TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CORDOVA INDONESIA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Berkat pertolongan-Nya kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas dalam mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini kami susun penuh dengan teliti untuk
mempersiapkan makalah ini dengan baik. Kami juga mendapati beberapa rintangan
ketika membuat makalah ini, namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya mohon
untuk saran dan kritiknya untuk pengembangan makalah yang lebih baik di masa depan.
Terima kasih.
KELOMPOK I
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ...........................................................................................................
...............................................................................................................................
12
B. Saran .....................................................................................................................
...............................................................................................................................
12
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial, makhluk yang
berpikir, makhluk yang instability (Subadi, 2008: 83). Manusia sebagai makhluk
individu tidak pernah statis. Sejak lahir bahkan sejak pembuahan hingga meninggal
dunia selalu terjadi perubahan baik kemampuan fisik maupun kemampuan
psikologis. Perubahan setiap orang tidak sama, baik waktu, kecepatan maupun
polanya. Perkembangan orang sangat tergantung pada kemampuan bawaan,
lingkungan dan aktivitas yang dijalaninya. Oleh karena itu setiap individu berbeda.
Semakin bertambahnya usia perbedaan itu semakin bertambah. Orang tua jauh
lebih kompleks dibanding dengan masa anak-anak, bahkan mereka berbeda satu
dari lainnya (Suwarno dkk., 2008: 2-3).
Manusia sebagai makhluk sosial sejak lahir sampai dengan kematiannya,
tidak pernah hidup “sendiri” tetapi selalu berada dalam suatu lingkungan sosial
yang berbeda-beda satu sama lain (Widjaja, 1986: 89). Dapat dikatakan manusia
tidak terlepas dari lingkungan masyarakat di mana dia hidup bersama dan
berinteraksi dengan individu yang lain. “Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan
saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah
yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial” (Subadi, 2008: 83).
Kebutuhan itu dapat dibagi menjadi 2, yaitu kebutuhan materi maupun nonmateri
dalam memenuhi kehidupannya di masyarakat.
Masyarakat merupakan bagian dari integrasi yang menghubungkan individu
dengan individu lainnya (Abdulsyani, 2002: 38). Masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain tentunya berbeda-beda baik di tingkat desa maupun kota.
Masyarakat desa kebersamaannya sangat erat, sedangkan masyarakat kota lebih
mengutamakan kepentingan individualnya daripada kepentingan orang lain. Hal ini
dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan di masyarakat. Dalam
masyarakat desa, misalnya ada kegiatan sambatan membangun rumah, gotong
royong dalam upacara kematian, menanam padi bersama di ladang,
bantumembantu dalam upacara perkawinan dan sebagainya, sedangkan dalam
masyarakat kota sering mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan kesuksesan
hidup, misalnya kegiatan entrepreneurship (Abdulsyani, 2002: 106). Setiap
kegiatan ini memiliki nilai-nilai positif dalam pelaksanaannya, baik nilai moral,
kekeluargaan, sosial, politik, estetika, pendidikan, persatuan, maupun demokrasi.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan di masyarakat maka dapat membantu mereka
untuk lebih terintegrasi dalam suatu kelompok sosial
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial?
2. Apa sajakah bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
3. Sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana
seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert
Mead. Dalam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society
(1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap
melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa
tahap-tahap play stage, game stage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil
mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui
peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang
harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu
mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu
mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi
denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya
sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang
melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui
interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap.
Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang
lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai
penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang
mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang
lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and
Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga,
kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
3. Masyarakat Multikultural
Perlu diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk
mengambarkan masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya
yang berbeda, yaitu pluralitas, keragaman, dan multikultural.
Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari
satu (banyak). Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari
satu itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan.
Sementara itu, konsep multikultralisme sebenarnya merupakan konsep yang
relatif baru. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok
lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya,
etnik, gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila pluralitas hanya
menggambarkan kemajemukan, multikulturalisme meberikan penegasan
bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama diruang publik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Disisi
manapun (sebagai makhluk sosial atau individu), ada pengaruh positif dan
negatifnya.
Sebagai makhluk individu, apabila menganggap dirinya selalu benar,
egosentris, mau menang sendiri, tidak mau mengalah, kasar, tidak toleran,
memandang masalah hanya dari sudut pandangnya saja; maka dia termasuk dalam
pengaruh negatif sebagai makhluk individu. Perlu diingat pula, Rasulullah
Muhammad SAW, membutuhkan waktu dan tempat untuk merenung, memikirkan
segala kenikmatan yang telah dikaruniai oleh Sang Pencipta, lalu mensyukurinya
dan akhirnya membebaskan dirinya dari belenggu kesombongan, serta mencapai
kesempurnaan dengan senantiasa memperbaiki diri dengan bertafakur.
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa membutuhkan pengakuan dari
kelompoknya, katakanlah komunitasnya. Bisa komunitas yang berorientasi
geografi (RT/RW, daerah dll), profesi (dokter, guru dll), hobby (internet, HT,
komputer dll), wah masih banyak komunitas yang ada! Lihatlah perilaku orang
pada saat berkelompok. Sebagian besar akan berlaku tidak disiplin.
B. Saran
Kedisiplinan adalah hal utama dalam pembentukan kelompok. Tanpa
kedisiplinan, setiap kelompok akan liar dan tak terkendali, bagaikan pertumbuhan
sel- sel kanker. Lihat bagaimana Jakarta porak-poranda di tahun 1997! Tidak
mungkin kerusuhan dapat terjadi tanpa provokasi. Dan saat itu, provokasi terjadi
akibat rekayasa, yang merusak nilai kemuliaan dan tatanan sosial
masyarakat! Mari kita pupuk perilaku positif pada anak-anak kita sedini mungkin.
Dengan cara itu, diharapkan mereka mampu menjalani hidup ini sebagai makhluk
sosial dan individu secara paripurna.
DAFTAR PUSTAKA
http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/01/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan.html
http://sosial-budaya.blogspot.com/2009/05/manusia-sebagai-makhluk- individu.html
https://docplayer.info/73293716-Makalah-manusia-sebagai-mahluk-individu-dan-
mahluk-sosial.html