Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS SISTEM PENCERNAAN


DIARE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dokumentasi Keperawatan


Dosen Mata Ajar : Barkah Wulandari S. Kep. Ns. M. kep

Kelas 2B

Kelompok 3

Alfian Tri K. 2820173044

Dicha Anggun F. 2820173055

Novita Dewi A. 2820173071

Suci Wulandari 2820173086

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada kami, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai rencana.
Adapun maksud dari penyelesaian tugas ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Dokumntasi Keperawatan .
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapar memberikan
manfaat serta wawasan yang lebih luas bagi kita semua. Karena
keterbatasan pengetahuan serta pengalaman, kami yakin bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosen maupun pembaca yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sebagai penulis mengucapkan mohon maaf
apabila ada kata kata yang kurang bekenan. Semoga makalah ini bisa
menjadi bahan untuk pembelajaran kita bersama.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
TINJAUAN TEORI ................................................................................................ 1
A. Pengertian Diare .......................................................................................... 1
B. Patofisiologi ................................................................................................ 1
C. Klasifikasi Diare Anak ................................................................................ 2
D. Manifestasi Klinis ....................................................................................... 4
E. Pemeriksaan Diagnostik .............................................................................. 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
KASUS dan ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................ 5
BAB III ................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ................................................................................................. 8
B. Saran ............................................................................................................ 8
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 10

iii
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih)
dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan
elektrolit yang abnormal dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta
anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada
anak yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi.
Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus
(Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong, 2008).
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair
(mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria
penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari
tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire. Begitu juga apabila buang air
besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan
diare. Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa
lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare, muntahmuntah yang berakibat
kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit (Betz, 2009).
diare adalah buang air besar pada bayi atau anak Iebih dan 3 kali sehari,
disertai konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dan satu minggu. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran
tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa
peningkatan volume cairan, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah. (Hidayat
2008)

B. Patofisiologi
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam

1
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isis rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu, menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit air meningkat dan terjadi diare. Gangguan
motiliasi usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari
diare adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
asam basa (asidosis metabolic dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi. Gangguan gizi sebagai
akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah) dan
gangguan sirkulasi darah. (Ariani, 2016).

C. Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Anak dengan Diare (WHO, 2009)


1. Diare dengan Dehidrasi Berat
Anak dengan dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara
cepat dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral
segera setelah anak membaik. Pada daerah yang sedang mengalami kejadian
luar biasa (KLB) kolera, berikan pengobatan antibiotic yang efektif terhadap
kolera.
Tanda dan gejala:
a. Letargis atau tidak sadar.
b. Mata cekung.
c. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
d. Tidak bisa minum atau malas minum.

Penatalaksanaan:
a. Mulai berikan cairan intravena segera. Pada infuse telah disiapkan, beri
larutan oralit.
b. Beri 100 ml/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai tabel berikut:
TABEL

2
c. Curigai kolera pada anak diatas umur 2 tahun yang menderita diare cair
akut dan menunjukkan tanda dehidrasi berat, jika kolera berjangkit
didaerah tempat tinggal anak.

2. Diare dengan Dehidrasi Ringan atau Sedang


Pada umumnya anak-anak dengan dehidrasi ringan atau sedang harus
diberi larutan oralit, dalam waktu 3jam pertama diklinik saat anak berada dalam
pemantauan dan ibunya diajari cara menyiapkan dan member larutan oralit.
Tanda dan gejala:
a. Gelisah atau rewel.
b. Haus dan minum dengan lahap.
c. Mata cekung.
d. Cubitan kulit perut kembali lambat.

Penatalaksanaan
a. Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah
sesuai dengan berat badan anak ( umur anak jika berat badan anak tidak
diketahui). Namun demikian jika anak ingin minum lebih banyak, beri
minum lebih banyak
b. Tunjukan pada ibu cara memberi larutan oralit pada anak, 1sendok the
setiap 1 sampai 2 menit jika anak berumur dibawah 2 tahun dan pada anak
yang lebih besar, berikan minuman oralit lebih sering dengan
menggunakan cangkir.
c. Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah
1) Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit, lalu beri larutan
oralit lebih lambat (misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit).
2) Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan
beri minum air matang atau ASI.
d. Nasehati ibu untuk terus menyusui anak kapanpun anak mau.
e. Jika ibu tidak dapat tinggal di klinik hingga 3 jam, tunjukkan pada ibu cara
menyiapkan larutam oralit dan beri beberapa bungkus oralit secukupnya

3
kepada ibu agar bisa menyelesaikan rehidrasi dirumah ditambah untuk
rehidrasi 2 hari berikutnya.

