Anda di halaman 1dari 39

MODERNISASI PERTANIAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI

PETANI SAWAH DI DESA DURIASI KECAMATAN WONGGEDUKU


KABUPATEN KONAWE (1983-2021)

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Seminar Proposal
Penelitian Pada Jurusan Ilmu Sejarah

OLEH
SULIANTI
N1C1 17 085

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah selesai diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk


dipresentasikan pada Panitia Ujian Seminar Proposal Penelitian pada Jurusan Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo.
Judul Skripsi         :  Modernisasi Pertanian dan Kondisi Sosial Ekonomi Petani
Sawah di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku Kabupaten
Konawe (1983-2021)
Nama Mahasiswa     : Sulianti
Stambuk                  : N1C117085

Kendari, Desember 2021

:Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. La Ode Ali Basri, S.Pd, M.Si Dra. Aswati, M., M.Hum


NIP. 19741019 200501 1 001 NIP. 19621022 199003 2 002

Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Sejarah

Dra. Aswati , M.,M. Hum


NIP . 19621022 199003 2 002

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
RENCANA DRAFT SKRIPSI....................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah..................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kerangka Konseptual...................................................................... 9
1. Konsep Petani Sawah.................................................................. 9
2.  Konsep Perubahan Sosial Ekonomi............................................ 11
3.  Konsep Revolusi Hijau............................................................... 16
B. Kerangka Teoritis.......................................................................... 19
C.  Tinjauan Historiografi .................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian........................................................ 27
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian..................................................... 27
C. Metode Penelitian........................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 32

iii
RENCANA DRAFT SKRIPSI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRAK
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
RENCANA DRAFT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan dan Batasan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kerangka Konseptual
1. Konsep Petani Sawah
2. Konsep Perubahan Sosial Ekonomi
3. Konsep Revolusi Hijau
B. Kerangka Teoritis
C. Tinjauan Historis

BAB III METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
C. Jenis dan Sumber Data
D. Metode Penelitian

iv
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Kondisi Geografis
B. Kondisi Demografis
C. Kondisi Sosial dan Budaya

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Faktor Yang Menyebabkan Sehingga Modernisasi Pertanian
Mempengaruhi Keadaan Sosial Ekonomi Petani Sawah di Desa Duriasi
Kecamatan Wonggeduku
B. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Sawah Dengan Adanya Modernisasi
Pertanian di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku
1. Kondisi Sosial Petani Sawah Dengan Adanya Modernisasi Pertanian
2. Kondisi Ekonomi Petani Sawah Dengan Adanya Modernisasi Pertanian

BAB VI PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor

pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

demikian sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor

pertanian. Sebagian penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan

sebagai lahan pertanian serta hampir 50% dari total angkatan kerja masih

menggantungkan nasibnya bekerja di sektor ini (Dillon, 2004: 39).

Pertanian merupakan sebuah sektor yang memiliki peranan penting dalam

kehidupan manusia. Karena inilah yang menjadi dasar penyedia sandang, papan

dan pangan dalam menjalankan kehidupan. Selain itu Indonesia, sektor pertanian

menjadi tumpuan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, karena

Indonesia merupakan negara agraris. Akibatnya banyak warga Indonesia yang

berprofesi sebagai petani (Yanis, 2013: 26).

Saat ini penggunaan alat-alat pertanian yang bersifat mekanis atau

penggunaan tenaga mesin menjadi kebutuhan bagi petani dalam menunjang

akivitas pertaniannya. Hal ini terlihat banyaknya petani yang sudah meninggalkan

penggunaan alat pertanian tradisional dalam aktivitas bertaninya kemudian beralih

menggunakan alat-alat pertanian yang bersifat modern, adanya perubahan

penggunaan alat pertanian tersebut merupakan implikasi masuknya modernisasi di

sektor pertanian. Seiring dengan masuknya modernisasi pertanian, maka semakin

meningkat pula produksi yang dihasilkan oleh petani. Hal ini menunjukan bahwa

1
petani semakin rasional di dalam proses penggarapan lahan pertanian tersebut.

Modernisasi masyarakat pertanian tradisional ditafsirkan seolah-olah sebagai

sesuatu yang dapat diresapkan dengan kemajuan teknologi. Kemajuan yang cepat

di bidang ekonomi dan sosial diharapkan terjadi sebagai konsekuensi segera atas

diperkenalkannya suatu paket teknik modern kedalam suatu tipe pertanian

subsisten (Selvia dkk, 2019: 768).

Salah satu modernisasi pertanian yang saat ini banyak dirasakan oleh

masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan adalah teknologi pertanian.

Penciptaan teknologi pertanian seperti penciptaan mesin traktor atau traktor

tangan (hand tractor) yang digunakan pada saat petani mengolah sawah, mesin

perontok padi (combine harvester) yang digunakan untuk merontok padi

penggiling padi untuk menggiling padi menjadi beras, penyemprot hama guna

memberantas hama dan penyakit tanaman padi dan teknologi lainnya yang

kesemuanya ini sangat dirasakan oleh masyarakat petani. Sehingga petani dapat

bekerja lebih praktis, hemat dan produktivitas yang meningkat dari pada sebelum

adanya modernisasi pertanian (Selvia dkk, 2019: 768).

Demikian pula dengan para petani di Desa Duriasi Kecamatan

Wonggeduku Kabupaten Konawe yang saat ini juga telah melakukan modernisasi

dalam bidang pertanian. Sebelum tahun 1983 para petani masih menggunakan

sistem pertanian tradisional. Sistem pertanian tradisional ditandai dengan aktivitas

gotong royong yang selalu dilakukan petani Desa Duriasi dalam aktivitas

bersawah. Peralatan yang mereka gunakan juga masih terbilang sangat sederhana

dengan kapasitas pengerjaan seadanya. Sebelum modernisasi, petani melakukan

2
proses pengolahan sawah hanya dengan menggunakan cangkul dalam menggarap

tanah sebelum nantinya dilakukan proses penanaman. Proses penanaman juga

sifatnya masih manual yakni menggunakan tenaga manusia dengan menanam padi

satu persatu sehingga tidak efisien. Berikutnya dalam proses panen yakni padi

yang sudah di panen dengan menggunakan celurit tersebut kemudian dibanting

padi pada kayu agar nantinya siap untuk dijemur dan digiling untuk menjadi

beras.

Dengan sistem pertanian tradisional yang petani sawah lakukan tersebut

berdampak pada produksi yang minim sehingga pendapatan dari petani cenderung

rendah. Rendahnya produktivitas pertanian juga disebabkan oleh tingkat

pendidikan petani Desa Duriasi yang rendah. Kurangnya pengetahuan dalam

pertanian yang lebih modern membuat petani mengelolah sawah dengan cara yang

sederhana. Pengelolaan sawah para petani lebih banyak didukung oleh

pengetahuan lokal masyarakat setempat misalnya kepercayaan terhadap roh-roh

dan dewa yang dianggap dapat menjaga areal pertanian mereka. Pengetahuan

lokal petani tersebut menjadi sebuah kearifan lokal masyarakat Desa Duriasi

dalam bertani saat itu.

