Pendahuluan
Profesi KGD
Nama Mahasiswa :
Andini Siti Sa’adah
(…………………… (……………………
…………………… ……………………
………) ………)
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-
2021
FORMULIR SISTEMATIKA
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT UNIVERSITAS FALETEHAN
2. Etiologi
Menurut Muttaqin 2008 penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis
kekerasan yaitu jenis kekerasan benda tumpul dan benda tajam. Benda tumpul biasanya
berkaitan dengan KLL (kecepatan tinggi atau rendah), jatuh, pukulan benda tumpul.
Sedangkan benda tajam berkaitan dengan benda tajam (bacok) dan tembak.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Menurut Judha (2011), tanda dan gejala dari cidera kepala antara lain :
a. Skull Fracture (Patah Tulang Tenggorak)
Gejala yang didapatkan CSF atau cairan lain keluar dari telinga dan
hidung (othorrea, rhinorhea), darah di belakang membran timphani, periobital
ecimos (brill haematoma), memar didaerah mastoid (battle sign), perubahan
penglihatan, hilang pendengaran, hilang indra penciuman, pupil dilatasi,
berkurangnya gerakan mata, dan vertigo.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-
2021
suatu trauma kepala. Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam
rongga kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi
pada tengkorak, pembuluh darah tengkorak maupun otak itu sendiri.
Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan, yaitu :
a. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak.
b. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam.
c. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain
dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet).
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala diterangkan
oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi tengkorak, pergeseran otak dan
rotasi otak. Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contrecoup dan
coup. Contrecoup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi kapan saja pada orang-
orang yang mengalami percepatan pergerakan kepala. Cedera kepala pada coup
disebabkan hantaman pada otak bagian dalam pada sisi yang terkena sedangkan
contrecoup terjadi pada sisi yang berlawanan dengan daerah benturan. Kejadian coup
dan contrecoup dapat terjadi pada keadaan ketika pengereman mendadak pada
mobil/motor. Otak pertama kali akan menghantam bagian depan dari tulang kepala
meskipun kepala pada awalnya bergerak ke belakang sehingga trauma terjadi pada otak
bagian depan.
Pada keadaan ini, terdapat daerah yang secara mendadak terjadi penurunan tekanan
antara otak dan tulang tengkorak bagian belakang. Pada saat otak bergerak ke belakang
maka ruangan yang tadinya bertekanan rendah menjadi tekanan tinggi. Hal ini sangat
berbahaya bagi pembuluh darah otak karena terjadi penekanan sehingga daerah tersebut
tidak memperoleh suplai darah dan bisa mengakibatkan kematian sel-sel otak.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Penanganan Cedera Kepala Ringan (GCS 13 –15)
Definisi : Pasien sadar dan berorientasi (GCS 13 –15)
1) Riwayat
Nama, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan, mekanisme cedera, waktu
cedera, tidak sadar setelah cedera.
2) Pemeriksaan umum untuk menyingkirkan cedera sistemik
3) Pemeriksaan neurologis terbatas
4) Pemeriksaan rontgen vertebra servikal dan lainnya sesuai indikasi
5) Pemeriksaan kadar alkohol darah dan zat toksin dalam urin
6) Pemeriksaan CT scan kepala merupakan indikasi bila memenuhi criteria
kecurigaan perlunya tindakan bedah saraf sangat tinggi.
7) Hasil :
a) Observasi atau dirawat di RS
(1) CT scan tidak ada
(2) CT scan abnormal
(3) Semua cedera tembus
(4) Riwayat hilang kesadaran
(5) Kesadaran menurun
(6) Nyeri kepala sedang-berat
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-
2021
3) Hasil :
a) Bila kondisi membaik (90%) : Pulang bila memungkin dan kontrol
di poliklinik
b) Bila kondisi memburuk (10%) : Bila pasien tidak mampu melakukan
perintah sederhana lagi, segera lakukan pemeriksaan CT scan ulang
dan penatalaksanaan selanjutnya sesuai protokol cedera kepala berat.
c. Penanganan Cedera Kepala Berat (GCS 3-8)
Definisi : pasien tidak mampu melakukan perintah sederhana karena kesadaran
yang menurun (GCS 3-8).