D. Manifestasi Klinis
a. Berat badan menurun
b. Turgor kulit ≥ 2 detik
c. Mata dan ubun-ubun cekung
d. Mulut dan kulit menjadi kering
e. Nafsu makan menurun (Octa, dkk, 2014)
f. Anak tampak gelisah dan suhu badannya meningkat
g. Konsistensi tinja encer berlendir atau berdarah
h. Warna tinja tampak kehijauan akibat tercampurnya dengan
cairan empedu.
i. Anak mengalami gangguan gizi akibat kurangnya intake
(asupan) makanan.
j. Anak mengalami hipoglikemia ( penurunan kadar gula darah)
dan dehidrasi (kekurangan cairan) Widjaja, (2002).
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis
PH dan kadar gula dalam tinja
Bila perlu diadakan uji bakteri
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,
dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas
darah.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan
Posfat.

4
BAB II

KASUS dan ASUHAN KEPERAWATAN

An. C usia 12 tahun dating ke RS “A” dikaji pada tanggal 10 Agustus


2018. Klien merupakan pelajar Sekolah Dasar (SD) tinggal di
turi,sleman,yogyakarta. Klien mengeluhkan sakit perut sejak 4 hari yang lalu,
BAB encer berlendir dengan frekuensi 5-7x sehari, tidak nafsu makan, mual dan
muntah. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital : Tekanan Darah :120/80 mmHg ;
Nadi : 100x per menit, Respirasi : 20x per menit, Suhu:37,5°C. mukosa bibir
kering, turgor kulit buruk, mata cekung, dan pasien tampak lemas. BB: 35 Kg,
TB: 135cm. Diagnose medis adalah Gastroenteritis (Diare)

Klien mengatakan sakit perut sejak 4 hari yang lalu disertai BAB 5-7x
sehari dengan konsistensi encer dan berlendir. Sebelum dibawa ke RS ibu klien
mengatakan awalnya klien habis membeli makanan di pinggir jalan. Karena
khawatir akan kondisi anaknya kemudian keluarga klien membawanya ke rumah
sakit pada tanggal 08 Agustus 2018. Ibu klien mengatakan bahwa di keluarga
klien tidak ada penyakit keturunan seperti TBC, Diabetes Militus dan lain-lain.
Penanggung jawab klien adalah Ny. R (ibunya).

Saat dirumah klien makan 3x sehari kadang-kadang 2x sehari, piring


sedang nasi, lauk. Minum perhari  500-600cc air putih, kadang-kadang susu .
tidak ada pantangan, BAK 3x sehari. Selama di rumah sakit makan 2 x sehari
piring sedang nasi, sayur, lauk. Minum 7-8 kali perhari  700-800 cc air putih
kadang minum teh. Klien makan dan minum dibantu. BAB 5-7 kali sehari, warna
kuning pekat, ±40 cc per BAK. Selama dirawat di rumah sakit BAK 4x perhari.
Tidur siang  1 jam (Pukul 14.00-15.00 WIB) nyenyak Tidur malam  8 jam
(Pukul 21.00-05.00 WIB) nyenyak, Sebelum di RS klien mandi 2 x Sehari,
Keramas 3 x perminggu,gosok gigi 2 x Sehari, Gunting kuku  1 minggu sekali.
Selama RS klien mandi di lap 1 x sehari, Gosok gigi ( 1 hari saat dirawat diRS),
Belum keramas , Belum pernah gunting kuku, dibantu oleh keluarga atau orang

5
lain. Aktivitas di rumah Mandiri, Klien terlihat lemah dan pucat berbaring
terlentang ditempat tidur. Klien tampak mengantuk dan lemas.

Bentuk hidung simetris, tidak ada sekret, pertumbuhan bulu hidung


merata, bentuk dada simetris, irama napas teratur, tidak ada pernapasan cuping
hidung, tidak ada nyeri tekan pada tulang hidung, tidak ada retraksi otot dada saat
bernapas, pergerakan dada simetris kiri dan kanan, bunyi paru vesikuler, frekuensi
napas 20 x / menit, tidak ada krepitasi pada dada, tidak ada nyeri tekan pada dada,
saat diperkusi suara paru sonor, denyut nadi teraba dari tulang intercosta ke 5.

