anak mengalami infeksi meningokokus
(meningokossemia), keluarnya cairan dari telinga merupakan gejala khas pada anak yang
mengalami meningitis peneumokokus dan sinus dermal kongenitasl terutama disebabkan oleh
infeksi E. Collins
Pada bayi, manifestasi klinis biasanya tampak pada umur 3 bulan sampai 2 tahun dan sering
ditemukan adanya deman, nafsu makan menurun,muntah,rewel,mudah lelah ,kejang kejang dan
menangis meraung-raung,tanda khas di kepala adalah fontanel menonjol. Kaku kuduk
merupakan tanda meningitis pada anak,sedangkan tanda tanda brudzinski dan kerning dapat
terjadi namun lambat atau ada pada kasus meningitis tahap lanjut.

Pada neunatus,biasanya masih sukar untuk diketahui karena manifestasi klinis yang tidak jelas
dan tidak spesifik, Namun pada beberapa keadaan gejalanya mempunyai kemiripan dengan anak
yang lebih besar, neunatus biasanya menolak untuk makan, gangguan gastrointestinal berupa
muntah dan kadang kadang ada diare, tomus otot lemah, penggerakan dan kekuatan menangis
melemah padan kasus lanjut terjadi hipotermia/deman, ikterus, rawel, mengantuk, kejang kejang,
frekuensi napas tidak teratur/apnea, sianosi, penurunan berat badan, tanda fontanel menonjol
mungkin ada atau lebih berat terjadi kolaps kardiovaskular, kejang-kejang, dan apnea biasanya
terjadi bila tidak diobati atau tidak dilakukan tindakan yang tepat.

2.5 Komplikasi
a. Hidrosefalus obstruktif
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan pada rongga otak atau ventrikel. Sedangkan
meningitis adalah penyakit yang menyerang beberapa saluran dari otak, termasuk saluran
serebrospinal. jika saluran tersebut terganggu dan terjadi penyumbatan, hal ini akan
menjadi penyebab hidrosefalus pada seseorang.
Kondisi pada penderita, hidrosefalus dan meningitis memiliki keterkaitan yang sama.
menyerang bagian vital dari tubuh manusia. rasa sakit dibagian kepala membuat gejala
yang ditumbulkan sama. Selain itu, hidrisefalus adalah salah satu komplikasi meningitis
tuberculosis (TBM) yang sering terjadi pada 85% anak-anak.

b. Septikemia
Septicemia adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria meningitidis. Ketika seseorang mengidap penyakit meningococcal
septicemia, bakteri masuk kedalam aliran darah dan berkembang biak, merusak dinding
pembuluh darah dan menyebabkan pendarahan sampai kulit dan organ.

c. Serebral Palsy
Selebral palsy atau lumpuh otak adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada
gerakan atau koordinasi tubuh. Orang yang menderita meningitis, lapisan disekitar otak
dan sumsum tulang belakang mengalami peradangan. Hal ini bisa menyebabkan saraf
terganggu dan menyebabkan lumpuh otak.

d. Gangguan Mental
Setiap orang yang menderita meninges akan mengalami peradangan dan kerusakan
system saraf sehingga mempengaruhi emosi, pola pikir dan perilaku penderitanya.

e. Herniasi Otak
Herniasi otak adalah kondisi ketika jaringan otak dan cairan otak bergeser dari posisi
normalnya, kondisi ini di picu oleh pembengkakan otak.

f. Subdural Hematona
Subdural hematoma atau pendarahan subdural adalah kondisi dimana darah menumpuk
antara lapisan acarachoidal dan lapisan meningeal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Biodata klien

b. Riwayat kesehatan yang lalu


1. Apakah pernah menderita ISPA atau TBC?
2. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala?
3. Pernahkah operasi daerah kepala?