1) Pemeriksaan dan penatalaksanaan: penjelasan ada di point 9 yaitu
(Pemeriksaan Fisik (Berdasarkan ABCD/Kasus Kegwatdaruratan).
(Iskandar, 2017)
8. Terapi Farmakologis
a. Cairan Intravena
Cairan intravena harus diberikan sesuai kebutuhan untuk resusitasi dan
mempertahanakan normovolemia. Keadaan hipovolemia pada pasien
sangatlah berbahaya. Namun, perlu juga diperhatikan untuk tidak
memberikan cairan berlebihan. Jangan diberikan cairan hipotonik. Juga,
penggunaan cairan yang mengandung glukosa dapat menyebabkan
hiperglikemia yang berakibat buruk pada otak yang cedera. Karena itu,
cairan yang dianjurkan untuk resusitasi adalah larutan Ringer Laktat atau
garam fisiologis. Kadar natrium serum perlu dimonitor pada pasien dengan
cedera kepala. Keadaan hiponatremia sangat berkaitan dengan edema otak
sehingga harus dicegah.
b. Hiperventilasi
Untuk sebagian besar pasien, keadaan normokarbia lebih diinginkan.
Perlakuan hiperventilasi yang agresif dan lama akan menurunkan kadar PaCO2
yang menyebabkan vasokonstriksi berat pembuluh darah serebral sehingga
menimbulkan gangguan perfusi otak. Hal ini terjadi terutama bila PaCO2
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-
2021
b. Secondary survey
1) BTLS (Bentuk Tumor Luka Sakit) head to toe. Jelaskan dari kepala sampai
ekstremitas
a) Kepala: Bentuk kepala simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada luka
atau tidak, ada sakit ada tidak.
b) Mata: Bentuk mata simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada luka atau
tidak, ada sakit ada tidak.
c) Hidung: Bentuk hidung simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada luka
atau tidak, ada sakit ada tidak.
d) Telinga: Bentuk telinga simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada luka
atau tidak, ada sakit ada tidak.
e) Mulut: Bentuk mulut simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada luka
atau tidak, ada sakit ada tidak.
f) Leher: Bentuk leher simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada luka
atau tidak, ada sakit ada tidak.
g) Dada: Bentuk dada simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada luka atau
tidak, ada sakit ada tidak.
h) Punggung: Bentuk punggung simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada
luka atau tidak, ada sakit ada tidak.
i) Abdomen: Bentuk abdomen simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada
luka atau tidak, ada sakit ada tidak.
j) Genetalia: Bentuk genetalia simetris atau tidak, ada tumor atau tidak, ada
luka atau tidak, ada sakit ada tidak.
k) Ektermitas: Bentuk ekstremitas simetris atau tidak, ada tumor atau tidak,
ada luka atau tidak, ada sakit ada tidak.
2) Colok lubang: Ada sumbatan pada lubang hidung, telinga, mulut, anus atau
tidak.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-
2021
3) Cek tanda tanda vital. Tekanan darah normalnya 120/80 mmHg atau 110/70
mmHg, nadi normalnya 60-100 x/menit, respirasi normalnya 16-24 x/menit,
suhu normalnya 36,5ºC-37,5ºC.
4) Anamnesis KOMPAK
5) Pemeriksaan diagnostic
Cek darah lengkap
Kimia Klinik
Analisis Gas darah
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-
2021
Fungsi Ginjal
- Ureum 6.0 – 46.0 mg/dL
- Kreatinin 0.6 – 1.5 mg/dL
Elektrolit
- Natrium (Na)
135 – 148 mmol/L
- Kalium
3.30 – 5.30 mmol/L
- Klorida (Cl)
96 – 111 mmol/L
10. Patoflow
Penyebab-penyebab trauma kepala
Cedera Kepala
Ekstra cranial Tulang kranium Intra cranial
Terputusnya jaringan otot, kulit Fraktur Tulang Laserasi/perdarahan
dan vascular Terputusnya kontinuitas tulang Jaringan otak
Gangguan suplai darah ke otak Nyeri Akut Cerebral hematome
Iskemik jaringan serebral Disfungsi batang otak
Penurunan Kapasits Adaptif Intrakranial Gangguan nervus 1-12
Gangguan Persepsi Sensori
Perdarahan serebral
Kerusakan jaringan otak
Perubahan sirkulasi CSS
Peningkatan TIK
Penurunan kesadaran
Penurunan reflek batuk
Penumpukan secret
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2020-
2021
(ekstensi)
- Postur dekortikasi
(fleksi)
Data Objektif :
Mayor : Bicara sendiri
Minor :
- Menyendiri
- Melamun
- Konsentrasi buruk
- Distorsi sensori
- Disorientasi waktu,
tempat, orang dan
situasi
- Respon tidak sesuai
- Curiga
- Bersikap seolah
mendengar sesuatu
- Melihat ke satu arah
- Mondar-mandir
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam meminimalkan 1. Mengatasi gangguan
tindakan. persepsi sensori dapat
2. Kolaborasi pemberian obat yang dibantu dengan pemberian
mempengaruhi persepsti stimulus obat dan meminimalkan
tindakan.
D.007 Nyeri Akut SLKI label : L.08066 SIKI label : I.08238
7 Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Setelah diberikan askep
selama 6-8 jam diharapkan Observasi
nyeri teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui
hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas keparahan nyeri.
nyeri, skala nyeri, respon nyeri non
1. Keluhan nyeri
verbal.
meringis, gelisah,
2. Identifikasi factor yang memperberat 2. Untuk mengetahui pemicu
menarik diri, dan
dan memperingan nyeri, dan penetral terhadap nyeri.
anoreksia menurun .
pengetahuan dan keyakinan tentang
2. Frekuensi nadi, pola
nyeri.
napas, TD nafsu
3. Monitor efek samping penggunaan 3. Untuk mengetahui adanya
makan dan pola tidur
analgetik. alergi terhadap obat tertentu.
membaik
Terapeutik
1. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri. 1. Mengontrol lingkungan dan
2. Fasilitasi istirahat dan tidur. memfasilitasi istirahat dan
3. Pertimbangkan jenis dan sumber tidur dapat mengurangi rasa
nyeri dalam pemilihan strategi nyeri.
meredakan nyeri. 2. Intervensi sesuai keparahan
nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
1. Dengan adanya pengetahuan
pemicu nyeri serta strategi pemicu
tentang nyeri pasien dapat
nyeri.
meminimalkan rasa nyeri.
2. Anjurkan memonitor nyeri secara
2. Membantu pasien dalam
mandiri dan menggunakan analgetik
memonitor dan
secara tepat.
menggunakan analgesic
Kolaborasi
secara mandiri.
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
1. Pemberian dosis analgesic
sesuai dengan keparahan
nyeri.
Dibawah ini adalah Evidance based Practice yang ditemukan terkait dalam menunjang
penanganan dan pengelolaan pada kasus cedera kepala :
Arif, H. K., & Atika, D. A. (2019). Pengaruh Posisi Head Up 30 Derajat Terhadap Nyeri
Kepala Pada Pasien Cedera Kepala Ringan. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan, 10(2), 417–422.
dr. Iskandar, M.Kes. Sp. BS. Diagnosis Dan Penanganan Cedera Kepala Di Daerah Rural.
National symposium & workshop “Aceh Surgery Update 2” Banda Aceh 16 –17
September 2017.
Mansjoer, Arif, dkk. (2011). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi ke 3. Jakarta :
Media Aesculapius.
Pertami, S. B., Sulastyawati, S., & Anami, P. (2017). EFFECT OF 30° HEAD-UP
POSITION ON INTRACRANIAL PRESSURE CHANGE IN PATIENTS WITH
HEAD INJURY IN SURGICAL WARD OF GENERAL HOSPITAL OF Dr. R.
SOEDARSONO PASURUAN. Public Health of Indonesia, 3(3), 89–95.
https://doi.org/10.36685/phi.v3i3.131
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Cetakan II.
Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia Cetakan II.
Jakarta : DPP PPNI