Tidak ada edema pada ekstremitas maupun pada palpebra dan wajah, tidak
ada sianosis pada bibir dan sekitar ujung kuku, Capilari Refil Time (CRT) kurang
dari 3 detik, tidak ada peningkatan JVP, Pada saat auskultasi bunyi jantung murni
regular, tidak ada mur-mur, perkusi jantung pekak. Bentuk bibir simetris, mukosa
bibir kering, warna bibir pucat, terdapat bau mulut, gigi tampak kotor, lidah
bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada pembesaran tonsil. Abdomen normal tidak
buncit. Blass teraba kosong, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih, tidak ada
nyeri pada ginjal kiri dan kanan, tidak ada pembesaran pada ginjal kiri dan kanan.
Kulit tampak bersih, penyebaran rambut merata, warna rambut hitam ,telinga
normal tidak ada infeksi, kulit tampak kering dan turgor kulit jelek. warna kulit
sawo matang, akral teraba hangat, suhu tubuh : 37,5° C, kuku tampak kotor dan
panjang.

Ekstremitas atas kanan dan kiri simetris, jumlah jari lengkap, bentuk
tulang simetris, tampak menonjol pada pergelangan tangan, tidak ada nyeri pada
daerah persendian, terpasang infus ditangan kiri cairan Ringer Laktat 15 tetes
permenit. Tidak ada pembesaran tyroid, klien dapat merasakan terhadap panas dan
dingin, tidak ada tremor pada tangan, tidak ada keram, tidak ada edema.
Kesadaran compos mentis, nilai GCS 15, klien tidak mengalami gangguan
orientasi waktu, tempat dan orang. Klien tampak meringis saat merasa sakit. Klien
dapat merasakan panas dan dingin, klien dapat melihat dengan normal, bola mata
dapat digerakkan samping kanan kiri dan atas bawah. Klien dapat mendengar

6
dengan normal, terbukti dapat berkomunikasi dengan keluarga maupun tenaga
kesehatan.

Klien mengatakan ingin segera sembuh dan ingin cepat pulang kembali ke
rumah dan berkumpul dengan keluarga dan saudaranya. Klien berkomunikasi
dengan bahasa Jawa terkadang menggunakan bahasa Indonesia, klien dapat
berkomunikasi baik dengan orang-orang di sekitarnya termasuk petugas
kesehatan. Klien mengatakan bahwa orang yang terdekat dan selalu memberi
dukungan adalah ibu dan ayahnya. Klien beragama Islam dan yakin kepada Allah
SWT bahwa dirinya akan sembuh dengan pertolongan-Nya, selama sakit klien
selalu menjalankan ibadah dan selalu berdoa supaya cepat sembuh dan berkumpul
dengan keluarganya.

Hasil Laboraturium

Tanggal Pemeriksaan 8 Agustus 2018


Hemoglobin 10,1 g/dl
Leukosit 6900/ uL
Hematokrit 30%
Jumlah Trombosit 575 ribu/uL

Terapi obat yang diberikasn mulai 8 Agustus 2018 adalah infuse RL 15 tpm
9 agustus 2018 L.Bio 2x1 sachet pukul 08.00, Zink Syrup 3x1 cth pukul 08.00
WIB, oralit sesuai kebutuhan

7
1. Teori Diagnosa Keperawatan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

A. Pengertian

Kebutuhan aktifitas merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan aktifitas


bergerak.Kebutuhan ini diatur oleh beberapa sistem/organ tubuh
diantaranya, tulang, otot, tendon, ligament, sistem saraf, dan
sendi.Mobilitas atau mobilisasi merupakan suatu kemampuan individu
untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan aktifitas dalam rangka mempertahankan
kesehatannya (Potter dan perry, 2008)

Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik satau


atau lebih ekstremitas secra mandiri dan terarah (NANDA,Diagnosa
keperawatan 2015-2017)

Suatu keterbatasan dalam kemandirian,pergerakan fisik bermanfaat dari


tubuh atau satu ekstremitas atau lebih dengan tingkatan:

a. Tingkat 0 : Mandiri penuh

b. Tingkat 1 : memerlukan peralatan atau alat bantu

c. Tingkat 2 : memerlukan bantuan orang lain dan alat bantu

d. Tingkat 3 : memerlukan bantuan orang lain, pengawsan orang lain dan


alat bantu.

e. Tingkat 4 : ketergantungan dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi


dalam perawatan

Berdasarkan jenisnya, menurut Hidayat (2012) mobilisasi terbagi atas dua


jenis, yaitu

1. Mobilisasi penuh

8
Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan tidak jelas dan mampu bergerak secara bebas tanpa
adanya gangguan pada bagian tubuh.

