PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Seminar Proposal
Penelitian Pada Jurusan Ilmu Sejarah
OLEH
SULIANTI
N1C1 17 085
i
HALAMAN PERSETUJUAN
:Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
RENCANA DRAFT SKRIPSI....................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah..................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7
iii
RENCANA DRAFT SKRIPSI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRAK
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
RENCANA DRAFT SKRIPSI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan dan Batasan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
iv
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Kondisi Geografis
B. Kondisi Demografis
C. Kondisi Sosial dan Budaya
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai lahan pertanian serta hampir 50% dari total angkatan kerja masih
kehidupan manusia. Karena inilah yang menjadi dasar penyedia sandang, papan
dan pangan dalam menjalankan kehidupan. Selain itu Indonesia, sektor pertanian
akivitas pertaniannya. Hal ini terlihat banyaknya petani yang sudah meninggalkan
meningkat pula produksi yang dihasilkan oleh petani. Hal ini menunjukan bahwa
1
petani semakin rasional di dalam proses penggarapan lahan pertanian tersebut.
sesuatu yang dapat diresapkan dengan kemajuan teknologi. Kemajuan yang cepat
di bidang ekonomi dan sosial diharapkan terjadi sebagai konsekuensi segera atas
Salah satu modernisasi pertanian yang saat ini banyak dirasakan oleh
tangan (hand tractor) yang digunakan pada saat petani mengolah sawah, mesin
penggiling padi untuk menggiling padi menjadi beras, penyemprot hama guna
memberantas hama dan penyakit tanaman padi dan teknologi lainnya yang
kesemuanya ini sangat dirasakan oleh masyarakat petani. Sehingga petani dapat
bekerja lebih praktis, hemat dan produktivitas yang meningkat dari pada sebelum
Wonggeduku Kabupaten Konawe yang saat ini juga telah melakukan modernisasi
dalam bidang pertanian. Sebelum tahun 1983 para petani masih menggunakan
gotong royong yang selalu dilakukan petani Desa Duriasi dalam aktivitas
bersawah. Peralatan yang mereka gunakan juga masih terbilang sangat sederhana
2
proses pengolahan sawah hanya dengan menggunakan cangkul dalam menggarap
sifatnya masih manual yakni menggunakan tenaga manusia dengan menanam padi
satu persatu sehingga tidak efisien. Berikutnya dalam proses panen yakni padi
padi pada kayu agar nantinya siap untuk dijemur dan digiling untuk menjadi
beras.
berdampak pada produksi yang minim sehingga pendapatan dari petani cenderung
pertanian yang lebih modern membuat petani mengelolah sawah dengan cara yang
dan dewa yang dianggap dapat menjaga areal pertanian mereka. Pengetahuan
lokal petani tersebut menjadi sebuah kearifan lokal masyarakat Desa Duriasi
terdapat lahan pertanian sawah 68 Ha terdapat sekitar 201 petani sawah, sehingga
pada sektor pertanian atau usaha pertanian yang meliputi padi sawah yang
3
ditekuni masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (BPS Konawe, 2020).
pertanian ini sekitar tahun 1983, perkembangan yang terjadi pada masyarakat
Desa Duriasi didorong oleh keinginan masyarakat untuk maju dan berkembang
Duriasi tidak terlepas dari arus modernisasi yang sedang berlangsung. Hal ini
terlihat dari pola pikir dan pola hidup masyarakat Desa Duriasi yang sudah mulai
karena pada dasarnya masyarakat Desa Duriasi adalah petani. Dalam bidang
sampai pada masa panen. Teknologi pertanian yang mereka gunakan saat ini
seperti traktor tangan (hand tractor) pada saat petani mengolah sawah, mesin
menggiling padi menjadi beras, penyemprot hama guna memberantas hama dan
penyakit tanaman padi dan teknologi lainnya yang kesemuanya ini sangat
dirasakan oleh masyarakat petani. Sehingga petani dapat bekerja lebih praktis,
Duriasi tentunya memiliki dampak pada keadaan sosial dan ekonomi petani. Hal
4
itu terlihat jelas pada kondisi ekonomi petani sawah sebelum modernisasi dimana
rumah tempat tinggal petani mayoritas dari rumah semi permanen, kemudian
yang selalu meningkat setiap kali panen rumah tempat tinggal mereka saat ini
royong dalam membantu petani lainnya dalam mengolah sawah seperti menanam,
panen, dan pasca pane. Namun setelah modernisasi kehidupan petani sawah
beralih pada pola-pola yang modern dan bersifat individualis karena terbantukan
dengan teknologi pertanian yang sifat kerjanya mandiri dan lebih efisien.
sosial di dalamnya turut memberikan dampak pula pada perubahan lapisan sosial
sebuah gejala perubahan sosial dan masyarakat Desa Duriasi sebagai sebuah
tatanan yang tentunya juga telah tersentuh dengan pola modernisasi tentu akan
membawa dampak pada perubahan sosial dan ekonomi, maka dari situlah penulis
(1983-2021)”.
5
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Rumusan Masalah
Kecamatan Wonggeduku?
2. Batasan Masalah
ditetapkan sebagai awal kajian, karena pada tahun tersebut awal mula
ini karena hingga saat ini kondisi sosial ekonomi petani sawah setelah
mengalami perubahan.
6
c. Batasan Tematis
sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
7
2. Manfaat Praktis
berikut:
baik.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Konseptual
1. Konsep Petani Sawah
Petani adalah seseorang yang bergerak dibidang pertanian, utamanya dengan
cara melakukan pengelolaan tanah dan air dengan tujuan untuk menumbuhkan dan
memelihara tanaman dan hewan, dengan harapan memperoleh hasil dari tanaman
dan hewan tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang
dibentuk atas dasar kepentingan, kondisi lingkungan (sosial ekonomi sumber daya)
Petani sawah adalah seorang yang bekerja mengolah alam memiliki pola
sendiri yang berbeda dari cara kerja perekonomian kapitalis yang cenderung
dilakukan dilahan yang basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi,
sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut. Dengan mengikuti
irama alam pula aktivitas kesibukan kerja petani sawah pun berbeda dengan
kesibukan kerja pada pabrik-pabrik di kota besar. Pada petani sawah, mereka
terbiasa bekerja keras hanya pada masa-masa tertentu, dan mengalami kelonggaran
bekerja pada masa-masa yang lain dalam lingkaran pertanian. Hanya saja, pada
masa-masa tertentu tenaga sendiri biasanya juga tidak cukup untuk menyelesaikan
9
segala pekerjaan sawah sendiri (Van, Arsten. Pengertian Petani. Diakses 20
Setiap orang bisa menjadi petani asalkan mempunyai sebidang tanah atau
petani tanah harus mencangkul atau mengolah sendiri tanah miliknya, tapi bisa
diterapkan, berarti pemilik tanah itu telah memberi pekerjaan kepada orang lain
walau hasilnya tidak banyak apabila bermaksud mengolah sendiri, kita tentu harus
benar-benar bisa membagi waktu tetapi kemungkinan akan kesulitan jika tanahnya
yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri,
kebutuhan hidup dengan menggunakan alat yang bersifat tradisional dan modern.
a. Sawah Irigasi
dilakukan secara teratur dan optimal serta tidak tergantung kepada curah
hujan. Jadi, sistem pengairan ini dilakukan menggunakan sistem irigasi yang
airnya bersumber dari waduk atau bendungan. Itulah sebabnya kenapa disebut
10
ini sangat cocok dari segi musim, karena untuk menanam padi kita tidak
c. Sawah Lebak
Sawah lebak adalah sawah yang berada dikiri dan kanan sungai-sungai
besar. Namun jenis sawah ini sekarang sudah jarang sekali karena mengingat
resiko sangat besar dan sangat rentan terhadap banjir (Suhari, 1996: 39).
perubahan yang disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar
hidupnya atau generasinya sebagai mahluk sosial. Secara umum perubahan sosial
dapat diartikan sebagai perbedaan keadaan yang berarti dalam unsur masyarakat
proses perkembangan unsur sosial budaya dari waktu ke waktu yang membawa
11
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara
juga tidak lepas dari perkembangan ekonomi masyarakat yang dimana diketahui
bahwa Sosiologi ekonomi merupakan studi yang mempelajari cara orang atau
itu perubahan sosial yang terjadi karena adanya kondisi-kondisi sosial primer
mencakup aspek yang sempit maupun yang luas. Aspek yang sempit dapat
meliputi aspek perilaku dan pola pikir individu. Aspek yang luas dapat berupa
a. Faktor Internal
Faktor internal terjadinya perubahan sosial adalah adanya perubahan
pola pikir masyarakat yang progresif atau mengarah pada kemajuan. Pola
pikir yang lebih maju dan terbuka pada perkembangan zaman akan
12
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor penyebab perubahan yang terjadi dari
pada berbagai sendi kehidupan manusia. Perubahan sosial akan terjadi dalam
perubahan sosial sebagai suatu variasi dan cara-cara hidup yang telah di terima,
yang sangat luas dan dapat meliputi seluruh manusia yang terjadi atas berbagai
13
kelompok baik kelompok besar maupun kelompok kecil atau tergantung jumlah
sesuatu yang wajar dan timbul dari pergaulan manusia dimana perubahan
b. Perubahan Ekonomi
sumber daya produksi yang ada dan terkadang pada sumber daya utama seperti
14
kepemilikan lahan. Hefner menyebutkan bahwa perubahan ekonomi tidak hanya
lingkungan tempat tinggal, lingkungan keluarga, dan hal lain yang terkait dengan
masyarakat dapat dikatakan baik jika kebutuhan dasar masyarakat itu telah
ekonomi merupakan keadaan pekerjaan yang di tinjau dari segi ekonomi seperti
penghasilan atau upah yang di terima, permodalan dan investasi sedangkan aspek
pula bahwa dari konsep ekonomi, masalah kemiskinan sangat erat hubungannya
pula untuk untuk mengukur konsep kemiskinan padat dilihat dari konsep hidup
(level of living) misalnya dapat dilihat dari sudut pandang faktor pendidikan,
15
Berdasarkan definisi di atas, maka sosial ekonomi dalam penelitian ini
Revolusi hijau atau revolusi agraria adalah suatu perubahan cara bercocok
hijau adalah revolusi produksi biji-bijian dari penemuan ilmiah berupa benih
unggul baru dari varietas gandum, padi, jagung yang membawa dampak
produksi pertanian yang masih sangat rendah, dan karena produksi pertanian
16
pertanian yaitu dengan menerapkan teknologi tepat guna ( panca usaha Tani)
pertanian melalui sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan karena dapat
teknologi lebih maju atau modern. Revolusi hijau juga mendapatkan kritik dari
pihak pihak yang mempunyai kesadaran akan kelestarian lingkungan karena telah
bahwa kerusakan tersebut bukan karena revolusi industri tapi karena akses dalam
17
karena Revolusi Hijau tetapi karena ekses dalam penggunaan teknologi yang
swasembada pada akhir pelita I), maka dibentuklah organisasi Bimas tingkat
dilatarbelakangi mitos bahwa beras adalah komoditas strategis baik ditinjau dari
Hijau. Revolusi Hijau atau program Bimas meskipun memakan waktu yang
relatif lama kurang lebih 20 tahun, telah berhasil mengubah sikap para petani,
khususnya para petani sub sektor pangan, dari “anti” teknologi ke sikap yang
18
Revolusi Hijau sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia tidak
pangan secara tetap. Di samping itu Revolusi Hijau juga telah menyebabkan
Hijau hanyalah menguntungkan petani yang memiliki tanah lebih dari setengah
pedesaan.
B. Kerangka Teoritis
Teori modernisasi adalah proses transformasi dari masyarakat tradisional atau
perubahan sosial dalam masyarakat. Teori modernisasi lahir sebagai produk pasca
perang dunia II. Teori ini dirumuskan untuk menjawab permasalah baru yang terkait
dengan pembagian masyarakat dunia ke dalam tiga dunia yang berbeda. Teori
kemiskinan, tidak saja diperlukan bantuan modal dari negara-negara maju, tetapi
negara itu disarankan untuk meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan
kemudian melembagakan demokrasi politik (Garna, 1999: 9), justru disinilah letak
Satu hal yang menonjol dari teori modernisasi ini adalah, modernisasi seolah-
olah tidak memberikan celah terhadap unsur luar yang dianggap modern sebagai
19
sumber kegagalan, namun lebih menekankan sebagai akibat dari dalam masyarakat
itu sendiri. Asumsi ini ternyata banyak menimbulkan komentar dari berbagai pihak,
baru yang dikenal sebagai teori Modernisasi Baru (Suwarsono, 1991: 58-61).
yaitu: (1) perkembangan teknologi dalam proses modernisasi, pengetahuan dan teknik
tradisional yang sederhana terdesak oleh penerapan pengetahuan ilmiah dan teknik
yang pada intinya dipinjam dari barat. (2) pengembangan pertanian, yang berupa
pemasaran. orang tidak membudi dayakan tanaman dan hewan untuk keperluan
sendiri, tetapi mereka makin lama banyak mengadakan budi daya untuk dipasarkan,
dengan Iebih banyak bersandar kepada ekonomi uang dan pasar untuk mengadakan
non hewani (inanimate), khususnya bahan bakar fosil. Tenaga manusia dan hewan
menjadi kurang penting, seperti halnya dengan kerajinan. (4) urbanisasi, yang
2013: 17).
Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meningkatkan serta
20
pertanian dapat dicapai lebih efisien dan dinamis dengan diikuti pembagian surplus
ekonomi antar pelaku secara adil. Masalah yang dihadapi dalam pembangunan
pertanian dan pedesaan adalah produktivitas tenaga kerja dan penguasaan aset
produktif yang rendah disertai adanya dualisme antara pertanian rakyat yang
tradisional dan perusahaan besar yang maju dan modern serta dualisme antara kota
dan desa. Kondisi ini menyebabkan rendahnya pendapatan masyarakat dan tingginya
dan dampaknya terhadap perubahan sosial ekonomi petani sawah di Desa Duriasi
C. Tinjauan Historiografi
Pertanian Dan Kondisi Sosial Ekonomi Petani Sawah di Desa Duriasi Kecamatan
terdahulu yang sudah ada. Beberpa penelitian yang terkait dengan penelitian ini
diantaranya.
21
Yodfiatfinda (2015) penelitian yang berjudul “Perubahan Sosial Kehidupan
Penelitian ini mengkaji tentang perubahan sosial kehidupan petani padi sawah dan
proyek migas yang sedang pesat dilakukan di Kabupaten Banggai telah membawa
perubahan kegiatan sosial petani sawah di wilayah ini. Perubahan tersebut salah
satunya dapat dilihat dari kecenderungan petani untuk mencari pekerjaan di luar
usaha tani padi sawah. Hal ini menyebabkan berkurangnya suplai tenaga kerja di
terutama di empat kecamatan wilayah studi kenaikan upah buruh mencapai 10-20%.
Selain kenaikan upah, terbukanya peluang bekerja di proyek migas dan menjadi
penambang emas telah mengurangi suplai tenaga kerja di usaha padi sawah terutama
untuk pekerjaan yang belum bisa digantikan oleh mekanisasi seperti menanam dan
panen.
penelitian menujukan bahwa latar belakang terjadinya hubungan kerja pemilik sawah
tidak mampu lagi bekerja sibuk dengan pekerjaan lain dan untuk membantu petani
kerja pada prinsipnya, didasarkan pada pengertian bahwa, kehidupan sosial adalah
22
keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan sebagai suatu
dengan baik. Pada prinsipnya didasarkan pada pengertian bahwa kehidupan social
salah satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam melaksakan suatu pekerjaan. Pola
hubungan kerja yang terjadi diantara mereka terlihat dalam bentuk usaha sesuai
dengan peran masing-masing. Pola hubungan kerja yang terjadi melahirkan dua aspek
yang saling menguntungkan diantara mereka, yaitu aspek sosial dan aspek ekonomi.
Hubungan kerja antar petani pemilik dan penggarap terlihat dalam bentuk usaha.
pekerjaannya guna mendapatkan hasil yang lebih baik. Pemilik sebagai pemilik
sawah mengaharapkan hasil dari sawahnya yang dikerjakan oleh petani penggarap.
Jadi dalam hal ini ada hubungan saling ketergantungan yang menguntungkan kedua
belah pihak. Pendapatan dari hasil sawah yang bervariasi. Hal ini di pengaruhi oleh
luas lahan yang digarap serta hasil kerjaan yang lain. Pendapatan dari hasil
Kabupaten Bone, untuk mengetahui gambaran perubahan sosial ekonomi dari petani
23
sawah menjadi petani tebu di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten
Bone, dan untuk mengetahui dampak perubahan dari petani sawah menjadi petani
Bone, meliputi rasa tidak puas dengan cara bertani sawah, kesadaran akan bertani
sawah bukan lagi cara yang paling aman dalam bertani, karena permintaan dan
penawaran dari pabrik gula, disebabkan oleh diterimanya informasi atau masukan
dari luar, misalnya penyuluhan pertanian untuk menanam tebu demi memenuhi
kebutuhan keluarga, gambaran perubahan sosial ekonomi dari petani sawah menjadi
perubahan pola pikir, munculnya usaha tani modern, kondisi perumahan terus
menerus diperbaiki, dan dampak perubahan sosiial ekonomi petani sawah menjadi
petani tebu di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone, meliputi pola
hidup yaitu pola konsumsi, kesehatan dan penggunaan teknologi seperti laptop dan
Penggarap Sawah” yang menyatakan tingkat pendidikan petani penggarap yang ada
di Kota Utara Gorontalo tergolong tinggi karena masih banyaknya masyarakat yang
menggantungkan hidupnya dari tanah pertanian sebagai sumber pendapatan dan juga
masih kurangnya lapangan pekerjaan yang dapat menyerap tenaga kerja terdidik.
24
Serta upaya pemeliharaan kesehatan pengguna sarana kesehatan oleh petani
penggarap umumnya tergolong baik. Juga dalam masyarakat tani hubungan sosialnya
masih sangat Nampak dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam hubungan kerja
maupun diluar hubungan kerja antara pemilik dan penggarap juga hubungan
pendapatan petani penggarap dari hasil bertani sawah cukup tinggi karena
dipengaruhi oleh luasnya garapan yang dikerjakan. Oleh karena itu dalam memenuhi
Social Ekonomi Petani Sawah” yang menyatakan bahwa adanya hubungan saling
ketergantungan dari petani pemilik dan petani penggarap, karena terjadinya hubungan
kerja pemilik sawah dengan petani penggarap disebabkan oleh pemilik sawah tidak
mampu lagi bekerja karena sibuk dengan pekerjaan lain sedangkan petani penggarap
kerja petani pemilik dan petani penggarap memiliki hubungan yang kerja yang
berlangsung baik dapat terlihat dari bentuk usaha. Petani penggarap senantiasa
hasil yang lebih baik. Pendapatannyapun dari hasil sawah bervariasi karena hal ini di
pengaruhi oleh luas lahan yang digarap serta hasil kerjaan lainnya
25
Beberapa penelitian di atas, pada dasarnya memiliki kesamaan objek dengan
tulisan ini yakni sistem kehidupan bertani masyarakat, namun terdapat beberapa
penelitian, metode yang digunakan, teori yang digunakan dan lokasi penelitianya.
pertanian dan kondisi sosial ekonomi petani sawah di Desa Duriasi Kecamatan
BAB III
METODE PENELITIAN
26
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilakukan di Desa Duriasi Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe pada bulan Januari sampai Maret tahun 2022.
Alasan pemilihan lokasi tersebut karena di Desa Duriasi tersebut banyak masyarakat
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
informasi atau temuan dari objek yang diteliti dilapangan atau lokasi penelitian.
menggunakan bantuan konsep-konsep dan teori-teori dari berbagai cabang ilmu sosial
C. Metode Penelitian
dikemukakan oleh Kuntowijoyo (1995: 89) yang meliputi lima tahapan yaitu : 1)
5) historiografi.
1. Pemilihan Topik
27
Pemilihan topik penulis memilih topik yang ada kaitanya dengan sejarah
sebab penelitian ini adalah penelitian sejarah. Topik yang dipilih berdasarkan
a. Kedekatan Emosional
didapat baik berupa dokumen tertulis dan sumber lisan yang di peroleh dari
informan.
b. Kedekatan Intelektual
dan teori yang relevan seperti konsep petani sawah, perubahan sosial
dikemukakan oleh Kuntowijoyo (1995: 89) yang terdiri dari lima tahap
2. Heuristik Sumber
sekunder, dan tersier. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
28
mengenai perubahan kehidupan sosial ekonomi petani sawah. Data sekunder
adalah data yang diperoleh melalui sumber yang telah tersedia seperti gambaran
umum lokasi penelitian. Data ini diperoleh dari dokumen dan arsip dari
data penunjang dari data primer dan sekunder. Data ini diperoleh melalui kamus,
1. Sumber Tertulis
Sumber tertulis yaitu data yang diperoleh dalam bentuk arsip, buku-
buku, skripsi serta laporan hasil penelitian yang relevan. Adapun sumber
2. Sumber Lisan
Sumber lisan yaitu data yang diperoleh melalui studi lisan atau hasil
3. Sumber Visual
29
Sumber visual yaitu data yang diperoleh melalui hasil pengamatan
yang digunakan petani sawah berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi dan
penelitian.
3. Verifikasi Sumber
disinggung dalam surat atau catatan, hal-hal yang harus diperiksa adalah
kertas, tinta, gaya penulisan, bahasa, kalimat, artikulasi, kata-kata, huruf dan
30
b. Analisis ke dalam, yakni analisis khusus yang dilakukan untuk menentukan
mencoba data yang diberikan untuk situasi ini sehubungan dengan latar
Wonggeduku.
4. Interpretasi Sumber
Pada bagian ini, outentisitas dan kredibilitas sumber data yang didapatkan
melalui kritik selanjutnya, dihubungkan dengan data yang satu dengan data yang
lain sehingga didapatkan fakta sejarah yang dapat dipercaya kebenarannya secara
telah melewati proses tahap kritik dan telah diinterpretasi sehingga dapat
5. Historiografi
ini merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian penelitian sejarah. Pada bagian
sistematis. Penyajian penulis dalam bentuk penulisan sejarah ini mempunyai tiga
31
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Badan Pusat Statistik. 2020. Konawe dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Konawe.
Garna, Yudistira K. 1999. Teori Sosial dan Pembangunan Indonesia: Suatu Kajian
Melalui Diskusi. Bandung: Primaco Academika.
Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya. Jakarta:
PT. Grafindo.
32
Soetrisno, Loekman. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Kanisisus.
Soetomo. 1995. Masalah Sosial dan Pembangunan. Jakarta: Pustaka jaya.
So, Alvin Y., dan Suwarsono. 1991. Perubahan Sosial Dan Pembangunan Di
Indonesia, Teori-Teori Modernisasi, Dependensi, Dan Sistem Dunia. Jakarta:
LP3ES.
Suhari. 1996. Sanggar Negeriku. Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Peran Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial dalam Mewujudkan Negara
Kesejahteraan (welfare state) di Indonesia. Bandung: Alfabeta
Sukirno, Sadomo. 1987. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES.
Theresia, Aprilia. Krisnha S. Andini, Prima GP. Nugraha dan Totok Mardikanto.
2014. Pembangunan Berbasis Masyarakat. Acuan Bagi Praktisi, Akademisi
dan pemerhati Pengembangan Masyarakat. Bandung: Alfabeta.
Yoddang. 2005. Dari Sistem Tebang Bakar ke Peremajaan Kembali: Revolusi Hijau
di Dataran Tinggi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
B. Jurnal
Annisa, Rizki., Muhammad Shulhan Hadi., dan Abdul Hafiz. 2019. “Perubahan
Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Kopi di Desa Jurit Baru Kecamatan
Pringgasela Kabupaten Lombok Timur Tahun 1999-2015”. Jurnal Ilmu
Sejarah dan Pendidikan. 3 (2).
33
Yodfiatfinda. 2015. Perubahan Sosial Petani Padi Sawah Terhadap Tenaga Kerja
Pertanian Di Kabupaten Banggai. Jurnal Kesejahteraan Sosial. 2 (1), 43-
50.
Zahro, Munailatis., Sri Subekti., dan Lenny Widjayanthi. 2017. “Perubahan Sosial
Ekonomi Petani Agroforestri Berbasis Kopi di Kabupaten Jember Jawa
Timur”. Jurnal Kebijakan Dan Manajemen Publik. 5 (2), 159-168.
C. Skripsi
Blongkod, Kristiana. 2018. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Cabe
Rawit di Desa Pinontoyonga Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo
Utara. Skripsi. Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Gorontalo.
Datau, Edi. 1992. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Penggarap Sawah. Skripsi.
Universitas Hasanuddin Makassar.
Nurman, Andi. 2014. Perubahan Sosial Ekonomi Dari Petani Sawah Menjadi Petani
Tebu Di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. Skripsi.
Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar.
Suharni. 2007. Pengaruh Hubungan Kerja Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi Petani
Sawah. Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar.
Undang-Undang:
Republik Indonesia. Permentan Nomor 73 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan
Kelembagaan pertanian.
Website:
Van, Arsten. Pengertian Petani. Diakses 20 Oktober 2021. http://
www.tokomesin.com/pengertian.pertanian. html.
34