Anda di halaman 1dari 45

FAKULTAS KEDOKTERAN

BLOK REPRODUKSI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Makassar, 18 Maret 2021

MODUL 3
GANGGUAN HAID

Tutor :
dr. Zulfahmidah
Dibuat Oleh :

KELOMPOK 10 A
Nita Bonita (11020180003)
Resti (11020180006)
Shafa Camilia Umar (11020180014)
Dian Anugrah Safitri (11020180024)
Nadila Ardyani Nahardi (11020180035)
Andi Dwyndha Pratiwi (11020180045)
Qurniawati (11020180056)
Nurul Azizah Suwarsa (11020180066)
Andi Rizaldi Kurniawan Misbah (11020180076)
Rodiyah Mulyadi (11020180088)
Ahmad Fahd Alifian (11020180096)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
A. SKENARIO
Seorang nona, berusia 13 tahun. Datang ke puskesmas dengan keluhan tidak
haid selama lebih dari 3 bulan. Haid terakhir tanggal 2 november 2020. Riwayat
menarche di usia 12 tahun dan sebelumnya haid sering tidak teratur.

B. KATA SULIT
Menarche : hari pertama haid sebagai tanda memasuki masa pubertas

C. KATA KUNCI
1. Seorang nona, berusia 13 tahun
2. Keluhan tidak haid selama lebih dari 3 bulan
3. Haid terakhir tanggal 2 november 2020
4. Riwayat menarche di usia 12 tahun
5. Sebelumnya haid sering tidak teratur

D. PERTANYAAN
1. Jelaskan definisi dan fisiologi menstruasi normal!
2. Jelaskan etiologi dan klasifikasi gangguan haid !
3. Jelaskan patofisiologi gangguan haid berdasarkan skenario!
4. Jelaskan langkah-langkah diagnosis untuk mendeteksi gangguan haid berdasarkan
skenario!
5. Jelaskan diagnosis banding berdasarkan skenario!
6. Jelaskan perspektif Islam berdasarkan scenario!

E. JAWABAN
1. Jelaskan definisi dan fisiologi menstruasi normal!
Definisi Haid
Haid (menstruasi) ialah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda
bahwa alat kandungan dalam tubuh seorang wanita menjalankan fungsinya.
Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan
mulainya haid yang baru. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama
siklus. Panjang siklus haid yang dianggap normal biasanya adalah 28 hari, tetapi
variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita
yang sama. Juga pada kakak beradik  bahkan saudara kembar, siklusnya selalu
tidak sama. Lebih dari 90% wanita mempunyai siklus menstruasi antara 24 sampai
35 hari.

Siklus Haid Normal


Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua segmen :
siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium lebih lanjut dibagi menjadi fase
follikular dan fase luteal, mengingat siklus uterus juga dibagi sesuai fase
proliferasi dan sekresi.

Gambar 1. Siklus Haid Normal

Siklus ovarium
a. Fase Follikuler pada fase ini terjadi umpan balik hormonal yang
menyebabkan maturisasi follikel pada pertengahan siklus yang dipersiapkan
untuk ovulasi. Beberapa saat sesudah haid mulai, pada fase follikuler dini,
beberapa follikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat.
Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga
hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya follikel, produksi estrogen
meningkat, dan ini menekan produksi FSH. Pada saat ini LH juga meningkat,
namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen
dalam follikel. Perkembangan follikel berakir setelah kadar estrogen dalam
plasma meninggi. Pada awalnya estrogen meninggi secara berangsur angsur,
kemudian dengan cepat mencapi puncaknya. Ini memberikan umpan
balik  positif terhadap pusat siklik dan dengan mendadak terjadi puncak
pelepasan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus yang mengakibatkan
terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira kira 24 jam dan
menurun pada fase luteal. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat,
estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH menurun.
Menurunnya estrogen mungkin disebabkan perubahan morfologik pada
follikel atau mungkin juga akibat umpan balik negatif yang pendek dari LH
terhadap hipotalamus. LH-surge yang cukup saja tidak menjamin terjadinya
ovulasi; follikel hendaknya pada tingkat yang matang agar dapat dirangsang
untuk berovulasi.
b. Fase ovulasi adalah keluarnya ovum dari folikel de graaf.
c. Fase luteal adalah waktu kurang lebih 14 hari. Pada fase luteal, setelah
ovulasi sel sel granulasa membesar membentuk vakuola dan bertumpuk
pigmen kuning (lutein), follikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam
lapisan granulose juga bertambah dan mencapi puncaknya pada hari 8 ± 9
setelah ovulasi . Luteinized granulose cells dalam korpus luteum
membuat progesterone banyak, dan luteinized theca cells membuat pula
estrogen yang banyak sehingga kedua hormon itu meningkat pada fase luteal.
Mulai 10 ± 12 hari setelah ovulasi korpus luteum mengalami regresi
berangsur-angsur disertai dengan berkurangnya kapiler kapiler dan diikuti oleh
menurunnya sekresi progesterone dan estrogen.

Siklus endometrium
a. Fase Menstruasi atau Deskuamasi
Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai
dengan perdarahan. Hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut dengan
stratum basale, stadium ini berlangsung 4 hari. Dengan haid itu keluar darah,
potongan-potongan endometrium dan lendir dari cervik. Darah tidak membeku
karena adanya fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan
potongan potongan mukosa. Hanya kalau banyak darah keluar maka fermen
tersebut tidak mencukupi hingga timbul bekuan bekuan darah dalam darah
haid.
b. Fase Post Menstruasi atau Stadium Regenerasi

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium secara


berangsur angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang
tumbuh dari selsel epitel kelenjar endometrium. Pada waktu ini tebal
endometrium ± 0,5 mm, stadium sudah mulai waktu stadium menstruasi dan
berlangsung ± 4 hari.

c. Fase Intermenstruum atau Stadium Proliferasi

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase
ini berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus haid. Fase
proliferasi dapat dibagi dalam 3 sub fase yaitu:

d. Fase Proliferasi Dini

Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9. Fase ini
dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel,
terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit.
Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi; sel sel kelenjar
mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan suasana fase
menstruasi dimana terlihat perubahan perubahan involusi dari epitel kelenjar
yang berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas
mitosis, sel selnya berbentuk bintang dan lonjong dengan tonjolan tonjolanan
astomosis. Nukleus sel stroma relatif besar karena sitoplasma relatif sedikit.

e. Fase Proliferasi Akhir

Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat dikenal
dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel
kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat

f. Fase Pramenstrum atau Stadium Sekresi

Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai ke
28.Pada fase ini endometrium kira kira tetap tebalnya, tetapi bentuk
kelenjar  berubah menjadi panjang, berkeluk keluk dan mengeluarkan getah
yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen
dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.
Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium
menerima telur yang dibuahi. Fase ini dibagi atas:

g. Fase sekresi dini

Dalam fase ini endometrium lebih tipis dari pada fase sebelumnya karena
kehilangan cairan, tebalnya 4-5 mm.

h. Fase sekresi lanjut

Endometrium dalam fase ini tebalnya 5-6 mm. Dalam fase ini
terdapat peningkatan dari fase sekresi dini , dengan endometrium sangat
banyak mengandung pembuluh darah yang berkeluk keluk dan kaya dengan
glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum.
Sitoplasma sel-sel stroma bertambah. Sel stroma menjadi sel desidua jika
terjadi kehamilan. Perubahan-perubahan akibat pengaruh hormonal di uterus.

2. Jelaskan etiologi dan klasifikasi gangguan haid !


Etiologi Gangguan Haid
a. Fungsi Hormon Terganggu
Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar
hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk
memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus haid
pun akan terganggu.
Kelainan Sistemik
Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haidnya
karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita
yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme
sehingga siklus haidnya pun tak teratur.
Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress,
wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakitsakitan,
sehingga metabolisme terganggu. Bila metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut
terganggu.
Kelenjar Gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bias menjadi penyebab idak
teraturnya siklus haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang
terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipertiroid), yang dapat
mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
Hormon Prolakin Berlebih
Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena
memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang
menyusui hormone prolaktin juga bisa tinggi, buasanya disebabkan kelainan pada
kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala
Gangguan pada hipofisis anterior
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat
berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang
membuat menjadi terganggu. Gangguan Hipofisis Tumor atau peradangan terdapat
pada hipofisis bisa mengakibatkan amenorrhea. Hiperprolaktinemia
(Hormoneprolaktin berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat
mengakibatkan gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan
menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh.
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan gangguan haid adalah:
1. Sindrom Sheehan
Penyebab terbanyak amenorea karena gangguan di hipofisis ialah sindrom

Sheehan yang terjadi akibat adanya iskemik atau nekrosis adenohipofisis. Kelainan

ini sering dijumpai pada postpartum dengan perdarahan banyak. Perlu diketahui,

bahwa adenohipofisis sangat sensitif dalam kehamilan. Gejala baru muncul bila 3⁄4

dari adenohipofisis mengalami kerusakan. Bila hal ini terjadi, maka semua hormon

yang dihasilkan oleh adenohipofisis akan mengalami gangguan.

