Anda di halaman 1dari 30

STRATEGI OPTIMALISASI PENGELOLAAN

WADUK DAN PENINGKATAN PEMBANGKIT


LISTRIK DALAM MENGHADAPI KONDISI
PENINGKATAN CURAH HUJAN

DISAMPAIKAN OLEH:
PROF. DR. IR. EKO WINAR IRIANTO, MT.
(DIREKTUR BINA TEKNIK SDA)

Pada Acara:
“LA NINA : MANFAATKAN AIR HUJAN BERLIMPAH UNTUK KESEJAHTERAAN DAN
PENGURANGAN RISIKO BENCANA HIDROMETEOROLOGI”
29 Desember 2020
Outline

POTENSI WADUK POLA OPERASI WADUK STRATEGI OPTIMALISASI


(EKSISTING & RENCANA) PENGELOLAAN WADUK
Potensi Waduk
(Eksisting & Rencana)
Bendungan Eksisting
(dilluar program pembangunan 61 Bendungan)
TOTAL

192 Bendungan
8,02 milyar m3
Sumber: Dit OP, Desember 2020

SUMATERA KALIMANTAN
MALUKU
8 7 SULAWESI
1
Bendungan
780,80 juta m3
Bendungan
28,09 juta m3 4 Bendungan
0,27 juta m3
Bendungan
431,90 juta m3 PAPUA
JAWA 82 90 BALNUSTRA
Bendungan
6,46 milyar m3 Bendungan
311,84 juta m3
Bendungan Eksisting Non
(dilluar program pembangunan 61 Bendungan)

TOTAL

31 Bendungan
5,39 milyar m3

KALIMANTAN MALUKU
SUMATERA

13 3 SULAWESI 1
Bendungan
3,56 milyar m3
Bendungan
1,22 milyar m3 5 Bendungan
4,97 juta m3
Bendungan
75,26 juta m3
PAPUA

JAWA 9
Bendungan BALNUSTRA
525,84 juta m3
Sumber: Dit OP, Desember 2020
PEMBANGUNAN 1 Bendungan PERPRES 109/2020 1 Bendungan
BENDUNGAN
48
Belum Dilaksanakan:
Bend. Mbay:
2014 - 2024
Bend. Tiro: Perubahan Desain Meluncur ke Renstra

3 Bendungan BENDUNGAN PSN 2020-2024

70
(Tapin, Tukul, Napun Gete)

BENDUNGAN
2014 - 2024
18 43 9
BENDUNGAN BENDUNGAN BEND. BARU
SELESAI ON GOING (2020 - 2024)

1. Payaseunara* 1. Marangkayu 35. Jlantah


2. Bajulmati* 2. Kuningan 18. Leuwikeris 1. Merangin*
19. Cipanas 36. Beringinsila
3. Nipah* 3. Bendo 37. Manikin 2. Matenggeng*
4. Rajui* 4. Gongseng 20. Tigadihaji 3. Cibeet*
21. Semantok 38. Tamblang
5. Titab* 5. Pidekso 39. Tiu Suntuk 4. Kedung Langgar*
6. Jatigede* 6. Tugu 22. Pamukkulu 5. Mbay
23. Bener 40. Sepaku Semoi
7. Teritip* 7. Karalloe 6. Riam Kiwa*
24. Sadawarna 41. Jragung
8. Gondang* 8. Keureuto 7. Lambakan*
25. Lau Simeme 42. Ameroro
9. Sei Gong* 9. Lolak 8. Pelosika*
26. Sidan 43. Budong-Budong
10. Raknamo* 10. Bintang Bano 9. Jenelata*
11. Rotiklot* 11. Karian 27. Margatiga
12. Mila* 12. Rukoh 28. Bagong
13. Tanju* 13. Way Sekampung 29. Randugunting
14. Sndangheula* 14. Kuwil 30. Bulango Ulu
15. Logung* Kawangkoan 31. Temef
Ket * : Non PSN (PERPRES NO. 109 TAHUN 2020) 16. Tapin 15. Ladongi 32. Way Apu
17. Tukul 16. Ciawi 33. Meninting
18. Napun Gete 17. Sukamahi 34. Paselloreng
Layanan Irigasi Layanan Air Baku
Total Luas Irigasi : 7.145.168 Ha 245,59
6.383.626,00 6.382.519,97 5.867.383,71 m³/dtk
169,60 175,88
m³/dtk m³/dtk
18,97
1,277,784.29 milyar m3
12,46 13,57
761.542,00 762.648,04

Eksisting 2019 2024


(290 Bendungan) Eksisting 2019 2024
15 Bendungan 70 Bendungan milyar m3
Selesai Selesai milyar m3 15 Bendungan 70 Bendungan
(235 Bendungan)
(220 Bendungan) Selesai Selesai

6.319
MW

6.009
5.896 MW
17.078 m³/dtk MW

1.860 m³/dtk
Eksisting 2019 2024
2019 2024 PLTA 15 Bendungan 70 Bendungan
15 Bendungan 70 Bendungan
di Indonesia Selesai Selesai
Selesai Selesai
Layanan Reduksi Banjir Layanan Listrik
Operasi waduk
LINGKUP PENGATURAN OPERASI WADUK (Permen PUPR Nomor 27/PRT/2015 tentang Bendungan)

Operasi Waduk
kegiatan pengendalian air yang keluar dari waduk dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan air dan
pengendalian banjir di hilir sesuai dengan pola dan rencana operasi yang telah ditetapkan.
Kegiatan Operasi Waduk Meliputi
1. Pengumpulan dan pengolahan data hidrologi
2. Penyusunan POW dan ROTW
3. Pelaksanaan operasi waduk pada berbagai kondisi (normal, banjir dan darurat)
4. Pelaksanaan kegiatan monitoring, pengendalian operasional dan evaluasi pelaksanaan operasi waduk
5. Penyusunan laporan dan dokumentasi

PENYUSUNAN POLA OPERASI WADUK (POW)


1. POW dibuat sejak awal waduk tersebut mulai dioperasikan dan direview minimal setiap 5 (lima) tahun
sekali.
2. POW memuat tata cara pengeluaran air dari waduk sesuai dengan kondisi volume dan/atau elevasi air
waduk dan kebutuhan air serta kapasitas sungai di hilir bendungan.
3. POW dibuat berdasarkan karakteriktik dari masing-masing waduk baik “waduk tunggal” maupun “waduk
kaskade” dengan fungsi waduk sebagai “eka guna” atau “multi guna”.
4. POW diwujudkan dalam bentuk “Rule Curve Zona Operasi“ yang dibatasi oleh lengkung batas operasi
normal atas (BONA) dan lengkung batas operasi normal bawah (BONB) serta rencana air masuk dan
pengeluaran.
Pola Operasi Waduk (POW)
• Batas Operasi Normal Atas (BONA):
• Panduan muka air tertinggi.
• Harus disisakan cukup ruang untuk
menghadapi banjir.
• Batas Operasi Normal Bawah (BONB):
• Panduan muka air terendah.
• Untuk mencadangkan air pada musim
kemarau.
• Jika muka air di bawah BONB, maka air
keluar waduk harus mulai dibatasi,
pemenuhan keb. Air di hilir waduk
mulai dikurangi (hedging).
• Kurva muka air yg ideal (power target
level), sebagai panduan muka air yang
jika diikuti akan memberikan hasil yang
optimal (produksi listrik yang maksimal).

1. Jika Muka Air (MA) di atas kurva banjir, maka air dikeluarkan agar MA maks. = kurva banjir;
2. Jika MA diantara kurva banjir dan kurva target, maka air dikeluarkan agar dicapai kurva target;
3. Jika MA diantara kurva target dan kurva minimum, maka air dikeluarkan sesuai keb. Air di hilir;
4. Jika MA di bawah kurva minimum, maka diberlakukan aturan hedging, yaitu pasok keb. Air di hilir dikurangi.
CONTOH POLA OPERASI WADUK
RENCANA TAHUNAN OPERASI WADUK (RTOW)

❑ RTOW dimaksudkan sebagai panduan pelaksanaan


operasi harian waduk yang disusun setiap tahun PENYUSUNAN RTOW
berdasarkan data teknis dan kondisi hidrologi terakhir. Data-data teknisbendungan, waduk, jaringan sungai sesuai
❑ RTOW ini digunakan bagi pengelola waduk dalam dengan POW yang ditetapkan.
rangka pengendalian/pengaturan air harian rutin 1. Perhitungandebit masuk(inflow) dengan tingkat keandalan
waduk dalam rangka memenuhi kebutuhan air dihilir sesuai dengan kondisi prakiraan musim oleh BMKG.
selama setahun. 2. Perhitungan debit keluar (outflow) berdasarkan kebutuhanair
yang berlaku/ditetapkan pada tahun masa berlakunya RTOW
tersebut.
3. Tentukan hubungan antara Elevasi-Luas dan Volume Waduk
DASAR PENYUSUNAN RTOW berdasarkan data yang telah ditetapkan dalam POW
Prinsip dasar penyusunan RTOW sama dengan penyusunan POW, 4. Lakukan simulasi keseimbangan air waduk dengan tahapan
namun ada beberapa hal penting yang membedakan dengan sebagai berikut:
penyusunan POW adalah: • Kondisi Tinggi Muka Air (TMA) pada awal tahun
ditetapkan sesuai dengan kondisi yang ada.
o Prakiraan ketinggian muka air pada awal tahun. • Diupayakan agar TMA waduk berada pada kisaran
o Informasi prakiraan musim yang diperoleh dari BMKG. normal.
o Prakiraan besarnya debit andalan yang masuk ke waduk • Dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error)
(debit inflow). dimulai dengan TMA tertentu sampai mendapatkan TMA
o Kondisi/ kesiapan unit pembangkit listrik dsb. akhir, diusahakan mencapai TMA normal pola operasi.
o Rencana tahunan kebutuhan air (irigasi, air baku, dll 5. Dari hasil simulasi didapat lengkung operasi untuk tahun
o Sasaran khusus produksi listrik/ padi, dll. berjalan.
CONTOH RENCANA TAHUNAN OPERASI WADUK SELOREJO (WS BRANTAS)
PROSEDUR PELAKSANAAN OPERASI WADUK

1. Operasi Normal
❑ Prakiraan air masuk
❑ Operasi musim kemarau
❑ Operasi musim hujan

2. Operasi Banjir
❑ Waduk dengan pelimpah tanpa pintu,
❑ Waduk dengan kombinasi pelimpah
tanpa pintu dan berpintu
❑ Waduk dengan pelimpah berpintu

3. Operasi Darurat
4. Evaluasi dan penyesuaian pelaksanaan
operasi
5. Peramalan dan peringatan dini banjir
6. Pelaporan
7. Koordinasi antar pemangku kepentingan
MONITORING DAN EVALUASI

Untuk mengantisipasi ketersediaan air kurang dari yang ditetapkan dalam RTOW, maka
perlu diadakan kesepakatan yang dituangkan dalam berita acara penetapan RTOW pada
saat sidang Teknis/Pleno TKPSDA

Debit inflow yang terdapat di dalam RTOW merupakan debit dengan tingkat keandalan
tertentu, berarti masih ada kemungkinan di lapangan terjadi debit yang lebih kecil yang
menyebabkan layanan air waduk mengalami defisit (kekurangan) yang berpeluang
menimbulkan konflik antar kepentingan.

Berapa kesepakatan diantaranya sebagai berikut


❑ Apabila ketersediaan air ke pemanfaat kurang dari 15% layanan kebutuhan irigasi
dikurangi secara proporsional
❑ Apabila berkurangnya lebih dari 15% dan diperediksi muka air waduk akan
mengalami skekurangan meski sampai cadangan air waduk dikeluarkan, maka RTOW
perlu di”reviw” dengan beberapa penyesuaian, khususnya merubah pola tanam yang
ada
Strategi Optimalisasi
Pengelolaan Waduk
(Studi Kasus Kaskade Saguling – Cirata - Djuanda)
Contoh Kasus Pengelolaan Waduk Kaskade Citarum
Pengumpulan Data:
Pengelola waduk kaskade Citarum: Hidrologi, Karakteristik Waduk,
Kebutuhan Air
• Saguling (PT Indonesia Power) untuk pembangkit
listrik Optimasi Kebutuhan air dan
• Cirata (PT PJB) untuk pembangkit listrik Produksi Listrik
Analisis Data sesuai Pembahasan seluruh tim
• Djuanda (PJT II) untuk irigasi, air baku, listrik dan Peruntukan Tiap Waduk TKPBKC
pengendali banjir (Rencana Kebutuhan Air)
BBWS, PLN, Pengelola waduk,
Pemprov Jabar

TKPBKC (Tim Kordinasi Pengelolaan


Bendungan Kaskade Citarum) : tidak
❑ Pengarah (Direktorat Bina OP) Prediksi Cuaca dan ENSO
(Normal/El Nino/La Nina)
Sesuai?
❑ Pelaksana: BMKG
➢ BBWS Citarum (Ketua) ya

➢ Dinas PSDA Pemprov Jabar


➢ BHLK – Direktorat Bintek SDA Pola
Operasi
➢ BMKG Prediksi Debit Inflow
BHLK
Waduk
➢ PLN
➢ Pengelola waduk
PRODUKSI LISTRIK TIGA WADUK KASKADE CITARUM
PADA KONDISI LA NINA – NORMAL - ELNINO

Rata-rata Saguling Cirata Djuanda


Produksi Listrik 12 bulan Bulan 8-12 12 bulan Bulan 8-12 12 bulan Bulan 8-12
Normal 219,1 171,4 123,8 113,8 77,2 82,4
La Nina 264,1 261,6 156,1 156,1 100,6 108,5
El Nino 207,5 167,0 100,9 100,9 73,7 64,7

Pada bulan-bulan awal, Produksi Listrik pada kondisi La Nina (warna


hitam) tidak berbeda secara signifikan dengan kondisi El Nino (warna
merah) dan Normal (warna biru). Kondisi La Nina dapat terlihat
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi listrik terutama pada
bulan Agustus – Desember (5 bulan).
Strategi optimalisasi pengelolaan waduk dan peningkatan pembangkit listrik dalam
menghadapi kondisi Peningkatan Curah Hujan
1. Penyusunan RTOW berdasarkan POW yang sudah ditetapkan dengan mempertimbangkan :
a. Perhitungan debit masuk dengan keandalan sesuai dengan kondisi prakiraan musim oleh
BMKG
b. Perhitungan debit (outflow) berdasarkan kebutuhan yang berlaku/ditetapkan pada masa
berlakunya RTOW tersebut
c. Pengeluaran air ke hilir pada saat banjir harus memperhitungkan kapasitas sungai di hilir
d. Fleksibilitas terhadap perubahan pengoperasian waduk akibat adanya perubahan parameter
rencana
2. Mengoptimalkan peran TKPSDA (TKPBKC dalam hal waduk kaskade saguling-cirata-juanda) sebagai
wadah koordinasi seluruh pemangku kepentingan dalam penyusunan RTOW maupun dalam
penyesuaian operasi waduk akibat adanya perubahan parameter rencana.
3. Monitoring/evaluasi pelaksanaan RTOW yang sudah disusun dan dapat secepatnya melakukan
penyesuaian bilamana diperlukan.
4. Mengoptimalkan Informasi prediksi Cuaca dalam pengoperasian Waduk bukan hanya untuk
penyusunan perencanan operasi satu tahun pada awal tahun tetapi juga pada saat evaluasi dan
penyesuaian operasi tiap bulan agar waduk siap dalam kondisi apapun (basah, normal, dan
kering)
TERIMAKASIH
KRITERIA TAHUN BASAH DAN TAHUN KERING
Tahun Basah dan Tahun Kering (BMKG/ HUJAN)
Kriteria Basah dan Kering tidak ada di BMKG !!! Berdasarkan Kepmen PU. 360/KPTS/M/2004
Yang ada (Normal, di Atas Normal, di Bawah Normal)
PENGERTIAN TAMPUNGAN WADUK
BENDUNGAN DENGAN PELIMPAH TANPA PINTU (PELIMPAH BEBAS) BENDUNGAN DENGAN PELIMPAH BERPINTU
PENGATURAN OPERASI WADUK
Permen PUPR Nomor 27/PRT/2015 tentang Bendungan
(khususnya pada Pasal 46 sampai dengan Pasal 52) yang intinya menyebutkan bahwa :
1. Setiap pemilik/pengelola bendungan harus menyusun/menyiapkan pedoman OP bendungan beserta
waduknya yang harus ditinjau dan dievaluasi paling sedikit 1 kali dalam waktu 5 (tahun)
2. Dalam menyusun rencana pengelolaan bendungan tersebut harus dilengkapi dengan Pola Operasi
Waduk (POW)
3. POW dilengkapi Lengkung batas operasi normal bawah (BONB) yang disusun berdasar data hidrologi
tahun kering dan Lengkung batas operasi normal atas (BONA) yang disusun berdasar data hidrologi
tahun basah
4. POW memuat tata cara pengeluaran air waduk sesuai dengan kondisi volume dan atau elevasi air
waduk dan kebutuhan air serta kapasitas sungai di hilir bendungan
5. POW ditetapkan oleh pengelola bendungan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
6. Penyusunan pedoman OP bendungan beserta waduknya dilakukan sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri
7. Berdasarkan POW, Pengelola bendungan menyusun Rencana Tahunan Operasi Waduk (RTOW)
8. RTOW tersebut disusun oleh pengelola bendungan dengan masukan dari pengelola sumber daya air
pada wilayah sungai yang bersangkutan dan instansi terkait
Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
Pola Operasi Waduk (POW)
1. Jadwal pengisian dan pengeluaran air.
2. Perkiraan besarnya debit aliran air yang
masuk (tahun basah,tahun normal dan
tahun kering).
3. Kebutuhan air yang harus dipenuhi
RTTG/RTTD.
4. Memperhitungan pengeluaran air dari
waduk lain yang berada dalam satu system
aliran sungai.
5. Pengeluaran air kehilir pada saat banjir
harus mempertimbangkan kapasitas sungai
dihilir.
6. Jadwal pemeliharaan bangunan prasarana
yang ada, hidromekanik-elektrik,dll.
7. Penurunan muka air waduk yang terlalu
cepat atau terlalu rendah.
8. Adakah Control Water Level (CWL) waduk
yang bersangkutan. BAGAN ALIR
PENYUSUNAN POW
PENGENDALIAN OPERASIONAL WADUK
1. Bila ketersedian air lebih
▪ Apabila debit aktual yang masuk ke waduk lebih besar dari RTOW, pengeluaran
tetap sesuai RTOW sepanjang TMA waduk masih berada di bawah batas normal
atas POW.
▪ Apabila TMA waduk sudah berada di atas normal atas, maka air waduk
dekeluarkan lebih dari RTOW sampai TMA waduk berada pada di bawah batas
normal atas.

2. Bila ketersedian air kurang


▪ Apabila debit aktual yang masuk ke waduk lebih kecil (berkurang <15% ),
pemberian air ke seluruh intake dikurangani secara proporsional.
▪ Apabila penyediaan air ke pemanfaat selama lebih dari 1 (satu) dekade berkurang
lebih besar dari 15%, maka pengelola waduk harus segera melakukan perhitungan/
simulasi ulang keseimbangan air yang ada berdasarkan kondisi hidrologi terakhir.
▪ Apabila hasil simulasi memperlihatkan bahwa ketersediaan air waduk memang
kurang, perlu diusulkan adanya review RTOW dengan menyesuaikan kondisi
terakhir, bila perlu pola tanam harus diubah/disesuaikan
PELAKSANAAN OPERASI WADUK
(OPERASI DARURAT)

Operasi darurat dilakukan dalam rangka merespon keadaan yang mengancam


keamanan dan atau keutuhan bendungan sehingga memerlukan penurunan muka air
waduk, misalnya :
• Longsoran besar pada lereng tubuh bendungan sehingga stabilitas bendungan pada
kondisi yang mengkhawatirkan,
• Amblesan besar sehingga tinggi jagaan berkurang secara signifikan,
• Retakan besar melintang tubuh bendungan yang cukup dalam,
• Retakan memanjang tubuh bendungan yang cukup,
• Tidak berfungsinya pintu pelimpah,
• Perilaku abnormal,
• Terjadinya keluaran air yang tak terkendali, dsb.
Operasi dilakukan dengan cara menurunkan air secara cepat lewat pintu-pintu
pengeluaran darurat atau pintu pengeluaran yang lain hingga muka air waduk mencapai
elevasi yang aman.
PELAKSANAAN OPERASI WADUK
(OPERASI NORMAL)
Pola operasi normal dibuat berdasar prakiraan dan asumsi-asumsi kenyataaan yang terjadi
sering berbeda dengan rencana secara rutin. langkah langkah yang perlu diambil bila
terjadi ketidak sesuaian kenyataan dengan rencana :
1. Bila ketinggain muka air waduk tidak sesuai dengan rencana, tetapi masih berada didalam batas batas zona
operasi, pelaksanaan operasi pada prinsipnya masih dianggap sesuai dengan rencana operasi (penyesuaian
jangka pendek dapat dilakukan sesuai keperluan)
2. Bila muka air waduk berada diatas “garis operasi normal atas” berarti ada kelebihan air yang dapat dialirkan
ke hilir. Bagi bendungan yang memiliki PLTA, setiap pengeluaraan air prinsipnya dilewatkan melalui turbin.
3. Bila muka air di bawah “garis operasi normal bawah” pengeluaran air harus dikurangi, dengan mengambil
langkah-langkah sebagai berikut :
❑ Pertama , teliti apakah kondisi tersebut akibat penahan air di waduk-waduk hulu. Bila benar demikian,
koordinasikan dengan pengelola waduk di atas untuk menambah pengeluaran air.
❑ Bila penurunan muka air waduk diakibatkan kondisi musim kering, maka harus dilaksanakan
pengurangan pengeluaran air dibawah rencana tahunan.
❑ Besarnya pengurangan tergantung kebutuhan dan keadaan , dengan dilaksanakan secara bertahap
dengan menggunakan metode empiris praktis) dan diusahakan agar dapat memenuhi kebutuhan
minimum yang disepakati, biasanya 80% kebutuhan.
❑ Bila pengeluaran terpaksa harus kurang dari kebutuhan pengairan biasanya 80%, harus dilakukan
koordinasi dengan instansi terkait untuk persiapan pengaturan distribusi air pada saluran saluran
pengairan di lapangan .
PELAKSANAAN OPERASI WADUK
(OPERASI BANJIR)
Operasi Banjir dalam rangka mengatur muka air waduk agar tetap terjaga pada elevasi
yang direncanakan (yang dilakukan dengan cara mengoperasikan pintu pelimpah dan bila
perlu pintu pengeluaran lainnya)
1. Batasan Operasi Banjir
a. Elevasi Muka air waduk di atas elevasi Muka Air Banjir Normal High Water Level atau Control Water Level
b. Kondisi teknis waduk,
▪ Waduk dengan pelimpah tanpa pintu, Penentuan keadaan kondisi banjir ini didasarkan pada kemampuan daya
tampung sungai di hilir bendungan
▪ Waduk dengan pelimpah berpintu, Penentuan keadaan kondisi banjir ini didasarkan jika debit keluar melebihi
elevasi ambang pelimpah , sehingga air dilepas melalui pintu spillway.
2. Ketentuan Operasi Banjir
a. Panduan operasi dan pemeliharaan waduk harus mencantumkan prosedur bagaimana operasi waduk pada saat terjadi
banjir serta kriteria penyimpanan air berikut jadual pengeluarannya sebelum dan selama terjadinya banjir
b. Setiap pembukaan pintu pelimpah dalam rangka pengeluaran air harus diawali dengan peringatan gawat banjir pada
masyarakat di hilir,agar masyarakat menjauh dari aliran sungai
c. Dalam hal keluaran air dari pelimpah diperkirakan akan melebihi kapasitas palung sungai dan menimbulkan banjir di
daerah pemukiman pengelola bendungan berkewajiban melaporkan kepada Pemerintah Daerah setempat
d. Pada saat diprediksi akan terjadi limpasan air yang besar diatas pelimpah yang mengakibatkan terlampauinya kapasitas
sungai maka petugas piket banjir harus meng informasikan ke penjaga pintu suplesi untuk menutup pintu suplesi bila
ada dan menginformasikan petugas pejabat di hilir
e. Untuk bendungan dengan pelimpah tanpa pintu apabila keluaran dari pelimpah di perkirakan akan melebihi kapasitas
palung sungai dan menimbulkan banjir di daerah pemukiman pengelola bendungan berkewajiban melaporkan kepada
Pemerintah Daerah setempat
TUGAS DAN FUNGSI TIM KOORDINASI Wadah Koordinasi para Stakeholder agar kepentingan dari berbagai
PENGOPERASIAN BENDUNGAN CASCADE pihak dapat terakomodir sesuai dengan ketentuan yang berlaku

RTOW Diperlukan rencana operasi waduk yang


(Rencana Tahunan Operasi Waduk) dapat disepakati oleh berbagai pihak

JANGKA PANJANG JANGKA MENENGAH JANGKA PENDEK


Data perkiraan Data perkiraan
musim, historis hujan, BMKG Observasi radar
banjir (tahunan) (mingguan) cuaca (harian)

Pelaksananan Operasi
Sesuai RTOW

Monitoring
Evaluasi

Tidak
Kesesuaian
RTOW

ya

Ketahanan Energi

OUTPUT/OUTCOME

Ketahanan air
Dasar hukum : MOU PKS
Manfaat/Peran Waduk
Pengendali Pembangkitan Kebutuhan air di Wisata dan
banjir energi hilir olahraga
• Waduk perlu • Memerlukan • Mengeluarkan • Muka air yang
ada ruang muka air debit sesuai konstan
untuk (head) yang kebutuhan air • Agar jarak
menampung tinggi di hilir waduk start ke finish
air banjir • Waduk peserta lomba
meningkatkan tetap sama
debit andalan
• Menstabilkan
aliran

Kebutuhan Air Kebutuhan Air untuk


1 Minum dan Kegiatan 2 Kebutuhan Air untuk
Industri
3 Pemeliharaan
Perkotaan Sungai
Kebutuhan Air di
Hilir
4 Kebutuhan Air untuk 5 Kebutuhan Air untuk 6 Kebutuhan Air untuk
Perikanan Peternakan Irigasi

Anda mungkin juga menyukai