Visi
“Mewujudkan Geologi untuk Perlindungan
dan Kesejahteraan Masyarakat”
Misi
Ÿ Pengungkapan potensi sumber daya
geologi untuk peningkatan ekonomi
nasional
Ÿ Mempromosikan aspek geologi lingkungan
untuk kepentingan penataan ruang,
perencanaan dan pengembangan
masyarakat
Ÿ Mitigasi bencana letusan gunung api dan
bencana geologi lainnya untuk
perlindungan dan keselamatan masyarakat
Ÿ Mengefektifkan kinerja dan akuntabilitas
penyelenggaraan urusan pemerintah yang
baik dan bersih dalam institusi nasional
bidang geologi
Diiringi rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut baik atas
selesainya buku “Laporan Tahunan Badan Geologi Tahun 2011” yang berisi highlight
kegiatan yang dilaksanakan oleh unit-unit di lingkungan Badan Geologi pada tahun
2011.
Selama tahun 2011 beberapa kegiatan prioritas dapat diselesaikan dengan baik.
Kegiatan prioritas tersebut antara lain pemetaan geologi tahap awal skala 1:50.000
se-Indonesia, penyiapan WKP panas bumi, Coal Bed Methane, dan batubara;
pengembangan database mineral, pemetaan kawasan rawan bencana geologi,
pemantauan aktivitas gunung api aktif tipe A, pengembangan rekayasa peralatan
pemantauan gunung api hasil rancang bangun, pemboran air tanah di daerah sulit
air dan konservasi air tanah, penyelidikan geologi teknik termasuk di dalamnya
monitoring LUSI, rekomendasi teknik penataan ruang dan pengembangan wilayah
berbasis geologi; pengembangan website Badan Geologi, dan pengembangan
museum geologi.
Sesuai dengan tugasnya, yaitu melaksanakan penelitian dan pelayanan bidang
geologi, pada 2011 Badan Geologi telah melaksanakan pelayanan, antara lain:
sosialisasi, pemberdayaan, dan penyebarluasan informasi bidang geologi. Sosialisasi
geologi dilaksanakan di Provinsi Jambi dan Jawa Barat. Bidang publikasi pada tahun
ini menerbitkan beberapa jurnal kebumian serta publikasi khusus Badan Geologi.
Selain itu, pada tahun 2011 menyelenggarakan kegiatan International Workshop on
Editorial Board of Geoscience Journals in East and Southeast Asia yang mendapat
dukungan dari CCOP dan dihadiri oleh beberapa negara Asia Timur dan Tenggara.
Diharapkan, Laporan Tahunan ini dapat meningkatkan alur informasi antara Pusat
dan Daerah serta menambah khasanah informasi bidang geologi bagi masyarakat
dan para pemangku kepentingan. Pada akhirnya, hasil-hasil kegiatan Badan Geologi
tahun 2011 diharapkan menjadi rangkaian pencapaian visi Badan Geologi, yaitu
“geologi untuk perlindungan dan kesejahteraan masyarakat”, guna mendukung
capaian sektor energi dan sumber daya mineral dalam rangka mewujudkan visi
pembangunan nasional.
Akhir kata, saya sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
melaksanakan kegiatan Badan Geologi tahun 2011 dengan sebaik-baiknya dan
bekerja sama dalam penyusunan Laporan Tahunan ini.
R. Sukhyar
dokumen hasil penyelidikan sumber daya mineral dan dan Museum Geologi. Dokumen geologi dan tambang
pemetaan geologi di Indonesia sejak awal abad ke-17. tersebut telah banyak memberikan saham bagi kemajuan
Perkembangan selanjutnya, Djawatan Geologi berganti Bangsa Indonesia.
nama menjadi Direktorat Geologi pada tahun 1963.
Mulai tahun 1966, Direktorat Geologi bernaung di bawah Dokumen geologi dan tambang yang tersimpan dalam
Direktorat Jenderal Pertambangan. Pengembangan bentuk contoh batuan, mineral, fosil, peta, laporan tak
kelembagaan terjadi pada tahun 1978, ketika Direktorat terbit dan yang terbit, telah menjadi sumber informasi
Geologi dipecah menjadi: Direktorat Sumber Daya bagi banyak pihak yang memerlukannya. Berbagai macam
Mineral, Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Direktorat data itu bukan hanya diperlukan untuk pengembangan
Vulkanologi, dan Pusat Penelitian dan Pengembangan bidang pertambangan, tetapi juga untuk bidang-bidang
Geologi. Ketiga Direktorat dan satu Pusat itu masih lain seperti teknik sipil, pertanian, kehutanan, geografi,
bernaung di bawah Direktorat Jenderal Pertambangan pengembangan wilayah, dan bahkan juga pertahanan dan
Umum. Pada tahun 1984 terjadi pemecahan Direktorat keamanan. Oleh karena itu dokumen itu menjadi ajang
Jenderal itu menjadi Direktorat Jenderal Pertambangan perebutan semasa terjadi perubahan kekuasaan. Pada
Umum dan Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya tahun 1942 diperebutkan oleh pasukan tentara Jepang
Mineral. Ketiga Direktorat dan satu Pusat itu bernaung dari penguasaan penjajah Belanda, dan pada tahun 1945
di bawah Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya diperebutkan oleh para pejuang Republik Indonesia
Mineral dengan pendirian satu Pusat lagi, yaitu Pusat dari penguasa tentara Jepang, yang tak lama kemudian
Pengembangan Geologi Kelautan. pasukan tentara Belanda pun merebutnya kembali. Baru
setelah lima tahun kemudian, pada tahun 1950, dokumen
Perubahan mendasar kelembagaan terjadi pada tahun itu sepenuhnya bisa dikuasai kembali oleh para pejuang
2001, ketika dibentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Republik Indonesia.
Energi dan Sumber Daya Mineral. Unit di bawah Direktorat
Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral tersebut Perpustakaan Geologi merupakan warisan budaya,
dipecah, tiga direktorat masuk ke Direktorat Jenderal yang menyangkut kekayaan mineral dan pengetahuan
Geologi dan Sumber daya Mineral (yang baru), dan dua geologi dari seluruh Nusantara yang terhimpun sejak
pusat bersama dengan tiga pusat lainnya berada di bawah pertengahan abad ke-17. Laporan tertua berasal dari pra
Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Pemerintahan Hindia Belanda, dari zaman Vereenig de
Daya Mineral. Akhirnya, pada tahun 2005 terbentuklah Oost-Indische Compagnie, VOC, tahun 1660-an. Sebagai
Badan Geologi yang membawahi empat pusat dan satu kelembagaan Pusat, tugas yang tidak dapat dipisahkan
sekretariat, sedangkan satu pusat lagi masih bernaung di adalah menyimpan laporan hasil penyelidikan lapangan di
bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan seluruh Indonesia, yang dilengkapi dengan hasil penelitian
Sumber Daya Mineral. laboratorium (secara kimia, petrologi, dan paleontologi),
dan sekarang dengan penentuan umur mutlaknya. Laporan
sebagai bentuk dokumentasi itu pada awalnya ada yang
Penyimpanan Dokumen Ilmiah dan Warisan Cagar ditulis tangan, diketik, dan diterbitkan, dan sekarang ada
Budaya dalam bentuk CD.
Badan Geologi menyimpan sebagian besar dokumen Laporan dari pemetaan geologi bersistem yang dilakukan
hasil penyelidikan mineral dan geologi dari berbagai Diesnt van den Mijnbouw sejak tahun 1920-an makin
pelosok Indonesia, berupa pustaka (laporan, terbitan, menambah kumpulan dokumen. Demikian pula sejak
peta) dan percontoh batuan, mineral, dan fosil. Dokumen Indonesia menerapkan Rencana Pembangunan Lima
hasil penyelidikan sejak pertengahan abad ke-17 sampai Tahun (yang pertama 1969-1974, dan yang terakhir 1999-
sekarang, tersimpan di gedung Perpustakaan Geologi 2004), pertumbuhan jumlah dokumen naik tajam. Semua
laporan memuat informasi tentang keadaan geologi, dan Gedung dibangun 2 lantai, sebanyak 74 ruangan, pada
tentang sumber daya mineral dan energi. awalnya seluas ± 5.500 m2. Meskipun namanya Geologisch
Laboratorium, namun gedung itu adalah kantor Dienst van
Gedung Museum Geologi dibangun tahun 1928. Sampai den Mijnbouw, selain ada laboratorium, ada pula ruang
sekarang tidak mengubah wajah aslinya. Alamatnya kerja dan ruang pertemuan.
semula di Rembrandt Straat, sekarang nama jalannya
berganti menjadi Jalan Diponegoro Nomor 57 Bandung. Sebagian dari gedung itu dipergunakan untuk ruang
Di jalan itu pula berada 4 unit di bawah Badan Geologi, peragaan dan ruang koleksi percontoh, yang kemudian
yaitu Pusat Survei Geologi, Pusat Sumber Daya Air Tanah dinamakan Geologisch Museum; serta ruangan yang
dan Geologi Lingkungan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi diperuntukkan sebagai ruangan arsip pengetahuan
Bencana Geologi, dan Sekretariat Badan Geologi. Satu dan koleksi terbitan dan peta yang kemudian disebut
unit lainnya, Pusat Sumber Daya Geologi berada di Jalan Perpustakaan Geologi. Gedung ini kelihatannya
Soekarno-Hatta Nomor 444 Bandung. dipersiapkan pula untuk pertemuan ilmiah internasional.
Peresmian gedung ini pada tanggal 16 Mei 1929, bertepatan
Dengan bantuan Jepang, selama 1998-2000 museum dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan
telah mengalami pembaruan, dan kini luas lantainya Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) di Bandung
telah bertambah dari semula 1.397 m2 menjadi 3.897 m2. pada tanggal 18-24 Mei 1929. Kongres itu diselenggarakan
Museum Geologi menghimpun sejumlah besar benda di Technische Hooge School (THS, sekarang menjadi ITB).
geologi, juga menyimpan benda-benda yang berkaitan
dengan manusia, sejak manusia purba hingga manusia Kongres dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: Bagian Ilmu
modern. Tidak mengherankan kalau museum mempunyai Pengetahuan Pertanian (Division of Agricultural Sciences),
banyak fungsi, sehingga sering dikunjungi, selain para Bagian Ilmu Pengetahuan Biologi (Division of Biological
wisatawan dari dalam dan luar negeri, juga para peneliti, Sciences), Bagian Ilmu Pengetahuan Fisika (Division of
siswa, dan masyarakat umum. Physical Sciences), dan Bagian Ilmu Pengetahuan Fisika dan
Biologi (Division of Physical and Biological Sciences). Ilmu
Gedung museum ini pada awalnya bernama Geologisch geologi, tambang dan vulkanologi (ilmu kebumian) masuk
Laboratorium, tempatnya hampir berseberangan dengan ke dalam Bagian Ilmu Pengetahuan Fisika, yang sidang-
Gedung Sate yang selesai dibangun pada tahun 1921. sidangnya diselenggarakan di Geologisch Laboratorium
Gedung Geologisch Laboratorium dirancang dengan gaya atau Geologisch Museum. Kongres internasional itu
artdeco oleh arsitek In Menalda van Schouwenburg, dan dihadiri 391 ilmuwan dari 20 negara. Dari 391 ilmuwan itu
dibangun selama 11 bulan, mulai pertengahan tahun hanya seorang peserta yang berstatus putra pribumi, yaitu
1928 sampai diresmikannya pada tanggal 16 Mei 1929. Presiden Museum Etnologi Solo, Pangeran Hadiwidjojo.
STRUKTUR UTAMA BADAN GEOLOGI TUGAS POKOK DAN FUNGSI UNIT-UNIT DI LINGKUNGAN
BADAN GEOLOGI
Berdasarkan Permen ESDM No. 18 Tanggal 22 November SEKRETARIAT BADAN GEOLOGI
2010, Badan Geologi merupakan salah satu Unit Eselon I
di bawah KESDM yang terdiri atas lima unit kerja Eselon Tugas Sekretariat Badan Geologi adalah melaksanakan
II, yaitu: koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian
a. Sekretariat Badan Geologi dukungan administrasi kepada seluruh unit di lingkungan
b. Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi.
c. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Sekretariat Badan Geologi menyelenggarakan fungsi:
d. Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan
a. koordinasi pelaksanaan kegiatan Badan Geologi;
e. Pusat Survei Geologi
b. koordinasi dan penyusunan rencana, program dan
Sementara itu, tugas pokok dan fungsi BPPTK dan Museum anggaran, laporan, akuntabilitas, dan evaluasi kinerja,
Geologi, Badan Geologi, diatur dengan PUU yang terpisah. serta pengelolaan sistem informasi;
Tupoksi BPPTK diatur oleh Kepmen ESDM Nomor 1723 c. koordinasi dan pengelolaan kepegawaian, organisasi
Tahun 2002 tentang BPPTK; sedangkan tupoksi Museum dan tata laksana, serta kinerja pegawai;
Geologi ditetapkan berdasarkan Kepmen ESDM Nomor d. pengelolaan administrasi perbendaharaan, barang
1725 Tahun 2002 tentang UPT Museum Geologi. milik negara, serta akuntansi dan pertanggungjawaban
Berdasarkan Kepmen ESDM Nomor 1723 Tahun 2002 keuangan;
tentang BPPTK, secara struktur organisasi BPPTK berada e. pengelolaan urusan ketatausahaan, hukum dan
dibawah langsung unit eselon II PVMBG. Sedangkan hubungan masyarakat, perlengkapan dan rumah
berdasarkan Kepmen ESDM Nomor 1725 Tahun 2002 tangga; dan
tentang Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Geologi, f. pembinaan jabatan fungsional Penyelidik Bumi.
secara struktur organisasi UPT Museum Geologi berada di
bawah langsung unit eselon II PSG.
Badan Geologi
Sekretariat
Badan Geologi
Pusat Sumber Pusat Vulkanologi dan Pusat Sumber Daya Air Tanah
Pusat Survei Geologi
Daya Geologi Mitigasi Bencana Geologi dan Geologi Lingkungan
Balai Penelitian
Bidang Sarana Bidang Sarana Bagian Rencana
dan Pengembangan Museum Geologi
Teknik Teknik dan Laporan
Teknologi Kegunungapian
Bidang Informasi Bidang Mitigasi Gempa Bumi Bidang Air Tanah Bidang Program dan Bagian Keuangan
dan Gerakan Tanah Kerja Sama
Bagian Tata Usaha Bidang Evaluasi dan Bagian Tata Usaha Bidang Informasi Bagian Umum
Potensi Bencana
SEKRETARIAT
BADAN GEOLOGI
BAGIAN
BAGIAN BAGIAN BAGIAN
RENCANA DAN
KEPEGAWAIAN KEUANGAN UMUM
LAPORAN
SUBBAGIAN SUBBAGIAN
PENGELOLAAN ADMINISTRASI SUBBAGIAN SUBBAGIAN KELOMPOK
INFORMASI PEGAWAI PERBENDAHARAAN TATA USAHA JABATAN
FUNGSIONAL
SUBBAGIAN SUBBAGIAN
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN
RENCANA KERJA KINERJA PEGAWAI KEKAYAAN NEGARA RUMAH TANGGA
PUSAT SUMBER
DAYA GEOLOGI
minyak, pengujian temperatur leleh batu bara, dan e. pelaksanaan administrasi Pusat Vulkanologi dan
pengujian kuat tekan batuan Mitigasi Bencana Geologi.
