Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU


DAN MAKHLUK SOSIAL
MATA KULIAH : ILMU SOSIAL & BUDAYA DASAR

Disusun Oleh Kelompok I :

Syamsul Hidayat Asmi Lota


NIM : TIF 191029 NIM : TIF 191002

Evi Tri Yuniarsi Azra Furqoni


NIM : TIF 191010 NIM : TIF 191004

TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CORDOVA INDONESIA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Berkat pertolongan-Nya kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas dalam mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini kami susun penuh dengan teliti untuk
mempersiapkan makalah ini dengan baik. Kami juga mendapati beberapa rintangan
ketika membuat makalah ini, namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya mohon
untuk saran dan kritiknya untuk pengembangan makalah yang lebih baik di masa depan.
Terima kasih.

Taliwang, 09 Juni 2021


Penyusun

KELOMPOK I

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................


...........................................................................................................................................
1

A. Latar Belakang .....................................................................................................


...............................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................
...............................................................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................


...........................................................................................................................................
3

A. Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial ...................................


...............................................................................................................................
3
B. Interaksi Sosial dan Sosialisasi ............................................................................
...............................................................................................................................
5
C. Masyarakat dan Komunitas ..................................................................................
...............................................................................................................................
9

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................


...........................................................................................................................................
12

A. Kesimpulan ...........................................................................................................
...............................................................................................................................
12
B. Saran .....................................................................................................................
...............................................................................................................................
12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................


...........................................................................................................................................
13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial, makhluk yang
berpikir, makhluk yang instability (Subadi, 2008: 83). Manusia sebagai makhluk
individu tidak pernah statis. Sejak lahir bahkan sejak pembuahan hingga meninggal
dunia selalu terjadi perubahan baik kemampuan fisik maupun kemampuan
psikologis. Perubahan setiap orang tidak sama, baik waktu, kecepatan maupun
polanya. Perkembangan orang sangat tergantung pada kemampuan bawaan,
lingkungan dan aktivitas yang dijalaninya. Oleh karena itu setiap individu berbeda.
Semakin bertambahnya usia perbedaan itu semakin bertambah. Orang tua jauh
lebih kompleks dibanding dengan masa anak-anak, bahkan mereka berbeda satu
dari lainnya (Suwarno dkk., 2008: 2-3).
Manusia sebagai makhluk sosial sejak lahir sampai dengan kematiannya,
tidak pernah hidup “sendiri” tetapi selalu berada dalam suatu lingkungan sosial
yang berbeda-beda satu sama lain (Widjaja, 1986: 89). Dapat dikatakan manusia
tidak terlepas dari lingkungan masyarakat di mana dia hidup bersama dan
berinteraksi dengan individu yang lain. “Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan
saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah
yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial” (Subadi, 2008: 83).
Kebutuhan itu dapat dibagi menjadi 2, yaitu kebutuhan materi maupun nonmateri
dalam memenuhi kehidupannya di masyarakat.
Masyarakat merupakan bagian dari integrasi yang menghubungkan individu
dengan individu lainnya (Abdulsyani, 2002: 38). Masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain tentunya berbeda-beda baik di tingkat desa maupun kota.
Masyarakat desa kebersamaannya sangat erat, sedangkan masyarakat kota lebih
mengutamakan kepentingan individualnya daripada kepentingan orang lain. Hal ini
dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan di masyarakat. Dalam
masyarakat desa, misalnya ada kegiatan sambatan membangun rumah, gotong
royong dalam upacara kematian, menanam padi bersama di ladang,
bantumembantu dalam upacara perkawinan dan sebagainya, sedangkan dalam
masyarakat kota sering mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan kesuksesan
hidup, misalnya kegiatan entrepreneurship (Abdulsyani, 2002: 106). Setiap
kegiatan ini memiliki nilai-nilai positif dalam pelaksanaannya, baik nilai moral,
kekeluargaan, sosial, politik, estetika, pendidikan, persatuan, maupun demokrasi.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan di masyarakat maka dapat membantu mereka
untuk lebih terintegrasi dalam suatu kelompok sosial

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial?
2. Apa sajakah bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh manusia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial


1. Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in
salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya
terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa
latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi
merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan
yang paling kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani,
unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai
manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika
unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai
individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur
fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada
manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-
masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan
antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa
individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak
lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang
dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan
(fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari
seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial,
merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial.
Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan
kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan
kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang
saling berinteraksi terus- menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan
perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-
psiko- fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian
situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi
mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia
menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.

2. Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia
sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia
lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu
menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya
manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan
sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan
kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan
dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan
tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh
potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial,
karena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

B. Interaksi Sosial dan Sosialisasi


1. Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial,
dan masyarakat.
Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling
pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui,
bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu
dengan yang lain.
Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu,
interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan,
saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam
itu merupakan bentuk- bentuk dari interaksi sosial.
Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai
berikut :
a. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
b. Sugesti adalah suatu poroses dimana seorang individu menerima suatu cara
penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dikritik
terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik
yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada
umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam
hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah
bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada
sugesti seeorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu
diterima oleh orang lain di luarnya.
c. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama)
dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
d. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang
lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan
penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
2. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation),
persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat
dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari
interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa
interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi
persaingan serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada
akomodasi.
Gilin and Gilin pernah mengadakan penelitian yang lebih luas lagi.
Menurut mereka ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat
adanya interaksi sosial, yaitu:
a. Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi,
asimilasi, dan akulturasi.
b. Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan
pertentangan pertikain.
Adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah :
1) Bentuk Interaksi Asosiatif
a. Kerja sama (cooperation)
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap
kelompoknya dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan
kerja sama ada tiga bentuk kerja sama, yaitu :
 Bargaing, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan
jasa antara dua organisasi atau lebih.
 Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepeimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi,
sebagai salah satu carta untuk menghindari terjadinya kegoncangan
dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
 Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan yang sama.
b. Akomodasi (accomodation)
Adapun bentuk-bentuk akomodasi, diantaranya :
 Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan
karena adanya paksaan.
 Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat
masing-masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu
penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
 Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak
yang berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri
 Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga
yang retial dalam persoalan yang ada.
 Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak
yang berselisih, bagi tercapainya suatu tujuan bersama.
 Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang
berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik
tertentu dalam melakukan pertentangan.
 Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.
2) Bentuk Interaksi Disosiatif
a. Persaingan (competition)
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau
kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi
dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka
yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan.
b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan
pertentangan. Kontavensi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap
diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikannya dan
kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut
tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
c. Pertentangan (conflict)
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok
sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang
pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan memiliki
bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi, pertentangan rasional,
pertentangan kelas sosial, dan pertentanfan politik.

3. Sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana
seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert
Mead. Dalam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society
(1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap
melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa
tahap-tahap play stage, game stage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil
mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui
peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang
harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu
mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu
mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi
denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya
sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang
melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui
interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap.
Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang
lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai
penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang
mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang
lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and
Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga,
kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.

4. Bentuk dan Pola Sosialisasi


a. Bentuk-bentuk Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup
manusia. Dalam kaitan inilah para pakar berbicara mengenai bentuk-bentuk
proses sosialisasi seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan
sepanjang hidup, atau pendidikan berkesinambungan.
b. Pola-pola Sosialisasi
Pada dasarrnya kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu pola represi
yang menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Dan pola
partisipatori yang merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan
manakala berperilaku baik dan anak menjadi pusat sosialisasi.

C. Masyarakat dan Komunitas


Masyarakat merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang
melakuakan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian
dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam
waktu yang relatif lama. Unsur-unsur masyarakat yaitu : kumpulan orang, sudah
terbentuk dengan lama, sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri,
memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya
kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki kebudayaan.

1. Masyarakat Setempat (community)


Masyarakat setempat menunjukan pada bagian masyarakat yang
bertempat tinggal di satu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas
tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang
lebih besar diantara anggota-anggotanya, dibandingkan interaksi dengan
penduduk diluar batas wilayahnya.
2. Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota
Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki
perhatian yang berbeda, khususnya terhadap perhatian keperluan hidup. Di
desa, yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan pokok,
fungsi-fungsi yang lain diabaikan. Lain dengan pandangan orang kota, mereka
melihat selain kebutuhan pokok, mereka melihat selain kebutuhan pokok,
pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.

3. Masyarakat Multikultural
Perlu diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk
mengambarkan masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya
yang berbeda, yaitu pluralitas, keragaman, dan multikultural.
Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari
satu (banyak). Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari
satu itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan.
Sementara itu, konsep multikultralisme sebenarnya merupakan konsep yang
relatif baru. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok
lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya,
etnik, gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila pluralitas hanya
menggambarkan kemajemukan, multikulturalisme meberikan penegasan
bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama diruang publik.

4. Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan Beragama,


Bermasyarakat, Bernegara dan Kehidupan Global
Problematika yang muncul dari keragaman yaitu munculnya berbagai
kasus disintegrasi bangsa dan bubarnya sebuah negara, dapat disimpulkan
adanya lima faktor utama yang secara gradual bisa menjadi penyebab utama
proses itu, yaitu: kegagalan kepemimpinan, krisis ekonomi yang akut dan
berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial, dan intervensi asing.
Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu membawa konsekuensi
munculnya persoalan gesekan antar budaya, yang mempengaruhi dinamika
kehidupan bangsa sebagai kelompok sosial, oleh sebab itu kita harus bersikap
terbuka melihat semua perbedaan dalam keragaman yang ada, meenjunjung
tinggi nilai-nilai kesopanan, dan menjadikan keragaman sebagai kekayaan
bangsa, alat pengikta persatuan seluruh masyarakat dalam kebudayaan yang
beraneka ragam.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Disisi
manapun (sebagai makhluk sosial atau individu), ada pengaruh positif dan
negatifnya.
Sebagai makhluk individu, apabila menganggap dirinya selalu benar,
egosentris, mau menang sendiri, tidak mau mengalah, kasar, tidak toleran,
memandang masalah hanya dari sudut pandangnya saja; maka dia termasuk dalam
pengaruh negatif sebagai makhluk individu. Perlu diingat pula, Rasulullah
Muhammad SAW, membutuhkan waktu dan tempat untuk merenung, memikirkan
segala kenikmatan yang telah dikaruniai oleh Sang Pencipta, lalu mensyukurinya
dan akhirnya membebaskan dirinya dari belenggu kesombongan, serta mencapai
kesempurnaan dengan senantiasa memperbaiki diri dengan bertafakur.
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa membutuhkan pengakuan dari
kelompoknya, katakanlah komunitasnya. Bisa komunitas yang berorientasi
geografi (RT/RW, daerah dll), profesi (dokter, guru dll), hobby (internet, HT,
komputer dll), wah masih banyak komunitas yang ada! Lihatlah perilaku orang
pada saat berkelompok. Sebagian besar akan berlaku tidak disiplin.

B. Saran
Kedisiplinan adalah hal utama dalam pembentukan kelompok. Tanpa
kedisiplinan, setiap kelompok akan liar dan tak terkendali, bagaikan pertumbuhan
sel- sel kanker. Lihat bagaimana Jakarta porak-poranda di tahun 1997! Tidak
mungkin kerusuhan dapat terjadi tanpa provokasi. Dan saat itu, provokasi terjadi
akibat rekayasa, yang merusak nilai kemuliaan dan tatanan sosial
masyarakat! Mari kita pupuk perilaku positif pada anak-anak kita sedini mungkin.
Dengan cara itu, diharapkan mereka mampu menjalani hidup ini sebagai makhluk
sosial dan individu secara paripurna.

DAFTAR PUSTAKA

http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/01/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan.html
http://sosial-budaya.blogspot.com/2009/05/manusia-sebagai-makhluk- individu.html
https://docplayer.info/73293716-Makalah-manusia-sebagai-mahluk-individu-dan-
mahluk-sosial.html

Anda mungkin juga menyukai