2. Mobilisasi sebagian

Mobilisasi sebagian adalah ketidakmampuan seseorang untuk bergerak


secara bebas dan aktif karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik
dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilisasi sebahagian terbagi atas
dua jenis, yaitu:

a. Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan individu


untuk bergerak dengan batasan yang tidak menetap. Hal
tersebut dinamakan sebagai batasan yang bersifat
reversiblepada sistem muskuloskeletal, contohnya: adanya
dislokasi pada sendi atau tulang.

b. Mobilisasi sebahagian permanen merupakan kemampuan


individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap,
Contohnya: terjadinya kelumpuhan karena stroke, lumpuh
karena cedera tulang belakang, poliomyelitis karena
terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

B. Fisiologi

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem


otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal
mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan
relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi
otot: isotonik dan isometrik. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan
tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh
dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler
(tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi

9
organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam
pembentukan sel darah merah.Sendi adalah hubungan di antara tulang,
diklasifikasikan menjadi:

a. Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung


kekuatan dan stabilitas

b. Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan,


tetapi elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan
permukaannya.

c. Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua


permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau membran.

d. Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat
digerakkan secara bebas dimana permukaan tulang yang
berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh
ligamen oleh membran sinovial.

e. Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih,


mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan
menghubungkan tulang dan kartilago.

f. Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat,


yang menghubungkan otot dengan tulang.

g. Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak


mempunyai vaskuler.

h. Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh

i. Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari


bagian tubuh tertentudan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor
aktifitas otot dan posisi tubuh secara berkesinambungan.

1) Koordinasi Pergerakan tubuh

10
Otot ialah Jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu
berkontraksi, dan dengan jalan demikian maka gerakan
terlaksana. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai
sifat yang sama dengan sel dari jaringan yang lain, semua ini di
ikat menjadi berkas – berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan
ikat yang mengandung unsure kontraktil ( Evelyn C Pearce,
2008 ).

2) Sistem Skeletal

Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang


dewasa. Dingah osteon terdapat kapiler. Disekeliling kapiler
tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamela.
Tulang diselimuti dibagian luar oleh membran ibrus padat
dinamakan periosteum.Periosteum memberi nutrisi ke tulang
dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai temat pelekatan
tendon dan lugamen ( Brunner & Suddart, 2008).

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas

Menurut Tarwoto dan wartonah (2013), faktor2 yg mempengaruhi


mobilitas antara lain:

a. Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuro muskuler


dan tubuh secara proposional, postu, pergerakan dan reflek akan
berfungsi secara optimal.

b. Kesehatan Fisik

Penyakit, cacat tubuh dan imobilisasi akan mempengaruhi


pergerakan tubuh.

c. Keadaan Nutrisi

Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahn otot, dan obsitas


dapat menyebabkan pergerakan kurang bebas.

11
d. Emosi

Rasa aman, nyaman dan gembira, sedih dapat mempengaruhi


aktivitas tubuh seseorang.

e. Kelemahan Skeletal dan Neuromuskuler

Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lordosis, dan kiposis


dapat mempengaruhi pergerakan.

f. Pekerjaan.

D. Tanda dan Gejala

1. Tanda

a. Tidak ada kesejajaran tubuh Mengacu pada posisi sendi, tendon,


ligamen dan otot selama berdiri, duduk dan berbaring

b. Tidak ada keseimbangan tubuh. Tanpa keseimbangan tubuh,pusat


gravitasi akan berubah menyebabkan risiko jatuh dan cedera

2. Gejala

a. Kelainan postur

Kelainan postur yang didapati/kongenental mempengaruhi efiisiensi


system muskoletal

b. Ganguuan perkembangan otot

Distrofi muskuler gangguan yang disebabkan oleh degenerasi


serat/otot skeletalal

c. Kerusakan system saraf pusat

Kerusakan komponen system saraf yang mengatur pergerakan


volunteer mengakibatkan gangguan kesejajaran tubuh dan mobilisasi

12
d. Trauma langsung pada system muskoletal

Ini menyebabkan memar,konstusio,salah urat dan fraktur

2. Teori Diagnosa Keperawatan Ganggguan Mobilitas Fisik

A. Pengertian

Cairan tubuh adalah air beserta unsur-unsurnya yang diperlukan untuk


kesehatan dan pertumbuhan sel.(Evelyn,1979).

Elektrolit adalah cairan yang merupakan kimia aktif terdiri dari cairan
yang mengandung muatan negative.(Fundamental of nursing).