PUSAT VULKANOLOGI
DAN MITIGASI
BENCANA GEOLOGI
SEKSI
PELAYANAN
LABORATORIUM
SUBBIDANG
SUBBIDANG SUBBIDANG
SUBBAGIAN GEOLOGI
PENDAYAGUNAAN EVALUASI GEOLOGI
KEUANGAN LINGKUNGAN
AIR TANAH TEKNIK
PERKOTAAN
PUSAT SURVEI
GEOLOGI
Badan Geologi adalah instansi utama yang yang berorientasi pada kepentingan masyarakat,
menyelenggarakan tugas penelitian bidang geologi bangsa, negara dan tanah air, (b) kompetensi teknis,
di Indonesia. Untuk melaksanakan tugaas tersebut manajerial, dan kepemimpinan serta (c) efektivitas,
diperlukan peran SDM yang handal. Oleh karena itu efisiensi dan kualitas pelaksanaan tugas yang dilakukan
Badan Geologi melakukan pengembangan dan penguatan dengan semangat kerjasama dan tanggung jawab
kapasitas, kuantitas, serta kualitas SDM sesuai kebutuhan sesuai dengan lingkungan kerja dan organisasinya.
dan standar manajemen mutu internasional. f. Menyelenggarakan acara Sosialisasi Bidang Kepega-
waian untuk menyampaikan informasi tentang pera-
Beberapa program prioritas terkait dengan pengembangan turan di bidang kepegawaian dengan harapan dapat
SDM, antara lain: meningkatkan kinerja bagi para pejabat struktural,
a. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi melalui pejabat fungsional, dan para pengelola kepegawaian
pendidikan formal dan non-formal dalam serta luar di lingkungan Badan Geologi, Kementerian Energi dan
negeri terutama untuk tenaga-tenaga teknis. Sumber Daya Mineral.
b. Melakukan analisis dan penerapan pengembangan
jabatan dan pola karier agar terwujud manajemen Jumlah sumber daya manusia pada Badan Geologi status
pegawai yang lebih bermutu. Desember 2011 adalah total sebanyak 1.397 orang dengan
c. Mendorong prestasi pegawai melalui reward and rincian jumlah pada masing-masing unit sebagai berikut:
punishment serta rencana implementasi sistem SBG sebanyak 59 orang, PSDG sebanyak 322 orang,
renumerasi. PVMBG (termasuk BPPTK) sebanyak 429 orang, PSDATGL
d. Melakukan evaluasi terhadap informasi jabatan dan sebanyak 285 orang, PSG (termasuk Museum Geologi)
evaluasi tugas fungsi jabatan struktural dan seluruh sebanyak 305 orang.
jabatan fungsional tertentu serta jabatan fungsional
umum. Dari segi usia, mayoritas pegawai di lingkungan Badan
e. Melaksanakan pembinaan melalui jalur Pendidikan Geologi berada di atas 50 tahun (40%), kemudian usia 41
dan Pelatihan (Diklat) yang mengarah kepada upaya - 50 tahun (33%), dan yang paling kecil jumlahnya adalah
peningkatan (a) sikap dan semangat pengabdian usia < 41 tahun (27%) sebagaimana digambarkan pada
Gambar 2.1 dan Tabel 2.1.
27%
40%40%
< 41 Tahun
41 - 50 Tahun
33% > 50 Tahun
Gambar 2.1 Komposisi Pegawai Badan Geologi dalam tiga kelompok usia
KELOMPOK USIA
NO UNIT JUMLAH
18-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 >56
TINGKAT PENDIDIKAN
NO UNIT JMLH
SD SLTP SLTA D1 D2 D3 D4 S1 Sp.1 S2 S3
Sarana Laboratorium yang tersebar di pusat-pusat dan Sarana dan Prasarana Umum:
UPT, yaitu: 1. Gedung perkantoran.
a. Laboratorium penginderaan jauh. 2. Pos pengamat gunung api di 70 lokasi.
b. Laboratorium petrologi. 3. Gedung perpustakaan.
c. Laboratorium geokimia, kimia mineral dan air. 4. Gedung bengkel alat berat dan pengeboran.
Tabel 3. 1 Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2011 dan Tahun Anggaran 2010
- Belanja
Pinjaman dan 716.896.000 325.190.300 1.021.581.000 986.421.500
Hibah
Pada tahun 2011 dari 15 judul regulasi sebanyak 2 regulasi Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
telah ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Mineral tentang Pedoman Teknis Kriteria dan Tata Cara
dan Menteri ESDM, yaitu Keputusan Presiden Nomor Penetapan Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan sampai
26 tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah akhir tahun 2011 masih diproses oleh Biro Hukum dan
dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Humas Setjen KESDM. Rancangan Peraturan Menteri
Nomor 15 tahun 2011 tentang Pedoman Mitigasi Bencana Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Penyelenggaraan
Gunung api, Gerakan Tanah, Gempa Bumi dan Tsunami. Pengelolaan Air Tanah di Luar Cekungan Air Tanah pada
Pada akhir tahun 2011, Tim penyusun program Regulasi konsinyering pertama diputuskan akan diproses lebih
dan Legislasi Badan Geologi telah mengajukan 5 buah lanjut, tapi setelah dikaji kembali terdapat beberapa
rancangan Peraturan Menteri ke Biro Hukum dan Humas perbaikan sehingga ditunda untuk diajukan ke Biro Hukum
untuk diproses lebih lanjut, yaitu: dan Humas.
* Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Tujuh rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Mineral tentang Pedoman Arahan Pemanfaatan Ruang
Daya Mineral lainnya berdasarkan hasil telaahan tim,
dan Penyelidikan Geologi Teknik pada Kawasan Rawan
masih dalam pembahasan tim. Tujuh judul rancangan
Gerakan Tanah
tersebut dirinci pada Tabel 4.1.
* Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Selain itu tim telah menyelesaikan pengajuan program
Pertambangan regulasi dan legislasi tahun 2012 yang disampaikan dalam
* Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya rapat tahunan penyusunan prolegnas dan proregnas pada
Mineral tentang Perizinan dan Rekomendasi Teknis Air tanggal 16 - 19 November 2011 yang diselenggarakan
Tanah oleh Biro Hukum dan Humas KESDM di Banjarmasin,
* Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Kalimantan Selatan. Tim mengajukan 9 judul baru berupa
Mineral tentang Pedoman Pemetaan Geologi Skala Rancangan Peraturan Menteri ESDM terkait bidang air
1:50.000, tanah, lingkungan geologi, dan pemetaan geologi. Tim
* Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya juga melakukan pembahasan RUU Geologi terkait dengan
Mineral tentang Penetapan Kriteria Kawasan Bentang pengajuan RUU Geologi pada program legislasi nasional
Alam Kars. melalui hak inisiatif DPR.
Tabel 4.1 Tujuh Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
NO JUDUL
1 Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tata Cara Penetapan Zona Konservasi Air Tanah
Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Air Tanah di Luar
2
Cekungan Air Tanah
3 Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Inventarisasi Air Tanah
4 Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pengendalian Penggunaan Air Tanah
Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pedoman Teknis Spesifikasi Basis Data Neraca
5
Sumber Daya Mineral Logam
Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pedoman Pelaporan dan Estimasi Sumber Daya
6.
dan Cadangan Batubara Indonesia
7. Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pengelolaan Data Sumber Daya Geologi Nasional
5.1 Kerja Sama Bidang Mitigasi Bencana mengadakan instalasi peralatan pemantauan gunung api
(Gunung Ijen dan Gunung Batur) di Jawa Timur, serta
Badan Geologi telah bekerja sama dengan Institusi memberikan kesempatan training untuk staf PVMBG.
Luar Negeri (Pemerintah Jepang, Australia, Pemerintah
Amerika Serikat, Pemerintah Perancis, Singapura dan 4. RI - Perancis
kerja sama dengan Komisi Ekonomi Eropa MIAVITA Project
serta AIFDR yang meliputi kegiatan penelitian, instalasi Kerja sama dengan Pemerintah Perancis bertujuan untuk
peralatan pemantauan gunung api, monitoring kegiatan mengembangkan metode yang tepat dalam hal monitoring
gunung api di Indonesia, workshop, pemberian beasiswa, gas gunung api temperatur tinggi akibat aktivitas gunung
dan pelatihan. api. Kegiatan lapangan selama tahun 2009-2012 untuk
penelitian di Gunung Batur-Bali, Gunung Ijen-Jawa Timur,
1. RI - Jepang Gunung Merapi-Yogyakarta, dan Gunung Papandayan-
Jawa Barat.
Kerja sama riset dalam bidang gunung api antara Indonesia
(Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana 5. RI-Komisi Eropa (Miavita Project)
Geologi, PVMBG) dengan pihak Jepang (Kyoto University –
Sakurajima Volcano Research Center, SVRC) sudah dimulai Kerja sama penelitian ini melibatkan institusi dari
sejak tahun 1993. Kerja sama dilandasi dengan pemikiran 11 negara. Kerja sama penelitian ini didanai oleh EC
bahwa sebagai negara yang mempunyai banyak gunung (European Commission) dan Kick-Off meeting dimulai
api Indonesia dan Jepang akan menghadapi persoalan pada tanggal 27 – 28 Oktober 2008, di Paris, Perancis.
yang sama dalam upaya mitigasi letusan gunung api. Project ini direncanakan akan dilaksanakan dalam jangka
waktu 48 bulan. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
2. RI - Australia Geologi (PVMBG) berpartisipasi dalam MIAVITA Project ini
pada WP2, WP3, WP5, WP7 dan WP8. WP2 dan bekerja
Persetujuan kerja sama teknik antara PVMBG dengan sama dengan CNRS (Perancis) dan KELL (Itali). Sedangkan
Pemerintah Australia dilakukan dalam bidang perawatan WP3 akan riset dan field work di Gunung Kelud (Jawa
peralatan pemantauan gunung api di NTT. Hingga akhir Timur) bekerja sama dengan BRGM (Perancis) dan INGV
tahun 2009, kerja sama teknik ini telah melengkapi (Itali). Untuk WP7 dan WP8 semua anggota tim wajib ikut
jaringan seismik di NTT. berpartisipasi.
Selain kerja sama dengan BOM, PVMBG juga melakukan
6. RI - Singapura
kerja sama dengan AIFDR (Australia-Indonesia Facility
for Disaster Reduction). Kerja sama ini dilakukan dengan Kerja sama antara PVMBG dan EOS (Earth Observatory
tujuan untuk mengembangkan penilaian probabilistik of Singapore) yang saat ini bertempat di NTU (Nanyang
bahaya gempa, menggunakan penelitian praktek terbaik Technical University, Singapore) bertujuan untuk
dan analisis, yang menggabungkan sumber aktif dan penelitian dan pengembangan peralatan pemantauan
model gerakan tanah yang dikembangkan. gunung api, khususnya Gunung Gede dan Gunung Salak
(Jawa Barat).
Pada bulan Juli 2011, diadakan Earthquake Hazard
Workshop, di Hotel Shangrila-Surabaya. Partisipan acara
ini adalah beberapa institusi pemerintah dan universitas 5.2 Kerja Sama dalam Bidang Survei Geologi
baik di dalam maupun luar negeri, antara lain: Badan
1. Research Agreement antara Pusat Survei Geologi
Geologi, BNPB, ITB, LIPI, ANU dan USGS.
– Badan Geologi dengan School of Earth and
PVMBG bekerja sama dengan AIFDR (Australia- Enviromental Science – University of Wollongong
Indonesia Facility for Disaster Reduction), dengan focal (Australia) tentang “In Search of The First Asian
point BNPB. Kerja sama ini dilakukan dengan tujuan Hominis” yang ditandatangani pada tanggal 7
mengembangkan penilaian probabilistik bahaya gempa, Desember 2011.
menggunakan penelitian praktek terbaik dan analisis,
2. MoU antara Badan Geologi dengan Natural History
yang menggabungkan sumber aktif dan model gerakan
Museum (NHM) Inggris dan MOU antara Badan
tanah yang dikembangkan.
Geologi dengan Nationaal Natuurhistorisch Museum
Naturalis (NMN) Belanda, ditandatangani pada
3. RI - USGS (Amerika Serikat) tanggal 23 Februari 2010.
Kerja sama antara PVMBG dengan USGS dalam 3. Kerja sama luar negeri antara Badan Geologi dengan
pengembangan peralatan pemantauan gunung api terus Mineral and Geoscience Departement, Malaysia yang
dilaksananakan. Pada tahun 2011 PVMBG bersama USGS
mengambil tema “Working Group on Cross Border 5.3 Kerja Sama dalam Bidang Sumber Daya
Geological correlation”. Geologi
4. Perjanjian Kerja sama antara Pusat Survei Geologi - 1. Kerja sama penelitian dan penyelidikan bidang
Badan Geologi dengan Fakultas Teknik Universitas sumber daya panas bumi, yaitu:
Hasanuddin tentang Peningkatan Sumber Daya
o Capacity building for enhance the geothermal
Manusia, Pengembangan Pendidikan, Teknologi,
exploration technologies in Indonesia (Badan
Survei dan Penelitian Bidang Geologi yang
Geologi - JICA);
ditandatangani pada tanggal 10 Februari 2011.
o Joint research on volcanic and non volcanic
5. MoU antara Badan Geologi dengan Fakultas Teknik hosted geothermal system in Indonesia (Badan
Universitas Hasanuddin tentang Peningkatan Geologi - BRGM);
Sumber Daya Manusia, Pengembangan Pendidikan, o Kerja sama evaluasi potensi dan prospek panas
Teknologi, Survei dan Penelitian Bidang Geologi yang bumi berdasarkan geosain, geologi, dan geokimia
ditandatangani pada tanggal 10 Februari 2011. (Badan Geologi - UGM);
o Kerja sama evaluasi potensi sumber daya geologi
6. Kerja sama dalam negeri antara Pusat Survei Geologi
berdasarkan aspek geofisika (Badan Geologi-UI).
dengan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya tentang
Peningkatan Sumber Daya Manusia, Pengembangan 2. Kerja sama penelitian dan penyelidikan bidang
Pendidikan, Teknologi, Survei dan Penelitian Bidang sumber daya mineral
Geologi yang ditandatangani pada tanggal 14 Mei o Joint study and the development for mineral
2010. exploration (Badan Geologi – CGS);
7. Kerja sama dalam negeri antara Pusat Survei o Joint inventory of mineral and coal potency in
Geologi, Badan Geologi dengan Pusat Penelitian dan the border areas of Indonesia - Malaysia (Badan
Pengembangan Geologi Kelautan, Balitbang ESDM Geologi - JMG);
tentang pelaksanaan analisis laboratorium yang o The development of gis for mineral potential
ditandatangani tanggal 3 April 2009. mapping in the eastern indonesia (Badan Geologi
- KIGAM).
8. Kerja sama dalam negeri antara Pusat Survei
Geologi, Badan Geologi dengan Fakultas Teknik 3. Kerja sama penelitian dan penyelidikan konservasi
Universitas Gajah Mada tentang Peningkatan o Kerja sama Penelitian Geologi Medis (Badan
Sumber Daya Manusia, Pengembangan Pendidikan, Geologi - BALITBANGKES).
Teknologi, Survei dan Penelitian Bidang Geologi yang
ditandatangani pada tanggal 2 Oktober 2009. 4. Kerja sama Bidang Sumber Daya Geologi salah
satunya dengan telah ditandatangani 4 MoU,
9. Kerja sama dalam negeri antara Pusat Survei Geologi yaitu Penandatangan MoU antara Badan Geologi
dengan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian-ITB, dengan: CGS, pada bulan Mei 2011; PT Berau Coal,
tentang uji coba peralatan geolistrik multi channel pada tanggal 16 Juni 2011; PT Aneka Tambang,
(super sting) dan Cessium Magnetometer G.858 pada tanggal 4 Juli 2011; dan LIPI, pada tanggal 3
ditandatangani tanggal 10 november 2009. November 2011.
6.1 Inventarisasi Mineral Logam di Kabupaten Daerah mineralisasi logam dasar dan ikutannya ditemukan
Jayapura, Papua di Keerom yang ditempati oleh batulempung, batupasir,
dan endapan alluvium. Indikasi struktur dapat diketahui
Dari hasil inventarisasi ditemukan dua daerah mineralisasi
dari adanya kelurusan atau sesar yang berarah N 1100 E
nikel dan logam dasar, yaitu mineralisasi nikel di Sentani,
(Gambar 6.3). Hasil analisis kimia unsur Au, Ag, Cu, Pb dan
yang ditempati oleh batuan ultrabasa, batuan metamorfik,
Zn menunjukkan nilai yang tidak signifikan.
batuan vulkanik, dan endapan teras. Struktur geologi yang
dijumpai di daerah penyelidikan adalah berupa struktur Hasil pengamatan menunjukkan komoditas mineral logam
sesar dan kekar. Struktur sesar dijumpai di pinggir Danau di wilayah ini yaitu nikel (Ni). Hamparan Nikel laterit cukup
Sentani dengan arah N 110oE/65o (Gambar 6.1). luas dan tebal dijumpai di Sentani Barat dan Tengah serta
indikasi Kromit dalam peridotit terserpentin (Pegunungan
Cycloop).
Gambar 6.3 Peta Geologi, Ubahan, Mineralisasi, Anomali Geokimia dan Gambar 6.4 Peta Geologi, Ubahan, Mineralisasi, Anomali Geokimia dan
Daerah Prospek Blok Mokong, Kabupaten Sumbawa, NTB. Daerah Prospek Blok Santong, Kabupaten Sumbawa, NTB.
Tabel 6.1 Nilai anomali masing-masing unsur conto tanah dari Kecamatan Haharu, Kabupaten
Sumba Timur, NTT
Gambar 6.12 Peta Sebaran Unsur Au. Gambar 6.14 Peta Mineralisasi, Ubahan dan kandungan unsur daerah
Sungai Tamuji Desa Baru, kecamatan Obi Utara, Kabupaten Halmahera
Selatan.
Gambar 6.16 Peta Geologi Daerah Penyelidikan. Gambar 6.17 Peta Geologi Kecamatan Pajo dan sekitarnya, Kabupaten
Dompu.
untuk unsur Al dan Sn. Hasil dari digitasi endapan REE 6.8 Prospeksi Endapan Mangan di Kabupaten
dengan tiga blok, jumlahnya adalah 1.639.302 m3, dengan Dompu, NTB
rata-rata berat jenis 2,7 gr/cm3, maka endapan REE di
daerah penyelidikan sebesar 4.426.115,4 ton. Dengan Prospeksi dilakukan pada 4 lokasi yaitu Karampa Amo
menggunakan data pada Tabel 6.2, ∑ REE + Y atau jumlah (A), Madama Lapadi Timur (B), Adu – Hu’u (C) dan Lapadi
unsur tanah jarang secara hitungan matematis berkisar Barat (D). Hasil prospeksi menunjukkan bahwa tiga lokasi
antara 0,202 - 0,473%. terdapat adanya bongkah-bongkah mangan di permukaan
tanah dan satu lokasi lainnya ditemukan adanya indikasi
Endapan logam tanah jarang termasuk jenis endapan mineralisasi logam dasar yang ditunjukkan dengan
pelapukan residu/laterit dengan batuan induk granit tipe hadirnya mineral kalkopirit, galena, spalerit, malakit dan
S. Walaupun ditemukan bukti-bukti keterdapatan logam krisokola bersama-sama dengan kuarsa network. Hasil
dasar seperti tembaga (Cu) berupa kalkopirit, namun analisis kimia menunjukkan tiga lokasi prospek memiliki
secara langsung tidak berkaitan dengan granit, akan tetapi kandungan Mn cukup signifikan (> 20%).
berkaitan dengan batuan induk metasedimen.
Terdapat tiga daerah prospek mangan di desa Lepadi dan
Sumber daya endapan REE dalam penyelidikan ini Manggeasih dengan masing-masing seluas: 116. 600 m2 di
mencapai sebesar 4.426.115,4 ton. Dari sejumlah 15 unsur Desa Lepadi, 20.150 m2 dan 4.822 m2 di desa Manggeasih.
tanah jarang yang dianalisis, kandungan yang tergolong Mineralisasi mangan berhubungan dengan batuan asosiasi
signifikan ditunjukkan untuk Ce (600 ppm – 1400 ppm), Jasper merah pada satuan batuan Gunung api tua (Tlmv).
La (400 ppm – 1000 ppm) dan Pr (600 ppm – 1400 ppm), Sementara mineralisasi sulfida berhubungan dengan
sedangkan unsur lainnya umumnya kurang dari 100 ppm. batuan vulkanik tufa andesitik dan dasitik juga dari satuan
Jika mengacu kepada total kandungan logam langka (∑ batuan Gunung api tua Tmv. Kedua tipe mineralisasi ini di
REE + Y) ekonomis yang biasanya berkisar dari 0,5 - 2 %, duga terbentuk dari proses hidrothermal dan di kontrol
sedangkan di lokasi penyelidikan berkisar 0,20% - 0,47% oleh struktur sesar normal Waduramba. Hasil perhitungan
dinilai pada batas bawah kadar ekonomis. sumber daya mangan ditunjukkan pada Tabel 6.3.
Tabel 6.2 Sumber daya terunjuk logam tanah jarang Tabel 6.3 Sumber Daya Mangan (Tereka) di Daerah Penyelidikan
6.9 Prospeksi Pasir Besi di Kabupaten Lampung dilakukan bersama Tim CGS China, untuk survei geokimia
Barat, Lampung rinci kali ini dipilih bagian utara Kota Payakumbuh, yaitu
sekitar Kecamatan Guguk dengan luas 980 km2 atau
Daerah prospeksi pasir besi meliputi empat lokasi yaitu
98.000 ha.
blok Kotakarang, blok Baturaja dan Way Gedau, blok
Malaya-Cahaya Negeri-Lemong, dan blok Tanjung Jati. Hasil pengamatan terhadap conto endapan sungai aktif
Litologi daerah penyelidikan dapat dibagi beberapa terlihat pada tempat tertentu adanya bekas pendulangan
satuan batuan dari tua ke muda sebagai berikut: breksi emas berupa lubang kearah dinding sungai, yang
gunung api, satuan tuf pasiran, satuan batupasir tufan, mengindikasikan adanya endapan emas disekitar bagian
satuan batuan gunung api, satuan batu gamping koral dan hulu sungai. Ditemukan juga bongkahan-bongkahan
alluvium (Gambar 6.18). batuan breksi gunung api andesitik tidak jauh dari lokasi
bekas pendulangan emas tersebut. Bongkahan ini telah
mengalami ubahan silisifikasi dan mengandung sulfida
logam hingga sekitar 5% baik mengisi antar fragmen
maupun pada fragmen besi.
Tabel 6.4 Resume Hasil Analisis Kimia Unsur Logam dalam tiga percontoh batuan dan 99 Conto Stream Sedimen Daerah Limapuluh Kota,
Sumatera Barat
bagian permukaan dijumpai lapisan tipis oksida besi Desa Engkitan-Seputau Kecamatan Ketungau Tengah
berupa limonit terisi pasir dan lempung. 6.448 m2 dengan rata-rata ketebalan endapan bauksit 2 m,
rata-rata CF 49%, dan berat jenis 1,6 gr/cm3, maka Sumber
Analisis kimia unsur daerah Senaning-Sepiluk dari conto
daya Terunjuk sebesar 86.632 m3 dengan rata-rata 51,17%
sumur uji menunjukkan nilai Al2O3 rendah hanya dijumpai
Al2O3, 11,6% Fe2O3, 5,91% SiO2, dan 1,49% TiO2.
pada sumur uji SN09-01/C1 dengan 17,19% Al2O3, 24,35 %
Fe2O3, 20,15% SiO2 dan 0,75% TiO2 yang menggambarkan
bahwa bauksit SiO2 tinggi. Sedangkan bauksit Al203 tinggi 6.12 Eksplorasi Umum Endapan Timah di
dijumpai pada sumur uji SN11-01 s/d SN11- 13 dengan Kabupaten Bangka Utara, Bangka
kandungan rata-rata 53,6% Al2O3, 9,3% Fe2O3, 3,1% SiO2 Belitung
dan 1,3% TiO2. Luas sebaran endapan bauksit daerah
Hasil pengamatan batuan di daerah penyelidikan tersusun
Bukit Darwin desa Sepiluk-Senaning Kecamatan Ketungau
oleh Satuan Batuan Sedimen, Satuan Terobosan Granit,
Hulu 449.300 m2 dengan rata-rata ketebalan 2,6 m, rata-
Satuan Aluvial. Cebakan timah aluvial di darat umumnya
rata ketebalan tanah penutup 1,74 m, rata-rata CF 59%,
menempati zona kontak antara batuan terobosan (granit,
dan berat jenis 1,22 gr/cm3, maka Sumber Daya Terunjuk
pegmatit, dan aplit) dengan batuan sampingnya (Formasi
sebesar 1.370.365 m3 dengan rata-rata 52,63% Al2O3,
Pemali). Keterdapatan cebakan timah pada batuan
9,76% Fe2O3, 3,57% SiO2, dan 1,32% TiO2.
sedimen (Formasi Tanjung Genting dan Formasi Ranggam),
kemungkinannya lebih disebabkan adanya proses mekanis
yang merombak batuan terobosan atau malihan yang
kemudian diendapkan kembali bersamaan dengan batuan
sedimen tersebut berikut kasiteritnya.
Dari hasil analisis kimia terhadap sejumlah contoh yang
diambil, sedangkan percontoh yang khusus diambil dari
parit uji ditunjukkan pada Tabel 6.5.
rata-rata Sn
No Conto X_UTM Y_UTM Tebal (m)
(ppm)
1 BNK2011/01/T/0-1 572.514 9.769.102 220,000 3,000
2 BNK2011/02/T/0-1 625.099 9.780.856 273,334 3,000
3 BNK2011/03/T/0-1 616.243 9.792.337 9,000 5,000
4 BNK2011/04/T/0-1 611.080 9.813.773 10,000 3,000
7.1 Eksplorasi Umum Dolomit di Kabupaten Endapan posfat terbaik ditemukan dalam jumlah kecil,
Karo, Sumatera Utara yaitu endapan posfat di dalam Gua Naetoto dan Gua
Bolabaun yang berada pada satuan batugamping Formasi
Stratigrafi daerah penyelidikan (dari Muda – Tua) terdiri
Maubisse. Endapan ini berupa batuan dinding pada gua
dari: Satuan Batuan Gunung api Pusat Sinabung (Qvsn),
dan pelapukannya di dasar gua yang berwarna coklat-
Satuan Batuan Gunung api Singkut (Qvbs, Satuan Tufa
hitam, berbau amoniak dan rapuh dengan sumber daya
Toba (Qvt), berumur Plistosen, Satuan Batuan Volkanik
hipotetik sebesar 6 m3.
Takur-Takur (QTvk), Satuan Lempung Formasi Butar (Tlbu)
Satuan Batugamping Formasi Batumilmil (Ppbl), Satuan
Batuan Dolomit Formasi Batumilmil (Do), Satuan Batuan 7.3 Prospeksi Bahan Baku Semen di Kabupaten
Marmer Formasi Batumilmil. Kaimana Provinsi Papua Barat
Bahan galian yang terdapat di penyelidikan berupa Sebagian besar wilayah Kabupaten Kaimana ditempati
dolomit dan marmer. Dolomit ditemukan di tiga lokasi oleh batugamping, seperti Batugamping Imskin (Kapur),
dengan kandungan MgO antara 13,73 - 19,43% dan CaO Batugamping Kuwawa (Oligo-Miosen) dan Batugamping
antara 23,13 - 37,42%. Perkiraan sumber daya hipotetik Lengguru (Oligo-Miosen), dengan luas sebaran 737.000 Ha,
di tiga daerah, yaitu di Desa Mardingding, Kecamatan dengan asumsi berat jenis 2,5 ton/m3 maka diperkirakan
Tiganderkat dengan luas sebaran 32 Ha, ketebalan 50 sumber daya hipotetik sebesar 1.842.500.000.000 ton.
m sebanyak 45.600.000 ton, Antara Desa Susuk dan
Berdasarkan sebaran batugamping, lempung, dan
Kutakepar Kecamatan Tiganderkat dengan luas 9.120 Ha
infrastruktur yang tersedia, maka daerah prospek untuk
dan ketebalan 100 m sejumlah 2.600.000.000 ton, dan
pendirian industri semen diusulkan di kawasan Gunung
Desa Desa Jinabun, Desa Kutabuluh Gugung, dan Desa
Lowai, Desa Tanggaromi, Distrik Kaimana, dengan luas
Laubuluh, Kecamatan Kutabuluh dengan luas 500 Ha dan
sebaran 15.160 Ha, dan dianggap tebal rata-rata 200
ketrbalan 75 m sebanyak 1.070.000.000 ton. Marmer
ditemukan di Desa Jinabun, Kecamatan Kutabuluh
dengan luas sebaran 910.000 Ha, ketebalan 50 m dengan
perkiraan sumber daya hipotetik 125.000.000 kubik yang
secara mikroskopis mengandung mikrokristalin karbonan
98% dan mineral opak 2%.
Gambar 7.1 Peta Geologi Dan Lokasi Keterdapatan endapan dolomit dan Gambar 7.2 Peta Sebaran Bahan Baku Semen di Kabupaten Kaimana,
marmer di Kabupaten Karo. Provinsi Papua Barat.
m, diperkirakan sumber daya hipotetik 75.800.000.000 7.6 Inventarisasi Mineral Non Logam di
ton, dan di Batugamping Bukit Wermura dengan luas Kabupaten Siak, Provinsi Riau
sebaran 18.630 Ha, ketinggian antara 0 – 1.000 m dpl, Stratigrafi daerah penyelidikan ditempati Formasi Petani,
tebal rata-rata 300 m, sumber daya hipotetiknya sebesar berumur Pliosen Atas, terdiri dari batulumpur karbonan,
139.725.000.000 ton, kandungan CaO rata-rata 51,61% lignit, sedikit batulanau dan batupasir. Formasi Minas,
dan MgO rata-rata 0,77%. Sebaran lempung Formasi berumur Plistosen, terdiri dari kerikil, sebaran kerakal,
Steenkool di daerah Tanggaromi, luas sebaran 5.300 ha, pasir dan lempung. Aluvium Tua, berumur Plistosen,
ketebalan 10 m, sumber daya hipotetik sebesar 60.000.000 terdiri dari kerikil, pasir, lempung, sisa-sisa tumbuhan
ton, sedangkan lempung Formasi Klasafet mempunyai dan rawa gambut. Dan Aluvium Muda, berumur Holosen,
luas sebaran 5.404 Ha, dengan ketebalan 10 m, sumber terdiri dari kerikil, pasir dan lempung.
daya hipotetik 1.080.800.000 kandungan SiO2 rata-rata
57,39%. kandungan Al2O3 9,72-16,48%. Hasil inventarisasi di Kabupaten Siak dijumpai lempung,
kaolin, dan pasir kuarsa. Lempung dijumpai di Kecamatan
7.4 Inventarisasi mineral non logam Bunga Raya, Kecamatan Sabak Auh, Kecamatan Dayun,
di wilayah Kabupaten Aceh Jaya dan Kecamatan Koto Gasib, Kecamatan Sungai Apit, Kecamatan
Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Nanggroe Kerinci Kanan, Kecamatan Tualang, Kecamatan Minas,
Aceh Darussalam Kecamatan Kandis, Kecamatan Siak, Kecamatan Sungai
Mandau, dan Kecamatan Mempura dengan sumber
Di wilayah Kabupaten Aceh Jaya, dijumpai mineral non daya hipotetik keseluruhan sekitar 6.537.500 ton. Juga
logam berupa: marmer, diorite, lempung dan pasirkuarsa. ditemukan di daerah Desa Jayapura dan Desa Temusai,
Mineral penting dalan inventarisasi ini adalah marmer Kecamatan Bungaraya dengan sumber daya hipotetik
ditemukan di Geurutee, Lamno, Desa Baba Ie, Desa Meulah sebesar 1.025.000 ton. Sebagian dari endapan lempung
dan Desa Sango, Kecamatan Jaya, luas 3.500 Ha dengan di lokasi ini telah dimanfaatkan oleh penduduk setempat
sumber daya hipotetik 4.375.000.000 dan Kecamatan secara kecil-kecilan sebagai bahan baku untuk pembuatan
Setia dengan sumber daya hipotetik 1.625.000.000 ton. bata merah.
Sedangkan diorit ditemukan berlimpah di 4 lokasi dengan
sumber daya hipitetik antara 73-200 juta ton. Sedangkan Endapan kaolin dengan sumber daya hipotetik keseluruhan
di Aceh Barat dengan wilayah dataran rendah hanya sebesar 4.500.000 ton, tersebar di Kecamatan Dayun,
ditemukan lempung dan sirtu. Kecamatan Koto Gasib, Kecamatan Kerinci Kanan, dan
Kecamatan Tualang juga ditemukan di Kecamatan
Dayun dengan sumber daya hipotetik sekitar 2.500.000
7.5 Inventarisasi Mineral Non Logam di ton dianggap mempunyai prospek. Hasil analisis XRD
Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten menunjukkan percontoh lempung kaolinan terdiri dari
Supiori, Provinsi Papua mineral kuarsa dan kaolinit dengan komposisi kimia
Bahan galian yang terdapat di Kabupaten Biak Numfor 64,24% SiO2, 19,09% Al2O3, 2,36% Fe2O3, dan 9,31%
berupa batugamping, lempung, serpentinit dan sirtu. hilang dibakar. Hasil bakar menunjukkan terdapat banyak
Serpentinit ditemukan di Kampung Adibye, Distrik Biak pori-pori, massa gelas belum terbentuk, tidak terdapat
Timur, luas 5 Ha dan tebal 8 m dengan sumber daya gelembung, homogenitas warna merata, warna sebelum
hipotetik 1.080.000 ton. Hasil analisa kimia menunjukkan dibakar merah muda dan setelah dibakar berwarna coklat
kandungan SiO2 55,55%, Al2O3 10,01%, Fe2O3 7,19%, CaO muda. Diperkirakan lempung ini dapat digunakan sebagai
0,41% dan MgO 11,81%. Batuan ini telah mengalami campuran pada pembuatan keramik bodi berwarna
ubahan kuat, berbutir sangat halus hingga berukuran 0,7 dengan suhu pembakaran lebih dari 1.200 oC.
mm, menunjukkan struktur bastite, susunan mineralnya Pasir kuarsa dengan sumber daya hipotetik sebesar
didominasi oleh serpentin dengan sedikit mineral opak. 11.725.000 ton tersebar di Kecamatan Dayun, Kecamatan
Sedangkan di Kabupaten Supiori ditemukan batu gamping Tualang, Kecamatan Minas, Kecamatan Kandis, Kecamatan
dan sirtu. Siak, dan Kecamatan Mempura. Daerah prospek di Desa
Dayun, Kecamatan Dayun mempunyai sumber daya
sebesar 2.500.000 ton, lokasi tidak jauh dari kota Siak
Sri Indrapura dan terletak di pinggir jalan raya. Hasil
analisis kimia menunjukkan: 72,45 - 92,71% SiO2, 2,63-
15,05% Al2O3, 1,42-,49% Fe2O3, dan 6,49% hilang dibakar.
Sedangkan hasil analisis mineralogi butir menunjukkan
komposisi mineralnya terdiri dari 90,11% kuarsa dan
9,67% lempung.
Gambar 7.5 Peta Geologi dan sebaran batuan kalium daerah Desa
Tanjung dan sekitarnya.
8.1 Sumber Daya Mineral sumber daya dan cadangan mineral logam yang cukup
signifikan. Hal ini sebagai hasil verifikasi data, temuan
Hasil rekapitulasi potensi sumber daya dan cadangan baru dari hasil kegiatan eksplorasi dan perubahan status
mineral logam, dan data produksi mineral logam di dari sumber daya menjadi cadangan. Beberapa komoditi
Indonesia hingga tahun 2011 terangkum pada Tabel 8.1. yang mengalami kenaikan sumber daya di antaranya emas
Pada tahun 2011 terdapat beberapa perubahan jumlah primer, nikel, tembaga, dan bauksit.
Sumber
Sumber Daya Cadangan awal Cadangan Hasil Produksi Sumber Daya Cadangan
Daya Hasil
No Komoditi awal Thn. 2011 Thn. 2011 Pemutakhiran 2010 - 2011 awal Thn 2012 awal Thn 2012 Keterangan
Pemutakhiran
(ton) (ton) tahun 2011 (ton) (ton) (ton)
Thn. 2011 (ton)
Ni+Co in
1 Nikel 54.030,49
matte
14.990,00 Ferronikel
5 Emas Primer 6.056,78 758,52 3.007,79 -267,38 64,38 6.815,30 2.740,41 Logam
8 Pasir Besi 1.649.833.892,64 -66.027.911,92 4.732.000,00 169.078.612,00 151.150,35 1.583.805.980,72 173810612 Konsentrat
Gambar 8.1 Diagram sumber daya dan cadangan tembaga dan timah.
Gambar 8.2 Diagram sumber daya dan cadangan nikel dan emas primer.
Gambar 8.3 Diagram sumber daya dan cadangan timbal dan mangan.
Gambar 8.4 Diagram sumber daya dan cadangan besi laterit dan bauksit.
Pada Tahun 2011 pemutakhiran neraca mineral non logam Neraca sumber daya dan cadangan mineral non logam di
didapat jumlah lokasi sebanyak 2.904 titik komoditi yang Indonesia untuk tahun 2011 mengalami kenaikan sumber
tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlah komoditi 54 daya di antaranya batugamping, dolomit, granit, marmer,
jenis. Tabel rekapitulasi sumber daya komoditi mineral felspar, dan kaolin.
non logam tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 8.2.
9.1 Penyelidikan Batubara Bersistem Daerah oleh maseral vitrinit dengan persentase > 85%. Analisis
Muarakilis, Kabupaten Tebo, Jambi material mineral menunjukkan persentase pirit terdapat
dalam persentase sangat kecil, yaitu rata-rata 0,1%.
Hasil penyelidikan di temukan singkapan batubara pada
Diperkirakan sumber daya hipotetik sebesar 73.986.219
Formasi Muaraenim dengan ketebalan 4 m (SKL-07) dan
ton.
ketebalan 1 m (SKL-09), sedangkan singkapan lainnya
ketebalannya < 1 m. Hasil pemboran menunjukkan
terdapat tiga lapisan batubara dengan ketebalan ≥ 1 m 9.2 Penyelidikan Batubara Bersistem Pada
(BKL-01 ketebalan 2,90 m, 2,85 m, dan 3,00 m). Pemboran Cekungan Sumatera Selatan, Daerah
pada BKL-02, BKL-03, BKL-04 dan BKL-05 menembus Muaratebo dan Sekitarnya, Kabupaten
lapisan-lapisan batubara dengan ketebalan < 1 m. Hasil Tebo, Jambi
kompilasi data singkapan dan pemboran disimpulkan Singkapan batubara dengan ketebalan antara 0,1 m
bahwa terdapat empat lapisan batubara dengan ketebalan sampai > 6,5 m (MAS-01 – MAS-11), mengindikasikan
≥ 1 m antara lain: Lapisan A (ketebalan rata-rata 2,5 m), bahwa Formasi Muaraenim yang terdapat di daerah
Lapisan B (2,90 m), Lapisan C (2,85 m), dan Lapisan D (3 penyelidikan diduga adalah Anggota M3 (klasifikasi dari
m). Sedangkan lapisan batubara dengan ketebalan < 1 m Shell). Arah semua sebaran batuan berarah barat laut –
masing-masing adalah lapisan P (0,40 m), Q (0,50 m), S tenggara dengan kemiringan lapisan ke arah barat daya.
(0,50 m), T (0,25 m), dan U (0,40 m).
Hasil rekonstruksi, di bagian timur laut merupakan
Kualitas batubara Formasi Muaraenim pada lapisan A, B, puncak struktur sumbu antiklin. Ke arah selatan – barat
C, dan D berkisar antara TM 49,33 - 57,22%, IM antara daya kemiringan lapisan batubara relatif semakin jauh
9,73 - 12,46%, Ash antara 2,81 - 19,62%, St antara 0,20 dari permukaan. Hasil pemboran pada titik bor TBG-01
-0,67% dan CV antara 4638 kal/gr - 5537 kal/gr. Dari dan TBG-03 tidak dijumpai lapisan batubara yang cukup
kisaran nilai beberapa parameter tampak bahwa nilai Total berarti.
Moisture (TM) tergolong cukup tinggi, kandungan abu
bervariasi, kadar sulfur relatif rendah (< 1%) sedangkan Kegiatan pemboran dilakukan pada lima titik, yaitu TBG-
berdasarkan nilai kalori (CV) batubara Formasi Muaraenim 01, TBG-02, TBG-03, TBG-04, dan TBG-05. Singkapan
dapat digolongkan sebagai low - medium rank coal. MAS-03 mempunyai ketebalan batubara lebih dari 6 m.
Kandungan belerang total (St) tergolong kecil (< 1%), hal Singkapan batubara pada MAS-3 diperkirakan masih
ini diperkirakan akibat kondisi pengendapan pada bagian merupakan lapisan batubara yang sama pada titik bor
pinggir cekungan yang kurang dipengaruhi oleh infiltrasi TBG-02. Pada titik bor TBG-02 lapisan batubara ditembus
air laut (marin) sehingga kandungan belerang cukup mulai pada kedalaman 34,60 – 43,45 m, dengan ketebalan
kecil. Hasil analisis ultimat tampak bahwa persentase 8,85 m.
C pada keempat lapisan berkisar antara 68,94 - 71,32%, Hasil analisis kimia diketahui bahwa kualitas batubara pada
persentase S juga kecil (< 1%), yaitu berkisar antara 0,24 kedalaman 34,60 – 43,45 m menunjukkan kandungan abu
- 0,84%. relatif rendah berkisar dari 1,97 – 7,64%. Total sulfur juga
Hasil analisis petrografi menunjukkan bahwa secara relatif rendah berkisar dari 0,12 – 0,21%. Nilai kalori 5.628
umum, nilai reflektansi vitrinit pada tiga lapisan Formasi – 6.207 kal/gr. Hard Grove Index batubara pada lapisan
Muaraenim (A, B, C, dan D) tidak menunjukkan perbedaan batubara ini agak tinggi mulai dari 50 – 74. Berdasarkan
yang menyolok, yaitu antara 0,27 - 0,39%, tergolong nilai kalori maka batubara ini dapat dikategorikan sebagai
batubara peringkat rendah (low rank coal). Komposisi batubara kualitas medium.
maseral seperti umumnya batubara Indonesia didominasi
Gambar 9.1 Singkapan batubara Formasi Muaraenim dengan tebal 0,40 Gambar 9.2 Singkapan batubara pada lokasi MAS-11 (kiri) dan Inti bor
m (kanan). Inti bor BKL-01 kedalaman 48,00-60,00 m dengan interval batubara (kanan).
batubara 49,65-52,50 m (kiri).
Satu sampel batubara lapisan bagian atas setebal 0,50 m Kandungan sulfur dari batubara daerah penyelidikan
pada kedalaman 11,00 – 11,50 m menunjukkan kandungan secara umum cukup rendah (< 0,5%), termasuk dalam
abu 5,70%, total sulfur 0,87, HGI 35, dan nilai kalori 5.314 High volatile A bituminous coal. Hasil analisis reflektan
kal/gr. Secara keseluruhan kisaran specific grafity batubara menunjukan bahwa nilai reflektan antara 0,48 – 1,15% atau
adalah 1,37 – 1,46. Total moisture dari 42,54 – 51,92%. rata-rata 0,78%, hal ini menunjukan batubara mempunyai
Hasil analisis kimia menunjukkan batubara peringkat peringkat pembatubaraan dan tingkat kematangan yang
sedang hingga tinggi. cukup tinggi. Hasil analisis maseral menunjukkan bahwa
batubara didominasi oleh kandungan maseral vitrinit
Hasil analisis petrografi organik dari ketiga sampel
92,72% dengan kisaran antara 78,50 – 97,70%. Maseral
batubara tersebut menunjukkan nilai vitrinit refleksi
liptinit rata-rata 1,33%, sedangkan inertinit 1,43%, dengan
berkisar dari Rvmax 0,29 – 0,30%. Maseral vitrinit sangat
total sumber daya hipotetik batubara sebesar 2.064.170
tinggi antara 92,5 – 94,4%, maseral liptinit 1,5 – 2,1%,
ton.
dan maseral inertinit < 1%. Material organik didominasi
oleh batulempung dan oksida besi dan pirit sangat
sedikit. Lapisan batubara berdasarkan analisis petrografi 9.4 Penyelidikan Batubara Daerah Sungai
organik termasuk dalam kategori batubara dengan tingkat Apan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan
kematangan rendah. Timur
Potensi batubara pada daerah penyelidikan sampai Secara regional daerah penyelidikan merupakan bagian
kedalaman 50 m sebesar 11.465.530 ton, dan pada dari Cekungan Tarakan, diinterpretasikan termasuk dalam
kedalaman 100 m sebesar 23.046.140 ton, dengan total Sub-Cekungan Tidung. Berdasarkan peta geologi lembar
potensi batubara sebesar 34.511.670 ton. Lumbis, penyebaran formasi pembawa batubara terdiri
dari Formasi Naintopo berumur Oligosen dan Formasi
9.3 Penyelidikan Batubara Daerah Meliat berumur Miosen. Struktur geologi berupa lipatan
Perbatasan, Kabupaten Sintang, dengan arah sumbu barat laut-tenggara untuk batuan Pra-
Tersier, sedangkan pada batuan Tersier menunjukkan arah
Kalimantan Barat
perlapisan timur laut. Beberapa tempat diikuti oleh sesar
Hasil penyelidikan yang dilakukan khususnya di Dusun naik dan sesar mendatar mengiri (sinistral). Jurus lapisan
Tanjung Lesung dan Semareh, Desa Nanga Kelapan, batuan arah umumnya timur laut-barat daya dan barat
batubara ditemukan sebagai sisipan pada lapisan laut-tenggara, dengan kemiringan antara 10 - 500.
batupasir kuarsa dan lapisan batulempung abu-abu
kecoklatan. Batubara berwarna hitam, terang, berlapis
baik, keras-rapuh/britle, belahan konkoidal-sub konkoidal,
sedikit kandungan resin, dan setempat mengandung
mineral sulfida pirit, ketebalan antara 0,10 hingga 0,65 m,
kemiringan antara 5 -15o, dengan arah jurus relatif barat
laut – tenggara. Kualitas batubara di daerah tersebut
menunjukkan nilai kalori sangat tinggi (> 8.000 kal/gr).
Blok Tanjung Lesung terletak di bagian tengah daerah
penyelidikan, terdapat sekitar tiga lapisan batubara
dengan jurus barat laut-tenggara, kemiringan 6-100 ke
arah barat daya, dan ketebalan antara 0,45 – 0,60 m. Blok
Semareh terletak di bagian utara daerah penyelidikan,
terdapat satu lapisan batubara dengan arah sebaran barat
laut-tenggara, kemiringan 100 ke arah barat daya, dan
ketebalan antara 0,60 – 0,65 m. Blok Mungguk Gelombang
terdapat di bagian selatan daerah penyelidikan, terdapat Gambar 9.3 Peta lokasi dan formasi pembawa batubara daerah Sungai
dua lapisan batubara dengan arah sebaran barat laut- Apan.
tenggara, kemiringan antara 12-15˚ ke arah barat daya,
dan ketebalan 0,1– 0,15 m.
Batubara pada Formasi Meliat memiliki dua lapisan
Berdasarkan data singkapan dan dari kesamaan litologi
batubara (M1 dan M2), dengan ketebalan berkisar 0,40 –
serta arah jurusnya, maka singkapan batubara di daerah
0,50 m. Formasi Naintopo memiliki tiga lapisan batubara
Nanga Kelapan, Sintang dan sekitarnya dapat dikorelasikan
(N1, N2, dan N3), dengan ketebalan berkisar antara 0,10
dan diidentifikasi menjadi enam lapisan batubara. Blok
– 0,60 m.
Tanjung Lesung (tiga lapisan), yaitu lapisan a, b, dan c.
Blok Semareh (satu lapisan) yaitu lapisan d, serta Blok Komposisi maseral vitrinit merupakan maseral yang
Mungguk Gelombang (dua lapisan), yaitu lapisan e dan dominan yaitu sebesar 91,5%, diikuti inertinit 3,3%, dan
f. Analisis batubara di laboratorium dilakukan terhadap liptinit 0,5%. Nilai reflektan vitrinit berkisar antara 0,34 –
enam sampel batubara, yaitu sampel KE-01, KE-02, KE-03, 0,57%. Formasi Naintopo secara umum dapat digolongkan
KE-04, KE-05, dan KE-06. sebagai batubara peringkat sedang hingga tinggi.
batubara kalori sedang (berkisar 5100-6100 kal/gr). WR-08A, WR-08B, dengan ketebalan lapisan > 1,0 m, dan
WR-09 dengan ketebalan lapisan berkisar 1,5 m. Secara
Hasil analisis petrografi tampak bahwa nilai reflektansi megaskopis batubara lapisan ketiga ini berwarna hitam
vitrinit pada Formasi Stenkool (KMN-13A, KMN-13B, dan kusam-agak mengkilap, di beberapa tempat masih terlihat
KMN-14) tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok serat-serat kayu, kompak, dan keras. Lapisan batubara
yaitu antara 0,32 – 0,33%. Komposisi maseral didominasi memiliki jurus ke arah timur laut-barat daya dengan
oleh maseral vitrinite dengan persentase > 90%. Sumber kemiringan ke arah tenggara.
daya hipotetik batubara daerah Kaimana sebesar 77.557
ton. Hasil analisis proksimat dan ultimat, jumlah kandungan
karbon pada lapisan ketiga (Seam C) berkisar 71,21-
71,69%, nilai kalori berkisar 5210- 5384 kal/gr, kandungan
gas terbang (volatile matter) berkisar 43,92-43,95%,
serta berdasarkan analisis petrografi organik, nilai Rvmax
berkisar 0,31-0,34%, mengindikasikan bahwa batubara
lapisan ketiga (Seam C) dikategorikan batubara dengan
peringkat rendah (peralihan dari peringkat lignite-
subbituminous C).
Material organik (maseral) yang terkandung di dalam
sampel WR-06 dan WR-07 terdiri dari maseral vitrinit
(10,2% dan 51,9%), inertinit (0,2% dan 0,3%), dan liptinit
(0,1% dan 0,2%), dengan mineral-mineral pengotor terdiri
dari mineral lempung (88,6% dan 46,3%), oksida besi
(0,7% dan 0,4%), serta mineral pirit (0,2% dan 0,9%).
Data-data hasil analisis di atas mengindikasikan bahwa
sampel WR-06 merupakan serpih batubaraan (coaly shale)
dan sampel WR-07 merupakan batubara lempungan (shaly
Gambar 9.6 Singkapan batubara KMN-14 di Sungai Kaitro kemenerusan coal). Secara petrografi organik, material organik/maseral
dari singkapan KMN-13 dengan tebal 0,50 m. sampel batubara di dominasi oleh kelimpahan maseral
vitrinit, yaitu berkisar 94,2-95%, inertinit berkisar 1,4-
1,5%, dan liptinit 0,7-1,0%. Kenampakan serat-serat kayu,
9.8 Penyelidikan Batubara Daerah Waropko, kelimpahan maseral vitrinit, dan rendahnya kandungan
Kabupaten Bovendigoel, Provinsi Papua sulpur (komponen mineral) pada sampel batubara, maka
Hasil pemetaan geologi ditemukan lima singkapan diinterpretasikan bahwa tipe pengendapan batubara
batubara yang terdapat pada Formasi Awin, dengan di daerah penyelidikan adalah tipe autochtonous
ketebalan bervariasi berkisar 0,10 - 1,5 m. Lapisan batubara (berkembang dari tumbuhan yang pernah hidup tanpa
terdapat sebagai sisipan di antara batupasir berwarna adanya proses transportasi yang berarti). Total sumber
abu-abu kekuningan-kecoklatan pada bagian atas, dan daya hipotetik batubara di daerah Waropko sebesar
batulempung berwarna abu-abu gelap, karbonan, di 820.065 ton.
bagian bawah. Endapan batubara pada Formasi Awin
terdiri dari tiga lapisan batubara. 9.9 Inventarisasi Gambut Daerah Mengkatip,
Batubara lapisan pertama (Seam A) dengan notasi WR-06, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi
ketebalan 0,10 m. Secara megaskopis, lapisan batubara di Kalimantan Tengah
lokasi tersebut berwarna hitam kusam-kecoklatan, rapuh, Endapan gambut di daerah ini termasuk bentuk endapan
getas, mengandung hancuran sisa-sisa kayu yang belum ombrogeneous peat dan sebagian kecil topogenous
terlitifikasi dengan baik, diperkirakan lapisan batubara peat, sedikit mengandung material pengotor, ketebalan
ini relatif muda dan perlapisannya tidak menerus, serta hingga 9,5 m. Secara megaskopis seluruh endapan
merupakan lapisan batubara paling atas di daerah gambut tersebut termasuk kelas/jenis Hemic dan Sapric,
penyelidikan. yang terdiri dari sisa-sisa komponen material tumbuhan
Batubara lapisan kedua (Seam B) dengan notasi WR-07, berukuran halus berupa pasta (Sapric) sampai ukuran
ketebalan 0,15 m, diapit oleh batulempung berwarna komponen 5 cm (Hemic), fragmen-fragmen sisa tumbuhan
abu-abu gelap di bagian bawah dan batupasir halus- masih terlihat jelas dengan tingkat pembusukan antara H7
sedang, berwarna abu-abu kekuningan di bagian atas. – H9.
Secara megaskopis batubara ini berwarna hitam kusam- Derajat pembusukan (H) umumnya dekat permukaan
kecoklatan, rapuh, getas, dan mengandung hancuran sisa- mempunyai H rendah dan sebaliknya pada dasar gambut
sisa kayu yang belum terlitifikasi dengan baik. mempunyai derajat pembusukan yang tinggi. Sebaran
Batubara lapisan ketiga (Seam C) merupakan lapisan kearah horizontal tidak menunjukkan perbedaan yang
batubara yang memiliki ketebalan relatif lebih tebal bila mencolok, derajat pembusukan antara H7 – H9 (saprik
dibandingkan dengan batubara lapisan pertama dan sampai hemik). Kandungan kayu (W) berkisar antara 5 -
kedua (seam A dan B). Batubara lapisan ini diberi notasi
10%. Kandungan akar (R) yang tinggi (> 25%) terdapat dekat capacity. Data yang ada menunjukkan bahwa bitumen
dengan permukaan. Kandungan serat (F) > 20%, terutama padat daerah ini berpeluang untuk dieksplorasi lebih
dibagian bawah (dari tumbuhan nipah dan bakau). lanjut.
Kandungan air (M) pada waktu penyelidikan permukaan
Sumber daya batuan pada Formasi Tabul sebesar
air tanah tingginya 0 - 0,5 m di bawah permukaan gambut.
1.358.271,40 ton dengan kandungan minyak sebesar
Hasil analisis 10 sampel gambut Mengkatip menunjukkan 54.021,68 barel. Sumber daya batuan pada Formasi Meliat
bulk density antara 0,07 - 0,13gr/cc, didalam perhitungan sebesar 8.633.005,13 ton dengan kandungan minyak
diambil rata-rata bulk density0,10 gr/cc. Total sulfur sebesar 588.079,57 barel. Total sumber daya batuan pada
dibawah 1%. Ph antara 3,0 – 4,0. Volatille Matter antara kedua formasi sebesar 9.991.276,53 ton dan kandungan
43,13- 63,21%. Fixed carbon antara 18,68 - 30,46%. Nilai minyak sebesar 642.101,24 barel.
kalori antara 3346 - 5565 kal/gr.
Luas sebaran gambut dibagi menjadi empat bagian 9.11 Penyelidikan Pendahuluan Kandungan
menurut ketebalannya, yaitu sebaran gambut dengan Minyak Dalam Batuan Induk Daerah
ketebalan antara 1-3 m, 3-5 m, 5-7 m, 7-9 m, dan lebih Pangkalan Balai, Kabupaten Banyuasin,
besar dari > 9 m. Ketebalan gambut rata-rata adalah Provinsi Sumatera Selatan
ketebalan antara dua isopah yang dibagi menjadi empat
Secara geologi regional daerah penyelidikan termasuk ke
bagian yaitu 2 m, 4 m, 5 m, dan 8 m, dengan luas areal
dalam Cekungan Sumatera Selatan. Penyelidikan lapangan
gambut 469,23 m2 atau 46.923 Ha.
terutama difokuskan terhadap satuan batuan yang
Hasil pemboran diketahui ketebalan endapan gambut menyerpih atau berlapis tipis, yang tersebar sedikit pada
hingga 9,20 m, luas 46.923 Ha, sumber daya gambut bagian utara daerah penyelidikan pada Formasi Talangakar.
286,509 juta ton, nilai kalori antara 3346 - 5565 kal/gr. Singkapan satuan batulanau dari Formasi Talangakar
umumnya didominasi oleh batuan klastik sedang berupa
batupasir lanauan dengan sisipan batulanau berlapis
dan menyerpih, di beberapa tempat beraroma minyak
tanah, berwarna abu-abu kecokelatan sampai kehitaman.
Penyebarannya memanjang berarah relatif barat laut
– tenggara hampir searah dengan sumbu antiklin dan
zona patahan utama di daerah tersebut. Singkapan
batuan dari Formasi Airbenakat tersebar cukup luas pada
bagian selatan daerah penyelidikan yang didominasi oleh
batulempung abu-abu kehijauan, kenyal, dan masif.
Hasil proses pengujian kualitas bitumen padat dari
empat sampel batuan serpih lanauan yang diuji dengan
analisis retort extraction, yaitu PB-01, PB-03, PB-05,
dan PB-09 mengandung minyak antara 10 - 20 liter/ton.
Hasil analisis petrografi batuan dari empat sampel yang
Gambar 9.7 Lahan gambut di antara Sungai Puring (kiri). dianalisis, hanya sampel PB-01 dan PB-03 saja yang dapat
dianalisis dengan jumlah vitrinitsparse 0,10 - 0,49% dan
reflektan sekitar 0,33 - 0,40%. Hal ini menunjukkan bahwa
kandungan material organik pada sampel batuan sangat
9.10 Penyelidikan Pendahuluan Kandungan sedikit, dengan tingkat kematangan batuanyang masih
Minyak dalam Batuan Induk Daerah rendah atau belum matang. Formasi Talangakar di daerah
Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur penyelidikan tersebut jarang terdapat kandungan bahan
organik, sehingga peringkat kematangan masih immature.
Secara regional daerah penelitian merupakan bagian dari
Cekungan Tarakan. Sedimen-sedimen berumur Miosen Sampel batuan permukaan Formasi Talangakar
mempunyai potensi batuan induk, berasal dari serpih mengandung karbon organik dengan kualitas sangat
dan batubara dari Formasi Naintopo, Formasi Meliat, bagus (2,12% dan 3,15%). Analisis pirolisis terhadap kedua
dan Formasi Tabul. Akumulasi hidrokarbon di Cekungan sampel batuan menghasilkan nilai S2 sedang sampai
Tarakan terutama ditemukan dalam batuan sedimen sangat bagus, masing-masing untuk sampel batuan PB-03
berumur Akhir Miosen - Miosen Tengah dan pada deposit dan PB-01 (3,37 mg/g dan 6,21 mg/g). Akan tetapi rasio
delta. hidrokarbon bebas (S1) terhadap kerogen (S2) adalah
sangat tinggi (OPI > 0,2 mg/g) yang berarti memberikan
Dua sampel minyak yang dianalisis menunjukkan komposisi
indikasi bahwa kandungan hidrokarbon dalam sampel
hidrokarbon yang sama dari kisaran 45,08 - 57,14%
batuan bukan berasal dari bahan organik terkandung,
(jenuh), 6,93 - 11,73% (aromatik), dan 32,95 - 47,99%
dengan kata lain berasal dari luar sampel batuan. Hasil
(polar). Komposisi minyak relatif menunjukkan indikasi
analisis pirolisis rock-eval residu aspal dari sampel PB-
hidrokarbon matang. Pada 14 sampel mengandung TOC
04 menunjukkan komposisi hidrokarbon bebas (S1) dan
2,81 – 18,10%, merupakan parameter kekayaan batuan
padatan (S2) dengan perbandingan 40 : 60, menunjukkan
induk relatif besar, sebagai good to excellent source
bahwa aspal residu tersebut masih berpotensi batuan PB-01 dan PB-03 hanya 4160C dan 3960C sehingga
menghasilkan minyak dalam jumlah yang ekonomis. dikategorikan immature.
Hasil analisis pirolisis dua sampel batuan Formasi Hasil perhitungan sumber daya bitumen padat dari batuan
Talangakar memperlihatkan bahwa kedua sampel batuan serpih lanauan mengandung minyak di daerah peyelidikan
tersebut menghasilkan hidrokarbon dalam bentuk gas (C1 sebesar 8.418.980 ton, atau sumber daya minyak sebesar
– C5) sebanyak 37,84 - 46,33% dan minyak C6+ sebesar 3.342.848 barel.
54 - 62%. Adapun ploting dari komposisi hasil pirolisis
menunjukkan dengan jelas bahwa sampel batuan PB-
9.12 Penyelidikan Pendahuluan Kandungan
01 mengandung kerogen tipe II dan III, yang berpotensi
Minyak dalam Batuan Induk Daerah
sebagai penghasil minyak dan gas, sedangkan kerogen
Paniai, Provinsi Papua
inertinitik pada sampel batuan PB-03 kecil kemungkinan
menghasilkan hidrokarbon yang ekonomis.
Secara geologi regional daerah penyelidikan termasuk ke
Analisis GCMS fraksi saturat pada sampel aspal PB- dalam Cekungan Akimeugah. Batupasir Ekmai dan Formasi
04 menunjukkan distribusi biomarker sterena dengan Waripi adalah formasi yang memungkinkan sebagai batuan
komposisi interferensi senyawa-senyawa resin bikardinan induk, karena formasi ini memiliki endapan batulempung
(R) yang sangat dominan. Keberadaan senyawa-senyawa yang menyerpih. Hasil pemetaan geologi ditemukan 23
tersebut menunjukkan kontribusi tinggi dari tumbuhan singkapan batuan, terdiri dari batupasir, batugamping,
darat terutama dari spesies dipterocarpacceae yang dan batulempung yang sebagian menyerpih. Berdasarkan
menghasilkan getah damar. Senyawa biomarker dengan pengamatan, batuan yang diperkirakan mengandung
komposisi C29>C28<C27, memberikan indikasi adanya minyak adalah batupasir halus berwarna abu-abu sampai
kontribusi bahan organik asal tumbuhan darat yang kecoklatan, pasir kasar - sedang, menyudut tanggung,
sangat dominan. Pada sampel minyak rembesan PB- keras, dapat diremas, setempat karbonan, terdapat
14, biomarker sterana lebih didominasi oleh senyawa- lapisan tipis batubara (2 cm).
senyawa diasterena dan juga intervensi unsur-unsur resin
bikardinan (R). Terdapat lima sampel batuan yang dianalisis retort
dengan kandungan minyak antara 0 – 2 l/ton. Sampel
Keberadaan senyawa-senyawa diasterana yang cukup yang mengandung minyak terbanyak (2 l/ton) berasal dari
dominan menunjukkan bahwa batuan sumber minyak lokasi EN-05A, kemungkinan besar minyak yang dihasilkan
diendapkan pada lingkungan yang kaya dengan mineral bukan berasal dari batuannya tetapi berasal dari lapisan
lempung. Komposisi sterana menunjukkan C29>C28<C27 tipis batubara sebagai sisipan di lokasi pengambilan
yang memberikan indikasi asal bahan organik campuran sampel tersebut.
antara ganggang dan tumbuhan darat. Plotting data
komposisi sterana menunjukkan lingkungan pengendapan Hasil analisis karbon organik dan pirolisis rock-eval
yang berasosiasi terestrial pada sampel aspal PB-04 dan menunjukkan bahwa seluruh sampel batuan permukaan
pada lingkungan akuatik pada minyak rembesan PB-14. berpotensi rendah sebagai batuan sumber hidrokarbon.
Hal tersebut ditunjukkan oleh kandungan karbon organik
Tingkat kematangan termal dari hidrokarbon terkandung dengan kualitas antara miskin sampai sedang (0,41 –
dalam aspal PB-04 dan minyak rembasan PB-14 ditentukan 0,81%). Analisis pirolisis terhadap ke empat sampel
dengan menggunakan parameter-parameter dari fraksi batuan menghasilkan nilai S2 yang sangat rendah (0,11
saturat maupun aromatik. Data kematangan termal – 0,81 mg/g), jauh dibawah ambang nilai komersial
menunjukkan kedua sampel berasal dari batuan sumber 4mg/g batuan. Data kematangan termal berdasarkan
yang telah matang secara termal, pada level mendekati harga Tmax tidak layak diaplikasikan karena nilai S2 yang
puncak pembentukan minyak bumi, meskipun aspal PB- sangat rendah sehingga dapat memberikan data bias.
04 terlihat sedikit lebih matang. Hal ini ditunjukkan oleh Nilai kandungan hidrogen (HI) yang rendah antara 16
rasio-rasio 20S/20R C29 sterana (0,43 – 0,54), moretana/ – 106, menunjukkan kandungan bahan organik tipe III
hopana (0,17 – 0,21), indek bikadinan (BMI 2,46 – 2,76), atau IV asal tumbuhan darat.
dan triaromatik sterana (0,27 – 0,35). Tmax dari sampel
Analisis yang dilakukan terhadap dua sampel batuan
(EN-04 dan EN-11) pada kromatogram memperlihatkan
bahwa batuan mengandung kerogen pada kematangan
termal tinggi cenderung menghasilkan gas (C1-C5)
daripada minyak (C6+) disamping hidrokarbon cair
dengan rantai pendek (C6-C9). Kandungan n-octene
rendah sedangkan senyawa-senyawa aromatik seperti
phenol dan m+p Xylene cukup tinggi, memberikan
indikasi tipe kerogen penghasil gas (kerogen tipe III atau
IV). Diagram segitiga memperlihatkan sampel EN-04 dan
EN-11 mengandung kerogen dengan karakter vitrinitik –
Gambar 9.8 Singkapan Formasi Talangakar PB-01 batulanau pasiran
berlaminasi dengan batulempung karbonan (kiri) dan PB-03 batulempung
inertinitik sehingga berpotensi rendah sebagai penghasil
karbonan perselingan dengan lapisan batulanau dan batupasir. minyak tetapi masih memungkinkan sebagai penghasil gas.
9.13 Penyelidikan Pendahuluan Gas dalam Hasil analisis kromatografi gas spektrometri massa
Batuan Serpih Daerah Misool, Kabupaten (GCMS) fraksi saturat pada ekstrak batuan MSL-04
Raja Ampat, Provinsi Papua Barat menunjukkan distribusi biomarker sterana (m/z 217)
dengan komposisi nC27>C27<C29. Persentase senyawa
Hasil pemetaan geologi di temukan 14 lokasi singkapan,
sterana C27 yang lebih besar dari C28 dan C29 memberikan
jurus bervariasi antara 2700 - 2970 dengan kemiringan
indikasi adanya kontribusi bahan organik asal ganggang
100 - 220. Hampir seluruh singkapan yang ditemukan
yang sangat dominan. Plot data komposisi menunjukkan
masuk kedalam Kelompok Fageo dan hanya satu yang
lingkungan pengendapan yang berasosiasi dengan laut.
masuk kedalam Batugamping Bogal berupa serpih dengan
Kehadiran senyawa-senyawa diasterana yang cukup tinggi
ketebalan >10,00 m. Lapisan ini tersingkap dipinggir
menunjukkan batuan sumber kaya akan mineral lempung.
pantai dengan kode sampel MSL-09, dinamakan lapisan
A. Di Anggota Tengah Kelompok Fageo ditemukan Total sumber daya sebesar 6.542.400 ton dengan batasan
satu singkapan berupa batu pasir halus, kecoklatan, kedalaman mencapai 100 m. Sumber daya minyak yang
keras berlapis dengan ketebalan > 1,00 m dengan kode dihitung hanya batuan yang menghasilkan minyak (MSL-
sampel MSL-02, dinamakan lapisan B. Untuk Anggota 02, MSL-03, dan MSL-09) dengan total sumber daya
Atas Kelompok Fageo ditemukan lima singkapan dengan sebesar 3.976.200 ton dan sumber daya minyak sebesar
ketebalan MSL-04 > 4,00 m dan MSL-05 5,00 m, kedua 125.038 barel.
singkapan dinamakan lapisan C. Singkapan dengan kode
MSL-03 ketebalan 4,50 m dan MSL-06 ketebalan tidak 9.14 Penyelidikan Pendahuluan Kandungan
dapat diketahui karena terendam air, kedua singkapan Gas dalam Batuan Serpih Daerah Waghete
dinamakan lapisan D. Singkapan bitumen padat dengan dan Sekitarnya, Kabupaten Deiyai, Provinsi
kode MSL- 08 dinamakan lapisan E.
Papua
Secara geologi regional daerah penyelidikan termasuk
kedalam Cekungan Akimeugah. Terdapat 14 singkapan
serpih yang diindikasikan mengandung gas, yaitu W-01,
W-02, W-03, W-04, W-05, W-06, W-07, W-08, W-09,
W-10, W-11, W-12, W-13, dan W-14. Lapisan batuan
yang diprediksi mengandung gas diperkirakan terdapat
pada Formasi Dakebo, dengan indikasi kandungan gas
terdapat pada lapisan serpih berwarna abu-abu hingga
abu-abu kehitaman, dan batupasir berwarna hitam. Tebal
serpih bervariasi antara 10 cm sampai 3 m. Di antara
Gambar 9.9 Singkapan serpih MSL-03 di Sungai Ngitilo (kiri) dan lapisan serpih terdapat sisipan-sisipan tipis batupasir dan
singkapan serpih MSL-09 terdapat rekahan diisi oleh kalsit (kanan). batugamping setebal 1 hingga 10 cm, dan dijumpai sisa-
sisa tumbuhan berwarna coklat-hitam, berlembar pada
bagian atas atau bawah lapisan serpih.
Hasil pengujian TOC dan pirolisis rock-eval terhadap empat Berdasarkan kesamaan litologi dan arah jurusnya, maka
sampel batuan menunjukkan kandungan korbon organik singkapan lempung dan batupasir karbonan dapat
mempunyai kualitas antara miskin sampai bagus. TOC dikorelasikan dan diidentifikasi menjadi sembilan lapisan,
pada MSL-02 sebesar 0,20%, MSL-04 sebesar 0,47%, MSL- yaitu lapisan a, b, c, d, e, f, g, h, dan i.
08 sebesar 1,73%, dan MSL-09 sebesar 1,38%. Jumlah
hidrokarbon bebas yang terbentuk insitu (indigeneous Analisis retort erhadap sembilan sampel batuan
hidrocarbon) berkisar antara 0,05 – 0,22 mg/g. Nilai yang dianggap mewakili endapan serpih dan diduga
pyrolisable hydrocarbon berkisar antara 0,30– 1,77 mg/g, mengandung gas, yaitu sampel W-03, W-07,W-08, W-09,
sedangkan jumlah kandungan CO2 yang hadir di dalam W-10, W-11, W-12, W-13, dan W-14, sedangkan untuk
batuan sekitar 0,11 – 0,62 mg/g. Nilai Tmax MSL-02, pengujian TOC dan pengujian pirolisis rock-eval sebanyak
MSL-04, MSL-08, dan MSl-09 antara 440 - 444oC. Dengan empatsampel, yaitu sampelW-07, W-09, W-10, dan W-14.
melihat nilai S2 sangat rendah, yaitu 0,30 – 1,77mg/g Kandungan minyak yang dihasilkan tersebut berasal dari
sementara nilai ambang komersial 4 mg/g, untuk itu tidak tujuhsampel lokasi yaitu pada lokasi W-08 dan W-14
dianjurkan untuk dipergunakan. (lapisan e), W-09 (lapisan f), W-10 (lapisan g), W-11 (lapisan
h), dan W-13 (lapisan i). Kandungan minyak menunjukkan
Kombinasi antara indeks hidrogen (HI) dan Tmax pada kisaran antara 2 -20 liter/ton atau rata-rata 10,7 liter/ton.
diagram van Krevelen menunjukkan kerogen tipe III yang
lebih cenderung berpotensi sebagai pembentuk gas. Indeks Hasil analisis karbon organik dan pirolisis rock-eval
hidrogen yang rendah antara 81 – 149 mg/g menunjukkan menunjukkan bahwa sampel batuan mengandung
kandungan organik tipe III atau IV asal tumbuhan darat. karbon organik dengan kualitas sangat bagus sampai
Pada sampel MSL-04 mengandung kerogen inertinitik melimpah (3,11 – 12,62%). Jumlah hidrokarbon bebas
yang berpotensi rendah sebagai penghasil hidrokarbon, yang terbentuk insitu (indigeneous hydrocarbon) karena
sedangkan pada MSL-09 mengandung vitrinitik sehingga kematangan termal maupun karena adanya akumulasi
berpotensi sebagai penghasil gas. hidrokarbon dari tempat lain (migrated hydrocarbon)
menunjukkan nilai yang sangat rendah, yaitu antara 0,08 –
311.817,55 barel.
