Anda di halaman 1dari 29

RADIOLOGI EKSTREMITAS

Disusun Oleh :

Prinka Subandrio
( 15.710.269 )
Pembimbing :
dr. Agustina Susiati, Sp. Rad

LAB/ SMF RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDOARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA

SIDOARJO AGUSTUS 2016

I.

PENDAHULUAN
Radiologi adalah suatu ilmu tentang penggunaan sumber sinar
pengion dan bukan pengion, gelombang suara dan magnet untuk imaging
diagnostic dan terapi.
Radiologi adalah ilmu kedokteran untuk melihat bagian tubuh manusia
dengan menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang
elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Pada awalnya frekuensi yang
dipakai berbentuk sinar-x (x-ray) namun kemajuan teknologi modern
memakai pemindaian CT-Scan (scanning), MRI (Magnetic Resonance
Imaging), gelombang sangat tinggi (ultrasonik) seperti ultrasonography
(USG) dan Kedokteran Nuklir.
Penggunaan rontgen bermacam-macam dan tergantung pada organ
yang akan di foto atau di evaluasi, antara lain: foto thoraks, foto waters, foto
BOF, foto vertebra, foto skull, foto ekstremitas, dan lain-lain. Pada referat
ini akan dibahas lebih lanjut tentang Foto Ekstremitas Superior dan
Inferior.

II.

INDIKASI

Mengetahui adanya lesi pada tulang, sendi ataupun proses patologi

Mengetahui kelainan pertumbuhan tulang ataupun sendi

Mengetahui adanya proses infeksi, degenerasi, imunologik tauapun


kelainan

metabolisme tulang atau sendi

Melihat adanya fraktur ataupun discontinuitas cortex tulang atau


evolusi fraktur

Melihat adanya neoplasma pada tulang atau sendi

Melihat adanya kelainan alligment atau dislokasi tulang atau


evaluasinya

Melihat usia dari pertumbuhan tulang

Melihat ada tidak nya sendi (tanda - tanda tekanan intrakranial yang
meningkat , massa ataupun kelainan pertumbuhan hypopyise)

III.

KONTRAINDIKASI
a) Penderita dalam keadaan kritis, keadaan gawat darurat diawasi terlebih
dahulu.
b) Diperkirakan akan adanya manipulasi pada saat pemerikasaan x-ray yang
membahayakan penderita. Dalam hal ini bila harus dikerjakan maka perlu
pengawasan ketat saat melakukan manipulasi, contoh : tulang-tulang leher.

IV.

SYARAT FOTO EKSTREMITAS


Foto Ekstermitas

yang baik

penting

untuk memperjelas

dalam

menegakkan suatu diagnosa. Syarat syarat foto tulang yang baik :

Persyaratan penderita
Kondisi tulang
Foto paling sedikit pada 2 bidang, terutama bidang
yang saling tegak lurus satu sama lain. Misal pada
fraktur, hal ini akan memastikan bahwa suatu
fraktur tidak akan terlewatkan dan kesegarisan

tulang dapat dinilai secara akurat.


Mengenai dua sendi yang melekat dengan tulang

yang diperiksa
Pada kasus tertentu dibuat foto tulang kontralateral

untuk perbandingan (dextra dan sinistra)


Pemeriksaan serial pada kasus tertentu. Misalnya
pada kasus fraktur, untuk menilai kemajuan pasca
pengobatan

V.

Posisi

EKSTREMITAS ATAS

1. Klavikula AP

2. Skapula AP

3. Skapula Lateral

4. Shoulder AP

5. Shoulder Lateral setelah cedera

6. Humerus AP-Lateral

7. Humerus
setelah cedera

AP

8. Humerus Lateral setelah cedera

9. Elbow AP

10.Elbow Lateral

11.Antrebrachii PA

12.Antrebrachii Lateral

13.Wrist Lateral

14.Manus PA/Oblik

EKSTREMITAS BAWAH

1. PELVIS

2. HIP AP (SUPINE)

3. HIP LATERAL (SUPINE)

4. HIP LATERAL OBLIK (SUPINE)diduga ada fraktur-Proyeksi lateral


nonkonvensional

5. HIP LATERAL OBLIK (SUPINE)diduga ada fraktur-Proyeksi lateral


konvensional

6. FEMUR AP (SUPINE)

7. FEMUR LATERAL (BERBARING MIRING)

8. FEMUR LATERAL (SUPINE-SETELAH CEDERA)

9. GENU AP (SUPINE)

10.GENU LATERAL (BERBARING SATU SISI)

11.GENU LATERAL (SETELAH CEDERA)

12.GENU RUANG INTERKONDILUS

13.PATELLA AKSIAL (ERECT)

14.CRURIS AP (SUPINE)

15.CRURIS LATERAL (BERBARING PADA SATU SISI)

16.CRURIS LATERAL (SETELAH CEDERA)

17.ANKLE AP DANOBLIK INTERNAL

18.ANKLE AP DANOBLIK EKSTERNAL

19.PEDIS AP

20.PEDIS LATEREAL

21.PEDIS PA OBLIK

22.PEDIS AP OBLIK

1. Humerus
a. Antero Posterior (AP)
- Pasien tidur terlentang
- Kedua sendi harus tampak atau salah satu sendi
tampak atas atau bawah
b. Lateral

Tangan atau siku penderita dilipat dan tangannya


diletakkan pada panggul dengan telapak tangan
menghadap keluar

Gambar 5.1. Foto humerus AP dan Lateral

Gambar 5.2. Humerus AP


2. Antebrachii
a. Antero Posterior (AP)
- Penderita duduk
- Kedua sendi harus tampak, kelima jari tangan
merapat
b. Lateral
-

Penderita duduk
Siku membentuk sudut 900 antebrachii dan humerus

Gambar 5.3. Antebrachii posisi AP dan Lateral


3. Elbow
a. Antero Posterior (AP)
- Penderita duduk
- Posisi tangan penderita (Elbow) membentuk sudut
900 dengan olecranon
b. Lateral
-

Penderita duduk
Siku membentuk sudut 90 anthebrachii dan
humerus

Gambar 5.4. Elbow posisi Lateral dan AP


4. WRIST
a. Antero Posterior (AP)
- Penderita duduk
- Posisi tangan penderita dalam keadaan prone

b. Lateral
-

Penderita duduk
Tangan penderita kita rotasikan dalam keadaan true
lateral

Gambar 5.5. Wrist AP dan Lateral


5. Manus
a. Antero Posterior
- Penderita duduk
- Kelima jari tangan meratap
b. Oblique
- Penderita duduk
- Tangan penderita diatas kaset dengan posisi prone
450

Gambar 5.6. Manus posisi Oblique dan Ap

6. Cruris
a. Antero Posterior
- Penderita duduk / tidur terlentang
- Cruris yang akan di foto diletakkan diatas kaset
dengan posisi true AP
b. Lateral
-

- Penderita tidur miring pada salah satu sisi


Tampak dua sendi antara genu dan ankle atau salah satu
sendi diatasdan bawah

Gambar 5.7. cruris AP dan Lateral


7.

Genu
a Anterior Posterior
Atur posisi objek ( Genu) berada di tengah-tengah kaset atau

IR (image reseptor), dengan posisi kedua Genutrue AP.


Tempatkan jari kaki (toes) lurus menghadap ke depan, dengan

jarak cukup antara kedua kaki agar keseimbangan terjaga.


Minta pasien untuk berdiri tegak dengan lutut ( Genu) full
ekstensi dan bobot tubuh seimbang di antara kedua kaki

Lateral

dengan

rotasikan pasien dimana daerah yang diperiksa dekat


kaset.

Gambar 5.8. Genu AP


8. Ankle
a. Antero Posterior
- Penderita duduk atau tidur terlentang
- Kaki yang akan di foto kita rotasikan kearah luar
b. Lateral
- Penderita duduk / tidur terlentang
- Kaki yang akan difoto kita rotasikan kearah luar

Gambar 5.9. Ankle Lateral


9. Pedis
a Antero posterior
Pasien supine.
Kaki difleksikan dan telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.

Gambar 5.10. Pedis AP


b. Lateral
Pasien supine / duduk diatas meja pemeriksaan.
Kaki yang tidak diperiksa ditekuk ke belakang

Gambar 5.11. Pedis lateral

c. Postero anterior
Pasien lateral recumbent dengan lutut difleksikan

Gambar 5.12. Pedis PA


10. Calcaneus
d. PlantoDorsal

Pasien supine atau duduk di atas meja pemeriksaan dengan


kaki diekstensikan

Gambar 5.13. Calcaneus Plantodorsal


b

VI.

Lateral
Pasien standing-upright atau berdiri tegak.

SISTEMATIKA PEMBACAAN FOTO EKSTREMITAS


Yang penting pada tulang :
Fraktur
Keradangan
Tumor tulang
VI.1 Fraktur

Pembacaan foto ekstremitas sebaiknya dilakukan secara urut


berdasarkan sistematika, sehingga lebih mudah dimengerti :
1. Sebutkan macam fraktur dan pada tulang apa, setinggi
berapa
Misal : Transverse fraktur os.femoralis dextra 1/3 tengah,
1/3 distal, atau 1/3 proximal.
2. Sebutkan dislokasi (dengan atau tanpa dislokasi)
Acini axim, bila as kedua fragmen berpotongan satu sama
lain
Acini latum, bila as kedua fragmen sejajar satu sama lain
Acini longum, bila as kedua fragmen merupakan
perpanjangan
Ketiga dislokasi ini dapat curndestractionum bila saling
menjauh cumcontractionum bila saling mendekat. Untuk
melihat dislokasi ini dibutuhkan posisi AP dan lateral
3. Ada tidak nya Kallus
Untuk memebedakan apakah fraktur sudah lama atau masih
baru.
Kallus dibagi tiga :
- Fibrous callus : tidak tampak pada x-ray film atau
-

belim ada pengendapan Ca


Primary callus : sudah kelihatan, biasanya + 4

minggu
Secondary callus : densitas sudah sama dengan

tulang, biasanya setelah + minggu


4. Komplikasi fraktur
Bone atrophy, Osteomyelitis, Delayed union, Non union,
Aseptic

necrose,

gangguan

pertumbuhan,

myocistis ossificans, Soft tissue injury, Fat embolu

Localized

Gambar 6.1.1. fraktur klavikula 1/3 tengah

Gambar 6.1.2. fraktur tibia


Proses penyenbuhan fraktur:
Pertama fraktur terjadi hematoma dan terjadi
pembengkakan jaringan lunak kemudian terjadi
organisasi hematoma dan jaringan lunak yang

membengkak akan mengkerut


Selama proses organisasi dari hematoma dan
terbentuknya kallus maka tulang disekitar fragmen
fraktur menjadi radiolucent dan terjadi resorbsi
tulang disepanjang garis fraktur oleh karena adanya

hiperemia dan garis fraktur menjadi lebih lebar. Bila


fragmen tulang dengan fraktur tajam maka pada
fase ini terjadi kallus. Pada fraktur comminutifa bila
ada fragmen yang mati maka fragmen tersebut tetap
akan

mempunyai

otensitas

semula

dengan

radiolucent disekittarnya., fragmen yang mati

tersebut menjadi sequester.


Primer kallus akan terlihat sebagai klasifikasi yang
halus disekitar garis fraktur. Tumbuhnya primer
kallus sangat tergantung pada usia penderita dan
lokasi fraktur, lama-lama kallus ini menjadi dense
berbatas lebih tegas dan garis fraktur sendiri diisi
oleh kallus.

VI.2 Keradangan
Keradangan pada tulang dan sendi antara lain :
1. Osteomyelitis
Adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. Osteomyelitis
akut terutama ditemukan pada anak-anak. Umumnya
infeksi pada tulang panjang dimulai pada metafisis. Tulang
yang sering terkena adalah tulang femur di bagian distal,
tibia bagian proximal, humerus bagian radius dan ulna
bagian proximal dan distal, serta vertebrae.
Kuman biasanya bersarang pada

spongiosa

metafisis dan membentuk pus sehingga timbul abses atau


beberapa abses kecil. Periosteal yang terangkat oleh pus
kemudian akan membentuk tulang di bawahnya, yang
dikenal sebagai reaksi periosteal.
Tulang yang dibentuk periosteal ini membentuk
bungkus dari tulang yang lama dan disebut infolukrum.
Dalam involukrum ini pada berbagai tempat terdapat
lubang tempat keluarnya pus, yang disebut kloaka.
Kelainan yang tejadi pada foto rontgen biasanya
baru dapat dilihat kira-kira sekitar 10-14 hari setelah

infeksi.

Sebelumnya

mungkin

hanya

terlihat

pembengkakan jaringan lunak didekat tulang yang


terkena. Bila tidak diberi terapi maka tampak radiolucent
terutama di daerah metaphyse. Perubahan perubahan
pada tulang lebih cepat terlihat pada anak-anak.
Bila pada foto pertama belum tampak kelainan
tulang, sedangkan klinis dicurigai osteomyelitis, sebaiknya
foto diulang 1 minggu lagi. Pada fase kronik terbentuk
sequester yang terlihat sebagai butir2 kecil osteosclerotik
dari tulang mati yang dikeliingi bagian radiolucent oleh
karena reabsorpsi tulang. Selain sequester terdapat kloaka
dan involukrum.

Gambar 6.2.1. Osteomyelitis pada tibia


2. Sifilis
Saat ini kelainan tulang akibat sifilis jatang ditemukan.
Sifilis Kongenital
Penyakit ini dapat timbul cepat, yaitu sejak lahir
sampai 4 tahun, atau lambat antara 5 15 tahun.
Lesinya biasanya luas dan simetris, dan kelainan
tulang terdiri atas periostitis dan osteotitis atau

osteomyelitis. Yang sering terkena adalah radius,


ulna, dan tulang-tulang sekitar lutut.
Periostitis merpakan kelainan yang sering dijumpai.
Gambaran radiologi terlihat sebagai garis tipis atau
berlapis-lapis diluar korteks dan sejajar dengan
kortek. Penebalan kortek pada diafisis dijumpai
dijumpai pada kasus lanjut. Osteomyelitis biasanya
setempat atau tersebar luas. Destruksi pada bagian
medial tibia proximal yang bersifat bilateral adalah
khas untuk sifilis kongenital (Wimberger sign).
Sifat khas dari sifilis adalah pembentukan tulang
baru

yang

banyak

sehingga

densitas

tulang

meninggi pada ujung metafisisi dan didekatnya ada


daerah yang lebih radiolucent. Gambaran ini
patognomonis untuk sifilis karena dijumpai juga
pada penyakit penyakit lain dimana pertumbuhan
tulang terganggu, misal leukmia dan skorbut.

Sifiis Akusita
Dapat mengenai setiap tulang, kelainan pada tulang
terdiri atas periostitis dan sunray appearance
sehingga gambaran menyerupai neoplasma, seperti
renda (lace-like appearance)

VI.3 Tumor Tulang


Beberapa hal yang perlu diingat kembali dalam erangka
menganalisis tumor tulang pada foto rontgen adalah :
Pada anak-anak, tulang panjang dibagi dalam
epfisis, metafisis dan diafisis. Antara epifisis dan
metafisis terdapat garis atau lempeng epifiser. Pada
neonatus banyak epifisisi tulang yang belum
mengalami osifikasi sehingga belum dapat dilihat
pada foto rontgent.

Tulang terdiri atas 3 komponen yaitu korteks,


spongiosa dan periosteal. Korteks dan spongiosa
dapat dilihat pada foto rontgen, tetapi periosteal
tidak bisa. Bila karena suatu proses dalam tulang,
misalnya

radang

atau

neoplasma,

periosteal

mengalami neoplasma, periosteal mengalami iritasi


atau terangkatnya maka periosteal akan membentuk
tulang dibawah nya yang dikenal sebagai reaksi
perosteal.
Gambaran radiologi periosteal bermacam-macam,
yaitu:
o Berupa garis-garis sejajar dengan kortek, diebut
lamelar
o Berupa garis-garis yang tegak lurus pada kortek,
disebut sunray appearance
o Berupa seperti renda dan sebagainya
Pada pemeriksaan tulang harus diperhatikan:
o
o
o
o

Besar tulang
Bentuk tulang
Kontur tulang
Densitas tulang, apakah densitasnya meninggi

atau merendah
o Kortek, apakah utuh atau tidak utuh, yaitu
menipis atau destruksi
o Spongiosa,
adakah

bayangan-bayangan

radiolucent
o Ada atau tidaknya reaksi periosteal
o Jaringan lunak sekitar tulang : pembengkakan,
pengapuran dan penulangan

KESIMPULAN
Pemeriksaan Radiologi berguna untuk mendeteksi kelainan - kelainan
patologis yang ada di dalam tubuh. Pemeriksaan Radiologi yang menggunakan
radiasi berpotensi membahayakan jaringan dan sel dalam tubuh.
Adapun Indikasi di lakukannya foto ekstremitas yaitu untuk mengetahui adanya
lesi pada tulang dan sendinya, untuk mengetahui adanya proses infeksi,
degenerasi, imunologik ataupun kelainan metabolism tulang atau sendi, untuk
melihat adanya fraktur ataupun discontunitas cortex tulang atau evolusi fraktur.
Adapun kontraindikasinya yaitu Penderita dalam keaadaan krits dan diperkirakan
akan adanya manipulasi pada saat pemeriksaan x-ray yang membahayakan
penderita.
Foto ekstremitas di lakukan dengan 2 posisi yaitu AP (antero Posterior) dan
Lateral dengan syarat foto pada 2 bidang, mengenai dua sendi yang melekat
dengan tulang yang di periksa dan 2 ekstremitas kiri dan kanan pada kasus
tertentu sebagai perbandingan.
Adapun berbagai posisi pada foto ekstremitas yaitu humerus, Antebrachii, Elbow,
Wrist, Manus, Cruris, Genu, ankle, Pedis,

Daftar Pustaka
1. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta, 2005

2. Errol Untung Hutagalung, Saukani Gumai, Bambang Budyatmoko.


Neoplasma Tulang : Diagnosis dan Terapi. PT. Galaxy Puspa Mega.
Jatiwaringin. 2005
3. Palmer P.E.S, Cockshott W.P, Hegedus V, Samuel E. Manual of
Radiographic Interpretation for General Practitioners (petunjuk Membaca
Foto Untuk Dokter Umum). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta :
EGC. 1995.
4. Amstrong Peter, L. Wastie Martin. Pembuatan Gambar Diagnostik. Jakarta
: EGC. 1989.

Anda mungkin juga menyukai