Disusun oleh:
Siti Nurainy 201810320311025
Jatu Kusuma R 201810320311027
Muchammad Toha W 201810320311029
Cindy Aprilia 201810320311039
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
2019
i
ABSTRAK
Hutan di Indonesia terdegradasi seluas 96,3 juta ha sebagai akibat dari kegiatan
penebangan liar, kebakaran hutan, konversi hutan, perluasan pertanian, serta
konflik sosial atas sumberdaya hutan. Berawal dari masalah tersebut sejak awal
tahun 1950-an, pemerintah Indonesia telah menerapkan program rehabilitasi.
Rehabilitasi Hutan dan Lahan merupakan program yang dicanangkan oleh
pemerintah dengan tujuan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan
fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas, dan peranannya dalam
mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Degradasi hutan dan lahan
yang semakin bertambah tiap tahunnya dikarenakan populasi manusia yang
semakin bertambah tiap tahunnya sekaligus kebutuhan pangan sehingga banyak
kawasan hutan yang dialihfungsikan menjadi lahan pertanian. Degradasi yang
semakin mengkhawatirkan tiap tahunnya sehingga pemerintah mengadakan
program rehabilitasi untuk memperbaiki fungsi hutan dan lahan yang sudah
terdegradasi. Kurangnya informasi terhadap implementasi program rehabilitasi
hutan dan lahan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah sehingga perlu dilakukan
studi analisis program rehabilitasi untuk mengkaji tingkat keberhasilan dari
program Rehabilitasi Hutan Lahan. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa
Sukomulyo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui program rehabilitasi hutan dan lahan yang telah terlaksana di Desa
Sukomulyo, pihak-pihak pelaksana, faktor penghambat dan pendorong, dampak
ekologi dan sosial ekonomi yang ditimbulkan dari program rehabilitasi hutan dan
lahan serta tingkat keberhasilan program rehabilitasi hutan dan lahan yang telah
terlaksana. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Desa Sukomulyo
yang terletak di Kecamatan Pujon dengan cara melakukan wawancara terhadap
ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan Citra Lestari, Bapak Kepala Desa,
Perhutani, Cabang Dinas Kehutanan, dan masyarakat sekitar. Hasil penelitian
menunjukan bahwa di Desa Sukomulyo terdapat program Rehabilitasi Hutan Lahan
yang baru dimulai pada tahun 2019 dan masih proses dalam tahap persiapan berupa
pemasangan ajir dan pelubangan sedangkan tahun - tahun sebelumnya belum
pernah dilaksanakan program RHL. Program ini dilakukan di kawasan Hutan
Lindung dengan BPDAS Brantas Sampean sebagai instansi yang
menyelenggarakan dan Perhutani yang melaksanakan program RHL tersebut.
Program Rehabilitasi Hutan Lahan tersebut dilaksanakan pada lahan seluas 20,08
ha pada blok 34A. Lahan tersebut akan ditanami tanaman alpukat, nangka, sukun,
sirsak, dan duren sebagai tanaman pokok. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
yang sedang proses berjalan ini terdapat kendala pada dana yang dikeluarkan oleh
pemerintah karena belum serta merta keluar semua sehingga masyarakat kesulitan
dalam menjalankan program rehabilitasi hutan dan lahan tersebut. Program
Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Desa Sukomulyo belum dapat dianalisis terkait
tingkat keberhasilan program karena belum ada program Rehabilitasi Hutan dan
ii
Lahan yang sudah selesai. Hal ini menunjukan program Rehabilitasi Hutan dan
Lahan yang diselenggarakan pemerintah belum maksimal karena terdapat kawasan
hutan lindung yang kritis namun tidak dilakukan rehabilitasi.
Kata Kunci: rehabilitasi hutan dan lahan, Desa Sukomulyo, hutan lindung, lahan
kritis,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT sehingga dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah Perhutanan Sosial tentang Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL).
Tugas ini salah satunya digunakan sebagai tugas ujian akhir semester. Kami
mengucapkan terima kasih kepada:
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................3
v
4.5 Tingkat Keberhasilan Program Rehabilitasi.........................................13
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam yang berperan penting terhadap
kehidupan manusia dalam menghasilkan barang dan jasa serta menciptakan
kestabilan lingkungan (Steinlin 1988). Kestabilan lingkungan seiring berjalannya
waktu berkurang, akibat banyaknya pembukaan lahan hutan yang digunakan untuk
berbagai kepentingan seperti pertanian, perkebunan, dan industri. Kepentingan
tersebut menjadi penyebab terjadinya perubahan keadaan hutan yang dikonversi
akibat meningkatnya pertumbuhan penduduk, sehingga kebutuhan terhadap
pangan, sandang, dan papan juga meningkat. Kebutuhan yang semakin meningkat
membuat pembukaan lahan hutan yang dikonversi semakin banyak sebagai
alternatif dalam memenuhi kebutuhan penduduk (Simon 2006).
1
lahan yang sifatnya sementara maupun tetap yang dicirikan oleh penurunan sifat
fisik, kimia dan biologi tanah.
Dengan adanya lahan kritis di kawasan lindung secara otomatis akan sangat
mempengaruhi kelangsungan kawasan lindung itu sendiri (baik di dalam maupun
di luar kawasan hutan). Keberadaan lahan kritis pada kawasan budidaya dapat
menurunkan produktivitas pertanian dan perekonomian di Desa Sukomulyo. Oleh
karena itu pengembangan konservasi lahan kritis perlu dilakukan untuk
mempertahankan kelestarian lingkungan hidup dan pengembangan wilayah sebagai
penyangga pembangunan dan meningkatkan perekonomian di Desa Sukomulyo.
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang dicanangkan pemerintah
(Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup) dan diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 Tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
bertujuan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan
lahan sehingga daya dukung, produktivitas, dan peranannya dalam mendukung
2
sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Pelaksanaan kebijaksanaan publik dapat
ditentukan oleh kebijaksanaannya yang sesuai dengan kondisi, dana, tenaga ahli,
tenaga-tenaga terampil maupun mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh staf itu
sendiri.
1. Apa saja program Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang sudah dilaksanakan
di desa Sukomulyo.
2. Siapa saja badan pelaksana program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
3. Apa saja faktor pendorong, dampak, dan kendala dari kegiatan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan yang telah dilaksananakan dan yang sedang berjalan.
4. Apa saja dampak ekologi dan sosial ekonomi yang ditimbulkan dari
program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
5. Bagaimana tingkat keberhasilan program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
yang telah dilaksanakan
3
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi
program Rehabilitasi Hutan dan Lahan, dengan sasaran:
1. Mengetahui apa saja program Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang sudah
dilaksanakan di desa Sukomulyo.
2. Mengetahui siapa saja badan pelaksana program Rehabilitasi Hutan dan
Lahan
3. Mengetahui apa saja faktor pendorong, dampak, dan kendala dari kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang telah dilaksananakan dan yang sedang
berjalan.
4. Mengetahui apa saja dampak ekologi dan sosial ekonomi yang ditimbulkan
dari program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
5. Menganalisis tingkat keberhasilan program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
yang telah dilaksanakan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Perhutanan Sosial
Pengelolaan hutan di Indonesia sebenarnya sudah dilakukan sejak masa
kerajaan terutama di Pulau Jawa. Pengelolaan yang dilakukan oleh kerajaan pada
saat itu menunjukkan penguasaaan hutan di Pulau Jawa dikuasai untuk kemewahan
raja dan penghidupan masyarakat yang ada di dalamnya. Kemudian pada masa
kolonial atau pada masa penjajahan, pengelolaan dilakukan dengan membatasi
akses masyarakat terhadap hutan dengan adanya kebijakan - kebijakan penguasa
pada saat itu dan isu – isu mistis yang disebarkan kepada masyarakat. Pembatasan
tersebut menyebabkan ketakutan masyarakat dan menyebabkan masyarakat tidak
merasakan fungsi dari hutan itu sendiri (Budiono Dkk, 2006).
Penguasaan penuh oleh Negara terhadap hutan merupakan sebuah proses
hegemoni Negara untuk membatasi akses masyarakat terhadap hutan sehingga
hutan sepenuhnya bisa dieksploitasi untuk kepentingan Negara. Dalam konteks
Pengelolaan Sumber Daya Hutan (PSDH) Negara melalui Perum Perhutani
melakukan sentralisasi pengelolaan dan pemanfaatan SDH di Jawa. Sentralisasi
pengelolaan dan pemanfaatan tersebut merupakan sebuah manifestasi dari sebuah
kekuasaan Negara yang hegemonik. Interaksi Negara melalui Perum Perhutani
kemudian bersifat eksploitatif pada Sumber Daya Hutan (SDH) dan bersifat
penetratif terhadap Masyarkat Desa Hutan (MDH). Dampak yang signifikan adalah
dengan meningkatnya perusakan hutan oleh Masyarakat Desa Hutan yang
dilakukan karena lemahnya kondisi ekonomi dan sosial di Masyarakat Desa hutan.
Perusakan tersebut adalah sebuah bentuk resistensi Masyarakat Desa Hutan (MDH)
terhadap kebijakan pembangunan hutan yang tidak partisipatif (Sulistyaningsih,
2013)
Berbagai bentuk program Sosial Forestry yang telah berkembang dalam
konteks pengelolaan hutan di Indonesia telah berkembang lebih jauh mengikuti
proses dan dinamika kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah pengembangan
kelembagaan di pedesaan pada tingkat lapangan yaitu, Pola PHBM (Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat) oleh Perum Perhutani di Pulau Jawa, Pola MHBM
(Mengelola Hutan Bersama Masyarakat), Hutan Kemitraan dan Mengelola Hutan
Rakyat (MHR) di areal HTI di Luar Pulau Jawa. Dengan adanya perkembangan
dinamika kehidupan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan, menyebabkan
adanya dasar kebijakan pengelolaan hutan berbasis masyarakat yang dapat
memayungi dan mendukung penguatan kelembagaan pengelolaan hutan oleh
masyarakat seperti : Hutan Kemasyarakatan (Permenhut No. 37 Tahun 2007),
Hutan Desa (Permenhut No. 49 Tahun 2008), pendanaan Hutan Rakyat (SK Menhut
No. 49/Kpts-II/1997) yang telah berkembang sangat luas di Pulau Jawa bahkan
telah menjadi salah satu alternatif sumber bahan baku industri perkayuan di Pulau
Jawa dan Luar Pulau Jawa (Hakim Dkk, 2010)
5
2.2 Lahan Kritis
Lahan Kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga
kehilangan atau berkurang fungsinya sampai batas yang ditentukan atau
diharapkan, sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan
peruntukkannya sebagai media produksi maupun sebagai media tata air. Lahan
kritis ditandai oleh rusaknya struktur tanah, menurunnya kualitas dan kuantitas
bahan organik, defisiensi hara dan terganggunya siklus hidrologi, perlu
direhabilitasi dan ditingkatkan produktivitasnya agar lahan dapat kembali berfungsi
sebagai suatu ekosistem yang baik atau menghasilkan sesuatu yang bersifat
ekonomis bagi manusia (Kementerian Kehutanan 2014). Kerusakan secara fisik,
kimia dan biologis tanah dapat mengakibatkan terjadinya erosi dan tanah longsor
di daerah hulu, serta terjadinya banjir dan sedimentasi pada daerah hilir (Zain 1998).
Perubahan dalam pengelolaan lahan banyak menyebabkan hutan-hutan menjadi
gundul karena mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian, perumahan dan
lainnya. Alih fungsi kawasan hutan menurunkan luasan kawasan hutan, sehingga
mengakibatkan berkurangnya sumber mata air, terjadinya longsor, pendangkalan
sungai sehingga membawa dampak perubahan ke arah lahan kritis (Harini et al.
2012). Menurut Rukmana (1995) lahan-lahan pertanian yang terus ditanami tanpa
diikuti pengelolaan tanaman, tanah dan air secara tepat, akan mengakibatkan
penurunan produktivitas tanahnya. Penurunan produktivitas tanah disebabkan
karena terjadi penurunan kesuburan tanahnya yang semakin lama akan menjadi
lahan kritis.
Terjadinya lahan kritis disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
6
tanah secara vegetatif dan sipil teknik pada lahan kritis dan tidak produktif. Prinsip
dasar pelaksanaan Rehabilitasi menurut Departemen Kehutanan (2001) harus
mengacu pada :
7
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan,
pelaksanaan RHL bertujuan untuk memulihkan, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi hutan dan lahan, menjamin terjaganya daya dukung,
produktivitas dan peranan hutan dan lahan sebagai sistem penyangga kehidupan.
Salah satu pertimbangan pelaksanaan kegiatan RHL adalah sebaran lahan kritis
yang masih luas dan berdampak negatif terhadap fungsi hidrologis dalam ekosistem
DAS. Percepatan kegiatan rehabilitasi oleh Pemerintah melalui Kementerian
Kehutanan pernah dilaksanakan pada tahun 2000-an tepatnya tahun 2003 sampai
2007 melalui program Gerhan (Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan) dalam
rangka pemulihan kondisi hutan dan lahan kritis. Dasar pelaksanaan Gerhan adalah
Keputusan Bersama 3 (tiga) Menteri Koordinator Kabinet Indonesia Bersatu
(Menko Kesra, Menko Perekonomian dan Menko Polkam) nomor
09/KEP/MENKO/KESRA/III/2003, KEP.16/M.EKON/03/2003 dan
KEP.08/MENKO/POLKAM/III/2003 tentang Pembentukan Tim Koordinasi
Perbaikan Lingkungan melalui Rehabilitasi dan Reboisasi Nasional. Selanjutnya
dasar hukum tersebut diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 89 Tahun 2007.
8
2.5 Kemasyrakatan
9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu 1 (satu) hari pada tanggal 11
November 2019. Lokasi penelitian di Desa Sukomulyo, Kecamatan Pujon,
Kabupaten Malang yang memiliki luas total 610,3 Ha.
10
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan data sekunder dan studi
literatur. Data sekunder meliputi data dari wawancara secara langsung dengan
LMDH dan mantri perhutani setempat, literatur terkait lahan kritis dan rehabilitasi.
Topografi
Wilayah Desa Sukomulyo memiliki daerah pegunungan dan sebagian besar
dataran tinggi.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Program Rehabilitasi Desa Sukomulyo
Pada umunya program Rehabilitasi Hutan dan Lahan meliputi 3 tahap yaitu
persiapan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman. Dari hasi observasi yang
dilakukan didapati bahwa di Desa Sukomulyo sebelumnya belum pernah ada
program rehabilitasi hutan dan lahan, dan baru tahun 2019 ini terdapat program
rehabilitasi yang baru akan berjalan. Program RHL Di Desa Sukomulyo baru
sampai tahap persiapan ditunjukan dengan terbentuknya Lembaga Masyarakat
Desa Hutan (LMDH) Citra Lestari yang memegang hutan Sukomulyo dengan luas
556,90 Ha. Lahan yang akan ditanami seluas 20 Ha dengan rencana akan ditanami
tanaman buah berupa duren, alpukat, nangka, sukun, dan muris/sirsak yang
diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat berupa hasil buah dari tanaman
tersebut yang akhirnya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Persiapan secara teknis sudah mulai berjalan dengan dilakukannya pemasangan ajir
dan pembuatan lubang tanaman pada lahan. Pemasangan ajir dan pembuatan lubang
tanaman pada lahan ini dilakukan secara borongan dengan anggaran APBN yang
dalam pelaksanaannya terdapat pendampingan dari pihak Perhutani baik oleh
mandor maupun mantri setempat. Untuk saat ini dana yang sudah diturunkan hanya
sebesar 9 juta dan untuk menutupi kekurangan dana dalam proses persiapan ini
dibantu dengan peminjaman dana oleh mantri perhutani. Sistem bagi hasil antara
perhutani dengan masyarakat pengelola belum ada keputusan pasti, namun
diperkirakan dari perhutani mendapat 10% dari hasil panen nantinya. Persiapan
untuk bibitnya pun juga sudah matang, semua bibit yang akan ditanam berada di
wilayah Coban Rondo sebelum nantinya dipindahkan saat akan dilakukan
penanaman. Untuk tahap penanaman sendiri masih menunggu musim hujan agar
bibit yang ditanam dapat tumbuh sesuai harapan. Mengingat kondisi lahan RHL
yang subur, para pelaksana optimis program rehabilitasi lahan ini akan sukses
kedepannya.
12
4.3 Faktor Pendorong, Dampak, Dan Kendala Kegiatan Rehabilitasi Hutan
Dan Lahan
Adapun beberapa faktor yang mendorong program Rehabilitasi Hutan dan
Lahan ini diantaranya sumber daya yang mencankup jumlah pelaksana dan jumlah
penyuluh kehutanan lapangan dari perhutani yang sudah mencukupi untuk
terlaksanaannya program ini. Kondisi lahan yang terdegradasi menjadi salah satu
faktor pendorong untuk dilaksanakan rehabilitasi karena kondisi topografi yang
sangat miring sehingga rawan terjadi run-off bila lahan tetap dalam keadaan
kosong. Dibawah lahan rehabilitasi juga terdapat lahan pertanian dan rumah warga
sehingga dikhawatirkan akan terjadi longsor bila lahan tidak segera di rehabilitasi.
Kendala yang dihadapi berupa dana yang belum diberikan secara utuh sesuai
dengan anggaran yang dibutuhkan yang seharusnya sebesar 24 juta tetapi baru
diberikan sebesar 9 juta. Kondisi musim yang belum memasuki musim penghujan
juga menjadi salah satu penghambat kegiatan rehabilitasi karena jika pohon
ditanaman dalam keadaan lahan kering maka kemungkinan untuk mati lebih
banyak. Komunikasi antar organisasi juga telah dilakukan oleh Kementrian
Kehutanan melalui penyuluh dari perum perhutani KPH Malang yang kemudian
disosialisasikan ke LMDH sehingga komunikasi terjalin dengan baik. Karakteristik
badan pelaksana dari program ini juga sudah terstruktur sehingga jelas pembagian
tugas serta fungsinya.
13
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah :
1. Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Desa Sukomulyo baru mulai
dilaksanakan tahun ini dimana seluas 20 Ha dengan tanaman pokok berupa
buah - buahan sekaligus tanaman sela namum sekarang masih dalam tahap
persiapan berupa lubang dan ajir.
2. Untuk kendala yang dialami adalah dana dari pemerintah yang belum turun
semuanya sehingga masyarakat dari LMDH sendiri masih kesulitan.
3. Keberhasilan program RHL pada Desa Sukomulyo belum dapat dianalisis
karena program masih berjalan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang diusulkan adalah :
1. Perlunya program Rehabilitasi Hutan dan Lahan lebih banyak lagi pada
Desa Sukomulyo karena banyak lahan yang terbakar dan kosong.
2. Pengembangan program RHL pada Desa Sukomulyo sehingga masyarakat
mau mengembangkan hutannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad Sitanala.2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Barus B, Gandasasmita K, Tarigan SD, Rusdiana O. 2011. Penyusunan kriteria
lahan kritis. [laporan akhir]. Kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup
dengan Pusat Pengkajian Pengembangan Wilayah (P4W) Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Budiono P, Jahi A, Slamet N, Susanto D. 2006. Hubungan Karakteristik Petani Tepi
Hutan dengan Perilaku Mereka dalam Melestarikan Hutan Lindung di 12
Desa Provinsi Lampung. Jurnal Penyuluhan Vol:2 No.2
Hakim, Ismatul, dkk. 2010. Social Forestry : Menuju Restorasi Pembangunan
Kehutanan Berkelanjuta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan
Iklim dan Kebijakan. Kementerian Kehutanan : Jakarta.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID) : Akadernika Pressindo.
Harini S, Suyono, Mutiara E. 2012. Manajemen Pengelolaan Lahan Kritis pada
DAS Brantas Hulu Berbasis Masyarakat (Pilot Project Desa Bulukerto, Kota
Batu). Jurnal Manajemen Pengelolaan Lahan Kritis. Vol 1. No 1. Hal 92-111.
Henslin M. James 2006. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, Edisi 6 Jilid 2.
Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Kementerian Kehutanan. 2014. Balai Pengelolaan DAS Pemali Jratun : Baseline
Data Pengelolaan DAS. Semarang (ID) : BPDAS, Kemenhut.
Kementerian Kehutanan. 2014. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.61/Menhut-
II/2014 tentang Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Jakarta (ID): Kemenhut.
Muttaqin, Tatag. 2014. Evaluasi Kekritisan Lahan Di Kawasan Lindung Kecamatan
Pujon Kabupaten Malang Jawa Timur Dengan Teknologi Sistem Informasi
Geografis. Jurnal Gamma. Vol 10. No 1
Nugroho SP, Prayogo T. 2008. Penerapan SIG untuk Penyusunan dan Analisis
Lahan Kritis pada Satuan Wilayah Pengelolaan DAS Agam Kuantan,
Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol 9. No 2. Hal
130-140.
North Dauglass C. 1990. Institution Change and Economic Performance. New
York: Cambridge University Press.
Rahardjo. 2004. Membangun Desa Partisipatif. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Rukmana R. 1995. Teknik Pengelolaan Lahan Berbukit dan Kritis. Yogyakarta
(ID): Penerbit Kanisius.
Simon Hasanu. 2006. Social Forestry and Sustainable Forest
Management.Cooperation between Perum Perhutani and The Faculty of
Forestry.Yogyakarta: Gadjah Mada University.
15
Sulistyaningsih. 2013. Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap Pendapatan Petani
(Studi Kasus: Di Desa Landangan Kecamatan Kapongan). Jurnal Agribios.
Vol.11 No. 1
Zain AS. 1998. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Sertifikasi Hutan Rakyat.
Jakarta (ID) : Rineka Cipta.
16
LAMPIRAN
Lampiran 1. Stuktur LMDH Desa Sukomulyo
17
Lampiran 3. Papan RHL
18