B. ETIOLOGI

1. Makanan

a. Makanan basi

b. Makanan beracun

c. Alergi terhadap makanan

2. Fakalogis (rasa takut dan cemas)

3. Virus

4. Bakteri

C. TANDA DAN GEJALA

a. BAB lebih dari 5x/hari

b. Konsisten cair

c. Mual dan muntah

d. Anoreksia

13
e. Dehidrasi

f. Membran mukosa kering

g. Penurunan berat badan

D. PATOFISIOLOGI

Di akibatkan oleh virus

Virus masuk-Enterosit(sel epitel usus halis)-enterosit rusak diganti oleh


enterosit baru(kobuid/epitel gepeng yang belum matang)-fungsi belum
baik-infeksi dan kerusakan fili usus halus.

Fili usus halus atropi-tidak dapat mengasorbsi makanan dan cairan dengan
baik-tekanan koloid osmotik menaik-motilitas menaik-DIARE.

E. ANATOMI FISIOLOGI

Mulut

Rongga lonjong pada permukaan sel pencerna

Faring (tekak).

Di belakang hidung, mulut dan laring, faring saluran berbentuk dari bahan
membran berotot.

Esofagus

Sebuah tabung berotot yang panjangnya 20-25cm

Kelenjar ludah

Kelenjar majemuk bertanda yang terdiri atas gabungan kelompok alveoli


berbentuk kantong dan membentuk lubang-lubang kecil

Lambung

Bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang dan mengempis.

14
Usus halus

Tabung yang kira-kira 2.5 meter panjangnya dalam keadaan hidup

Usus besar

Sambungan dari usus halus dan mulut di katub ileokolik atau illeosekal
yaitu tempat sisa makanan lewat yang panjangnya kira-kira 1,5 meter

Rektum

Adalah serupa dengan kolon tetapi dindingnya berotot lebih tebal dan
membran mukosanya meliputi lipatan-lipatan membujur yang disebut
kolomma murgari.

Anus Tempat keluarnya feses.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium (feses rutin).

b. Pemeriksaan keseimbangan asam basa (AGD) analisa gas darah.

c. Pemeriksaan cairan dan elektrolit.

G. KOMPLIKASI

a. Dehidrasi

b. Hipokalemi

c. Kejang-kejang

d. Alkalosit metabolic

H. PENATALAKSANAAN

a. Berikan pengobatan seperti anti diare dan anti muntah

b. Lakukan kebersihan mulut sebelum dan sesudah makan

15
c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan, obat dan efek
pengobatan

d. Berikan makanan dan cairan.

I. FOKUS INTERVENSI

a. Anjurkan pasien untuk banyak minum

Kaji input dan output pasien

b. Berikan makanan yang rendah serat.

c. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik

d. Laksanakan advinsel/saran dokter tentang pemberian obat

e. Bantu ADL (aktivitas dan latihan).

f. Anjurkan untuk mengurangi makanan/minuman yang manis, pedas dan


asam.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan
atau tanpa darah atau lendir dalam tinja akibat imflamasi mukosa
lambung atau usus sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan.
Sebagai akibat dari berkurangnya absorpsi cairan dan
elektrolit di usus besar, maka muncul beberapa masalah
keperawatan dari diare ini, diantaranya adalah adanya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang daru kebutuhan dan
nausea.
Dari masalah tersebut, dipilih beberapa tindakan penatalaksanaan,
diantaranya :
a. Banyak minum (oralit)
b. Rehidrasi perinfus (jenis isotonis kristaloid)
c. Antibiotika yang sesuai (misal ciprofloxacin dan
metronidazole)
d. Diit tinggi protein dan rendah residu
e. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang
abdomen
f. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare
(atau obat lain), misal carboadsorben
g. Observasi keseimbangan cairan dan level elektrolit
h. Cegah komplikasi.

B. Saran
1. Biasakanlah untuk selalu hidup sehat agar kita tidak terkena
diare.

17
2. Tingkatkan kesehatan baik individu maupun lingkungan, agar
tidak terserang penyakit.
3. Masaklah air minum sampai mendidih.
4. Cucilah tangan sebelum dan sesudah makan.
5. Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di kakus
(WC).

18
DAFTAR PUSTAKA

Budiman. 2017. Sistem Pencernaan Makanan Pada Tubuh Manusia.


Yogyakarta : Istana Media.

Sinta. 2015. Ensiklopedi Penyakit Menular Dan Infeksi. Yogyakarta :


Familia.

Sukut.2015.Faktor Kejadian Diare Pada Balita diakses pada 01 Oktober


2018 di
http://www.journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
pmnj4be06ad84dfull.pdf

Supriyadi. 2013. Asuhuan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan


System Pencernaan diakses pada 01 Oktober 2018 di
http://eprints.ums.ac.id/25518/13/NASKAH_PUBLIKASI_.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai