Anda di halaman 1dari 19

TUGAS OBGYN

“ Gangguan pada Kehamilan Secara Umum “

Disusun Oleh
And Thresya P Msiren
20160811014033

Dosen Pengampuh
dr. Jefferson Nelson Munthe,SpOG(K).,MKes

UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat hamil, kondisi kesehatan ibu akan menentukan pertumbuhan sehat
tidaknya janin. Namun sebetulnya, Kehamilan itu sendiri bisa menjadi penyebab
menurunnya daya tahan ibu yang kemudian bicara sekitar beberapa penyakit. Apa saja
aneka penyakit yang kerap muncul Dan bagaimana hal tersebut bisa terjadi.
Pendarahan, Tidak sedikit wanita hamil mengalami perdarahan. Kondisi ini terjadi di
awal masa kehamilan (trimester pertama), tengah semester (trimester kedua) atau
bahkan padamasa Kehamilan tua (trimester tiga). Perdarahan pada kehamilan
merupakan keadaan yang tidak normal jadi harus diwaspadai. Ada beberapa penyebab
perdarahan yang dialami oleh wanita hamil.
Setiap kasus muncul dalam fase tertentu Ibu hamil yang meningkat
perdarahan perlu segera melewati untuk tahu penyebabnya agar-agar bisa dilakukan
solusi medis yang tepat untuk menyelamatkan Kehamilan. Ada kalanya Kehamilan bisa
diselamatkan, namum tidak jarang yang gagal. Pemeriksaan yang dilakukan mencakup
pemeriksaan isi istirahat dengan pengajuan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan saat perdarahan.Bila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
seperti ultrasonographi(USG) dan pemeriksaan laboratorium.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja gangguan pada kehamilan secaran umum?
2. Cara penanganan penyakit-penyakit tersebut?

BAB II
ISI
1. Anemia
Definisi
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr
% .Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kadar ibu dengan kadar hemoglobin di
bawah 11 gr pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.
Anemia dalam kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif
mudah dibandingkan murah. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim
disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, meningkat sel darah kurang dibandingkan
dengan bertambahnya plasma Jadi terjadi pengenceran darah. Perbandingan ini adalah
sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%. Bertambahnya
kehamilan dalam kehamilan sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai kehamilan dalam
kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini membantu
meringankan kerja jantung yang semakin meningkat dengan menerima kehamilan.
Terjadinya anemia pada saat kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang yang saling berhubungan.
Etiologi
Diketahui penyebab anemia pada umumnya sebagai berikut:
1. Kurang gizi / malnutrisi
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsopsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, radang dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti: TBC, paru-paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
Klasifikasi anemia hearts Kehamilan sebagai berikut:
1. anemia defisiensi besi
Adalah anemia Yang Terjadi Akibat Kekurangan zat besi hearts darah.pengobatannya Yaitu,
Keperluan zat besi untuk review wanita hamil, TIDAK hamil Dan hearts laktasi Yang
dianjurkan Adalah Pemberian besi tablet.
a. Pengobatan oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60mg / hari dapat meningkatkan
kadar Hb sebanyak 1 gr% / bulan.saat ini program nasional menambah kombinasi
60mg dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia.
b. Pengobatan melalui suntikan baru perlu mengatasi masalah tidak tahan akan zat
besi per lisan, dan adanya gangguan penggabungan, untuk penyakit saluran
pencernaan atau masa kehamilannya tua. Untuk menegakan diagnosis Anemia
defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa.Hasil anamnesa diperoleh dengan
keluhan cepat lelah, sering mendorong, mata berkunang-kunang dan keluhan mual
yang dibuang lebih banyak pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan
Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sachli, dilakukan minimal 2 kali
selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Hb 11 gr%: Tidak anemia
2. Hb 9 - 10 gr%: Anemia ringan
3. Hb 7 - 8 gr%: Anemia sedang
4. Hb <7 gr%: Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil adalah rata-rata pengambilan 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari, sekitar 300 mg dibutuhkan untuk janin dan plasenta 500 mg lagi digunakan untuk
meningkatkan masa hemoglobin ibu. Kurang lebih 200 mg lebih akan diekskresikan lewat
usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8- 10
mg zat besi. Menghitung makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25
mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan
mendapatkan zat besi hingga 100 mg kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita
hamil.
2. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan asam folik, jarang sekali karena
kekurangan vitamin B 12. Pengobatannya:
a. Asam folik? 15 -30 mg / hari
b. Vitamin B12? 3 × 1 tablet / hari
c. Sulfas ferosus? 3 × 1 tablet / hari
d. Pada kasus yang berat dan pengobatan yang sesuai, lamban sehingga dapat
diberikan tranfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang untuk membentuk sel
darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan- pemeriksaan yang disetujui
adalah pemeriksaan tepi, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Hemolitik
Merupakan anemia yang menghambat penghancuran atau pemecahan sel darah merah
yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan -
kelainan menggambarkan darah, kelemahan, dan juga komplikasi jika terjadi kelainan pada
organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila
melibatkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah
darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak berlaku untuk anggota.
Transfusi darah dapat membantu penderita ini.
Efek Anemia Pada Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas
Anemia dapat terjadi pada ibu hamil, karena terjadi peristiwa ini harus selalu
diwaspadai.anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat dilakukan Abortus
(keguguran) dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat
menyebabkan: persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin
dalam rahim, asfiksia intrauterin sampai kematian, Badan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), gestosis dan mudahnya pencegahan infeksi, IQ rendah dan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan baik primer
maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang
disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat pasca kelahiran dapat menyebabkan: atonia uteri,
retensio plasenta, perlukaan sukar pulih, mudah mengatasi demam puerpuralis dan
gangguan involusi uteri.
2. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional merupakan kondisi kadar gula darah tinggi yang terjadi pada wanita
hamil.
Diabetes gestasional bukan hanya disebabkan riwayat diabetes keluarga, tapi juga akibat
peningkatan hormon di dalam tubuh saat kehamilan yang menghambat kerja insulin.
Akibatnya, gula darah akan meningkat, lalu janin akan menyimpannya sebagai lemak.
Kondisi yang terus menerus seperti ini akan mengakibatkan berat badan bayi tumbuh di atas
rata-rata (makrosomia janin).
American Diabetes Association memprediksi, ada sekitar 7 persen kehamilan yang dipersulit
karena kehadiran diabetes gestasional. Penyakit ini selain membuat janin mengalami
makrosomia, juga menimbulkan penyakit lain pada bayi, seperti hipoglikemia neonatal
(kadar gula rendah pada bayi), bayi kuning, polisitemia (peningkatan abnormal sel darah
merah), dan hipokalsemia (kalsium dalam plasma darah rendah).
Hiperglikemia pada ibu hamil juga meningkatkan kematian janin selama 4-8 minggu
kehamilan terakhir. Selain itu, karena janin mengalami makrosomia, ibu dengan diabetes
gestasional juga lebih mungkin mengalami persalinan caesar. Di dunia, kasus diabetes
gestasional bisa mencapai 200 ribu setiap tahunnya, prevalensinya berkisar antara 1-14
persen dari semua kehamilan.
Karena itu, guna mencegah berbagai risiko akibat diabetes gestasional, ibu hamil dianjurkan
untuk melakukan tes kadar gula darah pada kunjungan kehamilan (pranatal) pertama.
Terutama jika sebelumnya mereka memiliki riwayat diabetes, obesitas, glikosuria, atau
riwayat keluarga diabetes. Pengujian ulang harus dilakukan kembali saat usia kehamilan
memasuki 24 hingga 28 minggu
3. Preeklamsia
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proitenuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Preeklamsia-eklamsia
merupakan salah satu penyebab kematian ibu terbanyak di negara-negara berkembang, di
samping perdarahan dan infeksi.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain untuk menegakkan
diagnosis preeklamsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mm Hg atau lebih diatas tekanan
yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mm Hg atau lebih. Kenaikan tekanan diastolic
sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanan diastolik naik dengan 15 mm Hg atau
lebih, atau menjadi 90 mm Hg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat dibuat.
Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan
istirahat.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan
biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga
tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis preeklamsia. Kenaikan berat badan ½ Kg
setiap minggu dalamkehamilan masih dapat dianggap normal, tetapi bila kenikan 1 Kg
seminggu beberapa kali hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan pada timbulnya
preeklamsia.
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3g/liter dalamair
kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1 atau 2 + atau 1 g/liter atau lebih
dalam air kencing yang dikeluarkan dalam kateter yang diambil minimal 2 kali dalam jarak 6
jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat dari hipertensi dan kenaikan berat badan,
karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
preeklampsia dibagi menjadi beberapa golongan yaitu:

A. Preeklampsia ringan, bila disetai keadaan sebagai berikut:

 Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan diastolik 30 mmHg atau lebih atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih pada usia kehamilan 20 minggu dengan
riwayat tekanan darah sebelumnya normal.
 Proteinuria ≥0,3 gr per liter atau kuantitatif 1+ atau 2+ pada urine keteter atau
midstream
B. Preeklampsia berat,bila disetai keadaan sebagai berikut:

 Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih


 Proteinuria 5gr per liter atau lebih dalam 24 jam atau kuantitatif 3+ atau 4+
 Oliguri, yaitu jumlah urine <500 cc per 24 jam
 Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium
 Terdapat edema paru dan sianosisis hati
 Pertumbuhan janin terhambat
Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus,
lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan
naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan
air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena
retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus
4. Hyperemesis Gravidarum
Ibu hamil pengidap HG akan mengalami mual yang tidak kunjung hilang, bahkan seringkali
terjadi muntah parah yang menyebabkan dehidrasi parah hingga penurunan berat badan.
Hasil riset HER Foundation menyatakan, gejala HG dimulai dalam 6 minggu awal pertama
masa kehamilan. Mual yang terus-menerus membuat badan lemah dan letih serta bisa
berlangsung selama berbulan-bulan. Pengidap HG mungkin tidak dapat bekerja atau
melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal.
Gejala HG :

 Mual dirasakan sepanjang hari.


 Kehilangan selera makan.
 Muntah lebih dari 3 kali sehari, terkadang muntah darah
 Dehidrasi
 Migrain atau pusing
 Berat badan turun
Etiologi HG
HG, juga morning sickness, tampaknya memiliki hubungan signifikan dengan Human
Chorionic Gonadotropin (hCG) atau peningkatan hormon dari plasenta selama masa
kehamilan. Tubuh ibu hamil memproduksi hormon ini dalam jumlah yang besar di awal
kehamilan.
Faktor Meningkatnya Risiko HG:

 Riwayat HG di keluarga.
 Hamil anak kembar.
 Kelebihan berat badan.
 Kehamilan pertama.
 Penyakit triboflas.
Tatalaksana HG
Hingga saat ini, belum ditemukan cara untuk mencegah morning sickness atau HG, namun
sudah ada metode pengobatannya:

 pencegahan mual alami, seperti vitamin B-6


 Makanlah dengan porsi kecil namun sering, dan minum banyak air agar tidak
dehidrasi.
 Kasus HG yang parah memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. Ibu hamil yang
tidak bisa makan dan minum karena mual/muntah harus mendapatkan asupan
melalui infus.

5. Infeksi
Ada beberapa infeksi yang dapat membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi. Bahkan
beberapa infeksi dikaitkan konsekuensi seperti cacat lahir.
Beberapa yang dimaksud antara lain:

 Chlamydia
Infeksi chlamydia dapat menyebabkan kelahiran prematur dan ketuban pecah
dini pada saat kehamilan. Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi chlamydia,
dapat mengalami peradangan pada mata atau konjungtivitis.

 Gonorhoe
Infeksi gonore dapat menyebabkan konjungtivitis pada bayi baru lahir.
 Sipilis
Infeksi sifilis dapat ditularkan dari ibu ke janin, melalui plasenta. Sifilis pada janin
dapat menyebabkan cacat lahir dan gangguan pada bayi yang baru lahir.
 HIV
Infeksi HIV dapat ditularkan dari ibu ke janin, pada satu dari tiga kehamilan,
apabila ibu hamil tidak menjalani terapi. Bila ibu hamil dengan HIV mendapatkan
terapi antivirus, risiko tertularnya janin atau bayi bari lahir, dapat diturunkan
hingga 1%. Selain itu, ibu hamil dengan infeksi HIV, disarankan menjalani
operasi Caesar untuk mengurangi risiko penularan kepada bayi.
 Herpes
Infeksi herpes genital dapat ditularkan dari ibu ke bayi pada persalinan spontan.
Bayi yang terinfeksi virus herpes, berisiko mengalami infeksi otak yang
mengancam jiwa, yaitu ensefalitis herpes simplex. Selain infeksi otak, organ
dalam dapat mengalami kerusakan dan bisa timbul luka pada mulut dan kulit.
 Virus Zika
Infeksi virus Zika pada kehamilan dapat menyebabkan mikrosefali atau kecilnya
ukuran lingkar kepala bayi baru lahir. Gangguan mata dapat terjadi akibat infeksi
virus Zika pada kehamilan. Meskipun virus Zika ditularkan melalui gigitan
nyamuk, hubungan seksual juga telah terbukti menularkannya.

Risiko infeksi lainnya pada masa kehamilan Selain infeksi menular seksual di atas, Anda
pun harus mewaspadai potensi berbagai infeksi di bawah ini, yang rentan dialami ibu hamil,
serta bayi di dalam kandungan.

 Infeksi rubella, yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada saat


kehamilan, katarak, gangguan jantung bawaan, gangguan pendengaran, dan
gangguan perkembangan.
 Infeksi sitomegalovirus, yang dapat menular melalui plasenta, merusak otak dan
hati janin. Gangguan pertumbuhan saat kehamilan dapat juga terjadi sebagai
akibatnya.
 Infeksi varicella atau cacar air, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
keguguran. Cacar air dapat menimbulkan gangguan pada mata janin, atau
kelainan pada anggota badan, kebutaan, mikrosefali, dan keterbelakangan
mental.
 Toksoplasmosis atau infeksi parasit toksoplasma, yang dapat menyebabkan
keguguran, kematian janin, dan cacat bawaan lahir yang serius.
 Vaginosis bakteri dan infeksi saluran kemih, yang dapat menyebabkan kelahiran
prematur atau ketuban pecah dini.
 Listeriosis atau infeksi bakteri, yang dapat meningkatkan risiko kelahiran
prematur, aborsi, dan lahir mati. Bayi yang baru lahir dapat terinfeksi. Namun,
gejala infeksi baru akan nampak beberapa minggu setelah kelahiran.
 Hepatitis dapat ditularkan, baik secara seksual maupun non-seksual. Hepatitis
dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur. Infeksi ini bisa ditularkan ke bayi,
pada proses persalinan
 Infeksi bakteri streptococcus grup B, yang dapat ditularkan pada saat proses
kelahiran, dan bersifat fatal pada bayi baru lahir.
 Infeksi rahim pada saat kehamilan, yang dapat menyebabkan gangguan
plasenta, gangguan pertumbuhan janin, cacat lahir, dan kelahiran prematur.

6. Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
normal plasenta berada pada bagian atas uterus
Klasifikasi
Kasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan
jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu :
 Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta.
 Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta.
 Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan.
 Plasenta previa letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada
segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan
lahir, pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan,
sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir .

Etiologi

 Perdarahan (hemorrhaging).
 Usia lebih dari 35 tahun.
 Multiparitas.
 Pengobatan infertilitas.
 Multiple gestation.
 Erythroblastosis.
 Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
 Keguguran berulang.
 Status sosial ekonomi yang rendah.
 Jarak antar kehamilan yang pendek.
 Merokok.

Tanda dan Gejala


tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah :

 Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang.
 Darah biasanya berwarna merah segar.
 Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas.
 Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin.
 Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya
(reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
Gejala Utama :
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah segar,
tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
Gejala Klinik :

 Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi
pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama
sering terjadi pada triwulan ketiga.
 Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak
mengeluh adanya rasa sakit.
 Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
 Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak
jarang terjadi letak janin lintang atau letak sungsang.
 Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya
perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup

7. Persalinan Preterm
Persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu atau kurang dari 259 hari sejak hari pertama haid terakhir . Partus prematurus atau
persalinan prematur juga diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur disertai
pendataran dan atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama
kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) dari hari pertama haid terakhir.
Himpunan Kedokteran Fetomaternal (POGI) di Semarang menetapkan bahwa persalinan
preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22 – 37 minggu .
Penyebab persalinan preterm untuk semua kasus adalah berbeda – beda. Persalinan
preterm, merupakan kelainan proses yang multifaktorial. Kombinasi keadaan obstetrik,
sosiodemografi, dan faktor medik memiliki pengaruh terhadap terjadinya persalinan
preterm. Kadang hanya resiko tunggal dijumpai seperti distensi berlebih uterus, ketuban
pecah dini atau trauma.
Beberapa faktor resiko terjadinya persalinan preterm adalah abortus yang mengancam,
faktor gaya hidup seperti merokok, pertambahan berat badan ibu yang tidak adekuat,
penggunaan narkoba. Faktor maternal lain yang terlibat adalah usia ibu terlalu muda atau
terlalu tua, tubuh pendek, kesenjangan ras dan etnik, hiperaktivitas selama kehamilan, faktor
genetik, penyakit periodontal, cata lahir, interval antara kehamilan sebelumnya dan saat ini,
serta riwayat persalinan preterm pada kehamilan sebelumnya
Terdapat empat penyebab utama untuk kelahiran kurang bulan di Amerika Serikat. yaitu :

 Persalinan atas indikasi ibu atau janin sehingga persalinan diinduksi atau bayi
dilahirkan dengan persalinan sesar.
 Persalinan kurang bulan spontan tak terjelaskan dengan selaput ketuban utuh.
 Ketuban pecah dini preterm (PPROM) idiopatik
 Kelahiran kembar dan multi janin yang lebih banyak
1. Faktor resiko mayor :

 Kehamilan multipel
 Polihidramniom
 Anomali uterus
 Dilatasi serviks > 2cm pada usia kehamilan 32 minggu
 Riwayat abortus 2 kali atau lebih pada trimester II
 Riwayat persalinan preterm sebelumnya
 Riwayat menjalani prosedur operasi pada serviks (cone biopsy, loop
electrosurgical excision procedure)
 Penggunaan cocain dan amphetamine
 Operasi besar pada abdomen
2. Faktor resiko minor

 Perdarahan pervaginam setelah 12 minggu


 Riwayat pyelonefritis
 Merokok
 Riwayat abortus
Penatalaksanaan
Manajemen persalinan perterm meliputi :
1. Tirah baring (Bedrest)
2. Hidrasi dan sedasi
3. Pemberian tokolitik
4. Pemberian steroid
5. Pemberian antibiotik
6. Emergency Cerclage
7. Perencanaan persalinan

8. Abortus

Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di
dunia luar, tanpa mempersoalkan sebabnya. Menurut WHO, aborsi berarti keluarnya janin
dengan BB <500 gram atau usia kehamilan <22 minggu.

Abortus dibagi menurut waktu dan kejadian. Abortus menurut waktu yaitu : Abortus
dini, terjadi pada trimester I (< 12 minggu) dan abortus lanjut, terjadi pada trimester II (12- 24
minggu). Abortus menurut kejadian antaranya yaitu : Abortus spontan (spontaneous
abortion, miscarriage, pregnancy loss) keluarnya hasil konsepsi tanpa intevensi medis
maupun mekanik dan Abortus buatan (abortus provocatus) merupakan aborsi yang
disengaja dikeluarkan atau digugurkan.

Klasifikasi Abortus

Abortus menurut waktu yaitu :

Abortus dini, terjadi pada trimester I (< 12 minggu)


Abortus lanjut, terjadi pada trimester II (12- 24 minggu).

Abortus menurut kejadian yaitu :


Abortus spontan (spontaneous abortion, miscarriage, pregnancy loss), keluarnya
hasil konsepsi tanpa intevensi medis maupun mekanik.
Abortus buatan (abortus provocatus) merupakan aborsi yang disengaja dikeluarkan
atau digugurkan. Aborsi buatan dibagai menjadi dua yaitu :
Abortus menurut kaidah ilmu (abortus provocatus artificialis / abortus therapeuticus,
abortus untuk keselamatan ibu karena kehamilan yang beresiko, seperti penyakit
jantung, hipertensi maligna, atau karsinoma serviks. Keputusan pelaksanaan aborsi
ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan
psikiatri/ psikolog.
Abortus buatan kriminal (abortus provocatus criminalis) pengguguran kehamilan
tanpa alasan medis yang sah, dilarang oleh hukum / dilakukan oleh pihak yang tidak
berwenang. Kecurigaan abortus kriminalis harus dipertimbagkan bila terdapat
abortus febrilis. Bahaya akibat abortus kriminalis seperti infeksi, infertilitas sekunder
dan kematian.

Etiologi Abortus

Penyebab abortus ada beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh kematian
janin. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain: Faktor janin (kelainan sel ovum, trauma
embrio dan kelainan pembentukan plasenta); faktor maternal ( infeksi virus, bakter, parasit;
penyakit vaskular; kelainan endokrin; imunologi; trauma; kelainan uterus; psikosomatik)
dan faktor eksternal: (radiasi, obat-obatan, zat kimiawi dan sosial ekonomi).

Patogenesis Abortus

Abortus spontan umumnya terjadi segera setelah kematian janin, diikuti oleh
perdarahan kedalam desidua basalis. Selanjutnya terjadi perubahan nekrotik di daerah
inplantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut dan berakhir dengan perdarahan pervagina.

Pelepasan hasil konsepsi baik seluruhnya atau sebagian , diinterpretasi sebagai


benda asing dalam rongga rahim, sehingga uterus berkontraksi untuk mendorong benda
asing untuk keluar dari rongga rahim (ekspulsi). Pengeluaran hasil konsepsi ada 4 cara
yaitu

 Kantung korion keluar pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan sisa
desidua.
 Kantung amnion serta isinya didorong keluar dan meninggalkan korion dan
desidua.
 Pecah amnion serta putusnya tali pusat dan perdorongan janin keluar tetapi sisa
amnion dan korio tetao tertinggal.
 Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.

Gambaran Klinis Abortus

Secara klinis abortus dibedakan antara lain:


o Abortus iminens (keguguran mengancam), terjadi pada usia kehamilan <20
minggu. Tanda berupa perdarahan yang tidak banyak,baru mulai
mengancam dan masih bisa dipertahankan kehamilannya. Ostium uteri
tertutup dan ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan.
o Abortus insipiens (keguguran berlangsung), abortus sedang berlangsung dan
tdk dapat dicegah. Ostium uteri terbuka, ketuban teraba dan berlangsung
hanya beberapa jam.
o Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap), sebagian hasil konsepsi
telah dilahirkan tetapi sebagian masih tertinggal di rahim seperti plasenta.
Ostium uteri terbuka dan jaringan dapat teraba.
o Abortus kompletus (keguguran lengkap), Ostium uteri tertutup, dan ukuran
uterus >kecil dari usia kehamilan atau Ostium uteri terbuka dan kavum uteri
kosong.
o Abortus tertunda (keguguran tertunda), janin telah mati sebelum minggu ke-
20 tetapi masih bertahan didalam uterus beberapa minggu setelah kematian.
Abortus habitualis (keguguran berulang), terjadi aboortus >3kali secara
bertutut-turut.

Abortus Insipiens

Definisi

Abortus insipiens (keguguran berlangsung). Diagnosis abortus ini bila seorang


wanita hamil <20minggu mengalami perdarahan banyak, disertai gumpalan darah dan nyeri
karena kontraksi uterus serta terdapat dilatasi serviks, sehingga ketuban teraba. Kadang-
kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian pada ibu dan jaringan yang tertinggal
menyebabkan infeksi.

Diagnosis

-Anamnesis, terdapat perdarahan jalan lahir yang disertai nyeri akibat kontraksi
rahim.
-Pemeriksaan dalam, di dapatkan Ostium uteri terbuka, hasil konsepsi masih didalam
uterus serta ketuban teraba dan berlangsung hanya beberapa jam.

Tatalaksana

-Evakuasi hasil konsepsi


-Pemberian uterotonika pasca evakuasi hasil konsepsi
-Terapi AB selama 3 hari pasca evakuasi

Abortus kompletus

Definisi
Abortus kompletus (keguguran lengkap) dan kuretasi tidak perlu dilakukan. Pada
setiap abortus, jaringan yang terlahir harus selalu diperiksa kelengkapannya untuk
membedakan dengan trofobla.

Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan (janin) dan berhenti total
± 10 hari, karena luka pada rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks segera
menutup kembali. Bila masih ada perdarahan yang berlangsung + 10 hari dapat dicurigai
kemungkinan abortus inkompletus atau Endometritis pasca abortus.

Abortus inkompletus

Definisi

Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap). Diagnosis bila sebagian hasil


konsepsi telah lahir atau berada di vagina tetapi sebagian masih tertinggal didalam uters
biasanya plasenta. Perdarahan terus berlangsung dan membahayakan ibu. Ostium uteri
terbuka karena masih ada sisa hasil konsepsi, sehingga uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan sehingga ibu merasa nyeri tetapi tidak sehebat abortus insipiens.

Diagnosis

-Anamnesis, Perdarahan jalan lahir, biasanya banyak yang disertai nyeri/kontraksi


rahim. Jika perdarahan banyak ibu dapat mengalami syok.
-Pemeriksaan dalam, Ostium uteri terbuka dan jaringan konsepsi dapat teraba.

Tatalaksana

-Perbaikan keadaan umum, syok harus di atasi bila muncul, Hb <8 gram % tranfusi
darah segera diberikan.
- Evakuasi hasil konsepsi (metode digital atau kuretasi)
-Pemberian uterotonika
-Terapi AB selama 3 hari pasca evakuasi

Abortus tertunda/ Missed abortion

Definisi

Abortus tertunda (keguguran tertunda), janin telah mati tetapi masih bertahan
didalam uterus selama 8 minggu atau lebih setelah kematian. USG menunjukkan bahwa
janin tidak utuh atau membentuk gambaran kompleks.

Diagnosis

-Anamnesis, ada atau tidak terjadi perdarahan.


-Pemerikasaan obstetri, fundus uteri lebih kecil dari usia kehamila, tidak terdapap
bunyi jantung janin.
-Pemeriksaan penunjang, USG dan laboratorium (Hb, trombosit, fibrinogen, waktu
perdarahan,waktu pembekuan dan waktu protombin tidak selalu menunjukkan
kelainan.
Tatalaksana

 Perbaikan keadaan umum


 Transfusi darah segar
 Transfusi fibrinogen
 Terapi misoprostol peroral atau pervagina, dosis 200 mikrogram/6 jam. Bila dalam 2
x 24jam hasil konsepsi tidak keluar, kuretasi segera dikerjakan
 Evakuasi dengan kuretasi, bila usia kehamilan >12minggu kuretasi didahului dengan
peemasangan dilator (laminaria stift) dan misoprostol 200 mikrogram/6 jam.

9. Kehamilan Post-Term
Kehamilan Post-Term adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu, sering kali
karena kesalahan perhitungan tanggal pembuahan kehamilan.
Pada dasarnya, dekat akhir kehamilan, plasenta mulai berkurang dan tidak mampu
berfungsi dengan baik. Selain itu, volume cairan ketuban juga mulai menurun. Sebagai
akibatnya pasokan oksigen janin menjadi sedikit dan akan menghentikan kenaikan berat
badan.
Beberapa hal lain yang turut menjadi faktor risiko kehamilan postterm adalah:

 Ibu obesitas saat hamil.


 Riwayat kehamilan postterm sebelumnya.
 Defisiensi sulfat pada plasenta (kelainan genetik yang sangat jarang).

Kehamilan postterm secara umum dapat meningkatkan risiko kematian ibu dan janin selama
persalinan, akibat:

 Makrosomia
Makrosomia adalah istilah medis untuk bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 4500
gram (>4 kg). Bayi yang terlalu besar butuh waktu yang lebih lama dan proses yang lebih
rumit untuk dilahirkan. Ini dapat meningkatkan risiko distosia bahu bayi yang dapat
menyebabkan cedera parah, asfiksia (tercekik karena kekurangan oksigen), hingga bahkan
kematian.
Makrosomia juga sering kali dihubungkan dengan faktor risiko terjadinya penyakit kuning
(jaundice), diabetes, obesitas, dan sindrom metabolik lainnya pada anak-anak.

 Insufisiensi plasenta
Insufisiensi plasenta terjadi ketika kondisi plasenta tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan
oksigen dan nutrisi pada janin. Plasenta akan mencapai ukuran paling maksimal pada usia
kehamilan 37 minggu.
Jika usia kehamilan 42 minggu belum melahirkan juga, plasenta semakin lama akan mulai
mengalami penurunan fungsi sehingga janin tidak bisa mendapatkan asupan oksigen dan
nutrisi yang mencukupi. Hal ini meningkatkan risiko janin mengalami masalah kesehatan di
dalam kandungan. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan terjadinya cerebral palsy dan
gangguan tumbuh kembang.
 Aspirasi mekonium
Aspirasi mekonium adalah kondisi medis yang cukup berbahaya ketika janin
menghirup/memakan cairan ketuban serta feses pertamanya (mekonium) dalam kandungan.
Kondisi ini dapat menyebabkan bayi kekurangan oksigen dan mengalami infeksi serta
peradangan pada paru-parunya. Walaupun jarang terjadi, aspirasi mekonium juga dapat
menyebabkan kerusakan otak permanen dan hipertensi paru persisten pada bayi baru lahir
(Persistent Pulmonary Hypertension of the Newborn/PPHN) akibat kekurangan oksigen.

 Kematian ibu saat melahirkan


Kehamilan postterm adalah salah satu faktor risiko utama dari kematian ibu saat melahirkan
akibat perdarahan berat atau infeksi sepsis.

 Kehamilan postterm juga meningkatkan risiko melahirkan lewat caesar.

10. Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik adalah kelainan implantasi dari pembuahan sel telur. Sel telur yang telah
dibuahi oleh sperma secara alami seharusnya akan menempel pada dinding rahim. Namun,
pada kehamilan ektopik hasil pembuahan ini menempel pada tempat lain selain di dinding
rahim.
Tempat yang paling sering menjadi tempat penempelan adalah di saluran indung telur, di
mana tempat ini seharusnya tidak dirancang untuk penempelan hasil pembuahan. Dalam
bahasa yang lebih sederhana, kehamilan ektopik sering dikatakan sebagai “hamil di luar
kandungan”.
Gejala Kehamilan Ektopik
Pengidap kehamilan ektopik biasanya tetap merasakan gejala layaknya orang hamil pada
umumnya, seperti mual, muntah, dan perut yang membesar. Pada umur kehamilan tertentu
ketika saluran indung telur tidak dapat menampung hasil pembuahan yang semakin besar,
pengidap biasanya merasakan gejala sebagai berikut:

 Nyeri yang sangat hebat, nyeri tajam hilang timbul dengan intensitas yang berbeda.
Nyeri dapat dirasakan di daerah panggul, perut, atau bahkan menjalar hingga bahu
dan leher.
 Perdarahan pada Miss V, perdarahan muncul dengan jumlah yang dapat lebih
banyak atau lebih sedikit daripada saat haid.
 Gejala pada daerah perut, seperti mual, muntah, dan rasa penuh atau tidak enak di
perut.
 Lemah, pusing, hingga pingsan.
Etiologi
Kehamilan ektopik dapat disebabkan oleh satu atau beberapa sebab berikut:

 Infeksi atau peradangan pada daerah saluran indung telur, sehingga terjadi
perlengketan yang menutup jalan sel telur yang telah dibuahi menuju ke dinding
rahim
 Jaringan parut dari bekas operasi daerah rahim dan panggul sebelumnya. Atau
operasi yang melibatkan saluran indung telur dapat menyebabkan kehamilan ektopik
karena adanya penutupan saluran indung telur
 Abnormalitas pertumbuhan dari janin, atau adanya cacat janin, yang menyebabkan
hasil pembuahan tidak dapat menempel pada dinding rahim
Faktor Risiko
Ada beberapa risiko untuk terjadinya kehamilan ektopik, salah satunya sebagai berikut:

 Usia saat hamil 35-44 tahun.


 Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
 Riwayat operasi daerah panggul atau perut sebelumnya.
 Penyakit radang panggul.
 Pembuahan yang terjadi setelah pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) atau
setelah pengikatan saluran indung telur (steril).
 Merokok.
 Penyakit peradangan dinding rahim (endometriosis).
 Sedang dalam pengobatan kesuburan, karena beberapa obat dapat mempengaruhi
jumlah produksi getah rahim, sehingga mempengaruhi implantasi pada hasil
pembuahan.

Diagnosis
Pertama pemeriksaan daerah panggul dan perut untuk memastikan adanya perdarahan
pada daerah sekitar yang diakibatkan pecahnya hasil pembuahan.
Beberapa pemeriksaan penunjang berikut diperlukan untuk memastikan diagnosis
kehamilan ektopik:

 Tes kehamilan, tes kehamilan dari darah berupa kadar hCG untuk memastikan
pengidap benar-benar hamil.
 USG, dilakukan untuk melihat adanya kantong kehamilan pada lokasi-lokasi tertentu
seperti di saluran indung telur. USG dapat dilakukan melalui Miss V (USG
transvagina) atau dapat melalui dinding perut (USG abdomen).
 Darah rutin, tes darah rutin dapat dilakukan untuk melihat apakah pengidap
mengalami anemia yang diakibatkan oleh perdarahan dari pecahnya kantung
kehamilan.
Tatalaksana
Keadaan kehamilan ektopik dengan perdarahan merupakan keadaan gawat darurat yang
harus dilakukan tindakan secepat mungkin. Kehamilan ektopik dapat diobati dalam
beberapa cara sebagai berikut:

 Penggunaan metotreksat, dapat diberikan pada kehamilan ektopik yang telah


dideteksi secara dini sehingga tidak menimbulkan gangguan lainnya. Metotreksat
dapat membantu penyerapan kantung kehamilan dan menyelamatkan saluran
indung telur. Terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan pertimbangan usia
dan progresivitas kehamilan.
 Jika saluran indung telur telah meregang atau bahkan robek dan mengalami
perdarahan, sebagian atau seluruh jaringan tersebut harus segera diangkat untuk
menghentikan perdarahan. Seluruh akibat perdarahan yang dihasilkan karena
kehamilan ektopik merupakan keadaan gawat darurat dan harus ditangani segera
dengan pembedahan.
 Bedah laparaskopi, prosedur ini merupakan tindakan untuk mengevakuasi
perdarahan yang terjadi di dalam rongga perut atau rongga panggul dengan sayatan
kecil untuk memasukkan kamera dan alat laparaskopi. Penyembuhan cenderung
lebih cepat dibandingkan prosedur bedah konvensional

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham et al. 2012. Obstetri Williams.Volume 2. Edisi 23. Jakarta : EGC


Cubinont, H. 2011. Prevention of PretermLabour: 2011 Update on Tocolysis.Saint-luc
University Hospital : Hindawi Publishing Corporation. Journal of Pregnancy.
Franklin H. Epstein. 2000. Intrauterine infection and Preterm Delivery. The New England
Journal of Medicine .
Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta : P.T Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo

Anda mungkin juga menyukai