Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG NICU-PICU


RSD dr.SOEBANDI KABUPATEN JEMBER

Disusun guna memenuhi tugas praktik profesi keperawatan anak

Oleh :
Sri Yuni Wulandari, S.Kep
NIM 202311101056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan pada klien dengan Hidrocefalus Communikans Di


Ruang Nicu/Picu Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soebandi Kabupaten
Jember
Telah dilaksanakan dan disahkan oleh pembimbing pada:
Hari :
Tanggal : Februari 2021

Jember, Februari 2021

Pembimbung Ruangan Pembimbung Akademik

(Ns. Yunita Rengganis, S.Kep) (Ira Rahmawati, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep. An.)
NIP 19680109 1999203 2 003 NIP 19861023 201803 2 001

Mengetahui,

Kepala Ruangan

(Ns.Yunita Rengganis,S.Kep.)
NIP 19680109 1999203 2 003
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN HIDROCEFALUS COMMUNIKANS
Oleh: Sri Yuni Wulandari, S.Kep

1. Kasus Masalah Utama


Hidrocefalus communikans
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Definisi
Hidrosefalus merupakan salah satu kelainan kongenital yang
paling sering terjadi pada anak. Kasus hidrosefalus bervariasi antara
0,8-3 per 1000 kelahiran. Di Indonesia, insiden hidrosefalus mencapai
10 permil.4 Hidrosefalus dapat menyebabkan konsekuensi yang serius
pada anak meliputi penurunan kapasitas intelektual, defisit motorik,
kesulitan perilaku sehingga mempengaruhi kualitas hidup anak yang
terbawa hingga dewasa. Penyebab hidrosefalus dapat terjadi pada masa
prenatal dan perinatal, tetapi hal-hal apa saja yang memicu terjadinya
kelainan tersebut sebagian besar belum diketahui secara pasti,
Hidrosefalus komunikan terjadi karena kelebihan produksi cairan
serebrospinal (jarang), gangguan penyerapan dari cairan serebrospinal
(paling sering) (Rahmayani, 2017).
Hidrosefalus komunikan apabila obstruksinya terdapat pada
rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSS dalam sistem
ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi
pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS
terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional.
Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena
dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan
gejala – gejala peningkatan ICP (Rahmayani, 2017).
b. Etiologi
Secara teoritis, pembentukan cairan serebrospinal yang terlalu
banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal akan menyebabkan
terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi,
misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada
adenomata pleksus koroidalis. Penyebab penyumbatan aliran cairan
serebrospinal yang sering terdapat pada bayi dan anak yaitu kelainan
bawaan, infeksi, neoplasma dan perdarahan (Dermawaty,2017).
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Akuaduktus Sylvius, merupakan penyebab terbanyak
pada hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90% ). Akuaduktus dapat
merupakan saluran buntu atau abnormal lebih sempit dari
biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir atau
progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida, hidrosefalus pada kelainan ini
biasanya berhubungan dengan sindroma Arnord-Chiari akibat
tertariknya medulla spinalis, dengan medulla oblongata dan
serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen
magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
c. Sindrom Dandy-Walker,merupakan atresia kongenital foramen
Luschka dan Magendi dengan akibat hidrosefalus obstruktif
dengan pelebaran system ventrikel, terutama ventrikel IV yang
dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang
besar di daerah fossa posterior.
d. Kista arakhnoid,dapat terjadi kongenital maupun didapat akibat
trauma sekunder suatu hematoma.
e. Anomaly pembuluh darah, dalam kepustakaan dilaporkan
terjadi hidrosefalus akibat aneurisma arterio-vena yang
mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau
sinus tranversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.
2. Infeksi, akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga
terjadi obliterasi ruang subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase
akut meningitis purulenta terjadi bila alirancairan serebrospinal
terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus
Sylvius atau sisterna basalis. Pembesaran kepala dapat terjadi
beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari
meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan jaringan
piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain.
Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama
terdapat di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan
interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokasinya
lebih tersebar.
3. Neoplasma, hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi
di setiap tempat aliran cairan serebrospinal. Pengobatan dalam hal
ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak bisa
dioperasi,maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan
mengalirkan cairan serebrospinal melalui saluran buatan atau pirau.
Pada anak, kasus terbanyak yang menyebabkan penyumbatan
ventrikel IV dan akuaduktus Sylvius bagian terakhir biasanya suatu
glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan
bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu
kraniofaringioma.
4. Perdarahan, telah banyak dibuktikan bahwa perdarahn sebelum dan
sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
c. Patofisiologi
Secara teoritis hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari tiga
mekanisme yaitu; produksi liquor yang berlebihan, peningkatan
resistensi aliran liquor, peningkatan tekanan sinus venosa. Sebagai
konsekuensi dari tiga mekanisme diatas adalah peningkatan tekanan
intrakranial sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan
absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel masih belum
dipahami dengan jelas, namun hal ini bukanlah hal yang sederhana
sebagaimana akumulasi akibat dari ketidakseimbangan antara produksi
dan absorbsi.Produksi liquor yang berlebihan hampir semua
disebabkan oleh tumor pleksus khoroid (papiloma dan karsinoma).
Adanya produksi yang berlebihan akan menyebabkan tekanan
intrakranial meningkat dalam mempertahankan keseimbangan antara
sekresi dan absorbsi liquor, sehingga akhirnya ventrikel akan
membesar. Adapula beberapa laporan mengenai produksi liquor yang
berlebihan tanpa adanya tumor pada pleksus khoroid 8,11,17
Gangguan aliran liquor merupakan awal dari kebanyakan dari kasus
hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan oleh gangguan
aliran akan meningkatkan tekanan liquor secara proporsional dalam
upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang. Derajat peningkatan
resistensi aliran cairan liquor ada kecepatan perkembangan gangguan
hidrodinamik berpengaruh pada penampilan klinis
(Afdhalurrahman,2013).
d. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala Hidrocefalus communikans , yaitu :
1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf
otak II
2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya
teraba tegang dan mengkilat dengan perebaran vena di kulit
kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-
hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan
tulang suborbita
8. Sklera mata tampak di atas iris
9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis
berupa gangguan kesadaran motorik atau kejang-kejang,
kadang-kadang gangguan pusat vital.
e. Pemeriksaan Penunjang
Saat ini hidrosefalus dapat didiagnosis sebelum lahir dengan
pemeriksaan ultrasonografi prenatal rutin.Hidrosefalus yang timbul
stelah lahir dapat dideteksi dengan pemeriksaan dan dokumensaiserial
rutin lingkar kepala anak; jika kepala berkembang lebih cepta menurut
diagram kurva referensi,harus dicurigai adanya hidrosefalus.Setelah
lahir,hidrosefalus dapat dideteksi dari beberapa pemeriksaan
penunjang seperti X-ray konvensional, CT Scan, USG , dan MRI :
a. USG prenatal dapat diandalkan dan cukup akurat dalam janin dapat
mulai dideteksi pada akhir trimester pertama kehamilan,tetapi
pelebaran abnorml dari sisitim ventrikel akan lebih jelas terlihat
setelah usia 20-24 minggu gestasi.Meskipun pemerisaan USG
kurang akurat untuk melihat keadaan ventrikel III,IV, dan ruang
subarakhnoid, USG memiliki kelebihan dalam haal peraalatanya
lebih mudah dibawa, tidaak memerlukan sedasi, tidak memberikan
radiasi serta lebih murah dibandingkan CT Scan/ MRI
b. Tanda hidrosefalus kongenital/ infantil pada rontgen polos kepala
berupa tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial seperti
makrokrania,pelebaran sutura tengkorak (pada bayi dengan ubun-
ubun sutura yang belum menutup).gambaran alur pembuluh darah
yang semakin jelas, tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik
berupa pendataran sella turaika/erosi dari processus clinoid
posterior dan gambaran impressio digitate (gambaran seperti bekas
penekanan jarijari akibat tekanan permukaan tak pada tengkorak)
c. CT Scan yang menjadi alat diagnostik terpilih pada kasus-kasus ini
adalah CT Scan di mana CT Scan kepala dapat memperlihatkan
secara akurat bentuk dan ukuran dari ventrikel, adanya gambaaran
perdarahan, klasifikasi, kista dan alat shunt,CT scan juga dapat
memperlihatkan dengan jelas tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakrakranial seperti hilangnya gambaran sulkus serebri,
hilangnya gaambaran ruang subarakhnoid di konveksitas, imbibisi
dari caairan serebro spinal di substansi albaperiventrikel.Gambaran
ini yang membedaakan hidrosefalus dengan ventrikelulomegali
karena atrofi serebri (tidak terdapat tanda peningkatan tekanan
intrakranial)
d. MRI merupakan pemeriksaan terpilih untuk meneliti penyebab
anatomis yang mendasari hidrosefalus.Pemeriksaan ini dapat
memperlihatkan gambaran anatomis otak dan lesi intrakranial
( tumor,vaskuler) dengan lebih baik.Dengan MRI dapat dilihat
gambaran membran pada loculated ventricle,dan patensi
akuaduktus sylvius yang bermanfaat pada penilaian pre operasi
endoskopi.Namun, mengingat waktu pemeriksaanya yaang cukup
lama, pada bayi perlu dilakukan pembiusan.Keuntungan dari
pemeriksaan MRI ini adalah tidak ada bahaya radiasi.
f. Penatalaksanaan
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang
dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya Keterlambatan akan
menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan
hidrocefalus harus dipenuhi yakni :
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus
koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan
obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan
serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal
dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan
subarachnoid.
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial,
yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e.Drainase ke dalam anterium mastoid mengalirkan cairan
serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter
yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan
pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan
cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai
dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi
sekunder dan sepsis.
f. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase
dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total.
Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan
tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang.
Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka
rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di
kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di
bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.

