Anda di halaman 1dari 41

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M DENGAN DIAGNOSA

DEMAM TYPOID

OLEH :

1.citra puspa sari dewi ( 2127007)


2. Elis Setyowati ( 2127008)
3. Feris Intan Paramita (2127010)
4. Febri Abdul Riadi (2127009)
5. Budhi Priyanto u (2127006)

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG


FAKULTAS KESEHATAN S1 KEPERAWATAN
2022/2023
BAB I

TINJAUAN KASUS KELOLAHAN

A. Tinjauan teori
1. Konsep medis
1.1. Definisi demamtypoid
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada
usus halus yang disebabkan oleh salmonella thyposa da hanya
terdapat pada manusia. (Marni, 2016)
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan
gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran. (Titik lestari, 2016)
1.2. Anatomifisiologi
a. Anatomi fisiologi sistempencernaan

6
7

1. Rongga Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya
makanan dan air. Mulut merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap dan jalan masuk untuk
system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis, 8 asam,
asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan
di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah
dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan
mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi
dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secaraotomatis.
2. Lidah
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian
lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan
dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai
indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas
pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan
bicara.
3. Orofaring
Orofaring merupakan suatu bagian faring yang
terletak dibelakang rongga mulut. Orofaring dapat
dilewati udara dan makanan sehingga berperan dalam
sistem pernapasan dan sistem pencernaan. Selainitu,
8

orofaring memiliki klep yang berfungsi mengatur


makanan agar tidak masuk ke saluran pernapasan, klep
tersebut disebut epiglotis. Saat menelan makanan, klep
ini akan menutup saluran pernapasan (terbukanya
saluran pencernaan) dan saat bernapas, klep ini akan
membuka saluran pernapasan (tertutupnya saluran
pencernaan).
4. Kerongkongan
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung
kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas
dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut
dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang keatas
bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan
tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak
terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi
dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang sama
tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang
sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
Bagian media 9 disebut orofaring, bagian ini berbatas ke
depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut
laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan
laring.
5. Hati
9

Hati yaitu organ yang terbesar yang terletak di


sebelah kanan atas rongga perut di bawah diafragma, di
kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat
pada sebelah kanan. Beratnya 1.500 gram atau 2,5%
dari berat badan orang dewasanormal.
6. KantongEmpedu
Kantung empedu atau kandung empedu
(gallbladder) adalah organ berbentuk seperti buah pir
yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sekitar 50
ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kantung empedu
adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap, ini
bukan karena warna jaringannya, melainkan karena
warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini
terhubung dengan hati dan usus dua belas jari melalui
saluran empedu
7. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang
terdiri dari tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan
dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida
(HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan
protein). Lendir melindungi sel – sel lambung dari
kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida
menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein.
Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagaibakteri.
10

8. Pangkreas
Pankreas adalah organ aksesoris pada sistem
pencernaan yang memiliki dua fungsi utama:
menghasilkan enzim pencernaan atau fungsi eksokrin
serta menghasilkan beberapa hormon atau fungsi
endokrin . Pankreas terletak pada kuadran kiri atas
abdomen atau perut dan bagian kaput/kepalanya
menempel pada organ duodenum
9. UsusHalus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari
saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan
usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah
yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari
lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus
terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).
a. Ususduodenum
Usus dua belas jari atau duodenum adalah
bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung
dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus
dua belas jari merupakan organretroperitoneal, yang
11

tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.


pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat
dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung
empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam
usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan
bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke
dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam 11
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkanmakanan.
b. Usus Jejunum
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara
2-8 meter, 1- 2 meter adalah bagian usus kosong.
Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam
usus kosong berupa membran mukus dan terdapat
jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus.
c. Usus Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian
terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara
7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam empedu.
10. UsusBesar
12

Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara


usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon
asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens
(kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan 12 membantu
penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare
11. Sekum
Sekum adalah bagian pertama dari usus besar.
Hampir selalu intraperitoneal. Dalam kelanjutannya ke
kolon asendens, ia berpindah dari intra ke
retroperitoneal. Untuk alasan ini, relung terbentuk di awal
mesoappendix dan persimpanganileocecal .
12. Rectum danAnus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari
ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di
anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk
buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan
memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginanuntuk
13

melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering


kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi
tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak
yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi
dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian 13
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur
oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi
utama anus (Pearce,1999).
1.3. Etiologi
Menurut Rekawati susilaningrum (2013), demam thypoid
disebabkan karena bakteri. Nama bakerinya yaitu salmonella
thyposa yang mempunyai ciri yaitu:
1. Basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar
dan tidak berspora. Kuman ini akan nyaman dalam suhu
tubuh manusia dan akan mati pada suhu serta pemberian
antiseptik. Masa inkubasi penyakit ini antara 7-20 hari.
Namun, ada juga yang memiliki masa inkubasi paling pendek
yaitu 3 hari dan paling panjang 60 hari. (Marni,2016)
2. Mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen,
yaitu: antigen O (somatik, terdiri zat kompleks
lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen VI. Dalam
serum pasien, terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga
macam antigentersebut.
1.4. Patofisiologi
14

Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan


dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus, kejaringan limfoid dan
berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman
masuk keperedaran darah (bacteria primer), dan mencapai
sel-sel retikkulo endoteleal, hati, limpa dan organ-organ
lainnya. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan
berakhir saat sel retikulo endoteleal melepaskan kuman
kedalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk
kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk kebeberapa
jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung
empedu. Pada minggu pertama sakit terjadi hyperplasia plaks
player. Ini terjadi kalenjer pada kalenjer limfoid usus halus.
Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi
ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi
peyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus
dapat menyebabkan pendarahan, bahkan sampai prforasi
usus. Selain hepar, kalenjer-kalenjer mensentrial dan limpa
membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksil,
sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh
kelainan pada usu halus (Suriadi,2014).
1.5. Penatalaksanaanmedik
Pengobatan/penatalaksaan pada penderita typoid adalah
sebagai berikut :
a. Bedrest, untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan. Minimalnya 7 hari bebas demam/ 14 hari.
Mobilisasi bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien. Tingkatkan hygiene perseorangan, kebersihan
tempat tidur, pakaian, dan peralatan yang dipakai oleh
pasien. Ubah posisi 18 minimal tiap 2 jam untuk
menurunkan resiko terjadi dekubitus danpnemunia
15

hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan


karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi urin,
isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan eksreta pasien.
b. Diet dan terapi penunjang. Diet makanan harus
mengandung cukup cairan dan tinggi protein, serta rendah
serat. Diet bertahap mulai dari bubur saring, bubur kasar
hingga nasi. Diet tinggi serat akan mrningkatkan kerja usus
sehingga resiko perforasi usus lebihtinggi.
c. Pemberian antibiotika, anti radang anti inflasi dan anti
piretik.
1) Pemberian antibiotic
2) Anti radang (antiflamasi). Kortikosteroid diberikan pada
kasus berat dengan gangguan kesadaran.
Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari IV,dibagi
3) Dosis hingga kesadaran membaik.3) Antiperetik untuk
menurunkan demam seperti paracetamol. 4) Antiemetic
untuk menurunkan keluhan mual dan muntah pasien
(Lusiana, suratun,2013).
2. Konsep asuhankeperawatan
a. Pengkajian
Menurut Titik Lestari (2016), Ada beberapa hal yang
perlu dikaji pada anak yang menderita Demam Thypoid yaitu:
1. Primarysurvey
a. Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas
b. Breathing
Rr dalam rentang normal (16-20x menit)
c. Circulation
Nadi : dalam rentang normal 80-100 x / menit
Crt : Kembali dalam < 2detik
Akral :panas
16

Td : dalam rentang normal (120-/80 x menit)


Turgor: elastis
d. Disability
Pupil isokor, GCS : E4 V5 M6
Kesadaran komposmentis
e. Exposure
Tidak ada trauma
2. Secondarysurvey
a. Anamnesis
A : (kaji Riwayat alergi pasien) pasien mengtakan
tidak ada alergi makanan atauobat
M : pasien diberikan obat antibiotic ciprofloxin
P : pasien terakhir kali diberikan obat paracetamol
saat ke puskesmas, dan panasnya belumturun
L : pasien mengatakan terkahir kalinya dirinya
makan ½ pors nasi dan laukpauk
E : pasien mengatakan badannya panas, suhunya tidak
mau turun selama 4 hari
b. Pemeriksaanfisik
1. Keadaanumum
Biasanya pada pasien typoid mengalami badan
lemah, panas pucat, mual, perut tidak enak, anorexia.
2. Kepala danleher
Kepala tidak ada benjolan, rambut normal, kelopak
mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong,
muka tidak edema, pucat/ bibir kering, lidah kotor,
ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengaran
normal, leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid.
3. Dada danabdomen
17

Dada normal, bentuk simentris, pola nfas teratur,


didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
4. System respirasi
Ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan,
dan tidak terdapat cuping hidung.
5. System kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan
tekanan darah yang meningkat akan tetapi biasa
didapatkan takikardi saat pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh.
6. System integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun,pucat, berkeringat
banyak, akral hangat
7. System eliminasi
Pada pasien typoid kadang – kadang diare atau
kontipasi, produk kemih pasien bisa mengalami
penurunan (kurang dari normal) N ½ - 1 CC kg BB
jam.
8. System musculoskeletal
Apakah ada gangguan pada ektrimitas atas dan
bawah atau tidak ada gangguan
9. System endokrin
Apakah di dalam penderita typoid ada pembesaran
kelenjar tyroid dan tonsil.
10. System persyarafan
Apakah kesadaran itu penuh atau apatis, samnolen
dan koma, dalam penderita penyakit typoid.

b. Diagnosa keperawatan yang seringmuncul


1. Hipertermia yang berhubungan dengan prosesinfeksi.
18

2. Resiko ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan


obstruksiintestinal
3. Deficit nutrisi b/d ketidakmampuan mengobsorsinutrien
4. Nyeri berhubungan dengan agen ciderafisiologis
5. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
c. Rencanakeperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
salmonellatyphi
definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Tujuan: Termogulasi membaik
Hasil yang diharapkan: Pasien mempertahankan suhu tubuh
normal yaitu 36ºC-37ºC dan bebas dari demam
Intervensi:
a. Identifikasi penyebabhipetermia
Rasional : untuk mengetahui penyebab demam
b. Monitor suhutubuh
Rasional : suhu tubuh 38ºC-40ºC menunjukkan proses
penyakit infeksi akut
c. Longgarkan atau lepaskanpakaian
Rasional : memberi rasa nyaman, pakaian tipis dan
melepaskan pakaian membantu mengurangi penguapan
tubuh
d. Berikan cairanoral
Rasional : membantu memelihara kebutuhan cairan dan
menurunkan resiko dehidrasi
e. Berikan oksigen jikaperlu
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam
tubuh
f. Anjurkan tirahbaring
Rasional : untuk mncegah adanya komplikasi dan
mempercepat penyembuhan
19

g. Kalaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika


perlu
Rasional: membantu memelihara kebutuhan cairan dan
menurunkan resiko dehidrasi
2. Resiko ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan
obstruksiintestinal
Definisi : beresiko mengalami penurunan, peningkatan atau
percepatan perpindahan cairan dari intravaskuler atau
intraseluler
Tujuan: status cairan membaik
Intervensi:
a. Monitorttv
Rasional: mengetahui suhu, nadi, dan pernafasan dan
tekanan darah
b. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Rasonal: mengontrol keseimbangancairan
c. Kaji statusdehidrasi
Rasional: mengetahui derajat status dehidrasi
3. Deficit nutrisi b/d ketidakmampuan mengobsorbsi nutrisi
Definesi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhanmetabolisme
Tujuan : status nutrisi membaik
Intervensi :
a. Identifikasi statusnutrisi
b. Identifikasi alergi dan intoleransimakanan
c. Identifikasi makanan yang disukai - Identifikasi
kebutuhan kalori dan jenis nutrient - Monitor asupan
makanan
d. Monitor hasil pemeriksanlaboratorium
e. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jikaperlu
20

f. Fasilitasi menentukan pedoman diet - Sajikan makanan


secara menarik dan suhu yangsesuai
g. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
h. Berikan makanan tingi kalori dan tinggiprotein
i. Berikan suplemen makanan,jikaperlu
j. Anjurkan posisi duduk, jikamampu
k. Ajarkan diet yangdiprogramkan
l. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika
perlu
m. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jikaperlu
n. Manajemen ReaksiAlergi
4. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisiologis
definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat berlangsung kurang dari 3 bulan
Tujuan: tingkat nyerimenurun
Intervensi:
a. Kaji tingkat, frekuensi, intensitas, dan reaksi nyeri
Rasional: suatu hal yang amat penting untuk memilih
intervensi
yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari
terapi yang
diberikan Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi nafas
dalam
Rasional: menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan
oksigenasi
darah, dan menurunkan inflamasi.
21

b. Libatkan keluarga dalam tata laksana nyeri dengan


memberikan
kompres hangat
c. Rasional: menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri,
membuat
otot tubuh lebih rileks, dan memperlancar aliran darah.
d. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan
pasien
Rasional: posisi yang nyaman membuat klien melupakan
rasa
nyerinya.
e. Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi
Rasional: untuk membantu mengurangi rasa nyeri dan
mempercepat prosespenyembuhan
5. Intoleransi aktifitas b/dkelemahan
Definisi :ketidakcukupan energi untuk melakukan aktifitas
sehari - hari
Tujuan : Masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi
Intervensi:
a. Identifikasi deficit tingkataktivitas
b. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
c. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yangdiinginkan
d. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas
e. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan
waktu luang Monitor respon emosional, fisik, sosial dan
spiritual terhadapaktivitas
d. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang
dilakukan sesuaidengan rencana yang telah ditetapkan.
22

Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan


kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan
dimonitor kemajuan kesehatan klien (Santosa, 2014)
1. Tindakan KeperawatanMandiri.
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan oleh perawat.
Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, memberi
kompres hangat saat pasien demam, menganjurkan
keluarga memakaikan baju yang tipis pada anak, mengukur
tanda-tanda vital pasien, menganjurkan pasien minum air
putih 1 hari ± 2,5ltr/hari liter, memposisikan anak untuk tirah
baring (Elyas, 2013)
2. Tindakan KeperawatanKolaboratif.
Tindakan yang dilakukan oleh perawatan apabila perawat
bekerja dengan anggota perawat dan anggota kesehatan
yang lain dalam membuat keputusan bersama yang
bertahan untuk mengatasi masalah pada anak, dengan cara
cek laboratorium untuk mengetahui perkembangan anak
setiap harinya, memberi suntikan injeksi dan cairan
intravena sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh
dokter (Elyas,2013).
e. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan yang telah disusun, hasil yang ingin dicapai
sebagai berikut (Elyas 2013) :
1. Tanda- tanda vital normal RR: 20-30X/menit, Nadi: 80
90x/menit), Suhu:36-37
2. Membrane mukosa tidakkering
3. Akralhangat
4. Kulit tidakkemerahan
23

2. Tinjauankasus
Pengkajian

Ruangan : IGD RSUDHajiMakassar TGL : 30/12/2021

No. RM 179804
NamaInitial : An. M
JenisKelamin : Perempuan
Tgl Lahir/Umur : 14/5/2014
Alamat : Jl gunungmakmur
Rujukan :Ya dari, RS PKM √ Dr Lainnya
Diagnosa :Febris
Tidak DatangSendiri Diantar Nama √
Keluarga yang bisa dihubungi :Ny.N No Hp/Tlp :-
Alamat : Jl gunungmakmur
Transportasiwaktu datang : AmbulansRS Ambulans Lain Kendaraan

Lain
AlasanMasuk : Demam (+),Muntah (+) 1 kali, Nyeri perut (+), Kejang 1
kali
PRIMARY SURVEY
AIRWAY TRAUMA SCORE
24

1. Pengkajian Jalan Napas A. FrekuensiPernapasan


Bebas √ Tersumbat 10-25 4

Trachea ditengah: Ya √ Tidak √ 25-35 3


Resusitasi : Tidak dilakukan >35 2
Re evaluasi : Tidak dilakukan <10 1
2. Masalah Keperawatan : tidak adamasalah 0 0
BREATHING
1. Fungsi Pernapasan B. Usaha Bernapas
Dada simetris : Ya √
Normal 1
Sesak Napas : Tidak Dangkal 0
Respirasi : 30 x/i
Krepitasi : Tidakada C. TekananDarah
Suara Napas : Suara Napas Vesikuler <89 4
Saturasi Oksigen : - 70-89 3
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 50-69 2
keperawatan 1-49 1
CIRCULATION 0 0
1. Keadaan Sirkulasi D. PengisianKapiler
Tensi : -
√ <2detik 2
Nadi : 151 x/i >2detik 1
Suhu axilla : 40,3 C 0
Tidakada 0
Temperatur kulit : Hangat E. Glassgow Coma Scale(GCS)
Gambaran kulit : memerah 14-15 4

Masalah Keperawatan : hipetermia 11-13 3
DISABILITY 8-10 2
1. PenilaianNeurologis 5-7 1
Alert : Kesadaran Compos mentis 3-4 0
Verbal Respon : menangi s
Pain Respon : - TOTAL TRAUMA SCORE : 10
Unresponsible : -
2. Masalah Keperawatan : Tidk adamasalah REAKSI PUPIL
25

keperawatan Kanan Kiri


EXPOSURE Ukuran Ukuran
1. PenilaianHipotermia/Hipertemia (mm) (mm)
2. Masalah Keperawatan :Hipertemi Cepat Tdak diukur Tidak diukur
Kontriksi - -
Lambat - -
Dilatasi - -
Tak - -
bereaksi

PENILAIAN NYERI :
Nyeri: Tidak √ Ya, Lokasi :abdomen Intensitas :4-10

Jenis : √ Akut Kronis


0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
         
PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Riwayat kesehatan
S : Sign/Symtom (tanda dan gejala) :
Pada saat dilakukan pengkajian orang tua pasien mengatakan anaknya
demam sejak tadi pagi muntah (+) sakit perut (+)dan kejang 1 kali.
A : alergi:
Ibu mengatakan anaknya alergi dengan kerupuk .
M: pengobatan:
a. Sanmolsyrp/oral
P : Riwayat penyakit:types
L :Makanan yang dikomsumsi terakhir, sebelum sakit:
Nasi, ikan, dan escream
E : Kejadian sebelum injury/sakit:
demam
T : Timing (waktu) : < 20 menit
26

b. Tanda tandavital
1. Frekuensinadi : 151 x/menit
2. Suhutubuh : 40,3 oC
3. Frekuensi pernapasan : 30 x/menit

c. Pemeriksaanfisik
a. Kepala
1) Inspeksi : rambut tipis danmerata
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada nyeritekan
b. Mata
1) Inspeksi : Tidak ada perdarahan sub kujungtiva, konjungtiva tidak
anemis, skelera tampak jernih, tidak ada cedera pada kornea, nampak
cekung dan pupilisokor
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa, tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
1) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanyaserumen
2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada nyeritekan
d. Hidung
1) Inspeksi : Tampak bersih, tidak ada benjolan pada hidung, terdapatsekret
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak adamassa
e. Mulut dan Gigi : tidak dikaji
f. Wajah
1) Inspeksi : nampakmenangis
2) Palpasi : tidak ada massa tidak ada nyeritekan
g. Leher
1) Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada distensi vena
jugularis
2) Palpasi : tidak ada nyeritekan,
h. Thoraks
1) ParuParu
27

- Inspeksi : Simetris antar kedua lapang paru, tidak ada penggunaan


otot bantu pernapasan, frekuensi napas : 30 x/menit
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada retraksi dindingdada
- Perkusi : terdengar bunyisonor
- Auskultasi : tidak ada suara napastambahan
i. Abdomen
1) Inspeksi : Laserasi/peradangan tidak ada, Warna sekitar abdomen tidak ada
kemerahan tidak adaasites
2) Auskultasi : peristaltic 30x/i
j. Genetalia
1) Inspeksi : tidakdikaji
2) Palpasi : tidakdikaji
k. Ekstremitas
- Status sirkulasi : tidakada
- Keadaan injuri : tidakada.
l. Neurologis
- Fungsisensorik : Pasien dapat merasakan rangsangan suhu, nyeri
dangetaran
- FungsiMotorik : tidak ada kelainan, Pasien dapat mengangkat
kedua kakinya dantangannya.
- Kekuatanotot :5 5
5 5
- Fungsi Cerebellum : pasien masih dibantu dalam memenuhi
kebutuhan ADL karena masihlemas

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Rutin Tanggal,30-12-
2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
Hematologi rujukan
WBC 24,35 4.50-13.50 103/mm3
28

RBC 4,71 4,00-5,40 106/


HGB 13,2 12.0-15,0 mm3g/dl
HCT 34,9 34,0-48,0 %
MCV 80.0 76,0-93,0 fL
PLT 289 150-400 103/mm3
PCT 0,30 0.17-0.35

Teswidal
Widal S.TYP S.PaR.A S.Par.B S.Par.C
O NEG NEG NEG 1/160
H 1/160 NEG NEG NEG

PENGOBATAN
Nama Obat Golongan Dosis Kegunaan

Pct Analgesic 190 mg/iv Digunakanuntuk


menurunkan
demam dan nyeri

KLASIFIKASI DATA
Data subjektif Data objektif
1. Ibu klien mengatakan 1. Nampak kulitmemerah
anaknya demam kurang 2. Suhu40.3OC
lebih 1hari 3. Kulit terabahangat
2. Demam meninggi tadi 4. Mukosa bibirkering
5. Pasien nampaklemas
pagi dan mengalami
6. Pasien nampakmeringis
kejang 1kali
7. Pasien nampak memegang area
3. Ibu pasien mengatakan
perut
anaknya sakit pada
bagianperut
4. Skala nyeri4
29

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Salmonella typi
- Ibu klien
mengatakan
anaknya demam Makanan
kurang lebih 1 terkontaminasi
hari typi
- Demam meninggi Hipertermi
tadi pagi dan Masuk
mengalami kejang kesaluran cerna
1kali
DO : Menuju organ
- Nampak kulit RES
memerah
- Suhu40.3OC Replikasi
- Kulit teraba kuman yang
hangat tidak di fagosit
- Mukosa bibir di organ RES
kering
Kuman
mengeluarkan
endotoxin

Merangsang
pelepasan at
pyrogen

Mentimulasi
30

pusat
termoregulasi di
hypothalamus

Peningkatan
suhu tubuh

Hipetermia

2 DS; Kuman
- Ibu pasien salmonella typi
mengatakan masuk
anaknya sakit ke saluran cerna
pada bagianperut
- Skala nyeri 4 Sebagian masuk
DO: usus halus
- Pasien nampak Di ileum Nyeri akut
lemas terminalis
- Pasien nampak membentuk
meringis limfoid plaque
- Pasien nampak peyeri
memegang area
perut Sebagian hidup
dan menetap

Perdarahan

Perforasi

Peritonitis
31

Nyeri akut

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b/d prosespenyakit
2. Nyeri akut b/d agen pencederabiologis

INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
Hipertermi Termoregulasi Manajemen Hipertermia 1. Agar perawat
berhubungan Setelah dilakukan Tindakan dapat
dengan proses tindakan keperawatan Observasi : mengetahui
penyakit diharapkan suhu 1. Monitor suhu tubuh shuhu tubuh dan
tubuh tetap berada Terapeutik : memudahkan
pada rentang normal. 2. Berikan cairanoral intervensi
Dengan kriteriahasil 3. Longgarkan dan lepas 2. Untuk suhu
: pakaiananak tubuh yang
- Suhu tubuh Kolaborasi : meningkat
membaik 4. Kolaborasi pemberian sehingga perlu
- Frekuensi nadi antipiretik diimbangi
membaik dengan asupan
- Pucatmenurun cairan yang
- Mukosa bibir banyak.
membaik 3. Untuk
mempercepat
proses evaporsi
keringat
4. Untuk
32

menurunkan
panas pada pusat
hipotalamus
Nyeri akut Setelah dilakukan Menejemen nyeri
1. untuk
berhubungan tindakan keperawatan Observasi :
mengetahui
dengan agen selama 1x6 jam, maka 1. Identifikasi lokasi,
daerah nyeri,
pencedera diharapkan tingkat karasteristik, durasi,
kualitas, kapan
fisiologis nyeri membaik : frekuensi, kualitas,
nyeri dirasakan,
1. Keluhan nyeri intensitasnyeri
factor pencetus,
menurun 2. Identifikasi skalanyeri
berat ringannya
2. Meringis 3. Identifikasi factor yang
nyeridirasakan
menurun memperberat dan
2. untuk
memperingannyeri
mengetahui
Terapiutik :
berapa skala
1. Berikan non tehnik
nyeri yang
farmakologi untuk
dirasakanpasien
mengurangi rasanyeri
3. mempertahanka
Edukasi:
n rasa nyaman
1. Ajarkan tehnik non
padapasien.
farmakologi untuk
4. Untuk
mengurangi rasanyeri
mengurangi
ketegangan
akibat nyeri
5. Untuk
mengurangi rasa
nyeri
33

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO JAM/TGL IMPELEMENTASI EVALUASI
DX
I 30/12/2012 S:
10.00 1. Memonitor suhu tubuh - Ibu pasien
Hasil : 37OC mengatakan
10.20 2. Memberikan cairan anaknya hanya
oral diberi airmineral
Hasil : Ibu pasien
10.30 mengatakan anaknya O:
hanya diberi air - Suhu 37OC
mineral - ibu nampak
10.40 3. Melakukan kompres membuka pakaian
hangat pada anak M anak
Hasil : 37OC A: masalah belum teratasi
11.00 4. Melonggarkan dan P: pertahankan intervensi
melepas pakaian anak - monitor suhutubuh
Hasil : ibu nampak - memberikan cairan
membuka pakaian oral
anak - kalaborasi
11.35 5. Berkolaborasi pemberian
pemberian antiperetik analgesik
Hasil : PCT 190
MG/IV, IVDF asering
12 tpm
34

II 30/12/2021 1. Mengidentifikasi S:
10.45 skalanyeri - pasien mengatakan
10.50 Hasil : skala nyeri 3 nyeri dirasakan
2. Mengidentifikasi pada saatbergerak
factor yang - pasien mengatakan
memperberat dan nyeriberkurang
11.00 memperingan nyeri - skala nyeri3
Hasil :pasien
mengatakan nyeri O:
dirasakan pada saat - pasien nampak
bergerak lemas
11.25 3. Mengajarkan tehnik
relaksasi nafas dalam A: masalah teratasi
Hasil : pasien P: pertahankan intervensi
mengatakan nyeri - Identifikasi skala
berkurang nyeri
- Identifikasi factor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
- Mengajarkan tehnik
relaksasi nafas
dalam
BAB II

PEMBAHASAN

Pada tahap ini penulis perbandingan antara teori, dan kasus yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan yang penulis lakukan kepada An.
M dengan Demam Thypoid.
1. Pengkajiankeperawatan
a. Teori : Pada pengkajian didapatkan adanya demam pada pasien typoid
Kasus : didapatkan An. M juga mengalami demam mencapai 40,3 0c
Analisa : tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus pada demam
typoid Hal ini di karenakan adanya bakteri salmonella typhii dan toksin
yang dihasilkan yang merangsang produksi dan pelepasan zat pirogen
oleh leukosit pada jaringan yang meradang sehingga mengalami
demam tinggi.
b. Teori :Pada pengkajian terdapat adanya Mual muntah
Kasus : Pada pengkajian An, M juga didapatkan adanya mual dan
muntah 1kali.
Analisis : tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dimana mual
muntah terjadi setelah menyebabkan peradangan kuman melewati
pembuluh limfe masuk ke darah dan terjadi bakterimia primer melalui
ductus thoracitus kuman menuju retikulo endothelial system (RES), hati
dan limfa ditempat ini kuman difagosit oleh sel – sel fagosit (RES),
kuman yang tiak fagosit berkembang biak dan menyebabkan organ-
organ yang membesar ( hati dan limfa) dapat mendesak lambung
sehingga mengalami mual dan

38
39

muntah.sedangkan pada pengkajian kasus pada pasien juga di dapatkan


adanya muntah dikarenakan apabila peristaltic usus meningkat terjadi
pergerakan isi usus lebih cepat diruang usus terisi udara yang berakibat pada
lambung sehingga terjadi peningkatan asam lambung (HCL) maka
mengakibatkan mual dan muntah pada penderita demam typoid.
c. Teori : pada teori didapatkan pada pengkajian bahwa adanya Nyeri
pada bagian abdomen serta diare dan pusing pada bagian kepala
Kasus : pada An. M juga didapatkan pengkajian adanya nyeri pada
bagian abdomen dan pusing pada bagiankepala.
Analisa : tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dikarenakan
pada typoid ini infeksi bakteri salmonella thipi yang masuk kedalam
saluran pencernaan dari makanan yang terkontaminasi dan salah satu
keluhan yang muncul adalah demam, nyeri ulu hati dan pusing.
Sedangkan pengkajian kasus pada pasien juga mengalami nyeri pada
abdomen dikarenakan bakteri salmonella typii yang menyerang usus
halus sehingga bakteriini masuk dan menginvasi jaringan limfoid dan
terjadi peradangan sehingga mengakibatkan nyeri pada abdomen.
d. Teori : pada pengkajian teori adanya Kejang
Kasus : pada An. M juga didapatkan kejang 1kali
Analisa: tidak ada kesenjangan pada teori dan kasus karena kenaikan
suhu badan merupakan suatu syarat untuk terjdinya kejang demam.
Anak yang sering menderita demam dengan suhu tubuh tinggi memiliki
resiko semakinbesar untuk mengalami kejang demam. Perubahan
kenaikkan suhu tubuh berpengaruh terhadap nilai ambang kejang dan
eksibilitas neural karena kenaikan suhu tubuh berpengaruh pada kanal
io, metabolism seluler dan pruduksi ATP. sedangkan pada pengkajian
kasus pasien juga di dapatkan adanya kejang karena mengalami
kenaikan suhu tubuh sampai 40,3 0c.

2. Diagnose keperawatan
40

Analisis teori dan kasus dimana diagnosa keperawatan yang


ditegakkan penulis yaitu :
a. Secara konsep teori yang didapatkan yaitu diagnosa Hipetermia
berhubungan dengan proses infeksi. Diagnose ini juga ditemukan pada
kasus An. M yaitu hipetermia b/d prosesinfeksi
Analisis : tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena
penulis mengangkat diagnosa yang didukung oleh data yang terdapat
pada kasus An. M penulis juga mengangkat diagnose hipetermia b/d
proses infeksi ditandai dengan Batasan karesteristik seperti adanya
peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
b. Secara konsep teori didapatkan diagnosa nyeri akut b/d agen
pencedera fisiologis sedangkan pada kasus An. M juga didapatkan nyeri
akut b/d agen pencederafisiologis.
Analisis : tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena
penulis mengangkat diagnosa yang didukung oleh data yang terdapat
pada kasus An. M penulis juga mengangkat diagnose nyeri akut b/d
agen cidera fisiologis ditandai dengan Batasan karesteristik seperti
adanya nyeri pada abdomen.
c. Secara konsep teori didapatkan diagnose deficit nutrisi b/d
ketidakmampuan mengobsorpsi nutrisi sedangkan pada kasus penulis
tidak mengangkat diagnosetersebut.
Analisis : terdapat adanya kesenjangan antara teori dan kasus karena
penulis tidak mengangkat diagnose tersebut. Analisis penulis untuk
mengangkat diagnose deficit nutrisi ditandai dengan adanya btasan
karesteristik seperti adanya berat badan menurun minimal 10 %
dibawah rentangideal
d. Secara konsep teori didapatkan diagnose resiko ketidakseimbangan
cairan b/d obstuksi instenstinal. Sedangkan pada kasus penulis tidak
mengangkat diagnosetersebut.
41

Analisis : terdapat adanya kesenjangan antara teori dan kasus karena


penulis tidak mengangkat diagnose tersebut. Analisis penulis untuk
mengangkat diagnose resiko ketidakseimbangan cairan b/d obstruksi
instenstinal ditandai dengan adanya batasan karesteristik seperti
adanya factor resiko trauma/pendarahan.
e. Secara konsep teori didapatkan diagnose intoleransi aktifitas b/d
kelemahan. Sedangkan pada kasus penulis tidak mengangkat diagnose
tersebut.
Analisis : terdapat adanya kesenjangan antara teori dan kasus karena
penulis tidak mengangkat diagnose tersebut. Analisis penulis untuk
mengangkat diagnose intoleransi aktifitas b/d kelemahan ditandai
dengan adanya Batasan karesteristik seperti adanya mengeluh
Lelah,dipsnue, dan frekuensi jantung meningkat > 20 % dari kondisi
istirahat.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi atau perencanaan adalah pengembangan strategi untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah – masalah yang telah
didentifikasi dalam diagnosa keperawatan.
Adapun intervensi yang dilakukan pada kasus An. M yaitu :
a. Hipetermia berhubungan dengan prosesinfeksi
Dalam kasus ini Tindakan yang diberikan adalah menejemen
hipetermia dengan melakukan monitor suhu tubuh, berikan cairan oral,
dan kalaborasi pemberian antipiretik.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen ciderafisiologis
Dalam kasus ini Tindakan yang diberikan pada pasien adalah
menejemen nyeri dengan melakukan identifikasi lokasi karasteristik
durasi frekuensi kualitas dan intensitas nyeri, berikan tehnik non
farmakologi dan mengajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri.
42

Adapun dari intervensi menejemen hipetermia diatas penulis


hanya melakukan beberapa saja untuk mengatasi hipetermia yaitu :
monitor suhu tubuh, melakukan kompres hangat dan melakukan
kalaborasi pemberian antipiretik yaitu paracetamol
Sedangkan pada intervensi menejemen nyeri penulis hanya
melakukan identifikasi skala nyeri
4. Implementasikeperawatan
Implementasi merupakan realita dari rencana tindakan keperawatan
yang telah penulis susun. Pembahasan pada tahap ini meliputi
pelaksanaan rencana tindakan perawatan yang dapat dilakukan dan yang
tidak dapat dilakukan sesuai dengan intervensi pada masing – masing
diagnosa.
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi sammonella tyhipi.
Tindakan keperawatan yang telah penulis lakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu
mengkaji tanda – tanda vital, menganjurkan pakai pakaian yang tipis
dan menyerap keringat, seharusnya untuk mengatasi hipertermi ini
penulis melakukan kompres hangat pada dahi dan lipatan sesuai
dengan teori akan tetapi penulis hanya menyuruh keluarga pasien
yangmelakukannya.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis Tindakan
keperawatan yang telah penulis lakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah di ditetapkan yaitu menidentifikasi skala nyeri
membaik.
5. Evaluasikeperawatan
Evaluasi keperawatan antara teori dengan kasus mengacu pada
tujuan dan diagnose keperawatan yang diangkat pada kasus An.M penulis
mengangkat dua diagnose yaitu diagnose hipetermia b/d proses infeksi
dan yang kedua dengan dignosa nyeri akut b/d agen pencederafisiologis.
43

1. Hipetermia berhubungan dengan proses infeksi teratasi ditandai dengan


menurunnya suhu tubuh dibatas normal yaitu dari 40,3 0c menjadi 37 0c
dan yang menjadi factor pendukungnya adalah : karena masuknya obat
antiperetik PCT,melakukan kompres hangat pada pasien dan
menganjurkan minum air putih yangbanyak.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis teratasi
Sebagian dikarenakan An. M masih merasakan nyeri abdomen setelah
dilakukan Tindakan. Dan factor penghambatnya adalah : kurangnya
patisipasi perawat untuk melakukan Kembali pemeriksaan skala nyeri
dan pemberian analgesic pada An.M. Nyeri juga tidak bisa diatasi dalam
waktu yang singkat sedangkan di igd hanya memerlukan waktu kurang
lebih 6 jam kemudian pasien ke ruangan rawat inap sedangkan pasien
An. M masih merasakan nyeri pada saat di iGD selain itu pengelolahan
nyeri juga merupakan hal yang kompleks dan berbeda untuk setiap
pasien
BAB IIII

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada An.
M dengan demam typoid di ruang IGD RSUD Haji Makassar, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pengkajian keperawatan kasus An. M didapatkan pasien mengalami
keluhan suhu tubuh meningkat diatas rentang normal yaitu 40,3 0c
dengan kesdaran komposmentis, An. M mengalami demam 1 hari dan
demam naik turun dan lemas, ibu klien mengatakan anaknya kejang 1
kali dan nyeri pada bagian perut skala nyeri 3 menggunakan
pengkajian nyeri FLACC. dan muntah sebanyak 1 kali, suhu tubuh
teraba hangat S : 40,3 0c N : 151 x/i, pernafasan : 30x/i.
2. Setelah dilakukan pengkajian dan Analisa kasus muncul dua diagnose
pada pasien An. M yaitu diagnose pertama Hipetermia b/d proses
infeksi dan diagnose kedua yaitu nyeri akut b/d agen pencedafisiologis
3. Perencenaan yang digunakan pada pasien disesuaikan dengan
masalah keperawatan yang ditegakkan berdasarkan kriteria hasil tanda
dan gejala dan kondisi pasien saat ini dan intervensi yang muncul pada
pada diagnosa pertama yaitu : menejemen hipetermia dan yang kedua
adalah menejemennyeri.
4. Implementasi pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan intervensi
yangtelahdibuat.penulisjugamelakukanimplementasihipetermi

44
45

pada An. M yaitu : monitor suhu tubuh, berikan cairan oral, longgarkan
baju, kalaborasi pemberian antiperetik. Sedangkan implementasi nyeri
ikut pada An.M yaitu : mengidentifikasi skala nyeri membaik,
mengjarkan tehnik nafas dalam, mengidentifikasi factor yang
memperberat dan memperingan nyeri
5. Evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, yaitu penulis
lakukan selama 6 jam pada pasien dengan masalah keperawatan
berupa hipetermia b/d proses infeksi dan nyeri akut b/d agen
pencedera fisiologis dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang
ada.
6. Akhir dari proses keperawatan yaitu pendokumentasian setelah
dilakukan rencana keperawatan maka pasien An.M diberikan Tindakan
keperawatan seperti menejemen hipetermi dan menejemen nyeri pada
menejemen hipetermia penulis melakukan monitor suhu tubuh yaitu
melakukan kompres hangat, memberikan cairan oral seperti
menganjurkan An.M untuk minum air putih yang banyak dan
melakukan kalaborasi pemberian antiperetik yaitu paracetamol sesuai
dosis yang diberikan oleh dokter agar demam dapat teratasi sesuai
tujuan keperawatan yaitu suhu tubuh Kembali normal. Sedangkan
menejemen nyeri dilakukan Tindakan keperawatan seperti
mengidentifikasi skala nyeri pada An.M dengan menggunakan FLACC,
mengidentifikasi faktor yang memperberat dan ringannya nyeri dan
mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam pada pasien. Dan kemudian
mengevaluasi hasil tindakan yang diberikan yaitu hipetermia setelah
dilakukan Tindakan maka terdapat suhu dalam rentang normal yaitu
370c dari suhu 40,30c. sedangkan pada nyeri akut didapatkan hasil
nyeri berkurang dari skala 4 menjadi3.
46

B. SARAN
1. Untuk rumahsakit
Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar dapat mempertahankan
hasil waktu tanggap yang cepat dan tepat serta lebih meningkatkan lagi
pelayanannya dan dapat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien dan masyarakat terutama pada pasien kasus demam typoid.
2. Untuk institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi Pendidikan agar lebih meningkatkan ilmu
pengetahuan yang bersumber pada notebook, penelitian- penelitian
terbaru (journal) mengenai asuhan keperawatan secara tepat dan
sesuai kebutuhan karasteristik pasien agar lebih mudah menganalisa
kasus.
DAFTAR PUSTAKA

Andayani dan Arulita. (2018). Kejadian Tipoid Di Wilayah Kerja


PuskesmasKarangmalang.Htt p;//Jurnal.Unnes.Ac.Id/Sju/In dex.Php/Higeria
Masriadi. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Makassar:Rajawali Pers.
Thomas & sucipto. (2015). Buku Emas Pemeriksaan Laboratorium Demam Typoid
Pada Anak. Jurnal skala husada. Vol 12 No 22-26
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Word Health Organization (WHO). (2018). Risiko Penyakit Berdasarkan Klasifiksi
Umur Menurut WHO. Sehatq.Com
Kurnia Rois, (2017). Hubungan pengetahuan, sikap dan kebiasaan dengan gejala
demam thypoid. Pada mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat universitas
halu oleo kebiasaan (Jurnal Volume 2 Halaman 2)
Rekam Medik RSUD Haji Makassar, (2021) Data Demam Thypoid
Wahyuni, (2017) Karya Tulis Ilmiah, Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Percernaan Demam Thypoid. Akper Anging Mammiri: Makassar
Herliani (2017), Survey Pengetahuan demam thypoid pada keluarga klien yang di
rawat di RSUD Labuang Baji Makassar (Jurnal Volume 5 Halaman 644)
Nurrofiq. Perkembangan Anak, Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif,
Psikososial.[Online].Tersedia:http://www.gexcess.com/653/perkemban
gan-anakperkembangan-fisik-motorik-kognitif-psikososial/.[3 Juli2012
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta:
Interna Publishing.
SDKI, Tim. Pokja. (2017). standar diagnosis keperawatan indonesia. jakarta
selatan.

Anda mungkin juga menyukai