Desa Duriasi merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Wonggeduku sebagai daerah yang mayoritas penduduknya adalah bermata

pencaharian sebagai petani khususnya pada petani sawah. Di Desa Duriasi

terdapat lahan pertanian sawah 68 Ha terdapat sekitar 201 petani sawah, sehingga

menunjukkan bahwa mata pencaharian pokok masyarakat Desa Duriasi adalah

pada sektor pertanian atau usaha pertanian yang meliputi padi sawah yang

3
ditekuni masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (BPS Konawe, 2020).

Masyarakat di Desa Duriasi mulai mengenal dan menggunakan teknologi

pertanian ini sekitar tahun 1983, perkembangan yang terjadi pada masyarakat

Desa Duriasi didorong oleh keinginan masyarakat untuk maju dan berkembang

seiring dengan perkembangan zaman. Masuknya alat-alat pertanian sedikit banyak

membawa dampak bagi kehidupan di Desa Duriasi. Dari Penggunaan alat-alat

signifikan pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat petani sawah.

Sebagai sebuah desa yang mayoritas penduduknya petani, tentunya Desa

Duriasi tidak terlepas dari arus modernisasi yang sedang berlangsung. Hal ini

terlihat dari pola pikir dan pola hidup masyarakat Desa Duriasi yang sudah mulai

terbuka terhadap pengetahuan, teknologi khususnya dalam bidang pertanian

karena pada dasarnya masyarakat Desa Duriasi adalah petani. Dalam bidang

pertanian mereka sudah menggunakan teknologi modern dari pengolahan tanah

sampai pada masa panen. Teknologi pertanian yang mereka gunakan saat ini

seperti traktor tangan (hand tractor) pada saat petani mengolah sawah, mesin

perontok padi (combine harvester) yang digunakan untuk merontok padi

sebelumnya petani hanya membanting pada kayu, penggiling padi untuk

menggiling padi menjadi beras, penyemprot hama guna memberantas hama dan

penyakit tanaman padi dan teknologi lainnya yang kesemuanya ini sangat

dirasakan oleh masyarakat petani. Sehingga petani dapat bekerja lebih praktis,

hemat dan produktivitas yang meningkat setiap tahunnya.

Proses modernisasi yang sedang berlangsung dalam masyarakat tani Desa

Duriasi tentunya memiliki dampak pada keadaan sosial dan ekonomi petani. Hal

4
itu terlihat jelas pada kondisi ekonomi petani sawah sebelum modernisasi dimana

rumah tempat tinggal petani mayoritas dari rumah semi permanen, kemudian

setelah modernisasi ekonomi cukup meningkat karena produktivitas pertanian

yang selalu meningkat setiap kali panen rumah tempat tinggal mereka saat ini

sudah permanen. Petani sawah yang sebelum adanya modernisasi masih

bergantung pada pola-pola tradisional seperti selalu diadakan kegiatan gotong

royong dalam membantu petani lainnya dalam mengolah sawah seperti menanam,

panen, dan pasca pane. Namun setelah modernisasi kehidupan petani sawah

beralih pada pola-pola yang modern dan bersifat individualis karena terbantukan

dengan teknologi pertanian yang sifat kerjanya mandiri dan lebih efisien.

Peningkatan ekonomi petani sawah yang diikuti dengan perubahan kehidupan

sosial di dalamnya turut memberikan dampak pula pada perubahan lapisan sosial

masyarakatnya. Banyaknya petani sawah di Desa Duriasi yang secara ekonomi

sudah terjadi peningkatan justru tingkatan sosialnya juga meningkat.

Berdasarkan deskripsi diatas mengenai modernisasi yang merupakan

sebuah gejala perubahan sosial dan masyarakat Desa Duriasi sebagai sebuah

tatanan yang tentunya juga telah tersentuh dengan pola modernisasi tentu akan

membawa dampak pada perubahan sosial dan ekonomi, maka dari situlah penulis

tertarik ingin mengetahui “Modernisasi Pertanian dan Kondisi Sosial Ekonomi

Petani Sawah di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe

(1983-2021)”.

5
B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor apakah yang menyebabkan sehingga modernisasi pertanian

mempengaruhi keadaan sosial ekonomi petani sawah di Desa Duriasi

Kecamatan Wonggeduku?

2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi petani sawah dengan adanya

modernisasi pertanian di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku?

2. Batasan Masalah

a. Batasan Temporal (Waktu)

Batasan temporal penelitian ini ialah Tahun 1983-2021. Tahun 1983

ditetapkan sebagai awal kajian, karena pada tahun tersebut awal mula

aktivitas masyarakat Desa Duriasi dalam bertani sawah dengan

memanfaatkan teknologi pertanian, tahun 2021 sebagai akhir dari penelitian

ini karena hingga saat ini kondisi sosial ekonomi petani sawah setelah

modernisasi pertanian di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku, tampak

mengalami perubahan.

b. Batasan Spasial (Tempat)

Batasan spasial penelitian ini dilakukan di Desa Duriasi Kecamatan

Wonggeduku Kabupaten Konawe sebagai tempat penelitian ini. Karena desa

tersebut 90% penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sawah.

6
c. Batasan Tematis

Batasan tematis, yang menjadi permasalahan dalam penelitian

ini hanya berfokus pada pembahasan yang berkisar pada aspek

sebagai berikut:

1) Faktor penyebab sehingga modernisasi pertanian mempengaruhi keadaan

sosial ekonomi petani sawah di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku

2) Kondisi sosial ekonomi petani sawah dengan adanya modernisasi

pertanian di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mendeskripsikan faktor yang menyebabkan sehingga modernisasi

pertanian mempengaruhi keadaan sosial ekonomi petani sawah di Desa

Duriasi Kecamatan Wonggeduku.

2) Untuk mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi petani sawah dengan adanya

modernisasi pertanian di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi

manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan dan

bermanfaat bagi perkembangan kajian ilmu sejarah khususnya sejarah desa

tentang keadaan sosial ekonomi masyarakat pedesaan.

7
2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, sebagai

berikut:

a. Bagi masyarakat yang berprofesi sebagai petani sawah di Kabupaten

Konawe, diharapkan dapat termotivasi dalam mengembangkan kegiatan

petani sawah di wilayahnya.

b. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi masukan dalam merumuskan

kebijakan terkait pengembangan dan pemberdayaan petani sawah yang lebih

baik.

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual
1. Konsep Petani Sawah
Petani adalah seseorang yang bergerak dibidang pertanian, utamanya dengan

cara melakukan pengelolaan tanah dan air dengan tujuan untuk menumbuhkan dan

memelihara tanaman dan hewan, dengan harapan memperoleh hasil dari tanaman

dan hewan tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang

lain. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 73 tahun 2007 tentang pedoman

pembinaan kelembagaan pertanian menyebutkan bahwa tani adalah petani yang

dibentuk atas dasar kepentingan, kondisi lingkungan (sosial ekonomi sumber daya)

dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha tani.

Petani sawah adalah seorang yang bekerja mengolah alam memiliki pola

sendiri yang berbeda dari cara kerja perekonomian kapitalis yang cenderung

berupaya mendatangkan keuntungan. Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang

dilakukan dilahan yang basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi,

sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut. Dengan mengikuti

irama alam pula aktivitas kesibukan kerja petani sawah pun berbeda dengan

kesibukan kerja pada pabrik-pabrik di kota besar. Pada petani sawah, mereka

terbiasa bekerja keras hanya pada masa-masa tertentu, dan mengalami kelonggaran

bekerja pada masa-masa yang lain dalam lingkaran pertanian. Hanya saja, pada

masa-masa tertentu tenaga sendiri biasanya juga tidak cukup untuk menyelesaikan

9
segala pekerjaan sawah sendiri (Van, Arsten. Pengertian Petani. Diakses 20

Oktober 2021. http://www.tokomesin.com/pengertian.pertanian. html)

Setiap orang bisa menjadi petani asalkan mempunyai sebidang tanah atau

lebih, walaupun ia sudah mempunyai pekerjaan lain maksudnya bukan berarti

petani tanah harus mencangkul atau mengolah sendiri tanah miliknya, tapi bisa

bekerjasama dengan petani tulen ditanah pertanian miliknya. Apabila ini

diterapkan, berarti pemilik tanah itu telah memberi pekerjaan kepada orang lain

walau hasilnya tidak banyak apabila bermaksud mengolah sendiri, kita tentu harus

benar-benar bisa membagi waktu tetapi kemungkinan akan kesulitan jika tanahnya

lebih dari satu petak.

Petani dapat didefinisikan sebagai pekerjaan pemanfaatan sumber daya hayati

yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri,

atau sumber energi serta mengolah lingkungan hidupnya guna memenuhi

kebutuhan hidup dengan menggunakan alat yang bersifat tradisional dan modern.

Petani sawah menurut sistemnya:

a. Sawah Irigasi

Sawah irigasi adalah sawah yang dalam proses pengairannya

dilakukan secara teratur dan optimal serta tidak tergantung kepada curah

hujan. Jadi, sistem pengairan ini dilakukan menggunakan sistem irigasi yang

airnya bersumber dari waduk atau bendungan. Itulah sebabnya kenapa disebut

sebagai sawah irigasi. Sistem pertanian dengan menggunakan sawah irigasi

10
ini sangat cocok dari segi musim, karena untuk menanam padi kita tidak

bergantung pada musim hujan saja.

b. Sawah Tadah Hujan

Sawah tadah hujan adalah sistem pengairan sawah yang hanya

berdasarkan curah hujan atau berdasarkan musim penghujan saja.

c. Sawah Lebak

Sawah lebak adalah sawah yang berada dikiri dan kanan sungai-sungai

besar. Namun jenis sawah ini sekarang sudah jarang sekali karena mengingat

resiko sangat besar dan sangat rentan terhadap banjir (Suhari, 1996: 39).

2.  Konsep Perubahan Sosial Ekonomi


a.  Perubahan Sosial
Setiap individu maupun kelompok selalu mengalami perkembangan dan

perubahan yang disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar

lingkungannya. Perubahan yang terus berlangsung dalam kehidupan manusia

sebagai mahluk sosial merupakan usaha untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya atau generasinya sebagai mahluk sosial. Secara umum perubahan sosial

dapat diartikan sebagai perbedaan keadaan yang berarti dalam unsur masyarakat

dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Perkembangan sosial mencakup

proses perkembangan unsur sosial budaya dari waktu ke waktu yang membawa

perbedaan berarti dalam struktur dan fungsi masyarakat.

Perubahan sosial merupakan segala perubahan yang ada pada lembaga

kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya,

11
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara

kelompok masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat

juga tidak lepas dari perkembangan ekonomi masyarakat yang dimana diketahui

bahwa Sosiologi ekonomi merupakan studi yang mempelajari cara orang atau

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka terhadap barang dan jasa,

dengan menggunakan pendekatan atau perspektif analisis sosiologi. Maka dari

itu perubahan sosial yang terjadi karena adanya kondisi-kondisi sosial primer

misalnya kondisi ekonomi, teknologi, geografi dan biologi. Sehingga kondisi-

kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek

kehidupan sosial lainnya.

Sedangkan menurut Martono (2012: 240) bahwa perubahan dapat

mencakup aspek yang sempit maupun yang luas. Aspek yang sempit dapat

meliputi aspek perilaku dan pola pikir individu. Aspek yang luas dapat berupa

perubahan dalam tingkat struktur masyarakat yang nantinya dapat memengaruhi

perkembangan masyarakat dimasa yang akan datang. Terjadinya perubahan

tersebut disebabkan oleh 2 (dua) faktor yaitu :

a. Faktor Internal
Faktor internal terjadinya perubahan sosial adalah adanya perubahan

pola pikir masyarakat yang progresif atau mengarah pada kemajuan. Pola

pikir yang lebih maju dan terbuka pada perkembangan zaman akan

melahirkan sebuah perubahan baik pada diri individu dan masyarakat

maupun pada lingkungan dalam skala yang lebih luas.

12
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor penyebab perubahan yang terjadi dari

luar diri manusia. Faktor eksternal terjadinya perubahan sosial berkaitan

dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

pada berbagai sendi kehidupan manusia. Perubahan sosial akan terjadi dalam

kehidupan individu dan masyarakat dengan lingkungannya apabila manusia

turut mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka miliki.

Selanjutnya Gilin dalam Soekanto (2009: 263) mengatakan perubahan-

perubahan sosial sebagai suatu variasi dan cara-cara hidup yang telah di terima,

baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materil,

komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-

penemuan baru dalam masyarakat.

Perubahan yang berasal dari dalam masyarakat, perkembangan ilmu

pengetahuan, pengetahuan yang paling luas menghasilkan teknologi canggih

yang mengubah kehidupan manusia. Penemuan-penemuan baru akibat

perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, baik berupa teknologi maupun berupa

gagasan-gagasan menyebar ke masyarakat, dikenal, diakui, dan selanjutnya

diterima serta menimbulkan perubahan sosial (Basrowi, 2005: 623).

Sedangkan menurut Nasution (1995: 73) bahwa kehidupan sosial

merupakan suatu proses sosial dalam masyarakat yang mempunyai jangkauan

yang sangat luas dan dapat meliputi seluruh manusia yang terjadi atas berbagai

13
kelompok baik kelompok besar maupun kelompok kecil atau tergantung jumlah

anggotanya yakni minimal berjumlah dua orang.

Perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-

lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem

sosialnya termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara

kelompok-kelompok masyarakat. Jadi perubahan sosial adalah merupakan

sesuatu yang wajar dan timbul dari pergaulan manusia dimana perubahan

tersebut terjadi karena perubahan dalam yang mempertahankan keseimbangan.

Keseimbangan dalam masyarakat merupakan suatu keadaan yang di idam-

idamkan oleh setiap warga masyarakat.

b.  Perubahan Ekonomi

Perubahan ekonomi membawa konsekuensi tersendiri dalam kehidupan

masyarakat petani pedesaan. Perubahan tersebut diantaranya berkaitan dengan

upaya peningkatan produksi pertanian dan pengefektifan tenaga kerja. Pada

akhirnya perubahan ekonomi tersebut mempengaruhi struktur sosial masyarakat.

Hal yang terjadi kemudian adalah munculnya peluang ekonomi dengan

memasuki sektor informal sebagai suatu strategi untuk meningkatkan pendapatan

(Tjondronegoro, 2008: 47)

Transformasi masyarakat yang disebabkan oleh perubahan pola

perekonomian terjadi perubahan masyarakat yang bersifat kumulatif dan bahkan

permanen, terjadi pada saat masyarakat mampu memegang kontrol terhadap

sumber daya produksi yang ada dan terkadang pada sumber daya utama seperti

14
kepemilikan lahan. Hefner menyebutkan bahwa perubahan ekonomi tidak hanya

melulu merupakan persoalan penyebaran teknologi, rasionalisasi pasar ataupun

penetrasi kapitalis, tetapi juga berurusan dengan komunitas, moralitas dan

kekuasaan (Hefner, 1990: 2).

Koentjaraningrat (2003: 35) mengemukakan bahwa kondisi sosial

ekonomi seseorang dapat dilihat dari pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan,

lingkungan tempat tinggal, lingkungan keluarga, dan hal lain yang terkait dengan

aktivitas sosial ekonomi dari individu tersebut. Keadaan sosial ekonomi

masyarakat dapat dikatakan baik jika kebutuhan dasar masyarakat itu telah

terpenuhi. Menurut Hidayat (2006: 31) menyatakan bahwa kehidupan sosial

ekonomi merupakan keadaan pekerjaan yang di tinjau dari segi ekonomi seperti

penghasilan atau upah yang di terima, permodalan dan investasi sedangkan aspek

sosialnya menyangkut lingkungan pemukiman fasilitas sanitasi dan lain-lain.

Selanjutnya Sukirno (1987: 03) memberikan pengertian ekonomi yang

berarti aturan-aturan dalam rumah tangga yang pada dasarnya menerapkan

tentang prinsip-prinsip didalam menggunakan pendapatan rumah tangga tersebut.

Mendukung pendapatan tersebut diatas, Soetomo (1995: 117) mengemukakan

pula bahwa dari konsep ekonomi, masalah kemiskinan sangat erat hubungannya

dengan konsep standar hidup, pendapatan dan distribusi pendapatan. Demikian

pula untuk untuk mengukur konsep kemiskinan padat dilihat dari konsep hidup

(level of living) misalnya dapat dilihat dari sudut pandang faktor pendidikan,

kesehatan, perumahan dan kondisi sosialnya.

15
Berdasarkan definisi di atas, maka sosial ekonomi dalam penelitian ini

adalah perubahan seseorang atau suatu masyarakat mengenai perubahan sosial

yang mencakup tingkat pendidikan, kesehatan, perumahan, komposisi penduduk,

ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam

masyarakat. Sedangkan perubahan ekonomi meliputi pendapatan.

3. Konsep Revolusi Hijau

Revolusi hijau atau revolusi agraria adalah suatu perubahan cara bercocok

tanam dari cara tradisional berubah secara modern untuk meningkatkan

produktivitas pertanian (Suharto, 2008: 17). Definisi lain menyebutkan revolusi

hijau adalah revolusi produksi biji-bijian dari penemuan ilmiah berupa benih

unggul baru dari varietas gandum, padi, jagung yang membawa dampak

tingginya hasil panen. Tujuan revolusi hijau adalah meningkatkan produktivitas

pertanian dengan cara penelitian dan eksperimen bibit unggul.

Perkembangan revolusi hijau yang semakin bertambah pesat, juga

berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia. Dengan tumbuhnya kesadaran akan

pentingnya meningkatkan ekonomi dari sektor pertanian yang disebabkan oleh

kesadaran akan kebutuhan penduduk yang meningkat dengan pesat, tingkat

produksi pertanian yang masih sangat rendah, dan karena produksi pertanian

belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan penduduk, maka upaya yang

dilakukan pemerintah Indonesia untuk menggalakan revolusi hijau ditempuh

dengan cara: Intensifikasi Pertanian, kegiatan pengembangan produksi hasil

16
pertanian yaitu dengan menerapkan teknologi tepat guna ( panca usaha Tani)

untuk tiap luas tanah pertanian.

Ekstensifikasi Pertanian, yaitu memperluas lahan tanah yang dapat

ditanami dengan pembukaan lahan-lahan baru (misalnya mengubah lahan tandus

menjadi lahan yang dapat ditanami, membuka hutan, dan sebagainya).

Diversifikasi Pertanian, usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu lahan

pertanian melalui sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan karena dapat

mencegah kegagalan panen pokok, memperluas sumber devisa, mencegah

penurunan pendapatan para petani.

Pengertian revolusi hijau adalah usaha pengembangan teknologi pertanian

untuk meningkatkan produksi pangan. Mengubah dari pertanian yang tadinya

menggunakan teknologi tradisional menjadi pertanian yang menggunakan

teknologi lebih maju atau modern. Revolusi hijau juga mendapatkan kritik dari

pihak pihak yang mempunyai kesadaran akan kelestarian lingkungan karena telah

mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah (Theresia, et al., 2014).

Oleh mereka yang mendukung revolusi industri, mereka menyebutkan

bahwa kerusakan tersebut bukan karena revolusi industri tapi karena akses dalam

penggunaan teknologi yang tidak memandang kaidah-kaidah yang sudah

ditentukan. Revolusi hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya

kesadaran akan kelestarian lingkungan karena mengakibatkan kerusakan

lingkungan yang parah. Oleh para pendukungnya, kerusakan dipandang bukan

17
karena Revolusi Hijau tetapi karena ekses dalam penggunaan teknologi yang

tidak memandang kaidah-kaidah yang sudah ditentukan.

Konsep revolusi hijau yang di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas

adalah program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya

swasembada beras. Peningkatan produksi beras padi merupakan program yang

mendapat prioritas tertinggi pada Pelita I (dengan harapan dicapainya

swasembada pada akhir pelita I), maka dibentuklah organisasi Bimas tingkat

nasional sampai ketingkat kecamatan (Mubyarto, 1983: 135). Tujuan tersebut

dilatarbelakangi mitos bahwa beras adalah komoditas strategis baik ditinjau dari

segi ekonomi, politik dan sosial.

Revolusi Hijau telah berhasil dalam penyebaran teknologi yang cocok

dan cepat meningkatkan produktivitas padi pada sistem-sistem pertanian dataran

rendah beririgasi (Yoddang, 2005: 4). Di kawasan ini pemerintah membangun

berbagai prasarana guna menunjang program swasembada pangan. Akibatnya

adalah muncul kesenjangan antara kawasan dataran rendah dengan kawasan

dataran tinggi. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap kawasan dataran tinggi

membawa akibat pula pada kelestarian dari infrastruktur penunjang Revolusi

Hijau. Revolusi Hijau atau program Bimas meskipun memakan waktu yang

relatif lama kurang lebih 20 tahun, telah berhasil mengubah sikap para petani,

khususnya para petani sub sektor pangan, dari “anti” teknologi ke sikap yang

mau memanfaatkan teknologi pertanian modern, seperti pupuk kimia, obat-

obatan pelindung, dan bibit padi unggul (Soetrisno, 1995: 13-14).

18
Revolusi Hijau sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia tidak

mampu mengantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada

pangan secara tetap. Di samping itu Revolusi Hijau juga telah menyebabkan

terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial pedesaan karena ternyata Revolusi

Hijau hanyalah menguntungkan petani yang memiliki tanah lebih dari setengah

hektar, dan petani kaya di pedesaan, serta penyelenggara negara di tingkat

pedesaan.

B. Kerangka Teoritis
Teori modernisasi adalah proses transformasi dari masyarakat tradisional atau

terbelakang ke masyarakat modern. Teori modernisasi selalu berkaitan dengan

perubahan sosial dalam masyarakat. Teori modernisasi lahir sebagai produk pasca

perang dunia II. Teori ini dirumuskan untuk menjawab permasalah baru yang terkait

dengan pembagian masyarakat dunia ke dalam tiga dunia yang berbeda. Teori

Modernisasi memberikan solusi, bahwa untuk membantu dunia ketiga termasuk

kemiskinan, tidak saja diperlukan bantuan modal dari negara-negara maju, tetapi

negara itu disarankan untuk meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan

kemudian melembagakan demokrasi politik (Garna, 1999: 9), justru disinilah letak

permasalahannya, karena teori pembangunan menurut persepsi Dunia Ketiga

menghendaki bahwa tradisi dan nilai-nilainya harus memberikan nuansa kepada

keadaan modern yang hendak dicapai.

Satu hal yang menonjol dari teori modernisasi ini adalah, modernisasi seolah-

olah tidak memberikan celah terhadap unsur luar yang dianggap modern sebagai

19
sumber kegagalan, namun lebih menekankan sebagai akibat dari dalam masyarakat

itu sendiri. Asumsi ini ternyata banyak menimbulkan komentar dari berbagai pihak,

terutama dari kelompok pendukung teori Dependensi, sehingga timbul paradigma

baru yang dikenal sebagai teori Modernisasi Baru (Suwarsono, 1991: 58-61).

Haviland (1988) mengemukakan beberapa sub-proses terhadap modernisasi

yaitu: (1) perkembangan teknologi dalam proses modernisasi, pengetahuan dan teknik

tradisional yang sederhana terdesak oleh penerapan pengetahuan ilmiah dan teknik

yang pada intinya dipinjam dari barat. (2) pengembangan pertanian, yang berupa

pergeseran dari pertanian untuk keperluan sendiri menjadi pertanian untuk

pemasaran. orang tidak membudi dayakan tanaman dan hewan untuk keperluan

sendiri, tetapi mereka makin lama banyak mengadakan budi daya untuk dipasarkan,

dengan Iebih banyak bersandar kepada ekonomi uang dan pasar untuk mengadakan

pembelian-pembelian. (3) industrialisasi, dengan iebih mengutamakan bentuk energi

non hewani (inanimate), khususnya bahan bakar fosil. Tenaga manusia dan hewan

menjadi kurang penting, seperti halnya dengan kerajinan. (4) urbanisasi, yang

ditandai oleh perpindahan penduduk dari pemukiman pedesaan ke kota-kota (Hatu,

2013: 17).

Dari beberapa konsep tentang modernisasi di atas, bagaimana konsep tersebut

dengan konsep pembangunan pedesaan khususnya pembangunan pertanian.

Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meningkatkan serta

mensejahterakan kualitas hidup petani. Dalam usaha tersebut diperlukan adanya

partisipasi petani dan masyarakat, sehingga peningkatan produksi komoditas

20
pertanian dapat dicapai lebih efisien dan dinamis dengan diikuti pembagian surplus

ekonomi antar pelaku secara adil. Masalah yang dihadapi dalam pembangunan

pertanian dan pedesaan adalah produktivitas tenaga kerja dan penguasaan aset

produktif yang rendah disertai adanya dualisme antara pertanian rakyat yang

tradisional dan perusahaan besar yang maju dan modern serta dualisme antara kota

dan desa. Kondisi ini menyebabkan rendahnya pendapatan masyarakat dan tingginya

tingkat kemiskinan di pedesaan, oleh karena itu, pembangunan pertanian harus

berorientasi pada peningkatan produktivitas tenaga kerja, pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat petani di pedesaan (Hatu, 2013: 18).

Sehingga bagi masyarakat yang ingin maju dan berkembang di dalam

kehidupannya maka perlu melakukan modernisasi. Teori modernisasi tersebut

dijadikan peneliti untuk menganalisis bagaimana modernisasi pertanian yang terjadi

dan dampaknya terhadap perubahan sosial ekonomi petani sawah di Desa Duriasi

Kecamatan Wonggeduku. Teori modernisasi pada penelitian ini difokuskan pada

analisis penyebab terjadinya modernisasi yang menimbulkan dampak pada perubahan

kondisi sosial ekonomi petani sawah Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku.

C. Tinjauan Historiografi

Terkait penelitian terdahulu, penelitian ini yang berjudul “Modernisasi

Pertanian Dan Kondisi Sosial Ekonomi Petani Sawah di Desa Duriasi Kecamatan

Wonggeduku Kabupaten Konawe” dilakukan juga dilandasi oleh beberapa penelitian

terdahulu yang sudah ada. Beberpa penelitian yang terkait dengan penelitian ini

diantaranya.

21
Yodfiatfinda (2015) penelitian yang berjudul “Perubahan Sosial Kehidupan

Petani Padi Sawah Terhadap Tenaga Kerja Pertanian Di Kabupaten Banggai”.

Penelitian ini mengkaji tentang perubahan sosial kehidupan petani padi sawah dan

pengaruhnya terhadap suplai tenaga kerja pertanian di Kabupaten Banggai Sulawesi

Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan terutama

proyek migas yang sedang pesat dilakukan di Kabupaten Banggai telah membawa

perubahan kegiatan sosial petani sawah di wilayah ini. Perubahan tersebut salah

satunya dapat dilihat dari kecenderungan petani untuk mencari pekerjaan di luar

usaha tani padi sawah. Hal ini menyebabkan berkurangnya suplai tenaga kerja di

usaha tani sawah sehingga mendorong naiknya upah. Di Kabupaten Banggai,

terutama di empat kecamatan wilayah studi kenaikan upah buruh mencapai 10-20%.

Selain kenaikan upah, terbukanya peluang bekerja di proyek migas dan menjadi

penambang emas telah mengurangi suplai tenaga kerja di usaha padi sawah terutama

untuk pekerjaan yang belum bisa digantikan oleh mekanisasi seperti menanam dan

panen.

Wulandari (2015) dengan judul penelitian “Kondisi Sosial Ekonomi Petani

Padi Sawah Di Kelurahan Mangalli Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa”. Hasil

penelitian menujukan bahwa latar belakang terjadinya hubungan kerja pemilik sawah

tidak mampu lagi bekerja sibuk dengan pekerjaan lain dan untuk membantu petani

penggarap. Sedangkan petani penggarap dikarenakan tidak punya lahan untuk

menambah penghasilan. Hubungan yang terjalin diantara mereka yaitu hubungan

kerja pada prinsipnya, didasarkan pada pengertian bahwa, kehidupan sosial adalah

22
keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan sebagai suatu

kesatuan yang tak terpisahkan, untuk mengadakan kerjasama dalam melaksanakan

pekerjaan. Hubungan antara petani pemilik dengan petani penggarap berlangsung

dengan baik. Pada prinsipnya didasarkan pada pengertian bahwa kehidupan social

adalah keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan sebagai

salah satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam melaksakan suatu pekerjaan. Pola

hubungan kerja yang terjadi diantara mereka terlihat dalam bentuk usaha sesuai

dengan peran masing-masing. Pola hubungan kerja yang terjadi melahirkan dua aspek

yang saling menguntungkan diantara mereka, yaitu aspek sosial dan aspek ekonomi.

Hubungan kerja antar petani pemilik dan penggarap terlihat dalam bentuk usaha.

Petani penggarap senantiasa bekerja dengan penuh perhatian dalam melaksanakan

pekerjaannya guna mendapatkan hasil yang lebih baik. Pemilik sebagai pemilik

sawah mengaharapkan hasil dari sawahnya yang dikerjakan oleh petani penggarap.

Jadi dalam hal ini ada hubungan saling ketergantungan yang menguntungkan kedua

belah pihak. Pendapatan dari hasil sawah yang bervariasi. Hal ini di pengaruhi oleh

luas lahan yang digarap serta hasil kerjaan yang lain. Pendapatan dari hasil

pengolahan sawah sangat tidak memungkinkan untuk memenuhi kehidupan mereka.

Nurman (2014) dengan judul penelitian “Perubahan Sosial Ekonomi Dari

Petani Sawah Menjadi Petani Tebu Di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng

Kabupaten Bone”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab masyarakat

petani sawah menjadi petani tebu di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng

Kabupaten Bone, untuk mengetahui gambaran perubahan sosial ekonomi dari petani

23
sawah menjadi petani tebu di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten

Bone, dan untuk mengetahui dampak perubahan dari petani sawah menjadi petani

tebu di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. Hasil penelitian

menunjukkan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial ekonomi dari petani

sawah menjadi petani tebu di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten

Bone, meliputi rasa tidak puas dengan cara bertani sawah, kesadaran akan bertani

sawah bukan lagi cara yang paling aman dalam bertani, karena permintaan dan

penawaran dari pabrik gula, disebabkan oleh diterimanya informasi atau masukan

dari luar, misalnya penyuluhan pertanian untuk menanam tebu demi memenuhi

kebutuhan keluarga, gambaran perubahan sosial ekonomi dari petani sawah menjadi

petani tebu di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone, meliputi

perubahan pola pikir, munculnya usaha tani modern, kondisi perumahan terus

menerus diperbaiki, dan dampak perubahan sosiial ekonomi petani sawah menjadi

petani tebu di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone, meliputi pola

hidup yaitu pola konsumsi, kesehatan dan penggunaan teknologi seperti laptop dan

handphone, bertambahnya pendapatan. Sedangkan dampak bagi petani yang tidak

berhasil mereka mengalami kerugian.

Edi Datau (1992) penelitian berjudul “Kehidupan Sosial Ekonomi Petani

Penggarap Sawah” yang menyatakan tingkat pendidikan petani penggarap yang ada

di Kota Utara Gorontalo tergolong tinggi karena masih banyaknya masyarakat yang

menggantungkan hidupnya dari tanah pertanian sebagai sumber pendapatan dan juga

masih kurangnya lapangan pekerjaan yang dapat menyerap tenaga kerja terdidik.

24
Serta upaya pemeliharaan kesehatan pengguna sarana kesehatan oleh petani

penggarap umumnya tergolong baik. Juga dalam masyarakat tani hubungan sosialnya

masih sangat Nampak dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam hubungan kerja

maupun diluar hubungan kerja antara pemilik dan penggarap juga hubungan

kekerabatan antar petani penggarap dengan masyarakat lainnya. Secara umum

pendapatan petani penggarap dari hasil bertani sawah cukup tinggi karena

dipengaruhi oleh luasnya garapan yang dikerjakan. Oleh karena itu dalam memenuhi

kebutuhan pokok masyarakat tani penggarap dapat memenuhi kebutuhannya dengan

baik. Serta terdapat hubungan pendidikan dan keterampilan petani penggarap

terhadap tingkat produktivitasnya.

Suharni (2007) penelitian berjudul “Pengaruh Hubungan Kerja dan Keadaan

Social Ekonomi Petani Sawah” yang menyatakan bahwa adanya hubungan saling

ketergantungan dari petani pemilik dan petani penggarap, karena terjadinya hubungan

kerja pemilik sawah dengan petani penggarap disebabkan oleh pemilik sawah tidak

mampu lagi bekerja karena sibuk dengan pekerjaan lain sedangkan petani penggarap

dikarenakan tidak mempunyai lahan untuk menambah penghasilan. Dalam hubungan

kerja petani pemilik dan petani penggarap memiliki hubungan yang kerja yang

berlangsung baik dapat terlihat dari bentuk usaha. Petani penggarap senantiasa

bekerja dengan penuh perhatian dan melaksanakan pekerjaannya guna mendapatkan

hasil yang lebih baik. Pendapatannyapun dari hasil sawah bervariasi karena hal ini di

pengaruhi oleh luas lahan yang digarap serta hasil kerjaan lainnya

25
Beberapa penelitian di atas, pada dasarnya memiliki kesamaan objek dengan

tulisan ini yakni sistem kehidupan bertani masyarakat, namun terdapat beberapa

berbedaan-perbedaan yang sangat spesifik di dalamnya yakni tentang tujuan

penelitian, metode yang digunakan, teori yang digunakan dan lokasi penelitianya.

Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini mengkaji pada modernisasi

pertanian dan kondisi sosial ekonomi petani sawah di Desa Duriasi Kecamatan

Wonggeduku Kabupaten Konawe.

BAB III
METODE PENELITIAN

26
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilakukan di Desa Duriasi Kecamatan

Wonggeduku Kabupaten Konawe pada bulan Januari sampai Maret tahun 2022.

Alasan pemilihan lokasi tersebut karena di Desa Duriasi tersebut banyak masyarakat

yang bermata pencaharian sebagai petani sawah.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian sejarah sosial ekonomi yang

bersifat deskriptif kualitatif, yakni suatu jenis penelitian berusaha

mendeskripsikan data-data dan fakta-fakta yang diperoleh berdasarkan bahan

informasi atau temuan dari objek yang diteliti dilapangan atau lokasi penelitian.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

multidimensi. Pendekatan multidimensi adalah suatu pendekatan dengan

menggunakan bantuan konsep-konsep dan teori-teori dari berbagai cabang ilmu sosial

untuk menganalisis peristiwa masa lampau.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian sejarah yang

dikemukakan oleh Kuntowijoyo (1995: 89) yang meliputi lima tahapan yaitu : 1)

pemilihan topik, 2) heuristik sumber, 3) verifikasi sumber, 4) interpretasi sumber dan

5) historiografi.

1. Pemilihan Topik

27
Pemilihan topik penulis memilih topik yang ada kaitanya dengan sejarah

sebab penelitian ini adalah penelitian sejarah. Topik yang dipilih berdasarkan

pertimbangan dua hal sebagai berikut.

a. Kedekatan Emosional

Penelitian yang dilakukan perlu melihat beberapa hal misalnya

tempatnya yang mudah dijangkau, sumber-sumber yang diperlukan mudah

didapat baik berupa dokumen tertulis dan sumber lisan yang di peroleh dari

informan.

b. Kedekatan Intelektual

Untuk menunjang dan memudahkan pemahaman peneliti tentang

penelitian ini, maka telah dilakukan pengayaan terhadap beberapa konsep

dan teori yang relevan seperti konsep petani sawah, perubahan sosial

ekonomi dan teori modernisasi. Sedangkan dari aspek metodologi telah

dilakukan pengayaan terhadap metodologi penelitian sejarah yang

dikemukakan oleh Kuntowijoyo (1995: 89) yang terdiri dari lima tahap

yaitu: pemilihan topik, heuristik sumber, verifikasi sumber, interpretasi

sumber dan historiografi.

2. Heuristik Sumber

       Heuristik merupakan suatu proses pengumpulan sumber sejarah

sebanyak-banyaknya. Penelitian ini akan menggunakan jenis sumber data primer,

sekunder, dan tersier. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung

dari lokasi penelitian tanpa adanya perantara seperti pernyataan informan

28
mengenai perubahan kehidupan sosial ekonomi petani sawah. Data sekunder

adalah data yang diperoleh melalui sumber yang telah tersedia seperti gambaran

umum lokasi penelitian. Data ini diperoleh dari dokumen dan arsip dari

pemerintah desa/kelurahan yang menjadi lokasi penelitian. Data tersier adalah

data penunjang dari data primer dan sekunder. Data ini diperoleh melalui kamus,

ensiklopedia, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan perubahan kehidupan

sosial ekonomi petani sawah dan modernisasi teknologi.

      Penelitian tentang modernisasi pertanian dan kondisi sosial ekonomi

petani sawah di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe

1983-2021 menggunakan tiga bentuk sumber sebagai berikut:

1. Sumber Tertulis

Sumber tertulis yaitu data yang diperoleh dalam bentuk arsip, buku-

buku, skripsi serta laporan hasil penelitian yang relevan. Adapun sumber

tersebut diperoleh di Perpustakaan Universitas Halu Oleo dan sumber

internet berupa jurnal yang berkaitan dengan masalah penelitian.

2. Sumber Lisan

Sumber lisan yaitu data yang diperoleh melalui studi lisan atau hasil

wawancara secara langsung dengan informan yang di anggap mengetahui

tentang perubahan kehidupan sosial ekonomi petani sawah di Desa Duriasi

Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe.

3. Sumber Visual

29
Sumber visual yaitu data yang diperoleh melalui hasil pengamatan

atau observasi berupa tinjauan langsung terhadap benda-benda atau alat-alat

yang digunakan petani sawah berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi dan

modernisasi pertanian yang diperoleh di Desa Duriasi sebagai lokasi

penelitian.

3. Verifikasi Sumber

Pada tahap ini, peneliti menganalisis legitimasi dan kebenaran sumber,

terutama sumber keaslian dan validitasnya perlu dipertanyakan. Analisis sumber

bermaksud untuk memilih atau menyalurkan (menguji) informasi kronik ke

dalam realitas otentik. Untuk menemukan kebenaran (validitas) dan kepercayaan

(realitas) dari informasi yang dikumpulkan, para analis mengarahkan

penyelidikan analisis otentik, baik analisis luar maupun analisis ke dalam.

a. Analisis luar, yakni analisis khusus yang dilakukan untuk memutuskan

keaslian sumber yang diperoleh dengan mengkonfirmasi atau menguji

bagian-bagian dari sumber otentik. Penelusuran sumber-sumber tersusun

yang ada hubungannya dengan latar belakang masyarakat bertani sawah

Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku. Dengan menganalisis sifat luar

untuk memperoleh informasi yang lebih tepat. Mengenai sifat-sifat yang

disinggung dalam surat atau catatan, hal-hal yang harus diperiksa adalah

kertas, tinta, gaya penulisan, bahasa, kalimat, artikulasi, kata-kata, huruf dan

semua penampilan luarnya sehingga dapat diketahui keabsahannya.

30
b. Analisis ke dalam, yakni analisis khusus yang dilakukan untuk menentukan

keabsahan substansi dari sumber-sumber yang dapat diverifikasi. Analis

mencoba data yang diberikan untuk situasi ini sehubungan dengan latar

belakang masyarakat bertani sawah di Desa Duriasi Kecamatan

Wonggeduku.

4. Interpretasi Sumber

Pada bagian ini, outentisitas dan kredibilitas sumber data yang didapatkan

melalui kritik selanjutnya, dihubungkan dengan data yang satu dengan data yang

lain sehingga didapatkan fakta sejarah yang dapat dipercaya kebenarannya secara

ilmiah yang dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Analisis, yakni proses penguraian sumber-sumber data berdasarkan fakta yang

telah melewati proses tahap kritik dan telah diinterpretasi sehingga dapat

diperoleh kebenaran sesuai kenyataan yang terjadi.

b. Sintesis, yakni proses menyatukan beberapa data yang terkumpul yang

dianggap saling berhubungan dan relevan dengan penelitian yang dikaji.

5. Historiografi

Historiografi atau penulisan sejarah yang relevan dengan topik penelitian

ini merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian penelitian sejarah. Pada bagian

ini, Penulis menyusun kisah dengan memperhatikan aspek kronologis dan

sistematis. Penyajian penulis dalam bentuk penulisan sejarah ini mempunyai tiga

bagian yaitu pengantar, hasil penelitian dan simpulan hasil penelitian.

31
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Badan Pusat Statistik. 2020. Konawe dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Konawe.

Basrowi. 2005. Perubahan Sosial. Yogyakarta : Prenada Media Group.


Dillon, H.S. 2004. Pertanian Membangun Bangsa. Jakarta: Penebar Swadaya.

Dinas Pertanian Kabupaten Konawe. 2020. Statistik Pertanian Kabupaten Konawe.


Dinas Pertanian.

Garna, Yudistira K. 1999. Teori Sosial dan Pembangunan Indonesia: Suatu Kajian
Melalui Diskusi. Bandung: Primaco Academika.

Hatu, Rauf A. 2013. Sosiologi Pembangunan. Gorontalo: Interpena.

Hefner, R. 1990. The Political Economy Mountain Java: An Interpretative History.


Barkeley and Los Angeles, CA: University of California.

Hidayat. 2006.Sosiologi Pedesaan Mencari Suatu Strategi Pembangunan Masyarakat


Berparadigma Ganda. Jakarta: Adi Offiser.

Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Tiara wacana

Martono, Nanang. 2012. Perubahan Sosial (Perspektif Klasik, Modern, Postmodern,


dan Poskolonial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Mubyarto. 1983. Politik Pertaniaan dan Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Sinar


Harapan.

Nasution, Zulkarnain. 1995. Komunikasi Pembangunan Pengantar Teori dan


Penerapannya. Jakarta: Grafindo persada.

Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya. Jakarta:
PT. Grafindo.

32
Soetrisno, Loekman. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Kanisisus.
Soetomo. 1995. Masalah Sosial dan Pembangunan. Jakarta: Pustaka jaya.
So, Alvin Y., dan Suwarsono. 1991. Perubahan Sosial Dan Pembangunan Di
Indonesia, Teori-Teori Modernisasi, Dependensi, Dan Sistem Dunia. Jakarta:
LP3ES.
Suhari. 1996. Sanggar Negeriku. Jakarta: PT. Balai Pustaka.

Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Peran Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial dalam Mewujudkan Negara
Kesejahteraan (welfare state) di Indonesia. Bandung: Alfabeta
Sukirno, Sadomo. 1987. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES.
Theresia, Aprilia. Krisnha S. Andini, Prima GP. Nugraha dan Totok Mardikanto.
2014. Pembangunan Berbasis Masyarakat. Acuan Bagi Praktisi, Akademisi
dan pemerhati Pengembangan Masyarakat. Bandung: Alfabeta.

Tjondronegoro. 2008. Dua Abad Penguasaan Tanah. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

Yoddang. 2005. Dari Sistem Tebang Bakar ke Peremajaan Kembali: Revolusi Hijau
di Dataran Tinggi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

B. Jurnal
Annisa, Rizki., Muhammad Shulhan Hadi., dan Abdul Hafiz. 2019. “Perubahan
Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Kopi di Desa Jurit Baru Kecamatan
Pringgasela Kabupaten Lombok Timur Tahun 1999-2015”. Jurnal Ilmu
Sejarah dan Pendidikan.  3 (2).

Djoh, Diana Andayani. 2018. Dampak Modernisasi Terhadap Perubahan Sosial


Masyarakat Tani Di Desa Kambata Tana Kabupaten Sumba Timur. Jurnal
Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 2 (4): 332-339.

Rahmawaty, S. 2013. Analisis Peran Serta Masyarakat Dalam Keberhasilan Program


Community Led Total Sanitation (CLTS). Jurnal Promkes. 1 (2), 138-
144.

Selvia, Sisca., Hos, H. Jamaluddin., dan Moita, H. Sulsalman. 2019. Dampak


Modernisasi Pertanian Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Petani Sawah. Jurnal Neo Societal. 4 (2), 767-776.

33
Yodfiatfinda. 2015. Perubahan Sosial Petani Padi Sawah Terhadap Tenaga Kerja
Pertanian Di Kabupaten Banggai. Jurnal Kesejahteraan Sosial. 2 (1), 43-
50.
Zahro, Munailatis., Sri Subekti., dan Lenny Widjayanthi. 2017. “Perubahan Sosial
Ekonomi Petani Agroforestri Berbasis Kopi di Kabupaten Jember Jawa
Timur”. Jurnal Kebijakan Dan Manajemen Publik. 5 (2), 159-168.

C. Skripsi
Blongkod, Kristiana. 2018. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Cabe
Rawit di Desa Pinontoyonga Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo
Utara. Skripsi. Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Gorontalo.

Datau, Edi. 1992. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Penggarap Sawah. Skripsi.
Universitas Hasanuddin Makassar.

Nurman, Andi. 2014. Perubahan Sosial Ekonomi Dari Petani Sawah Menjadi Petani
Tebu Di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. Skripsi.
Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar.

Suharni. 2007. Pengaruh Hubungan Kerja Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi Petani
Sawah. Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar.

Wulandari. 2013. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Di Kelurahan


Mangalli Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Skripsi. Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar.

Yanis. M. 2013. Pengaruh Teknologi Pertanian Terhadap Perubahan Sosial


Masyarakat Petani Padi Sawah (Suatu Penelitian di Kemukiman Glee Yeung
Kecamatan Kuta Cet Gile, Kabupaten aceh Besar). Skripsi. Banda Aceh:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unsyiah Aceh.

Undang-Undang:
Republik Indonesia. Permentan Nomor 73 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan
Kelembagaan pertanian.

Website:
Van, Arsten. Pengertian Petani. Diakses 20 Oktober 2021. http://
www.tokomesin.com/pengertian.pertanian. html.

34

Anda mungkin juga menyukai