Hidrosefalus Komunikan , secara khusus:


 Pemberian acetazolamide (inhibitor karbonik anhidrase) akan
menurunkan produksi LCS
 Fungsi lumbal berulang untuk mengevakuasi LCS yang
berlebihan
 Pintasan ventrikulperitoneal atau lumboperiotoneal
diindikasikan pada sekitar sepertiga kasus dan merupakan terapi
definitif.
Perdarahan cerebral
g. Pohon Masalah
Fibrosis Keluarnya
Neoplasma
Infeksi Kongenital leptomeningen pada cairan (darah)
daerah basal otak
Proliferasi sel secara
- Stenosis akuaduktus Masuk
Peradangan pada abnormal
sylvi keruang
selaput meningen
- Spina bifida dan intrakranial
Terbentuk massa
cranium bifida didalam otak
Terbentuknya - Sindrom dandy walker
jaringan parut

Obstruksi aliran CSS


Infeksi
Pemasangan shunt
Akumulasi CSS di ventrikel Peningkatan TIK
Resiko
infeksi Ventrikel dilatasi dan menekan organ-organ Nyeri kepala
yang terdapat didalam otak

Desakan pada otak (SSP) Nyeri akut


Pembesaran kepala Desakan pada otak
dan selaput meningen
Diplopia, sunset eye, Gangguan Vasokontriski
strabismus mobilitas pembuluh darah otak

Penurunan kapasitas Gangguan Suplai oksigen dan Ketidakefektifan


adaptif intrakranial perkembangan nutrisi ke otak perfusi jaringan
terganggu cerebral

Hipoksia cerebral
h. Masalah Keperawatan yang Perlu Dikaji
1. Pengkajian
- Anamnesa
a. Pengumpulan data :
- Nama: Merupakan panggilan yang menjadi sebagai identitas diri klien
- Usia : Pada dasarnya Hidrosefalus komunikan dapat terjadi pada semua
kalangan usia namun angka paling terbesar kasusnya terjadi pada usia bayi
- Jenis Kelamin: Jumlah pasien hidrosefalus banyak berjenis kelamin laki-laki
, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Denisa Dwi Rahmayani yang
mengatakan jumlah jenis kelamin bayi laki-laki lebh banyak
- Suku/bangsa : Merupakan etnis yang menjadi keturunan suatu suku yang
mencirikan suatu kebudayaan.
- Agama : Merupakan keyakinan yang dianut oleh setiap individu sebagai
pedoman dalam kehdupan.
- Pendidikan : Merupakan suatu jenjang keilmuan atau pengetahuan yang
dipelajari di bangku sekolah secara formal.
- Pekerjaan : merupakan aktifitas sehari-hari yang menjadi mata
pencaharian untuk menghidupi ekonomi dan kebutuhan sehari-hari.
b. Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi,
lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
c. Kaji Riwayat Perkembangan Kelahiran : Prematur. Pada waktu lahir menangis
keras atau tidak. Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur. Keluhan sakit
perut.
- Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
1) Anak dapat melihat keatas atau tidak.
2) Adanya Pembesaran kepala.
3) Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat jelas.
b. Palpasi :
1) Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
2) Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan Mata :
1) Akomodasi.
2) Gerakan bola mata.
3) Luas lapang pandang
4) Konvergensi.
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
i. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko infeksi
2. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
3. Gangguan mobilitas
4. Gangguan perkembangan
5. Nyeri akut
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan
j. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa SLKI SIKI

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 Manajemen nyeri (1.08238)
X 24 jam maka tingkat nyeri dapat menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas,
Tingkat nyeri (L.08066) intensitas nyeri
Skor 2. Identifikasi skala nyeri
No. Indikator Skor Akhir
Awal 3. Identifikasi respon nyeri non
1. Keluhan nyeri 2 4 verbal
Frekuensi 2 4 4. Identifikasi faktor yang
2.
nada memperberat dan memperingan
3. Tekanan darah 2 4 nyeri
Keterangan: 5. Kolaborasi pemberian analgesik,
1. Meningkat jika perlu
2. Cukup meningkat 6. Ajarkan teknik nonfarmakologis
3. Sedang untuk mengurangi rasa nyeri
4. Cukup menurun 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
5. Menurun Terapi Relaksasi (1.09326)
(Indikator nomor 1) 1. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgesic atau tindakan media
1. Memburuk
lainnya, jika diperlukan
2. Cukup memburuk
2. Jelaskan tujuan, manfaat,
3. Sedang
batasan, dan jenis relaksasi yang
4. Cukup membaik
tersedia
5. Meningkat
3. Anjurkan mengambil posisi
(Indikator nomor 2,3)
nyaman
4. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi
5. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x Pencegahan infeksi (1.14539)
24 jam dapat Risiko Infeksi diatasi dengan kriteria Observasi
hasil: - Monitor tanda dan gejala infeksi
Tingkat Infeksi (L.14137) lokal dan sistemik
1. Demam menurun (skala 5) Terapeutik
2. Kemerahan menurun(skala 5) - Batasi jumlah pengunjung
3. Nyeri menurun (skala 5) - Berikan perawatan kulit pada
4. Bengkak menurun (skala 5) area edema
5. Kadar sel darah putih membaik (skala 5) - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada
asien berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi
Resiko perfusi serebral tidak Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 Manajemen Peningkatan Intrakranial
efektif (D.0017) x 24 jam, maka Risiko perfusi serebral tidak (1.06194)
efektif
Menurun dengan kriteria hasil : Observasi
- Identifikasi penyebab TIK
Perfusi Serebral - Monitor tanda dan gejala TIK
1. tingkat kesadaran meningkat (skala 5) - Monitor MAP
2. kognitif meningkat (skala 5) - Monitor CVP
3. sakit kepala menurun (skala 5) - Monitor PAWP
4. kecemasan menurun (skala 5)
- Monitor PAP
5. nilai rata-rata tekanan darah membaik
- Monitor ICP
(skala 5)
- Monitor CPP
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status pernafasan
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor cairan serebro-spinalis
Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hindari maneuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
- Atur ventilator agar PaCO2 optimal
- Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan
anti konvulsan
- Kolaborasi pemberian dieretik
osmosis
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x Dukungan mobilisasi (1.09262)
24 jam Gangguan mobilitas fisik dapat diatasi Observasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi adanya nyeri atau
Mobilitas fisik (L.05042) keluhan fisik lainya.
1. Pergerakan ekstremitas meningkat skala 5. - Identifikasi toleransi fisik
2. Kekuatan otot skala 5. melakukan pergerakan
3. Rentang gerak meningkat skala 5. - Monitor frekuensi jantung dan
4. Kelemahan fisik menurun skala 5. tekanan darah sebelum memulai
5. Gerakan terbatas menurun skala 5. mobilisasi.
- Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi.
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
- Fasilitasi melakukan pergerakan.
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan.
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi.
- Anjurkan melakukan mobilisasi
dini.
- Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus di lakukan.
Gangguan perkembangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x Perawatan perkembangan
24 jam diharapkan gangguan tumbuh kembang a. Identifikasi pencapaian tugas
pada klien dapat diatasi dengan kriteria hasil: perkembangan anak
Status perkembangan (L.10101) b. Identifikasi isyarat perilaku dan
1. Keterampilan/perilaku sesuai usia fisiologis anak
meningkat c. Dukung anak mengekspresikan
2. Kemampuan melakukan perawatan diri diri melalui penghargaan positifn
meningkat. atau umpan balik atas usahanya
3. Respon sosial meningkat d. Pertahankan kenyamanan anak
4. Kontak mata meningkat e. Bacakan cerita atau dongeng
5. Afek membaik
6. Pola tidur membaik
Penurunan kapasitas adaptif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x Manajemen Peningkatan Intrakranial
intrakranial 24 jam diharapkan Penurunan kapasitas adaptif (1.06194)
intrakranial pada klien dapat diatasi dengan kriteria
hasil: Observasi
Kapasitas adaptif intrakranial (L.06049) - Identifikasi penyebab TIK
1. Tingkat kesadaran meningkat skala 5 - Monitor tanda dan gejala TIK
2. Fungsi kognitif meningkat skala 5 - Monitor MAP
3. Tekanan darah membaik skala 5 - Monitor CVP
4. Tekanan nadi membaik skala 5 - Monitor PAWP
5. Pola nafas membaik skala 5
- Monitor PAP
6. Tekanan intrakranial membaik skala 5
- Monitor ICP
- Monitor CPP
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status pernafasan
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor cairan serebro-spinalis
Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hindari maneuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
- Atur ventilator agar PaCO2 optimal
- Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan
anti konvulsan
- Kolaborasi pemberian dieretik
osmosis
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja
DAFTAR PUSTAKA

Afdhalurrahman. 2013. GAMBARAN NEUROIMAGING HIDROSEFALUS


PADA ANAK.JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13
Nomor 2 Agustus 2013
Dermawaty, Dessy Eva. 2017. Hematom Intraventrikular Disertai Hidrosefalus
Obstruktif. J Medula Unila Volume 7 Nomor 1 Januari 2017|
Rahmayani, Denisa Dwi. 2017.Profil Klinis dan Faktor Risiko Hidrosefalus
Komunikans dan Non Komunikans pada Anak di RSUD dr. Soetomo. Sari
Pediatri, Vol. 19, No. 1, Juni 2017
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standart luaran Keperawatan Indoneisa.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indoneisa.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai