Pendahuluan
Profesi KGD
Nama Mahasiswa :
KOREKSI I KOREKSI II
(…………………………………………………………) (………………………..……...
………………………….)
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021
FORMULIR SISTEMATIKA
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT STIKes FALETEHAN
1. Definisi Penyakit
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara
lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal
dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga
terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2010).
Ginjal adalah salah satu organ utama sistem kemih atau uriner (tractus urinarius) yang
berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh.
Fungsi ginjal secara umum antara lain yaitu sebagai filtrasi, pada akhirnya ginjal akan
menghasilkan urine, keseimbangan elektrolit, pemeliharaan keseimbangan asam
basa, eritropoiesis dimana fungsi ginjal produksi eritrosit, regulasi kalsium dan fosfor
atau mengatur kalsium serum dan fosfor, regulasi tekanan darah, ekresi sisa metabolik
dan toksin. Akibat dari berbagai penyebab dari gangguan ginjal dapat menurun
fungsinya sehingga tidak berfungsi lagi yang di sebut dengan gagal ginjal (Yakobus,
2009).
2. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap
proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% .Sedangkan glomerulonefritis
menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis
kronik atau nefropati refluks) dan penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021
Penyebab yang tidak sering terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan
lainnya sebesar 21 %. (US Renal System, 2010 dalam Price & Wilson, 2010).
Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2010
menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi dengan
46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi
dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo,
2010).
3. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2010) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan
gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan
ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal
kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema
periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
f. Manifestasi Muskuloskeletal
g. Manifestasi Reproduktif
Proses terjadinya penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit
yang mendasarinya, tapi dalam proses perkembangannya yang terjadi kurang lebih
sama. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Penurunan massa ginjal mengakibatkan
hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih bertahan (surviving
nephrons) sebagai upaya kompensasi ginjal untuk melaksanakan seluruh beban
kerja ginjal, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokinin dan growth
factors. Hal ini menyebabkan peningkatan kecepatan filtrasi, yang disertai oleh
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Mekanisme adaptasi ini
cukup berhasil untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh,
hingga ginjal dalam tingkat fungsi yang sangat rendah. Pada akhirnya, jika 75%
massa nefron sudah hancur, maka LFG dan beban zat terlarut bagi setiap nefron
semakin tinggi, sehingga keseimbanganglomerulus– tubulus (keseimbangan antara
peningkatan filtrasi dan reabsorpsi oleh tubulus) tidak dapat lagi dipertahankan
(Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata K, & Setiati, 2007; Price & Wilson,2013).
5. Tahapan / Grade/ Tingkatan Penyakit (contoh Gagal Jantung, Kanker, CKD, dll)
Menurut Ketut (2010) klasifikasi gagal ginjal kronik di dasarkan atas dua hal yaitu atas
derajat penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi derajat penyakit di buat
atas dasar LFG, yang dihitung menggunakan rumus Kockeroft-Gault sebagai berikut:
LFG (ml/menit/1,73m3) = ((140-umur)xBB) : (72x Kreatinin Serum)Sedangkan pada
perumpuan hasil dikalikan 0,85
Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik atas dasar derajat penyakit
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada (anuria).
ginjal berat).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-2021
8. Penatalaksanaan Medis/Operatif
Menurut Brunner & Studdart (2014) fungsi ginjal yang rusak sulit untuk dilakukan
pengembalian, maka tujuan dari penatalaksanaan klien gagal ginjal kronis adalah
mengoptimalkan fungsi ginjal yang masih ada. Penatalaksanaannya meliputi:
1. Penatalaksanaan farmakologis
2. Terapi diet
Pengaturan cermat asupan protein, asupan cairan dan asupan natrium serta
kalium
Pembatasan protein, yang diperbolehkan harus mengandung nilai biologis
yang tinggi (produk susu, keju, telur, dan daging).
Diet cairan sebesar 500 hingga 600 ml dan tidak boleh lebih dari jumlah
halauran urin selama 24 jam.
Asupan kalori dan vitamin harus mamadai. Kalori yang diberikan dalam
bentuk karbohidrat dan lemak untuk mencegah pelisutan otot.
3. Dialisis
9. Terapi Farmakologis
Komplikasi dapat dicegah atau ditunda dengan pemberian resep antihipertensi,
eritropoitin, suplemen Fe, suplemen fosfat, dan kalsium (Brunner and Suddarth, 2014).
11.
12. Patoflow
Obstruksi saluran kemih
Hidronefrosis
Vaskulerasi ginjal
Iskemik ginjal
GFR menurun
CKD
Tdk mampu mengeksresikan retensi Na & P H2O sekresi kalium
Hiperventilasi disaritmia
Pola nafas tidak efektif edema suplai O2 ke jaringan
Pola nafas tidak efektif
Kelebihan volume cairan kelelahan otot
Risiko ketidakseimbangan
elektrolit Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas
13. Analisa Data
Hiperventilasi
Edema
Risiko
ketidakseimbangan
elektrolit
intoleransi aktivitas
Ds:
- Pasien mengeluh lelah CKD
Do :
- Frekuensi jantung meningkat sekresi kalium
>20% dari kondisi istirahat
- Gambaran EKG menunjukan hiperkalimia
aritmia
- Gambaran EKG menunjukan Gg. Hantaran listrik ke
iskemia jantung
- sianosis
Disaritmia
Suplai O2 ke jaringan
Kelelahan otot
Intoleransi aktivitas
2 Stetlah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen cairan - identifikasi tanda dan gejala
Risiko 1x24 jam maka tercapai keseimbangan ketidakseimbangan kadar elektrolit
ketidakseimbangan elektrolit meningkat dengan kriteria hasil : - identifikasi penyebab
elektrolit b.d - Serum natrium membaik ketidakseimbangan elektrolit
mekanisme - Serum kalium membaik - identifikasi kehilangan elektrolit melalui
pengaturan melemah - Serum klorida membaik cairan ( mis. Diare, drainase)
- Serum kalsium membaik - monitor kadar elektrolit
- Serum magnesium membaik - monitor efek samping pemberian
- Serum fosfor membaik sumplemen elektrolit
- berikan cairan jika perlu
- berikan diet yg tepat
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen energi - identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Intoleransi aktivitas selama 1x24 jam maka tercapai toleransi mengakibatkan kelelahan
b.d meningkat dengan kriteria hasil: - monitor kelelahan fisik dan emosional
keletihan/kelemahan, - frekuensi nadi meningkat - monitor pola dan jam tidur
anemia - ssturasi oksigen meningkat - anjurkan tirah baring
- kemudahan dalam mlakukan aktifitas - berikan aktifitas distraksi yg
sehari-hari meningkat menenangkan
- kecepatan berjalan meningkat
- kelulahan lelah menurun
- dispnea menurun
- perasaan lemah menurun
- aritmia saat aktivitas menurun
- siaonis menurun