2. Amenorea galaktorea
Pada wanita dengan oligomenore, amenore, galaktorea atau infertilitas,
harusdiperiksa kadar prolaktin serum. Hiper-prolaktinemia diperkirakan terjadi
pada 9% wanita dengan amenore, 25% wanita dengan galaktorea, dan 70% wanita
dengan amenore dan galaktorea. Prolaktin merupa- kan hormon yang diproduksi
oleh sel-sellaktotrof yang terletak di bagian distal lobus anterior hipofisis.
Pengeluaran prolaktin dihambat oleh prolactininhibitingfactor (PIF) yang identik
dengan dopamin. Bila PIF ini tidak berfungsi, atau produksinya berkurang maka
akan terjadi hiperprolaktinemia. Tidak berfungsinya PIF dapat disebabkan oleh:
gangguan di hipotalamus; obat-obatan (psikofarmaka, estrogen, domperidon,
simetidin); kerusakan pada sistem portal hipofisis; dan tumor hipofisis yang
menghasilkan prolaktin (prolaktinoma), hipertiroid, dan akromegali.
Hiperprolaktinemia mengakibatkan reaksi umpan balik terhadap hipotalamus,
sehingga terbentuk dopamin dalam jumlah besar yang akan menghambat
pengeluaran gonadotropin releasing hormone (GnRH) dan dengan sendirinya akan
terjadi penurunan sekresi FSH dan LH. Hiperprolaktinemia juga menyebabkan
penurunan sensitivitas ovarium terhadap FSH dan LH, memicu produksi asi, serta
memicu sintesis androgen suprarenal.
Pada hiperprolaktinemia didapatkan kadar prolaktin yang tinggi di dalam
darah (normal 5-25 ng/ml). Bila didapatkan kadar prolaktin yang tinggi harus
dicari ada tidaknya prolaktinoma dengan mengguna- kan MRI atau CT scan.
Umumnya terjadi gangguan haid mulai dari oligomenorea sampai amenorea yang
sangat bergantung dari kadar prolaktin serum. Kadar prolaktin>100 ng/ml selalu
menyebabkan amenorea. Hiperprolaktinemia mengakibatkan timbul- nya gangguan
pada pertumbuhan folikel, sehingga ovulasi tidak terjadi. Kadang- kadang pasien
mengeluh sakit kepala yang disertai dengan amenorea, serta gangguan penglihatan.
Bila hal ini ditemukan maka bcgde4 oleh gangguan mental yang secara tidak
langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmiter seperti serotonin
yang dapat menghambat lepasnya gonadotropin. Gangguan pada kompartemen ini
dapat terjadi pada penderita anoreksia nervosa maupun atlet yang mengalami
latihan berat. Hal tersebutdapatmenganggu proses kerja hormone sehingga dapat
mengalami gangguan haid. Penyakit-penyakit yang menyebabkan gangguan haid
diantaranya adalah :
3. Amenorehipotalamik
Gangguan hipotalamus didiagnosis dengan menyingkirkan lesi hipofisis.
Gangguan ini sering berhubungan dengan keadaan yang penuh dengan tekanan.
Penyebab fungsional yang paling sering ditemukan berupa gangguan psikis.
Gangguan fungsional seperti ini paling banyak dijumpai pada wanita pengungsi,
dipenjara, sering mengalami stres, atau hidup dalam ketakutan. Pasien dengna
menorehipotalamik (hipogonadotropin hipogonadisme) memiliki defisiensi dari
sekresi pulsatil GnRH. Tingkat penekanan GnRH menentukan bagaimana klinis
pasien ini. Penekanan ringan dapat berhubungan dengan efek marginal dari
reprofuksi, khususnya fase luteal yang tidak adekuat. Penekanan sedang dapat
menghasilkan anovulasi dengan ketidak- teraturan menstruasi, dan penekanan yang
kuat bermanifestasi sebagai amenore hipotalamik.
Adanya kehamilan
Konsentrasi progesterone dalam plasma darah akan mengalami peningkatan
ketika terjadi kehamilan. Peningkatan konsentrasi progesterone terjadi pada
minggu ke -12 sampai minggu ke-36 kehamilan. Peningkatan progesterone dalam
kehamilan ditujukan untuk meningkatkan penebalan dinding endometrium selama
kehamilan untuk menyokong kehamilan yang sehat. Produksi progesterone selama
kehamilan juga diketahui dapat menginduksi sistem imun untuk melindungi
kehamilan dari molekul-molekul asing yang dapat membahayakan kehamilan.

Klasifikasi Gangguan Haid


a. Kelainan volume darah
1) Hipermenorea/ banyak (>80ml)
Perdarahan haid yang jumlahnya banyak (>80 ml atau ganti pembalut>5
kali/hari)
Kausa :

1. Kelainan organik (tumor, infeksi)

2. Kelainan darah (penyakit darah)

3. Kelainan fungsional (endokrin)

1)Hipomenorea/ sedikit (<40 ml)


Perdarahan haid yang jumlahnya sedikit (<40ml atau ganti pembalut<2x/hr)
Kausa : kekurangan steroid dan anovulasi

Penanganan:

1. Tidak perlu terapi jika siklus ovulatoar

2. Subsitusi hormon E&P bila perlu

3. Induksi ovulasi jika siklus anovulatoar & ingin anak


b. Kelainan siklus
Disminorea
Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi. Dalam
bahasa Inggris, dismenorea sering disebut sebagai “painful period” atau menstruasi
yang menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi
dapat menyebar hingga kepunggung bagian bawah, pinggang, panggul, pahaatas,
hingga betis. Nyeri juga bias disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal
dari kontraksi otot rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi
dari dalam rahim. Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian menyebabkan
otot-otot menegang dan menimbulkan kram atau rasa sakit atau nyeri. Ketegangan
otot ini tidak hanya terjadi pada bagian perut, tetapi juga pada otot-otot penunjang
yang terdapat di bagian punggung bawah, pinggang, panggul, paha hingga betis.
Proses ini sebenarnya merupakan bagian normal proses menstruasi, dan biasanya
mulai dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32-48 jam.
Sebagian besar perempuan yang menstruasi pernah mengalami dismenorea dalam
derajat keparahan yang berbeda-beda. Dismenorea yang dialami remaja umumnya
bukan karena penyakit, dan disebut dismenorea primer. Dismenorea primer pada
perempuan yang lebih dewasa akan makin berkurang rasa sakit dan nyerinya.
Dismenorea primer juga makin berkurang pada perempuan yang sudah
melahirkan. Pada wanita lebih tua, dismenorea dapat disebabkan oleh penyakit
tertentu, misalnya fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan
ektopik. Dismenorea yang disebabkan oleh penyakit disebut dismenorea sekunder.
Berbeda dengan dismenorea primer, rasa sakit dan nyeri pada dismenorea sekunder
biasanya berlangsung lebih lama dari pada dismenorea primer. Nyeri karena
dismenorea sekunder biasanya dimulai beberapa hari sebelum menstruasi, makin
lama akan makin terasa nyeri selama menstruasi berlangsung, dan biasanya baru
hilang beberapa hari setelah menstruasi selesai. Apabila pada dismenorea primer,
rasa sakit akan makin berkurang seiring dengan makin bertambahnya umur, pada
dismenorea sekunder, makin bertambah umur biasanya makin bertambah parah.
Penyebab:
Dismenorea primer Sebagaimana yang sudah disampaikan, dismenorea primer
adalah proses normal yang dialami ketika menstruasi. Kram menstruasi primer
disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk
melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan lagi. Dismenorea primer
disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim
yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang otot otot halus dinding
rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat,
sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makinkuat. Biasanya, pada hari pertama
menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya,
lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun.
Rasa sakit dan nyeri haid pun akan berkurang seiring dengan makin menurunnya
kadar prostaglandin.
Dismenorea sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada
system reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau
kehamilan ektopik. Dismenorea sekunder dapat diatasi hanya dengan mengobati
atau menangani penyakit atau kelainan yang menyebabkannya.
Amenorea
Amenorea adalah keadaan dimana menstruasi berhenti atau tidak terjadi pada
masa subur atau pada saat yang seharusnya menstruasi terjadi secara teratur. Hal
ini tentu saja tidak termasuk berhenti menstruasi pada wanita yang sedang hamil,
menyusui atau menopause. Amenorea dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer adalah istilah yang
digunakan untuk perempuan yang terlambat mulai menstruasi. Sebagaimana yang
sudah disampaikan pada Bab II, biasanya seorang perempuan akan mengalami
menstruasi pertama sekitar usia 10 tahun hingga 16 tahun. Jika usianya sudah
menginjak 16 tahun dan belum menstruasi, maka ini yang disebuta menorea
primer. Hal ini perlu diwaspadai dan mendapat perhatian. Seseorang terlambat
mulai menstruasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain kelainan
hormonal, gangguan kesehatan fisik atau masalah tekanan jiwa dan emosi.
Amenorea sekunder adalah berhenti menstruasi, paling tidak selama 3 bulan
berturut turut, padahal sebelumnya sudah pernah mengalami menstruasi. Amenore
sekunder dapat disebabkan oleh rendahnya hormone pelepas gonadotropin (GoRH
= Gonadotropine Releasing Hormone), yaitu hormon yang diproduksi oleh
hipotalamus (salah satu bagian dari otak), yang salah satu fungsinya adalah
mengatur siklus menstruasi. Di samping itu, kondisi stres, anoreksia, penurunan
berat badan yang ekstrim, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, dan kista
ovarium, juga dapat menyebabkan amenorea.
Penyebab:
1. Penyakit pada indungtelur (ovarium) atau uterus (rahim), misalnya tumor
ovarium, fibrosis kistik, dan tumor adrenal.
2. Gangguan produksi hormone akibat kelainan di otak, kelenjar hipofisis, kelenjar
tifoid, kelenjar adrenal, ovarium (indung telur) maupun bagian dari system
reproduksi lainnya. Contohnya kondisi hipogonadisme, hipogonadotropik,
hipotiroidisme, sindrom adrenogenital, penyakit ovarium polikistik, hiperplasia
adrenal, dan lain lain.
3. Penyakit ginjal kronik, hipoglikemia, obesitas, dan malnutrisi.
4. Konsumsi obat-obatan untuk penyakit kronik atau setelah berhenti minum
konstrasepsi oral.
5. Pengangkatan kandung rahim atau indung telur.
6. Kelainan bawaan pada system reproduksi, misalnya tidak memiliki rahim atau
vagina, adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, dan lubang pada selaput
yang menutupi vagina terlalu sempit/himenimperforata.
7. Penurunan berat badan yang drastic akibat kemiskinan, diet berlebihan,
anoreksia nervosa, dan bulimia.
8. Kelainan kromosom, misalnya sindrom Turner atau sindrom Swyer (sel hanya
mengandung satu kromosom X) dan hermafrodit sejati.
9. Olahraga yang berlebihan.
Polimenorea
Polimenorea merupakan kelainan siklus menstruasi yang menyebabkan wanita
berkali-kali mengalami menstruasi dalam sebulan, bias dua atau tiga kali atau
bahkan lebih. Normalnya, siklus menstruasi berlangsung selama 21- 35 hari
dengan durasi sekitar 2-8 hari. Wanita yang mengalami polimenorea memiliki
siklus menstruasi yang lebih pendek dari 21 hari dengan pola yang teratur dan
jumlah perdarahan yang relative sama atau lebih banyak dari biasanya.
Polimenorea berbeda dengan metroragia. Metroragia merupakan suatu perdarahan
iregular yang terjadi di antara dua waktu menstruasi. Pada metroragia menstruasi
terjadi dalam waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih
sedikit. Polimenorea berbeda pula dengan menoragia. Menoragia adalah istilah
medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan. Dalam satu siklus menstruasi
normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30-40 ml darah selama sekitar 7
hari haid, tetapi pada menoragia perdarahan dapat melampaui 7 hari dan jumlahnya
lebih banyak (melebihi 80 ml).Polimenorea/ sering (< 21 hari ) Keadaan
polimenore biasanya terjadi pada siklus ovulatoa rmaupun pada siklusan ovulatoar.
Penyebab:
Polimenorea bias disebabkan oleh ketidakseimbangan sistem hormonal pada
aksis hipotalamus-hipofisisovarium. Ketidak seimbangan hormone tersebut bias
menyebabkan gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau
memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus
menstruasi normal sehingga didapatkan menstruasi yang lebih sering. Gangguan
keseimbangan hormone dapat terjadi pada beberapa kondisi berikut ini:
1. Pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama
2. Adanya gangguan indung telur
3. Beberapa tahun menjelang menopause
4. Stres dan depresi
5. Obesitas
6. Penurunan berat badan berlebihan
7. Adanya gangguan makan seperti bulimia dan anorexia nervosa
8. Olahraga berlebihan
9. Obesitas
10. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti aspirin, antikoagulan, NSAID, dan
sebagainya.
Oligomenore
Oligomenore dapat disebabkan oleh kadar hormone wanita & hormone pria
yang tidak sesuai. Hormon pria diproduksi dalam jumlah yang kecil oleh
setiap wanita, tetapi pada wanita yang mengalami PCOS (polycystic ovary
syndrome), kadar hormone pria tersebut (androgen) lebih tinggi dibandingkan pada
wanita lain. Pada atlet wanita, model, aktris, penari ataupun yang mengalami
anorexia nervosa, oligomenore terjadi karena rasio antara lemak tubuh dengan
berat badan turun sangat jauh. Gejalanya, Periode siklus menstruasi yang lebih dari
35 hari sekali, dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Bila kadar
estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis
dan penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk
mengalami kanker uterus.
Penyebab :
Oligomenore biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga
disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus,
dan menopause atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebih.
Oligomenore sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada wanita
dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen
yang lebih tinggi dari kadar pada wanita normal.Oligomenore dapat juga terjadi
pada stress fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang mensekresikan
estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorrhe dapat juga disebabkan
ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas. Oligomenore yang
menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan stadium
luteal, ataupun perpanjang kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang
maka dapat disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit.
Menoragia
Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan.
Dalam satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30-40
ml darah selama sekitar 5-7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau
terlalu deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan menoragia atau menstruasi
berat Menentukan berapa banyak darah yang dikeluarkan saat haid tentu tidak
mudah untuk kalangan awam, namun untuk memudahkan, perhatikanlah indikasi-
indikasi tertentu, seperti banyaknya jumlah pembalut yang Anda habiskan atau
seringnya darah menembus pakaian Anda karena tidak tertampung oleh pembalut.
Menstruasi dianggap berat jika Anda sampai harus mengganti pembalut setiap jam
atau setiap beberapa jam berturut turut. Gejala lain dari menstruasi berlebihan
dapat mencakup pendarahan malam hari yang membuat Anda terbangun untuk
mengganti pembalut, adanya gumpalan darah besar saat menstruasi, haid
berlangsung lebih dari tujuh hari, serta pada kasus yang berat, menstruasi dapat
mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari. Kehilangan darah dari menstruasi
berlebihan dapat menyebabkan anemia serta gejala seperti kelelahan dan sesak
napas.
Penyebab :
Ada banyak hal yang dapat menyebabkan menoragia, antara lain
ketidakseimbangan hormonal, adanya tumor fibroid rahim, polip serviks, polip
endometrium, radang panggul, atau yang lebih parah adalah adanyakanker serviks,
kanker endometrium, atau gangguan penggumpalan darah. Di samping itu
penggunaan IUD atau alat kontrasepsi Rahim, gangguan tiroid, peradangan atau
infeksi pada vagina atau leher rahim juga dapat menyebabkan menoragia.
Ketidakseimbangan hormonal, yaitu ketidakseimbangan jumlah estrogen dan
progesterone dalam tubuh merupakan penyebab utama menoragia.
Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan endometrium terus terbentuk. Ketika
tubuh membuang endometrium melalui menstruasi, perdarahan menjadi parah.
Tumor fibroid merupakan tumor jinak. Tumor ini sering terjadi di dalam rahim
pada wanita berusia 30-an atau 40-an. Penyebab tumor fibroid rahim tidak jelas,
namun diketahui berkaitan dengan hormone estrogen. Beberapa perawatan bedah
dapat dilakukan untuk kasus ini, seperti ablasi endometrium, embolisasi arteri
rahim, terapi balon rahim, serta histerektomi. Pengobatan selain bedah termasuk
pemberian agonis GnRH dan kontrasepsi oral juga dapat dilakukan. Bila gejala
tidak parah, biasanya tumor akan terus mengecil dan menghilang tanpa
menggunakan pengobatan setelah menopause terjadi. Polip serviks adalah sebuah
pertumbuhan kecil dan rapuh yang muncul di permukaan mukosa serviks atau
kanal endoserviks, dan menonjol melalui pembukaan serviks, sedangkan polip
endometrium adalah pertumbuhan yang menonjol dari dinding rahim. Polip
merupakan tumor jinak. Penyebab polip serviks dan polip endometrium tidak jelas,
namun bias muncul akibat infeksi atau gangguan hormonal, terutama yang terkait
dengan estrogen. Wanita yang paling sering terkena polip serviks adalah wanita
yang berusia di atas 20 tahun yang telah memiliki anak.