c. Riwayat kesehatan sekarang


1. Aktivitas, gejala: perasaan tidak enak. Tanda: ataksia, kelumpuhan, gerakan
involunter.
2. Sirkulasi, gejala: adanya riwayat cardiopatologi: endokarditis dan PJK. Tanda:
tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat, taikardi, disritma.
3. Eliminasi, tanda: inkontenensia dan atau retensi.
4. Makanan/cairan: gejala: kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda: anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek dan membrane mukosa kering.
5. Hiegiene, tanda: ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6. Persarafan, gejala: sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotophobia, ketulian dan
halusinasi penciuman. Tanda: letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi
dan halusinasi, kehilangan memori, afasia, anisokor, nistagmus,
7. Nyeri, Gejala: sakit kepala (berdenyut hebat, frontal). Tanda: gelisah, meningis
8. Pernapasan, gelaja: riwayat infeksi sinus dan paru. Tanda, Peningkatan kerja
pernapasan.
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan deseminata hematogen
dan pathogen.
b. Resiko tinggi terhadap perubahan selebral dan perfusi jaringan berhubungan dengan
edema serebral, hipovolemia.
c. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan
umum dan vertigo.
d. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular dan penurunan
kekuatan.
f. Ansientas berhubungan dengan krisis situasi dan ancaman kematian

3.3 Intervensi Keperawatan


a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan desiminata hematogen
dari pathogen.
1. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan.
2. Pantau suhu secara teratur.
3. Kaji nadi yang tidak teratur dan demam yang terus menerus.
4. Auskultasi suara napas.
5. Catat karakteristik urin
6. kolaborasikan pemberian antibiotic

b. Resiko tinggi perubahan cerebral dan perfusi jarigan sehubunan dengan edema serebral,
hipovolemia.
1. Tirah baring dengan posisi kepala datar.
2. Pantau status neurologis.
3. Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang.
4. Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, pernapasan, dan suhu.
5. Membatasi batuk, muntah, dan mengejan.
6. kolaborasikan pemberian antibiotic
c. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vocal, kelemahan
umum vertigo
1. Pantau adanya kejang.
2. Pertahankan penghalang tempat tidir tetap terpasang dan pasang jalan napas buatan.
3. Kolaborasikan obat tirah baring selama fase akut.

d. Nyeri akut sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.


1. Letakkan kantung es batu pada kepala.
2. Berikan posisi yang nyaman.
3. Latihan rentang gerak aktif atau paif serta massage leher.
4. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul.
5. kolaborasikan pemberian antibiotic

e. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.


1. Kaji derajat imobilisasi pasien.
2. bantu latihan rentang gerak.
3. Berikan perawatan kulit, massege dengan pelembab.
4. Perhatikan kesejajaran tubuh secara fungsional.

f. Ansientas berhubungan dengan krisis situasi dan ancaman kematian


1. Kaji Ansietas dan tingkat ansiennya.
2. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
4. Beri dukungan serta petunjuk sumber penyokong.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau seluruh selaput otak
(meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal.
Penyebab tersering meningitis adalah microorganism seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur.
Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab lain, seperti pada penyakit AIDS, DM, Cidera
fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat melemahkan system imun.
Patosifologi meningitis disebabkan oleh infeksi berawal dari aliran subarachnoid yang kemudian
menyebabkan reaksi imun, gangguan aliran cairan serebrospinal,dan kerusakan neuron.
Pada anak,manifestasi klinis yang adalah timbul sakit secara tiba-tiba, adanya deman, sakit
kepala, panas dingin, muntah, dan kejang-kejang. Anak menjadi cepat rewel dan agitasi serta
dapat berkembang menjadi fotobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau
mengantuk, supir, dan koma. Gejala dan gangguan pada pernapasan atau gastrointestinal seperti
sesak nafas, muntah, dan diare.
Adapun komplikasi yang timbul karena meningitis adalah Hidrosefalus obstruktif, septicemia,
selebral palsy, gangguan mental, herniasi otak, dan subdural hematoma.

4.2 Saran
a. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang meningitis dan
problem solving yang efektif  dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health
education mengenai meningitis kepada para orang tua anak yang paling utama.

b. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya meningitis dan
meningkatkan pola hidup yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E, ddk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien ( ed.3). Jakarta : EGC.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asukan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Santosa, Z. 2019. Mendeteksi Infeksi Pada Anak. Yogyakarta: CV Alaf Medika
Wahab, S. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson (ed.15). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Widagdo. 2011. Masalah dan Tata Laksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta: CV Sagung
Seto

Anda mungkin juga menyukai