3. Jelaskan patofisiologi gangguan haid berdasarkan skenario!


Patofisiologi Amenore

Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagau bagian dari
sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari
amenore primer. Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetic. Pasien
dengan amenorea primer yang diakibatkan oleh hal ini menganggap dan
menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminism.
Vagina kadang-kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya
terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak
terdapat uterus. Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada di kanal
inguinalis. Keadaan seperti ini yang menyebabkan pasien mengalami amenorea
yang permanen.4
Amenorea primer juga dapat disebabkan karena kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropik amenorrhoea menunjukkan
keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan LH dalam serum.
Akibatnya, ketidakadekuatan hormone ini menyebabkan kegagalan stimulus
terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progresteron. Kegagalan
pembentukan estrogen dan progresteron akan menyebabkan tidak menebalnya
endometrium karena tidak ada yang merangsang. Terjadilah amenorea. Hal ini
adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofisis
anterior, seperi adenoma pituitary.4

Hypergonadotropik amenorrhoea merupakan salah satu penyebab


amenorea primer. Hypergonadotropik amenorrhoea adalah kondisi dimana
terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi
ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progresteron. Hal ini
menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH
dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau premature menopause
adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang masih
muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropik amenorrhoea. Disgenesis
gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami menstruasi dan tidak
memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad (ovarium) tidak
berkembang dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.

Amenorea sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi


hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofisis-
ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenorea yang terjadi mungkin saja
disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus,
atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium seperti kelebihan
androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.

4. Jelaskan langkah-langkah diagnosis untuk mendeteksi gangguan haid


berdasarkan skenario!

ANAMNESIS

1) Identitas
meliputi nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan,pekerjaan dan alamat
a) Nama untuk mengetahui identitas pasien dan penanggungjawab
b) Umur untuk mengetahui pasien dalam kasus amenore sudah masuk dalam
kategori umur reproduktif.
c) Suku/ bangsa untuk mengetahui pengaruh faktor ras dan lingkungan
d) Pendidikan untuk mengetahui tingkat pendidikan formal pasien yang
berhubungan dengan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
e) Pekerjaan untuk menunjukkan aktivitas pekerjaan dan keadaan ekonomi
yang mempengaruhi permasalahan keluarga, Misalnya stres yang dialami
dalam kehidupan sehari-hari karena pekerjaan yang berat atau penghasilan
yang kurang
f) Alamat untuk mengetahui tempat tinggal dan lingkungan sekitar tempat
tinggal pasien.

1) Keluhan Utama

Keluhan yang biasa dikemukakan oleh penderita amenore yaitu keluhan tidak
datangnya menstruasi setelah pernah mengalami menstruasi sebelumnya.

2) Riwayat Haid

Haid merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan seorang


perempuan. Perlu diketahui merke, siklus teratur atau tidak lama haid,
banyaknya darah waktu haid. disertai nyeri atau tidak dan menopause. Selalu
harus ditanyakan tanggal haid terakhir yang masih normal. Jika haid
terakhirnya tidak jelas normal, maka perlu ditanyakan tanggal haid sebelum
itu. Dengan cara demikian, dicari apakah haid pertama lambar ataukah dia
mengalami gangguan haid seperti amenorea.

3) Rasa Nyeri

Rasa nyeri di perut, panggul, pinggang, atau alat kelamin luar dapat
merupakan gejala dari beberapa kelainan ginekologik. Dalam menilai gejala
ini dapat dialami kesulitan karena faktor subjektivitas memegang peranan
penting. Walaupun rasa nyerinya biar sanya hebat sesuai dengan beratnya
penderitaan, dokter selalu harus waspada Sukar kiranya untuk memastikan
derajat nyeri tersebut, lebih-lebih apabila si penderita mem punyai maksud
atau kecenderungan untuk berpura-pura (simulasi) dengan tujuan un tuk
menarik perhatian atau untuk menghindari keadaan atau kewajiban yang tidak
di senangi, Dismenorea yang dapat dirasakan di perut bawah atau di pinggang
dapat bersifat seperti mules-mules seperti ngilu, atau seperti ditusuk-tusuk
Mengenai hebatnya rasa nyeri yang diderita, perlu ditanyakan apakah
perempuan itu dapat melakukan peker jaannya sehari-hari ataukah dia sampai
harus berbaring meminum obat-obat anti nyeri.

4) Riwayat perkawinan

Jika diperlukan perlu ditanyakan mengenaqi riwayat perkawinan untuk


mengetahui umur saat menikah, perkawinan yang ke berapa lama menikah dan
merupakan istri atau suami yang ke berapa

5) Riwayat Obstetrik

Perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya apakah berakhir dengan


keguguran ataukah berakhir dengan persalinan, apakah persalinannya normal,
diselesaikan dengan tindakan atau dengan operasi, dan bagaimana nasib
anaknya. Infeksi nifas dan kuretase dapat menjadi sumber infeksi panggul
menahun dan kemandulan. Dalam hal infertilitas perlu diketahui apakah itu
disengaja akibat penggunaan cara-cara kontrasepsi dan cara apa yang
digunakan, ataukah perempuan tidak menjadi hamil secara alamiah. Jika
perempuan tersebut pernah mengalami keguguran, perlu diketahui apakah di
sengaja atau spontan. Perlu juga ditanyakan banyaknya perdarahan dan apakah
telah dilakukan kuretase.

6) Riwayat Ginekologik

Riwayat penyakit/kelainan ginekologik serta pengobatannya dapat


memberikan kete rangan penting, terutama operasi yang pernah dialami
Apabila penderita pernah di periksa oleh dokter lain, tanyakan juga hasil-hasil
pemeriksaan dan pendapat dokter itu. Tidak jarang perempuan di Indonesia
pernah memeriksakan dirinya di luar negeri dan membawa pulang hasil-hasil
pemeriksaan.

7) Perdarahan
Perdarahan yang sifatnya tidak normal sering dijumpai. Perlu ditanyakan
apakah per darahan itu ada hubungannya dengan siklus haid atau tidak;
banyaknya dan lamanya perdarahan. Jadi, perlu diketahui apakah yang sedang
dihadapi itu, menoragia. "spoe- ting" hipermenorea, polimenorea,
hipomenorea, oligomenorea ataukah metroragia. Perdarahan yang dịdahului
oleh haid yang terlambat biasanya disebabkan oleh abor tus, kehamilan mola,
atau kehamilan ektopik

8) Riwayat kontrasepsi untuk mengetahui dalam kasus amenore

sekunder, pada pasien yang sudah menikah perlu dikaji riwayat pemakai
kontrasepsi Pada beberapa kasus amenore sekunder dapat terjadi setelah
penggunaan kontrasepsi hormonal. Amenore dapat terjadi pada pemakaian
kontrasepsi hormonal seperti suntik dan implan, karena masih terdapat
progesteron yang tinggr di dalam serum. Kadar dalam serum yang tinggi
berasal dari lemak yang sulit direabsorbsi. Apabila persediaan depo sudah
habis seluruhnya, maka kadarnya akan hilang di serum dan siklus

9) Data Kebiasaan Sehari-hari

Pada kasus amenore sekunder perlu dikaji mengenai data kebiasaan


pemenuhan mitasi dan istirahat. Karena gangguan nutrisi dan istirahat
merupakan faktor yang sangat berperan terhadap terjadinya amenore

2) Pemeriksaan Umum, Payudara Dan Perut

Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus amenore suntuk mengetahui keadaan


umum dan kesadaran pasien, pengukuran tanda-tanda vital yang meliputi tekanan
darah, suhu, nadi dan respirasi, serta pemeriksaan mulai dari kepala sampai
ekstremitas bawah dan berat badan. Pemeriksaan fisik pada kasus amenore ini
harus dilakukan dengan seksama. Keadaan tubuh klien tidak jarang memberi
petunjuk-petunjuk yang berharga Apakah penderita pendek atau tinggi, apakah
berat badan sesuai dengan tingginya, apakah ciri-ciri kelamin sekunder
bertumbuh dengan baik, apakah ada hirsutisme ; semua ini penting untuk
pembuatan diagnosa

Pemeriksaan ginekologik harus lengkap karena dari pemeriksaan umum sering


didapat keterangan keterangan yang menuju ke arah tertentu dalam menegakkan
diagnosis Bentuk konstitusi tubuh mempunyai korelasi dengan keadaan jiwa
penderita, penim- buran dan penyebaran lemak mempunyai hubungan dengan
makanan, kesehatan bx dan, penyakit menahun, dan faal kelenjar endokrin.
Pertumbuhan rambut, terutama di daerah pubis, betis, dan kumis menunjuk ke
arah gangguan endokrin. Perlu diperhati kan apakah penderita terlampau gemuk
(obesitas) atau terlampau kurus (cachexia) dan sudah berapa lama keadaan
demikian itu, perlu pula ditanyakan. Cachexia dapat dijum pai pada tuberkulosis
dan pada tumor stadium lanjut.

Pemeriksaan Ginekologi

adanya edema, lapisan lemak yang tebal, asites, gambaran vena yang
jelas/melebar, dan varises-varises perlu pula mendapat perhatian yang saksarna.
Jika perlu, pemeriksaan dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium, misalnya
Hb, leukosit, laju endap darah, dan pemeriksaan urin.

Pemeriksaan Payudara

Pemeriksaan payudara (mamma) terutama mempunyai arti penting bagi penderita


pe rempuan, terutama dalam hubungan dengan diagnostik kelainan endokrin,
kehamilan, dan karsinoma mamma. Sambil penderita berbaring terlentang
payudara diraba selu ruhnya dengan telapak jari dan tidak boleh lupa untuk
meraba kelenjar-kelenjar ketiak. Pemeriksaan dapat pula dilakukan sambil
penderita duduk tegak lurus dan pemeriksa berdiri di belakangnya. Yang perlu
diperhatikan talah perkembangan payudara besar kecilnya) dihubungkan dengan
umur dan keluhan penderita (amenore, kehamilan, lak. tasi, menopause),
selanjutnya bentuknya, konsistensi adakah benjolan dan bagaimana gerakan
benjolan itu terhadap kulit dan dasarnya. Hiperpigmentasi areola dan papila
mamma, pembesaran kelenjar-kelenjar montgo mery dan dapat dikeluarkannya
kolostrum merupakan tanda-tanda kehamilan

Pemeriksaan Perut
Pemeriksaan perut sangat penting pada setiap penderita ginekologik. Pemeriksaan
ini tidak boleh diabaikan dan harus lengkap, apa pun keluhan penderita.

3) Pemeriksaan Penunjang

a) Tes Kehamilan
Tes kehamilan harus dilakukan pada kasus amenore sekunder untuk
menyingkirkan diagnosa kehamilan
b) Pemeriksaan Hormonal kasus amenore sekunder
Hormon hormon yang diperiksa adalah hormon yang menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan folikel serta hormon yang dikeluarkan oleh folikel
itu sendiri seperti hormon Prolaktin, TSH, FSH, LH.
c) USG
Untuk mengetahui keadaan endometrium dan mendeteksi apabila ada kelainan
ginekologi yang berkaitan dengan amenore sekunder.

5. Jelaskan diagnosis banding berdasarkan skenario!


a. Amenorhe Sekunder
Definisi
Amenorea sekunder adalah penderita pernah mendapatkan menstruasi,
tetapi kemudian tidak mendapatkan lagi atau 6 siklus setelah sebelumnya
mendapatkan siklus menstruasi biasa. Angka kejadian berkisar antara 1–5%.
Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul
kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan
metabolisme, tumor, penyakit infeksi dan lain-lain.
Penyebab Aminore Sekunder :
1) Kehamilan
2) Kecemasan akan kehamilan
3) Penurunan berat badan yang drastis
4) Olah raga yang berlebihan
5) Lemak tubuh kurang dari 15-17% extreme
6) Mengkonsumsi hormon tambahan
7) Obesitas
8) Stres emosional
9) Menopause
10) Kelainan endokrin (misalnya sindroma Cushing yang menghasilkan
sejumlah besar hormon kortisol oleh kelenjar adrenal)
11) Obat-obatan (misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB,
fenotiazid)
12) Prosedur dilatasi dan kuretase
13) Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa (tumor plasenta) dan
sindrom Asherman (pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat
infeksi atau pembedahan).
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya
menstruasi pada usia 16 tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual
sekunder (perkembangan payudara, perkembangan rambut pubis), atau kondisi
dimana wanita tersebut tidak mendapatkan menstruasi padahal sebelumnya
sudah pernah mendapatkan menstruasi. Gejala lainnya tergantung dari apa
yang menyebabkan terjadinya amenorea.
Patofisiologi
Menstruasi adalah siklus teratur peluruhan lapisan rahim akibat
interaksi hormon yang diproduksi oleh hipotalamus, hipofisis, dan ovarium.
Hipotalamus, hipofisis, dan ovarium membentuk axis endokrin fungsional,
yang dikenal sebagai axis HPO, dengan regulasi hormon dan reaksi umpan
balik.
Siklus menstruasi yang teratur dapat diprediksi jika hormon estradiol
dan progesteron dikeluarkan ovarium secara teratur sesuai respon rangsangan
dari hipotalamus dan hipofisis. estradiol yang beredar merangsang
pertumbuhan endometrium. Progesteron yang diproduksi oleh korpus luteum
setelah ovulasi merubah endometrium proliferasi menjadi endometrium
sekretori. Jika kehamilan tidak terjadi, endometrium sekretori ini luluh selama
periode menstruasi.
Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas.Komplikasi
lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu
kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya
amenorrhea.Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormon
seperti osteoporosis.
Pemeriksaan Penunjang
Pada amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan
seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi
(indung telur, rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan :
1) USG
2) Histerosalpingografi
3) Histeroskopi, dan
4) Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas


sekunder maka diperlukan pemeriksan kadar hormon FSH dan LH.
Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea
sekunder, maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone
(TSH) karena kadar hormon prolaktin dalam tubuh.

Selain itu, kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa.
Apabila kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen /
Progesterone Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja hormon
estrogen terhadap lapisan endometrium alam rahim. Selanjutnya dapat
dievaluasi dengan MRI.

Terapi Penanganan Amenorrhea


Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea
yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas, maka dietdan olahraga
adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik
yang berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorrhea diklasifikasikan
berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung
telur, dan penyebab susunan saraf pusat. Terdiri atas:
1) Saluran Reproduksi
a) Aglutinasi labia

Penggumpalan bibir labia yang dapat diterapi dengan krim estrogen.

b) Kelainan bawaan dari vagina


Hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki lubang), septa vagina
(vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi
(operasi kecil).
c) Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser
Sindrom ini terjadi pada wanita yang memiliki indung telur normal namun
tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki keduanya namunkecil atau
mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat
membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-
bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft.
d) Sindrom feminisasi testis
Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan memiliki
dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon
testosteron. Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa organ
dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi dari
wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan pubis sampai penampakan
seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat memiliki anak)
e) Parut pada rahim
Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine
(dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi
karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan
mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat dengan
histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto rontgen
dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi pengambilan
jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang
diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim.
2) Gangguan Indung Telur
a) Disgenesis Gonadal
Adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur yang digantikan
oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi penggantian
hormon pertumbuhan dan hormon seksual.
b) Kegagalan Ovari Prematur
Kelainan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur sebelum usia
40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau
proses autoimun.
c) Tumor Ovarium
Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal.
3) Gangguan Susunan Saraf Pusat
a) Gangguan Hipofisis
Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat mengakibatkan amenorrhea.
Hiperprolaktinemia (Hormone prolaktin berlebih) akibat tumor, obat, atau
kelainan lain dapat mengakibatkan gangguan pengeluaran hormon
gonadotropin. Terapi dengan menggunakan agonis dopamin dapat
menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh. Sindrom Sheehan adalah tidak
efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa penggantian hormon agonis
dopamin atau terapi bedah berupa pengangkatan tumor.
b) Gangguan Hipotalamus
Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid, dan sindrom cushing
merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan hipotalamus.
Pengobatan sesuai dengan penyebabnya.
c) Hipogonadotropik
Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan fungsional (anoreksia
nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan fungsional
membutuhkan bantuan psikeater.

b. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)

Definisi
Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah patologi endokrin yang
paling umum di wanita usia reproduksi di seluruh dunia. Stein dan Leventhal
awalnya menggambarkannya pada tahun 1935. Prevalensi berkisar antara 5%
sampai 15% tergantung pada kriteria diagnostik yang diterapkan. Itu sangat
luas diterima di antara pedoman masyarakat khusus bahwa diagnosis PCOS
harus didasarkan pada adanya setidaknya dua dari tiga kriteria berikut:
anovulasi kronis, hiperandrogenisme (klinis atau biologis), dan ovarium
polikistik. Ini adalah diagnosis eksklusi dan gangguan itu Gambaran klinis
meniru PCOS harus disingkirkan. Ini termasuk penyakit tiroid,
hiperprolaktinemia, dan hiperplasia adrenal kongenital non klasik. Pasien
tertentu mungkin perlu pemeriksaan yang lebih ekstensif jika gambaran klinis
menunjukkan penyebab lain.
Meskipun prevalensinya tinggi, PCOS kurang terdiagnosis dan sering
membutuhkan lebih dari satu kunjungan atau dokter yang berbeda untuk
diidentifikasi, dan ini biasanya terjadi dalam jangka waktu lebih dari satu
tahun. Ini adalah proses yang sangat membuat frustrasi pasien. Keterlambatan
diagnosis dapat menyebabkan perkembangan penyakit komorbiditas membuat
lebih sulit untuk menerapkan intervensi gaya hidup, yang penting untuk
peningkatan fitur PCOS dan kualitas hidup.
Beberapa morbiditas dikaitkan dengan PCOS termasuk infertilitas,
sindrom metabolik, obesitas, gangguan toleransi glukosa, diabetes mellitus
tipe 2 (DM-2), risiko kardiovaskular, depresi, obstructive sleep apnea (OSA),
kanker endometrium, dan penyakit hati berlemak non-alkohol / steatohepatitis
non alkohol (NAFLD / NASH). Ada penyaringan yang berbeda rekomendasi
untuk masing-masing patologi ini, tetapi dokter harus memiliki ambang batas
yang rendah pemeriksaan jika manifestasi apa pun ditunjukkan pada pasien
PCOS.
Etiology
PCOS adalah penyakit multifaktorial. Beberapa gen yang rentan telah
diidentifikasi sebagai kontributor untuk patofisiologi penyakit. Gen ini terlibat
dalam berbagai tingkatan steroidogenesis dan jalur androgenik. Studi kembar
memperkirakan sekitar 70% heritabilitas. Juga, lingkungan merupakan
komponen fundamental dalam ekspresi gen ini dan perkembangan dan
perkembangan penyakit.
Dua hipotesis populer mendalilkan bahwa individu dengan
kecenderungan genetik terpapar faktor lingkungan tertentu menyebabkan
ekspresi fitur PCOS. Paling umum faktor lingkungan termasuk obesitas dan
resistensi insulin. Beberapa hipotesis juga memasukkan janin paparan
androgen
Epidemiology
PCOS adalah patologi endokrin yang paling umum pada wanita usia
subur di sekitar dunia. Prevalensinya berkisar antara 5% sampai 15%
tergantung pada kriteria diagnostik. Rotterdam kriteria mencakup prevalensi
yang lebih luas daripada Kriteria National Institute of Health 1990.
Berdasarkan Laporan lokakarya NIH 2012, diperkirakan PCOS mempengaruhi
sekitar 5 juta usia reproduksi wanita di Amerika Serikat, dan biaya sistem
perawatan kesehatan untuk mendiagnosis dan merawat PCOS diperkirakan $ 4
miliar per tahun tidak termasuk biaya penyakit penyerta yang serius terkait
dengan PCOS.
Berbagai kondisi telah dikaitkan dengan PCOS termasuk infertilitas,
sindrom metabolik, obesitas, gangguan toleransi glukosa, DM-2, risiko
kardiovaskular, depresi, OSA, endometrium kanker, NAFLD / NASH.
Prevalensi yang lebih tinggi telah dikaitkan pada kerabat tingkat pertama
dengan PCOS, obesitas prapubertas, kelainan virilisasi kongenital, di atas rata-
rata atau berat lahir rendah untuk usia kehamilan, adrenarke prematur,
penggunaan asam valproik sebagai obat antiepilepsi. Studi memiliki juga
menunjukkan bahwa ada prevalensi yang lebih tinggi di Meksiko-Amerika
dibandingkan kulit putih non-Hispanik dan Afrika Amerika.
Patophysiology
PCOS adalah keadaan hiperandrogenik dengan oligo-anovulasi yang
tidak dapat dijelaskan oleh orang lain kekacauan. Ini adalah diagnosis
eksklusi. Namun demikian, itu menyumbang mayoritas presentasi
hiperandrogenik. Hampir semua penyebab PCOS disebabkan oleh
hiperandrogenisme ovarium fungsional (FOH). Dua pertiga dari Presentasi
PCOS memiliki hiperandrogenisme ovarium fungsional yang khas, ditandai
dengan disregulasi sekresi androgen dengan respon berlebihan 17-
hidroksiprogesteron (17-OHP) untuk stimulasi gonadotropin.
Sisa PCOS dengan FOH atipikal kurangnya respons berlebih 17-OHP,
tetapi peningkatan testosteron dapat mendeteksinya setelah penekanan
androgen adrenal produksi. Sekitar 3% pasien PCOS memiliki adrenal
fungsional terisolasi terkait hiperandrogenisme. Kasus PCOS lainnya ringan.
Ini kekurangan bukti sekresi steroid kelainan; kebanyakan dari pasien ini
mengalami obesitas, yang menurut dalil praktisi merupakan penyebabnya
PCOS atipikal. Pengujian khusus untuk subpopulasi FOH memiliki kegunaan
klinis yang rendah pada saat ini. PCOS hiperandrogenisme ovarium fungsional
muncul dengan ciri-ciri utama: hiperandrogenisme, anovulasi oligo, dan
morfologi ovarium polikistik. Hiperandrogenisme ovarium fungsional bersifat
multifaktorial, dengan kombinasi faktor herediter dan lingkungan.
Penyebab disregulasi ini termasuk kelebihan insulin, yang diketahui
membuat ovarium peka luteinizing hormone (LH), dengan mengganggu
proses desensitisasi homolog ke LH dalam siklus ovulasi normal, serta
ketidakseimbangan intrinsik antara sistem regulasi intraovarian. Sel teka di
PCOS memiliki ekspresi berlebih dari sebagian besar enzim steroidogenik dan
protein yang terlibat dalam sintesis androgen, yang menunjukkan kelainan
yang menonjol pada tingkat dan aktivitas enzim steroidogenik termasuk
P450c17, yang telah sangat teridentifikasi. Sel granulosa luteinisasi sebelum
waktunya terutama akibat kelebihan androgen dan insulin.
Kelebihan androgen meningkatkan perekrutan awal folikel primordial
ke dalam kelompok pertumbuhan. Bersamaan dengan itu, ia memulai
luteinisasi dini, yang mengganggu pemilihan yang dominan kantong. Hal ini
menyebabkan perubahan histopatologi dan anatomi PCOS klasik merupakan
PCOM. PCOS disebabkan oleh peningkatan LH tetapi bukan disebabkan
olehnya. Kelebihan LH adalah umum dan diperlukan untuk ekspresi enzim
steroidogenik gonad dan hormon seks sekresi, tetapi lebih kecil
kemungkinannya menjadi penyebab utama kelebihan androgen ovarium
karena LH menyebabkan desensitisasi sel teka.
Sekitar setengah dari pasien dengan hiperandrogenisme ovarium
fungsional memiliki derajat abnormal hiperinsulinisme resisten insulin, yang
bekerja pada sel teka meningkatkan steroidogenesis dan sebelum waktunya
meluteinisasi sel-sel granulosa dan menstimulasi penumpukan lemak.
Hiperandrogenemia memprovokasi kelebihan LH, yang kemudian bekerja
pada siklus penopang teka dan granulosa yang diluteinisasi.
Disregulasi hormon ovarium mengubah pulsatile gonadotropin-
releasing hormone (GnRH) pelepasan dapat menyebabkan peningkatan relatif
dalam LH versus hormon perangsang folikel (FSH) biosintesis dan sekresi.
LH merangsang produksi androgen ovarium, sedangkan indung telur relatif
penurunan FSH mencegah stimulasi aktivitas aromatase yang adekuat di
dalam sel granulosa, dengan demikian menurunkan konversi androgen
menjadi estrogen estradiol yang poten. Ini menjadi penilaian diri pola
hormonal non-siklik.
Androgen serum yang meningkat diubah di perifer menjadi estrogen,
kebanyakan estron. Sebagai konversi terjadi terutama di sel-sel stroma
jaringan adiposa, produksi estrogen akan ditambah pada pasien PCOS
obesitas. Hasil konversi ini dalam umpan balik kronis di hipotalamus dan
kelenjar pituitari, berbeda dengan fluktuasi normal umpan balik yang diamati
pada adanya folikel yang tumbuh dan tingkat estradiol yang berubah dengan
cepat. Estrogen tanpa lawan stimulasi endometrium dapat menyebabkan
hiperplasia endometrium.
Gejala Klinik
PCOS adalah sindroma yang sangat beragam dalam hal gejala klinik
maupun manifestasi laboratorium. Sementara dasar dari kelainan ini terletak
pada ovarium, ekspresi klinik dan beratnya gejala tergantung pada faktor
diluar ovarium seperti obesitas, resisten terhadap insulin dan konsentrasi
luteinizing hormone (LH). Kombinasi dari berbagai gejala dapat dijumpai,
dari hirsutism yang ringan dengan ovulasi yang regular dan ovarium polikistik
sampai dengan gejala yang lengkap dari sindroma Stein-Leventhal yaitu
amenorrhoea, hirsutism, acne, infertility dan obesitas. Demikian juga dengan
terjadi pada hasil laboratorium biokimia. Hampir 50% dari kasus akan
didapatkan peningkatan konsentrasi LH (terutama pada yang berat badan
normal), dan hanya lebih kurang 30% yang didapatkan peningkatan total
testosterone pada pemeriksaan sesaat.

Diagnosis

Manifestasi klinis PCOS bervariasi dari gangguan menstruasi ringan


hingga gangguan fungsi reproduksi dan metabolisme. Wanita PCOS memiliki
kecenderungan diabetes melitus tipe 2 atau kelainan kardiovaskular. National
Institutes of Health (NIH) dalam 1990 menetapkan kriteria diagnosis PCOS.
Rotterdam European Society for Human Reproduction/American Society of
Reproductive Medicine (ASRM) melakukan revisi kriteria diagnosis tersebut
di tahun 2003. Diagnosis PCOS harus memenuhi 2 dari 3 kriteria. Pada tahun
2006, Androgen

Excess Society (AES) menyarankan bahwa kriteria NICHD/ NIHS


dapat digunakan dengan modifikasi mencakup kriteria Rotterdam (Tabel 1).
AES mendefinisikan PCOS sebagai gangguan yang terutama melibatkan
kelebihan androgen, bersama berbagai kombinasi fitur fenotipik (seperti
hiperandrogenemia, hirsutisme, oligo-ovulasi/ anovulasi, dan/ atau ovarium
polikistik) yang dapat mendiagnosis lebih akurat.

Pengobatan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)


Pengobatan bagi tiap penderita PCOS berbeda-beda, tergantung pada
gejala yang dialaminya, seperti kemandulan, hirsutisme, atau jerawat parah.
Secara umum, PCOS dapat ditangani dengan beberapa cara berikut ini:
a) Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup seperti, olahraga dan diet rendah kalori
untuk menurunkan berat badan. Hal ini karena gejala sindrom ovarium
polikistik akan mereda seiring penurunan berat badan penderita. Olahraga juga
berguna untuk meningkatkan efektivitas obat dan membantu meningkatkan
kesuburan penderita PCOS.
b) Obat-obatan
1) Kontrasepsi Hormon
Pengobatan lini pertama untuk kelainan menstruasi dan hirsutisme dan
jerawat adalah kontrasepsi hormonal, baik kontrasepsi oral, tempelan atau
cincin vagina. The Endocrine Society tidak menyukai presentasi apa pun
daripada yang lain. Komponen progestin menurunkan kadar LH secara tidak
langsung menurunkan produksi androgen ovarium dan dengan meningkatkan
globulin pengikat hormon seks. Selain itu, beberapa progestin telah terbukti
memiliki sifat antiandrogenik langsung sebagai penghambat langsung aktivitas
5 alfa-reduktase untuk mencegah konversi testosteron bebas ke bentuk yang
lebih kuat, 5 alfa-dihidrotestosteron, untuk ini mereka sangat efektif untuk
gejala hiperandrogenisme seperti serta mengontrol siklus haid.
2) Pengobatan Infertilitas
Terapi lini pertama untuk infertilitas pada pasien PCOS adalah
klomifen sitrat. Ini adalah modulator reseptor estrogen selektif (SERM),
penghambat kompetitif reseptor estrogen (ERs) dan memiliki aktivitas agonis
dan antagonis campuran. Clomiphene meningkatkan kesuburan dan ovulasi
terutama dengan efeknya pada hipotalamus di mana ia mengikat reseptor
estrogen untuk waktu yang lama dan menghabiskannya, menghalangi efek
penghambatan umpan balik negatif dari estrogen endogen yang bersirkulasi.
Hal ini menyebabkan pelepasan hormon pelepas gonadotropin hipotalamus
(GnRH) yang mendorong sekresi FSH dan LH dan secara tidak langsung
merangsang ovulasi.
3) Metformin
Masyarakat Endokrin merekomendasikan memulai metformin pada
pasien PCOS dengan DM2 atau IGT yang gagal dalam modifikasi gaya hidup.
Ini mengurangi perkembangan dari IGT ke DM2.Metformin juga merupakan
terapi lini kedua untuk ketidakteraturan menstruasi pada pasien dengan
kontraindikasi kontrasepsi hormonal. Ini umumnya digunakan pada remaja
sebagai monoterapi, dan membantu memulihkan menstruasi normal,
penurunan berat badan, dan resistensi insulin, dan meskipun tidak digunakan
terutama untuk mengobati hiperandrogenisme klinis, ini dapat memperbaiki
gejala kelebihan androgen.

Komplikasi Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)


PCOS yang tidak ditangani dapat membuat penderitanya berisiko
mengalami  komplikasi berikut ini:
a) Gangguan tidur
b) Gangguan makan
c) Gangguan kecemasan dan depresi
d) Kemandulan
e) Keguguran atau kelahiran bayi prematur
f) Hipertensi saat hamil
g) Diabetes dan diabetes gestasional
h) Hepatitis
i) Sindrom metabolik
j) Kanker endometrium

Pencegahan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)


PCOS sulit dicegah, tetapi dengan menjaga berat badan ideal, gejala
dan risiko komplikasinya dapat dikurangi. Berikut adalah cara yang bisa
dilakukan untuk menjaga berat badan ideal:
a) Batasi konsumsi makanan manis
b) Perbanyak konsumsi serat
c) Olahraga secara teratur

c. Gravida

Definisi dan Etiologi Kehamilan


Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum,
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi sampai
kelahiran bayi, kehamilan normal biasanya berlangsung dalam waktu 40
minggu. Usia kehamilan tersebut dibagi menjadi 3 trimester yang masing-
masing berlangsung dalam beberapa minggu. Trimester 1 selama 12 minggu,
trimester 2 selama 15 minggu (minggu ke-13 sampai minggu ke-27), dan
trimester 3 selama 13 minggu (minggu ke-28 sampai minggu ke-40).
Kehamilan dapat berlangsung secara normal setelah fertilisasi dan ada juga
kehamilan palsu atau biasa disebut dengan kehamilan ektopik.
Diagnosis
Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan
yang mudah dikenali dan dapat menjadi petunjuk bagi diagnosis dan evaluasi
kemajuan kehamilan. Tetapi sayangnya proses farmakologis atau
patofisiologis kadang memicu perubahan endokrin atau anatomis yang
menyerupai kehamilan sehingga dapat membingungkan.

Perubahan endokrinologis, fisiologis, dan anatomis yang menyertai


kehamilan menimbulkan gejala dan tanda yang memberikan bukti adanya
kehamilan. Gejala dan tanda tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, antara
lain. Gejala dan tanda tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, antara lain:

a) Bukti Presumtif (tidak pasti)


Gejala :

1) Mual dengan atau tanpa muntah.


2) Gangguan berkemih.
3) Fatigueatau rasa mudah lelah.
4) Persepsi adanya gerakan janin.

Tanda :

1) Terhentinya menstruasi.
2) Perubahan pada payudara.
3) Perubahan warna mukosa vagina.
4) Meningkatnya pigmentasi kulit dan timbulnya striae pada abdomen.
b) Bukti kemungkinan kehamilan
1) Pembesaran abdomen.
2) Perubahan bentuk, ukuran, dan konsistensi uterus.
3) Perubahan anatomis pada serviks.
4) Kontraksi Braxton Hicks.
5) Ballotement.
6) Kontur fisik janin.
7) Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum.
c) Tanda Positif Kehamilan
1) Identifikasi kerja jantung janin yang terpisah dan tersendiri dari kerja
jantung ibu.
2) Persepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa.
3) Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan dengan USG
atau pengenalan janin yang lebih tua secara radiografis pada paruh kedua
kehamilan.
Perubahan Fisik Selama Kehamilan
Seiring berkembangnya janin, tubuh sang ibu juga mengalami
perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk keperluan tumbuh dan
kembang sang bayi. Perubahan tersebut difasilitasi oleh adanya perubahan
kadar hormon estrogen dan progesteron selama kehamilan. Baik dari segi
anatomis maupun fisiologis, perubahan yang ditimbulkan terjadi secara
menyeluruh pada organ tubuh ibu yang berjalan seiring dengan usia kehamilan
dalam trimester. Perubahan-perubahan tersebut meliputi :

1) Sistem Reproduksi
a) Trimester 1

Terdapat tanda Chadwick, yaitu perubahan warna pada vulva, vagina


dan serviks menjadi lebih merah agak kebiruan/keunguan. pH vulva dan
vagina mengalami peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang membuat wanita
hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina. Tanda Goodell yaitu perubahan
konsistensi serviks menjadi lebih lunak dan kenyal.

Pembesaran dan penebalan uterus disebabkan adanya


peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hyperplasia &
hipertropi otot, dan perkembangan desidua. Dinding-dinding otot menjadi kuat
dan elastis, fundus pada serviks mudah fleksi disebut tanda Mc Donald. Pada
kehamilan8 minggu uterus membesar sebesar telur bebek dan pada
kehamilan12 minggu kira-kira sebesar telur angsa. Pada minggu-minggu
pertama, terjadi hipertrofi pada istmus uteri membuat istmus menjadi panjang
dan lebih lunak yang disebut tanda Hegar. Sejak trimester satu kehamilan,
uterus juga mengalami kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak nyeri.

Proses ovulasi pada ovarium akan terhenti selama kehamilan.


Pematangan folikel baru juga ditunda. Tetapi pada awal kehamilan, masih
terdapat satu corpus luteum gravidarum yang menghasilkan hormon estrogen
dan progesteron. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu,
kemudian mengecil setelah plasenta terbentuk

b) Trimester 2

Hormon estrogen dan progesteron terus meningkat dan terjadi


hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh-pembuluh darah alat genetalia
membesar. Peningkatan sensivitas ini dapat meningkatkan keinginan dan
bangkitan seksual, khususnya selama trimester dua kehamilan. Peningkatan
kongesti yang berat ditambah relaksasi dinding pembuluh darah dan uterus
dapat menyebabkan timbulnya edema dan varises vulva. Edema dan varises
ini biasanya membaik selama periode pasca partum.

Pada akhir minggu ke 12 uterus yang terus mengalami pembesaran


tidak lagi cukup tertampung dalam rongga pelvis sehingga uterus akan naik ke
rongga abdomen. Pada trimester kedua ini, kontraksi uterus dapat dideteksi
dengan pemeriksaan bimanual. Kontraksi yang tidak teratur dan biasanya tidak
nyeri ini dikenal sebagai kontraksi Braxton Hicks, muncul tiba-tiba secara
sporadik dengan intensitas antara 5-25 mmHg. 1 Pada usia kehamilan16
minggu, plasenta mulai terbentuk dan menggantikan fungsi corpus luteum
gravidarum.
c) Trimester 3

Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk


persalinan yang seringnya melibatkan peregangan vagina. Ketebalan mukosa
bertambah, jaringan ikat mengendor,dan sel otot polos mengalami hipertrofi.
Juga terjadi peningkatan volume sekresi vagina yang berwarna keputihan dan
lebih kental.

Pada minggu - minggu akhir kehamilan seorang wanita akan terlihat


prostaglandin mempengaruhi penurunan konsentrasi serabut kolagen pada
serviks. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada waktu
persalinan.

Istsmus uteri akan berkembang menjadi segmen bawah uterus pada


trimester akhir. Otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga
segmen bawah uterus akan melebar dan menipis, hal itu terjadi pada masa-
masa akhir kehamilan menjelang persalinan. Batas antara segmen atas yang
tebal dan segmen bawah yang tipis disebut lingkaran retraksi fisiologis.

2) Payudara / mammae
a) Trimester 1

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon


somatomamotropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan ASI. Vena-vena di bawah kulit juga akan lebih terlihat. Areola
mammae akan bertambah besar pula dan kehitaman. Kelenjar sebasea dari
areola akan membesar dan cenderung menonjol keluar dinamakan
tuberkelMontgomery.

b) Trimester 2

Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan
kental kekuning-kuningan yang disebut Kolustrum. Kolustrum ini berasal dari
asinus yang mulai bersekresi.selama trimester dua.Pertumbuhan kelenjar
mammae membuat ukuran payudara meningkat secara progresif. Bila
pertambahan ukuran tersebut sangat besar, dapat timbul stria stria seperti pada
abdomen. Walaupun perkembangan kelenjar mammae secara fungsional
lengkap pada pertengahan masa hamil, tetapi laktasi terlambat sampai kadar
estrogen menurun, yakni setelah janin dan plasenta lahir.

c) Trimester 3

Pembentukan lobules dan alveolus membentuk cairan berwarna


kekuningan yaitu kolostrum.

3) Kulit
a) Trimester 1

Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon perangsang


melanosit sejak akhir bulan kedua kehamilan sampai aterm yang
menyebabkan timbulnya pigmentasi pada kulit. Linea nigra adalah pigmentasi
berwarna hitam kecoklatan yang muncul pada garis tengah kulit abdomen.
Bercak kecoklatan kadang muncul di daerah wajah dan leher membentuk
kloasma atau melasma gravidarum (topeng kehamilan). Aksentuasi pigmen
juga muncul pada areola dan kulit genital. Pigmentasi ini biasanya akan
menghilang atau berkurang setelah melahirkan.

Angioma atau spider naevi berupa bintik-bintik penonjolan kecil dan


merah pada kulit wajah, leher, dada atas, dan lengan. Kondisi ini sering
disebut sebagai nevus angioma atau teleangiektasis.Eritema Palmaris
terkadang juga dapat ditemukan. Kedua kondisi ini kemungkinan disebabkan
oleh hiperestrogenemia kehamilan.

b) Trimester 2

Peningkatan melanocyte stimulating hormone(MSH) pada masa ini


menyebabkan perubahan cadangan melanin pada daerah epidermal dan
dermal.

c) Trimester 3

Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul garis-garis


kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang kadang juga
muncul pada daerah payudara dan paha. Perubahan warna tersebut sering
disebut sebagai striae gavidarum. Pada wanita multipara, selain striae
kemerahan itu seringkali ditemukan garis garis mengkilat keperakan yang
merupakan sikatrik dari striae kehamilan sebelumnya.

4) Perubahan metabolik dan kenaikan berat badan


a) Trimester 1
Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilanyang sebagian
besar diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara, dan peningkatan volume
darah serta cairan ekstraseluler. Sebagian kecil pertambahan berat badan
terebut diakibatkan oleh perubahan metabolik yang menyebabkan
pertambahan air selular dan penumpukan lemak serta protein baru, yang
disebut cadangan ibu. Pada awal kehamilan, terjadi peningkatan berat badan
ibu kurang lebih 1 kg.

b) Trimester 2

Kenaikan berat badan ibu terus bertambah terutama oleh karena


perkembangan janin dalam uterus.
c) Trimester 3

Pertambahan berat badan ibu pada masa ini dapat mencapai 2 kali lipat
bahkan lebih dari berat badan pada awal kehamilan. Pitting edema dapat
timbul pada pergelangan kaki dan tungkai bawah akibat akumulasi cairan
tubuh ibu. Akumulasi cairan ini juga disebabkan oleh peningkatan tekanan
vena di bagian yang lebih rendah dari uterus akibat oklusi parsial vena kava.
Penurunan tekanan osmotik koloid interstisial juga cenderung menimbulkan
edema pada akhir kehamilan.

5) Perubahan Hematologis
a) Trimester 1

Volume darah ibu meningkat secara nyata selama kehamilan.


Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit sedikit menurun sejak trimester awal
kehamilan. Sedangkan konsentrasi dan kebutuhan zat besi selama kehamilan
juga cenderung meningkat untuk mencukupi kebutuhan janin.

b) Trimester 2

Peningkatan volume darah disebabkan oleh meningkatnya plasma dan


eritrosit. Terjadi hiperplasia eritroid sedang dalam sumsum tulang dan
peningkatan ringan pada hitung retikulosit. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar eritropoetin plasma ibu setelah usia gestasi 20 minggu,
sesuai dengan saat produksi eritrosit paling tinggi.

c) Trimester 3

Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin yang sedikit menurun selama


kehamilan menyebabkan viskositas darah menurun pula. Perlu diperhatikan
kadar hemoglobin ibu terutama pada masa akhir kehamilan, bila konsentrasi
Hb < 11,0 g/dl, hal itu dianggap abnormal dan biasanya disebabkan oleh
defisiensi besi.

6) Sistem Kardiovaskuler
a) Trimester 1
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8 minggu pertama
kehamilan. Pada awal minggu kelima curah jantung mengalami
peningkatan yang merupakan fungsi dari penurunan resistensi vaskuler
sistemik serta peningkatan frekuensi denyut jantung. Preload meningkat
sebagai akibat bertambahnya volume plasma yang terjadi pada minggu ke
10-20.
b) Trimester 2
Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan menekan vena cava
inferior dan aorta bawah saat ibu berada pada posisi terlentang. Hal itu
akan berdampak pada pengurangan darah balik vena ke jantung hingga
terjadi penurunan preload dan cardiac outputyang kemudian dapat
menyebabkan hipotensi arterial.
c) Trimester 3
Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada pembesaran
uterus juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Pada
posisi terlentang ini akan membuat fungsi ginjal menurun jika
dibandingkan dengan posisi miring.

7) Sistem Urinaria
1) Trimester 1

Pada bulan-bulan awal kehamilan, vesika urinaria tertekan oleh uterus


sehingga sering timbul keinginan berkemih. Hal itu menghilang seiring usia
kehamilan karena uterus yang telah membesar keluar dari rongga pelvis dan
naik ke abdomen. Ukuran ginjal sedikit bertambah besar selama kehamilan.
Laju filtrasi glomerulus (GFR) dan aliran plasma ginjal (RPF) meningkat pada
awal kehamilan.

2) Trimester 2

Uterus yang membesar mulai keluar dari rongga pelvis sehingga


penekanan pada vesica urinaria pun berkurang. Selain itu, adanya peningkatan
vaskularisasi dari vesica urinaria menyebabkan mukosanya hiperemia dan
menjadi mudah berdarah bila terluka.

3) Trimester 3

Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul
menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria. Keluhan sering
berkemih pun dapat muncul kembali. Selain itu, terjadi peningkatan sirkulasi
darah di ginjal yang kemudian berpengaruh pada peningkatan laju filtrasi
glomerulus dan renal plasma flow sehingga timbul gejala poliuria. Pada
ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan vitamin yang larut air lebih
banyak.

Perubahan Hormonal Selama Kehamilan

Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan terutama meliputi


perubahan konsentrasi hormon seks yaitu progesteron dan estrogen. Pada awal
kehamilan, terjadi peningkatan hormon hCG dari selsel trofoblas. Juga
terdapat perubahan dari korpus luteum menjadi korpus luteum gravidarum
yang memproduksi estrogen dan progesteron.

Pada pertengahan trimester satu, produksi hCG menurun, fungsi


korpus luteum gravidarum untuk menghasilkan estrogen dan progesteron pun
digantikan oleh plasenta. Pada trimester dua dan tiga, produksi estrogen dan
progesteron terus megalami peningkatan hingga mencapai puncaknya pada
akhir trimester tiga. Kadar puncak progesteron dapat mencapai 400 mg/hari
dan estrogen 20mg/hari.

Estrogen dan progesteron memiliki peran penting yang mempengaruhi


sistem organ termasuk rongga mulut. Reseptor bagi estrogen dan progesteron
dapat ditemukan pada jaringan periodontal. Maka dari itu, ketidakseimbangan
hormonal juga dapat berperan dalam patogenesis penyakit periodontal.
Peningkatan hormon seks steroid dapat mempengaruhi vaskularisasi gingiva,
mikrobiota subgingiva, sel spesifik periodontal, dan sistem imun lokal selama
kehamilan. Beberapa perubahan klinis dan mikrobiologis pada jaringan
periodontal :

a) Peningkatan kerentanan terjadinya gingivitis dan peningkatan kedalaman


saku periodontal
b) Peningkatan kerentanan terjadinya infeksi
c) Penurunan kemotaksis neutrofil dan penekanan produksi antibodi
d) Peningkatan sejumlah pathogen periodontal
e) Peningkatan sintesis PGE2.
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik seluruh tubuh (head to toe) dengan cara :

a) Inspeksi : tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, jantung, dan paru-paru.


b) Perkusi : reflek patella
c) Palpasi : meraba bagian-bagian janin pada perut ibu untuk menentukan
posisi dan keadaan janin didalam uterus.
d) Auskultasi : menggunakan stetoskop obstetrik untuk mendengarkan denyut
jantung janin (DJJ) yang dapat didengarkan pada bulan ke 4-5.
Pemeriksaan Penunjang
a) Tes Kehamilan – Uji hCG
Kehamilan ditandai dengan meningkatnya kadar Human Chorionik
Gonadotropin (HCG) dalam urin pada trimester I. Pada umumnya kehamilan
berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup
bulan melalui jalan lahir. Deteksi kehamilan dengan mengukur beta-HCG urin
diantaranya adalah dengan metode aglutinasi (direct atau indirect) dan metode
strip. Keduanya berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigen-antibodi
(immunoassay). Metode aglutinasi dapat mendeteksi adanya beta-HCG di urin
minimal 200 mIU/ml sedangkan metode strip lebih sensitif yaitu minimal 20-
25 mIU/ml. Metode strip ini yang lazim dilakukan karena selain lebih sensitif
juga lebih praktis, Pada kehamilan biasanya terjadi perubahan pada seluruh
tubuh, terutama oleh pengaruh hormon-hormon somatotropin, estrogen dan
progesteron.
HCG merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh jaringan plasenta
yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin dan disentesa pada retikulum
endoplasmakasar, glikosilasi disempurnakan apparatus golgi. Hormon ini juga
dihasilkan bila terdapat proliferasi yang abnormal dari jaringan epitel korion
seperti molahidatidosa atau suatu chorio carsinoma. HCG dapat juga
digunakan dalam upaya mesinkronkan ovulasi dan perkawianan yang
diperlukan agar terjadi suatu konsepsi. Sistem urinasi bertujuan untuk
berlangsungnya ekskresi bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh.
Sistem ini juga penting sebagai factor untuk mempertahankan homeokinetis,
yaitu suatu keadaan yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam
tubuh. Hal tersebut mencakup faktor-faktor yang beragam seperti
keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit dan konsentrasi
banyak zat didalam plasma. Pengukuran hCG dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu tes urin dann tes darah serta dapat secara kualitatif maupun kuantitatif.
Tes darah mendeteksi kehamilan 6-8 hari setelah ovulasi.
b) Ultrasonografi

Ultrasinografi dapat digunakan oleh dokter atau oprerator untuk


memastikan kehamilan Stadium paling dini ketika suatu kehamilan dapat
dikenali dengan pemeriksaan USG yaitu pada kehamilan lima minggu. Lokasi
kantong kehamilan merupakan bukti pertama terjadinya kehamilan. Kantong
kehamilan sering dapat dikenali dalam uterus setelah lima minggu terjadi
amenore. Semua kehamilan harus dapat dikenali setelah enam minggu.

Kantong kehamilan yang kecil biasanya disebabkan oleh sel telur yang
kosong (sel telur yang tidak mengandung embrio) dan merupakan gambaran
yang cukup sering dijumpai. Pada kehamilan lima sampai enam minggu,
diameter terbesar kantong kehamilan sudah mencapai lebih 1-2 cm. Pada
kehamilan delapan minggu, kantong tersebut sudah menempati separuh uterus.
Pada kehamilan sembilan minggu kantong tersebut sudah mengisi dua
pertiganya dan pada kehamilan sepuluh minggu, sudah memenuhi seluruh
rongga uterus. Dapat dilakukan USG Doppler bagi ibu hamil untuk mengetahui
kondisi jantung janin dengan bantuan fetomaternal.

Komplikasi dalam kehamilan

Komplikasi kehamilan adalah merupakan kejadian patologis penyertaan


yang terjadi saat kehamilan. Menurut Rukiyah,AY. dan Lia Yulianti (2010)
Komplikasi dan penyulit kehamilan pada Trimester I dan II adalah kejadian
yang sering timbul pada kehamilan trimester I dan II, yaitu:

a) Anemia kehamilan; yaitu keadaan penurunan hemoglobin dan jumlah eritrosit


dibawah nilai normal, atau biasa disebut kurang darah. Penyebabnya bisa
karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah atau kurang zat besi.
Factor yang menyebabkan anemia defisiensi besi adalah kurangnya asupan zat
besi dan protein dari makanan, gangguan absorbs di usus, perdarahan akut atau
kronis. Anemi defisiensi pada wanita hamil berkaitan dengan defisiensi besi
dan perdarahan akut.
b) Hyperemisis gravidarum. Hyperemisis gravidarum adalah mual dan muntah
yang berlebihan pada ibu hamil hingga dapat mempengaruhi berat badan ibu,
turgor kulit dan timbul aseton dalam urine. Hal ini juga dapat dikatakan berat
bial ibu hamil selalu muntah setiap kali minum atau makan, akibatnya tubuh
sangat lemas, muka pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastic,
aktifitas sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menurun.
c) Abortus atau keguguran yaitu keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup
di luar kandungandengan berat badan kurang dari 1000 g, atau umur kehamilan
kurang dari 22 minggu.
d) Kehamilan dengan degenerasi penyakit trofoblas
e) Kehamilan Ektopik terganggu; adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur
dibuahi berimplementasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri.

Sedangkan Komplikasi dan penyulit kehamilan pada Trimester III adalah


kejadian yang timbul pada kehamilan trimester III, yaitu:

a) Preeklamsi; yaitu penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edem


yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan
ketiga pada kehamilan tetapi dapat terjadi sebelum, misalnya pada mola
hydatidosa.
b) Eklampsia; yaitu tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg yang
disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi yang menyebabkan
gangguan serius pada kehamilan. Kelainan akut pada wanita hamil, dalam
persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan
karena kelainan saraf) dan atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan
gejala-gejala pre-eklampsia.
Penatalaksanaan terhadap komplikasi ibu hamil
a) Pada ibu hamil dengan anemia zat besi (Fe) maka diberikan suplemen besi
melalui tablet maupun dari makanan tinggi zat besi.
b) Hyperemesis gravidarum dapat diatasi dengan memberikan ibu refleksi untuk
menyeimbangkan dan menyesuaikan diri dengan adaptasi baru seperti
perubahan hormonal di dalam tubuh ibu yang terjadi secara signifikan. Ibu
dihindarkan dari makanan dengan bau yang sangat menyengat. Ibu diberi
makanan yang mudah untuk dicerna agar tidak merangsang peristaltik usus
secara berlebihan.
c) Ibu hamil beristirahat dengan cukup dan tidak melakukan pekerjaan berat
selama masa kehamilan dan masa menyusui, menghindarkan ibu dari stress dan
berbagai hal yang dapat menimbulkan kondisi abortus
d) Ibu dengan preeklampsi melakukan control tekanan darah setiap bulannya dan
dihimbau untuk menghindari makanan yang mengandung banyak garam,
kolesterol, dan gula
e) Ibu dengan eklampsia diberi obat seperti nifedipin 30 mg sekali sehri
walaupun tidak boleh digunakan dalam waktu lama seperti metildopa dan
labetanol. Metildopa dikonsumsi dengan dosis harian 500 mg sampai 2 gram,
dibagi menjadi dua hingga empat dosis. Labeltanol dosis umunya 100 mg dua
kali sehari.

6. Jelaskan perspektif Islam berdasarkan scenario!


Q.S. Al- Baqarah ayat 222

‫ْض ۗ قُلْ هُ َو اَ ًذ ۙى فَا ْعتَ ِزلُوا‬ ِ ‫ك َع ِن ْال َم ِحي‬ َ َ‫ ْون‬qََُٔ‫َويَسْٔـل‬


ۚ ‫طهُرْ َن‬ ْ َ‫ْض َواَل تَ ْق َرب ُْوهُ َّن َح ٰتّى ي‬ ِۙ ‫النِّ َس ۤا َء فِى ْال َم ِحي‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ُ ‫فَاِ َذا تَطَهَّرْ َن فَأْتُ ْوهُ َّن ِم ْن َحي‬
َ ‫ْث اَ َم َر ُك ُم ُ ۗ اِ َّن‬
‫ي ُِحبُّ التَّ َّوابِي َْن َوي ُِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّري َْن‬
Artinya :
Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu
adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan
kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah
mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh,
Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, L., 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta :
EGC
2. Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC
3. Sinaga Ernawati dkk. 2017. Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta.
Universitas Nasional. IWWASH. Global One.Halaman 58-72.
4. Suparman E. 2016. Amenorea sekunder tinjauan dan diagnosis :Universitas
Sam Ratulangi. Manado. Hal 145-148
5. Referensi: Suparman E. 2016. Amenorea sekunder tinjauan dan diagnosis
Universitas SamRatulangi. Manado. Hal 145-148.
6. Reff : Anwar, Mochammad. 2014. Ilmu Kandungan Ed. 3. Jakarta: P.T. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
7. Suwito Tjondro Hudono. Pemeriksaan Ginekologi dalam Sarwono
Prawirohardjo. Ed.Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, 2011.
8. Andry Hartono. P. E. S. Palmer. Panduan Diagnostik USG. Jakarta: EGC
9. Sri Surhalina. Uji Kesesuaian Pemeriksaan Kehamilan Metode Strio Test
Dengan Metode Aglutinasi
10. Arum Puspita. Asuhan Komprehensif. Universitas Muhammadyah
Purwokerto. 2016.
11. Kumala. 2015. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
12. Rasquin Leon LI, Mayrin JV. Polycystic Ovarian Disease. [Updated 2020 Jul
10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459251/?log$=activity
13.

Anda mungkin juga menyukai