134.00°BT(E)
0.25 0.5 0.75 135.00°BT(E) 9.17 Penelitian Geologi Struktur Cekungan
Kepulauan Aru
-5.25°LS(S) -5.25°LS(S)
tu
wa
Skala (Scale) 1:250.000
KEP. JEDAN P. Jelan
plip
P. Toba P. WARILAU
Kli
P. Lut
S.
5 0 5 10 15 20 25km
P. Latusa
P. Belading
S. KOLA WATU
P. Tiga P. Tapusur
PROYEKSI TRANSVERSE MERCATOR
TRANSVERSE MERCATOR PROJECTION
S. MARJINA
Marjina P. Kulur
P. Buwar ANGKA GRID UNIVERSAL TRANSVERSE MERCATOR (UTM) PADA ZONE 50 N
DENGAN SELANG JARAK 10.000 M, SFEROID NASIONAL INDONESIA
-0.50 Wakalamaar
-0.50 THE UNIVERSAL TRANSVERSE MERCATOR (UTM) GRID ZONE 50 N
P. WASIR
P. KOLA Masidan
INDICATED BY 10,000 M INTERVAL,
Wasir
Tg. Ritfane Tg. Leitin INDONESIAN NATIONAL SPHEROID
Selmana
S. SIS Waitual P. Binaar P. Konan
WUTU Lieteng Maha
S. MALWAT
P. UJIR
Beleting Fila
Gobeltien
P. Kootboai
KETERANGAN/EXPLANATION :
Tg. Tutupan
U
Berdatan
S.
Houtingerr P. Aduar
Ja
Tg. Ular Kora
DOBO
ran
Sungai
ga
P. Ilmamui
P. MANGAN
yin
Kobamari
Wangil
Jabulenga Toangawatu wa
tu
P. Kumul
River
P. WARMAR gu Kelamar
ng Kumul
Jurjela Tg. Fatujuring Tu Mangan
S. Kartufuien
Faturei P. Tugur P. Watulai
P. Tabar Watulai
Tg. Kar Keli Tungu
P. Elef
Tg. Batudua
DAFTAR ISTILAH
121° 15' 0" BT - 123° 15' 0"BT dan 4° 0' 0" LS - 5° 45' 0"
P. Ramye P. Menlau
P. Korle
P. Meirang
P. Waria GLOSSARY
Karaum Laut......................................................… Sea
K E P U L A U A N A R U P. Lamar
Matutu
P. Ngawab Sungai (S) ......................................................… River
Gunung (G)......................................................… Mountain
Sewer Jursian
Kulaim
Silmar P. Jursian
Tg. Lalau
Namalau Tanjung (Tg)....................................................… Cape, point
un
Waiguai lama
Fe
Teluk......................................................… Bay
S. Dua
P. Maria
Tg. Taordefete
P. Kutu
Waiguai Dosi
Pantai ......................................................... Coast, Beach
Silmar P. Karaweira Besar
P. Maar
P. Derwaria
si Karwai
Lumlum Do Karwai
AI
-6.00°LS(S)
ar
-6.00°LS(S)
NU
S. Mangerma
MA
P. Karaweira Mariri
P. Dorlau
SU
Tg. Meijuring
Manumbai Gairwatu
S.
Beding Warlai
Ma
Kongan
rir
Bejina
rem
ar
na
rji
Ma
S.
Tg. Belatanjuring
P. MAIKOOR
Kejabi P. Lak Lakar
P. Mimin
Maikoor P. Nyamuk
S. Tor
Jaraukin fira
P. Mimien
P. PENAMBULAI
151
8°LS(S) 8°LS(S)
LOKASI LEMBAR
Tg. Ujirje
QUADRANGLE LOCATION
Tg. Derehi
Alarjir Gunung Jirjirtur Jambuai
+50
P. Warja Kobaselfara Penaibulaf
Tg. Medar
-0.50
P. BAUN
Lerdera
P. BAROKAN
Wardero P. TRANGAN
S.
SA
RW
Feruni
AT
P. Ketombe
U
P. Babi
Naiguli
P. Tufurjuring
Masian
Faturai
Gomogomo
P. WORKAI
P. Kultboi Utara
ng
bo
ire
Tg. Waidaier
Wa
S.
Tg. Masian
Tg. Ngabardamlu Diagram utara ini ditentukan tahun 2005 di pusat lembar peta, dengan perubahan
P. Jeh
P. Batu Goyang
deklinasi magnet sebesar 32''/tahun ke Timur.
This North diagram is determined in 2005 at the centre of the sheet, with the variation of magnetic declination 32''/ year to the East.
-7.00°(S) -7.00°LS(S)
P. Karang
Peta dasar dibuat oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (PPPG),
berdasarkan peta Rupabumi yang diterbitkan oleh American Map Service
(AMS), skala 1:250.000, Lembar Aru.
P. Enu
Base map compiled by Geological Research and Development Centre (GRDC),
based on topographic map produced by the American Map Service (AMS) , scale
L A U T A R A F U R A of 1:250.000, Aru Sheet.
9.18 Survei Dinamika Cekungan Luwuk Daerah penelitian Sesi Kedua termasuk dalam wilayah
Banggai, Sulawesi Tengah dengan pemerintahan Kabupaten Luwuk dan sebagian masuk
Metode Geomagnet Kabupaten Ampana, Provinsi Sulawesi Tengah. Secara
Penelitian dengan metoda geomagnet di Cekungan Luwuk koordinat geografis terletak di sekitar 1210 - 1230 30’ BT
Banggai, Sulawesi Tengah, dilakukan pada 19 Mei - 17 Juni dan 00 00’ - 10 00’ LS pada Lengan Timur Sulawesi.
2011, dan 4 Oktober - 12 November 2011.
Secara administrasi daerah penelitian untuk sesi pertama
termasuk dalam wilayah Pemerintahan Kabupaten
Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Secara koordinat
geografis terletak di sekitar 1210 - 1230 00’ BT dan 0.50 00’
- 20 00’ LS pada Lengan Timur Sulawesi mencakup Pulau
Peleng sebagian.
10.1 Daerah Panas Bumi Pulau Wetar, demikian, potensi sumber daya panas bumi spekulatif
Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi di Pulau Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya adalah
Maluku sebesar 85 MWe.
Lokasi penyelidikan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. 10.2 Daerah Panas Bumi Kabupaten Nunukan,
Hasil penyelidikan lapangan ditemukan manifestasi Kabupaten Bulungan dan Kabupaten
panas bumi di Karbubu, Warmong, Esulit dan Lurang. Malinau Provinsi Kalimantan Timur
Secara litologi, keempat daerah panas bumi ditempati
Di Kabupaten Nunukan, Bulungan, dan Malinau ini
oleh Satuan Tuf, Satuan Breksi Vulkanik, dasit, piroklastik,
dijumpai indikasi keberadaan potensi panas bumi dengan
diorit, gamping dan Satuan Aluvium.
pemunculan mata air panas, yakni daerah panas bumi
Sebakis di Kabupaten Nunukan, Sajau di Kabupaten
Bulungan, Semolon dan Mengkuasar di Kabupaten
Malinau.
Pembentukan sistem panas bumi di daerah survei
diperkirakan berkaitan dengan reservoir batuan sedimen.
Dengan mempertimbangkan keadaan geologi dan data
geokimia yang diperoleh, proses pembentukan sistem
panas bumi di daerah Sebakis diperkirakan berkaitan
dengan sistem radiogenic, daerah panas bumi Semolon
lebih cenderung berkaitan dengan sistem sirkulasi dalam,
daerah Sajau dan Semolon diperkirakan berkaitan dengan
Gambar 10.1 Peta Sebaran Hg Tanah Daerah Karbubu, Pulau Wetar, sistem sirkulasi dalam dan magmatisme. Hal ini berkaitan
Provinsi Maluku.
dengan adanya konsentrasi gas H2S di kedua manifestasinya,
hanya kita belum bisa mengetahui seberapa jauh pengaruh
magmatisme dalam pembentukan kedua sistem panas
bumi tersebut. Hasil survei pendahuluan geologi dan
geokimia didapatkan estimasi potensi panas bumi kelas
sumber daya spekulatif di daerah Sebakis sebesar 5 MWe,
daerah panas bumi Sajau 10 MWe, daerah panas bumi
Semolon adalah 10 Mwe, sedangkan di daerah panas
bumi Mengkuasar sebesar 5 MWe.
10.3 Survei Pendahuluan Daerah Panas Bumi geokimia dan geofisika (Gambar 10.4) memperlihatkan
Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi daerah prospek panas bumi mencakup area manifestasi
Tengah panas bumi Sumani, Tanjung Bingkung dan Lubuk Jange
dan memiliki luas sekitar 20 km2. Dengan menggunakan
Hasil penyelidikan geologi lokal di Kabupaten Poso temperatur reservoir 1900 C, temperatur cut off sebesar
ditemukan empat daerah panas bumi yaitu Maranda, 150 0C dan luas prospek 20 km2 maka potensi panas bumi
Pantangolemba, Tuare, dan daerah panas bumi Napu. di daerah Sumani adalah 104 MWe atau dibulatkan sekitar
Estimasi potensi panas bumi di Daerah Maranda 100 MWe (kelas cadangan terduga).
berdasarkan pada temperatur fluida bawah permukaan
(geotermometri) silika adiabatic cooling sebesar 160oC
dan selanjutnya menentukan asumsi nilai rapat daya
sebesar 10 MWe/km2. Dengan luas daerah prospek panas
bumi 5 km2 yang diperkirakan dari penyebaran manifestasi
panas bumi aktif, batasan geologi, dan batasan anomali
Hg, maka sumber daya spekulatif energi panas bumi
Maranda sebesar 50 MWe.
Estimasi potensi panas bumi di Daerah Pantangolemba
berdasarkan pada temperatur fluida bawah permukaan
(geotermometri) silika adiabatic cooling sebesar 120o
C dan selanjutnya menentukan asumsi nilai rapat daya
sebesar 5 MWe/km2. Dengan luas daerah prospek panas
bumi seluas 3 km2 yang diperkirakan dari penyebaran
manifestasi panas bumi aktif, batasan geologi, dan batasan Gambar 10.4. Model tentatif sistem panas bumi Sumani.
anomali Hg, maka potensi sumber daya spekulatif energi
panas bumi Pantangolemba sebesar 15 MWe. 10.5 Penyelidikan Terpadu Daerah Panas Bumi
Estimasi potensi panas bumi di Daerah Tuare Pamancalan Kabupaten Lebak, Provinsi
berdasarkan pada temperatur fluida bawah permukaan Banten
(geotermometri) Na-K sebesar 220o C dan selanjutnya Manifestasi panas bumi yang ada di sekitar lokasi
menentukan asumsi nilai rapat daya sebesar 10 MWe/ penyelidikan terdiri dari pemunculan mata air panas dan
km2. Dengan luas daerah prospek panas bumi seluas 5 batuan alterasi yang di Sungai Cipamancalan berupa air
km2 yang diperkirakan dari penyebaran manifestasi panas panas dengan temperatur 60 - 720 C pada temperatur
bumi aktif, batasan geologi, dan batasan anomali Hg, maka udara sekitar 250 C, pH netral, debit lebih kecil 0,5 lt/det,
potensi energi panas bumi Tuare adalah sebesar 50 MWe tidak berasa dan berbau, muncul pada celah batuan lava
pada kelas sumber daya spekulatif. andesit basaltis yang teralterasi. Juga ditemukan di desa
Penghitungan nilai potensi panas bumi di Daerah Napu Senang Hati, Malingping dengan temperatur 56,30 C pada
dibagi dalam tiga daerah prospek dengan dengan temperatur udara 26°C, pH netral, debit lebih besar 2 lt/
temperatur fluida bawah permukaan (geotermometri) det, tidak berasa, tidak berbau, bening, terdapat sinter
yang masing-masing berbeda, yaitu Sedoa, Kalemago- karbonat tipis (traventin), oksida besi tinggi, muncul
Wanga, dan Torire dengan sebesar 155 pada kelas sumber pada batuan lava andesit yang telah terubah. Manifestasi
daya spekulatif. berupa alterasi batuan vulkanik lava andesit dan tufa yang
ditemukan tersebar secara acak di beberapa lokasi dengan
ubahan propilit berwarna kehijauan (klorit, smektit,
10.4 Daerah Panas Bumi Sumani, Kabupaten
epidot) dan beberapa tempat di dijumpai alterasi argilik
Solok Sumatera Barat
yang berwarna ungu, kemerahan hingga keputih-putihan
Manifestasi panas bumi yang muncul di daerah survei dengan mineral ubahan jarosit, kaolinit, montmorilonit.
berupa mata air panas yang umumnya berada di zona Sumber panas yang mempengaruhi pembentukan sistem
perpotongan antara sesar berarah barat laut-tenggara dan panas bumi di daerah Pamancalan berasosiasi dengan
sesar berarah barat daya-timur laut. Diorit Hanjawar pada lingkungan vulkanik. Deliniasi
daerah potensi panas bumi Pamancalan dilakukan dengan
Sistem panas bumi di daerah Sumani terbentuk dengan
menggabungkan hasil analisis dari metode geologi,
adanya panas dari sisa panas (dapur magma) yang muncul
geokimia dan geofisika yang kemudian dituangkan dalam
akibat aktivitas vulkanik terakhir komplek Tinjau Laut
bentuk peta kompilasi (Gambar 10.5). Perkiraan potensi
(Gambar 10.4). Aktivitas ini membentuk kerucut lava
kelas sumber daya sebesar 48 MWe.
Gajah Dubalang dan lava Cubadak yang muncul di sebelah
utara Bukit Tinjau Laut. Sisa panas dari aktivitas vulkanik
komplek Tinjau Laut ini menopang aktivitas sistem panas 10.6 Daerah Panas Bumi Banda Baru, Kabupaten
bumi sehingga terbentuknya reservoir di daerah panas Maluku
bumi Sumani. Sistem panas bumi Sumani termasuk tipe Lokasi penyelidikan termasuk wilayah Kecamatan Amahai,
vulkanik kompleks gunung api. Hasil kompilasi geologi, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Survei panas
Dengan asumsi temperatur bawah permukaan 174o C dan dan 9637842 mN) dengan ketinggian 270 m dpl, berupa
temperatur cut-off yang digunakan 150o C, maka estimasi bualan mata air panas yang muncul melalui celah batuan,
potensi energi panas bumi daerah Way Selabung sebesar suhu 49,8 – 50,70 C pada temperatur udara 24,90 C, pH
70 MWe (cadangan terduga). 8,32 dengan daya hantar listrik 718 µmhos dan debit 0,4
liter/detik, serta luas kenampakan 2 x 3 m2. Manifestasi
Riso Kalimbua-2 terletak pada koordinat UTM 752966 mE
10.8 Daerah Panas Bumi Ranang-Kasimbar,
dan 9637723 mN dengan ketinggian 241 m dpl, berupa
Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi
bualan mata air panas yang muncul melalui celah batuan,
Sulawesi Tengah
suhu 50,2 – 50,90 C pada temperatur udara 26,20 C, pH
Survei terpadu geologi, geokimia dan geofisika daerah 8,36 dengan daya hantar listrik 721 µmhos dan debit 0,2
panas bumi Ranang berada dalam wilayah Kecamatan liter/detik dengan luas kenampakan 2 x 4 m2. Manifestasi
Kasimbar, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Provinsi Riso Kalimbua-3 terletak pada koordinat UTM (752804
Sulawesi Tengah, dengan manifestasi panas bumi berupa mE, 9637590 mN) dengan ketinggian 201 m dpl, berupa
kelompok air panas di desa Kasimbar Barat dengan bualan mata air panas yang muncul melalui celah batuan
temperatur 55-61° C, pH 9, debit < 0,5 lt/det, berasa dan membentuk kolam mata air panas, suhu 46,4 – 46,80 C
tawar, bau belerang lemah, muncul di tiga titik dengan pada temperatur udara 26,20 C, pH 8,42 dan daya hantar
jarak 50-1000 m, dan di Ranang berupa mata air panas listrik 703 µmhos, serta debit 0,8 liter/detik dengan luas
temperatur 34,5 - 55,60 C, pH 7, debit 0,1-1 lt/detik, rasa kenampakan 2 x 2 m2.
tawar, bau belerang lemah, muncul pada kontak granit dan
Manifestasi Makula Andau berada di wilayah Kampung
batu sabak di anak sungai yang dipakai pemandian warga.
Makula-Andau, Desa Rappang Barat, Kecamatan Mapilli
(UTM 742728 mE, 9631163 mN) dengan ketinggian
27 m dpl, berupa bualan mata air panas yang muncul
melalui celah batuan dan membentuk kolam mata air
panas, temperatur mata air panas 46,0 – 50,80 C pada
temperatur udara 30,60 C, pH 7,29 dan daya hantar listrik
1568 µmhos, serta debit sekitar 1,0 liter/detik dengan luas
kenampakan sekitar 3 x 4 m2. Manifestasi Palembongan
berada di wilayah Kampung Palembongan, Desa Batu
Pangga, Kecamatan Luyo (734.416 mE, 9623644 mN)
dengan ketinggian 46 m dpl. Manifestasi berupa bualan
mata air panas yang ditampung dalam kolam air panas
dengan bualan gas sedikit berbau belerang, suhu mata air
panasnya 44,8 – 45,9 0C pada temperatur udara 25,2 oC,
pH 6,98 dengan daya hantar listrik 1602 µmhos dan debit
1,2 liter/detik. Mata air panas tersebut muncul melalui
rekahan batuan dengan luas kenampakan sekitar 3 x 4 m2.
Alterasi batuan berada pada dinding bukit di sekitar Desa
Tapango, Kecamatan Tapango (749759 mE dan 9631945
mN), kenampakan fisik alterasi berupa mineral lempung
Gambar 10.9 Model tentatif sistem panas bumi daerah Ranang. dengan warna abu-abu kehitaman, kemerah-merahan
sampai keputih-putihan yang dikelilingi endapan oksida
besi dengan dimensi sekitar 2 x 2 m2.
Sistem panas bumi di Ranang terbentuk dari sisa panas Dengan menggunakan metode perhitungan volumetric,
aktivitas magmatik muda sehingga terjadinya retas-retas daerah prospek panas bumi Riso yang memiliki luas
andesit pada rekahan-rekahan yang membentuk reservoir, wilayah prospek 14 km2 dengan temperatur reservoir
luas 7 km2, temperatur diduga sebesar 130°C, dan dengan sebesar 1560 C dan temperatur cut-off sebesar 1200 C
temperatur cut-off diasumsikan sebesar 120°C, asumsi memiliki potensi panas bumi sebesar 41 MWe pada kelas
tebal reservoir 1 km, maka potensi sumber daya hipotetik sumber daya hipotetik.
panas bumi sebesar 10 MWe.
Dengan menggunakan metode perbandingan, daerah
prospek Andau yang berada di bagian barat daya Riso,
10.9 Penyelidikan Terpadu Daerah Panas memiliki sumber daya kelas spekulatif sebesar 20 MWe,
Bumi Riso-Kalimbua, Kabupaten Polewali dengan luas areal prospek 2 km2, temperatur reservoir
Mandar sebesar 1380 C (Na-K Giggenbach, 1998), dan nilai rapat
Lokasi daerah penyelidikan berada dalam wilayah daya 10 MWe/ km2.
Kecamatan Tapango dan Kecamatan Mapili, Kabupaten
Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.
Manifestasi Riso Kalimbua-1 berada di wilayah Dusun
Makula, Desa Kalimbua, Kecamatan Tapango (752959 mE
10.12 Survei Magnetotellurik Daerah Panas diperkirakan sangat berkaitan dengan aktivitas tektonik
Bumi Lili-Sepporaki, Kabupaten Polewali yang membentuk Sesar Palu-Koro dan struktur-struktur
Mandar, Sulawesi Barat lainnya yang mengakibatkan terobosan diorit atau mikro
diorit melaui celeh-celah/rekahan batuan granit. Batuan
Berdasarkan hasil pengukuran MT didapatkan zona
terobosan ini masih menyisakan massa panas yang
tahanan jenis sedang (50-100 Ohm-m) diduga sebagai
terakumulasi dengan air tanah membentuk sistem panas
batuan penudung dalam sistem panas bumi terletak di
bumi.
sekitar mata air panas Lili-Sepporaki yang penyebarannya
menerus sampai ke utara dimana mata air panas Pada sistem panas bumi daerah Marana, batuan ubahan
Matangnga berada. Tahanan jenis sedang terlihat pada dicirikan dengan sebaran nilai tahanan jenis rendah yang
kedalaman 1.000 hingga 1.500 m, dari model tahanan tersebar dari dekat permukaan hingga kedalaman sekitar
jenis 2D tahanan jenis tinggi yang diperkirakan sebagai 1.000 m dengan ketebalan antara 500 m hingga 1.000 m
zona reservoir, zona reservoir dibagian utara dibatasi (Gambar 10.14 dan Gambar 10.15).
oleh struktur geologi yang berarah relatif timur-barat
Zona reservoir diperkirakan berada di bawah batuan
yang mengontrol munculnya mata air panas Matangnga
ubahan ini dan terbentuk oleh media struktur. Dari hasil
sedangkan dibagian selatan dibatasi oleh struktur yang
pemodelan MT, zona reservoir dicirikan oleh sebaran
berarah barat laut-tenggara yang mengontrol munculnya
nilai tahanan jenis sedang (30 – 100 Ohm-m) yang berada
mata air panas Lili-Sepporaki.
pada kedalaman sekitar 750 m hingga kedalaman 2.000
Hasil survei MT kemudian dikompilasikan dengan data m dengan ketebalan sekitar 1.000 m. Zona reservoir ini
geosain lainnya dalam bentuk peta kompilasi geosain diperkirakan terbagi 2, yang pertama berada di sekitar
(Gambar 10.13). Berdasarkan peta kompilasi tersebut, mata air panas Marana dan Masaingi, sedangkan yang
daerah prospek panas bumi Lili-Sepporaki berada kedua berada di sekitar mata air panas Bayosa dan Yompo.
dibagian tengah daerah survei mencakup mata air panas Puncak dari reservoir di kedua daerah ini diperkirakan
Lili-Sepporaki dan mata air panas Matangnga. Daerah berada pada kedalaman sekitar 750 m.
prospek ini dibatasi oleh diskontinuitas tahanan jenis di
Hasil survei MT ini kemudian dioverlaykan dengan data
sebelah barat daya dan timur laut dan di sebelah utara
geosain lainnya, meliputi data geologi, geokimia, dan
dan selatannya dibatasi oleh struktur geologi. Luas daerah
geofisika lainnya membentuk peta kompilasi geosain
prospek meliputi luas prospek terduga sekitar 33 km2 dan
(Gambar 10.16). Berdasarkan peta tersebut, daerah
luas prospek spekulatif sekitar 84 km2 dengan potensi
prospek panas bumi terbagi menjadi dua lokasi, yaitu di
energi panas bumi sekitar 115 MWe pada kelas cadangan
terduga dan 292 MWe pada kelas sumber daya spekulatif.
10.19 Monitoring Sumur Eksplorasi di Pekerjaan logging temperatur tahap kedua di kedalaman
Mataloko, NTT 110 m, temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman
Hasil monitoring sumur MT-2, MT-3, MT-4, MT-5 dan sama dengan nol terukur sebesar 26,6° C, temperatur
sumur injeksi MT-6 periode pertama 2011 menunjukkan terukur 46,8° C dan temperatur maksimum 53,9° C
tekanan kepala sumur (TKS) sumur MT-2 adalah 3,8 (rendam selama 10 jam 18 menit). Pekerjaan logging
barg dalam kondisi bleeding, temperatur terukur pada temperatur tahap ketiga di kedalaman 250 m, temperatur
bleeding line 97,90 C. Tekanan kepala sumur (TKS) sumur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama dengan
MT-3 adalah 5,5 dan MT-5 adalah 5,5 barg dalam kondisi nol terukur 28,4° C, temperatur terukur 64,5° C dan
flowing, sementara temperatur terukur pada gabungan temperatur maksimum 73,5° C (rendam selama 18 jam 35
MT-3 & MT-5 adalah 97,40 C. Tekanan kepala sumur MT-4 menit.
adalah 9,8 sementara temperatur terukur adalah 109,70 Hasil pengukuran logging temperatur di sumur BRA - 2 di
C. Kondisi ini mengindikasikan stabilnya tekanan dan kedalaman 66 m, 110 m, dan 250 m dilakukan perhitungan
temperatur sumur panas bumi MT-2 dan MT-3 dan MT-5 dengan metode Horner Plot untuk mendapatkan harga
sejak dari monitoring periode terakhir tahun 2010 sampai Initial Temperature (temperatur formasi). Berdasarkan
sampai monitoring 2011. hasil perhitungan tersebut, temperatur formasi di
Kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan di sumur-sumur kedalaman 66 m, 110 m dan 250 m, masing-masing
Mataloko relatif stabil. Hasil analisis sampel sumur sebesar 55,67o C, 64,90o C, dan 84,17o C.
Mataloko menunjukkan konsentrasi senyawa kimia yang Berdasarkan temperatur formasi pada posisi kedalaman
rendah, bahkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan 66 m, 100 m, dan 250 m diperoleh harga gradien
fluida sumur panas bumi di lapangan panas bumi lainnya. temperatur masing-masing sebesar 27,27 oC/100 m, 29,77
Konsentrasi senyawa kimia yang rendah tersebut dapat o
C/100 dan 28,5o C/100 (rata-rata 27,51 oC/100 m) atau
meminimalisir kemungkinan terjadinya scalling pada lebih dari 9 kali gradien rata-rata bumi (± 3°C per 100 m).
fasilitas produksi dan pembangkit apabila diproduksikan. Apabila gradien temperatur diasumsikan linear ± 28,01°
Hasil analisis gas menunjukkan bahwa konsentrasi NCG C per 100 m, maka temperatur di kedalaman 650 – 700
(non condensable gas) pada fluida gabungan sumur m sebesar 211 – 225 C, hal ini sesuai dengan perkiraan
MT-2 dan MT-4 sebesar 0,702% mol dan 5,476% mol temperatur hasil Penyelidikan Terpadu pada kedalaman
(konsentrasi H2O mencapai 99,298% mol dan 94,524% 650 - 700 m sekitar ± 220° C. Peta Isotermal Tentatif
mol). Sementara sumur MT-3 & 5 tidak ada data karena menunjukkan temperatur 100o C di sumur BRA-1 dan BRA-
tabung sampel pecah saat analisis. 2 diperkirakan pada masing-masing kedalaman 256 m dan
Hasil pengamatan terhadap kondisi sekitar sumur 305 m, sedangkan temperatur 150o C di sumur BRA-1 dan
menunjukkan peningkatan aktivitas manifestasi di BRA-2 diperkirakan pada masing-masing kedalaman 424
sekitar sumur MT-1 baik temperatur maupun luasannya m dan 480 m, serta temperatur 200o C di sumur BRA-1 dan
mengingat pada saat ini merupakan musim hujan. Selain BRA-2 diperkirakan pada masing-masing kedalaman 592
itu ditemukan manifestasi baru berupa mata air panas, m dan 610 m.
bualan lumpur panas, dan tanah panas dengan temperatur
sekitar 56-980C perlu mendapat perhatian khusus.Untuk 10.21 Survei Landaian Suhu Daerah Panas
menghindari/mengurangi akumulasi air di sekitar sumur Bumi Kepahiang Kabupaten Kepahiang
MT-1, perlu dibuat puritan sehingga air permukaan tidak Provinsi Bengkulu
terakumulasi di lokasi tersebut. Untuk solusi jangka Secara administratif daerah panas bumi Kepahiang
panjang, perlu dipertimbangkan pembebasan tanah di termasuk dalam wilayah Kabupaten Kepahiang, Provinsi
sekitar lokasi sumur MT-1 dan MT-2 guna mengantisipasi Bengkulu. Terletak pada posisi 102° 31’ 47” - 102° 42’ 20”
makin meluasnya manifestasi di daerah tersebut. BT s.d. 3° 27’ 3” - 3° 40’ 11” LS (Gambar 10.23), dimana
lokasi bor terletak pada posisi 102° 36’ 35.52” BT s.d. 3°
10.20 Survei Landaian Suhu Daerah Panas Bumi 34’ 57.98” LS dengan elevasi 1016 m.
Bora Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi
Tengah
Kegiatan pengeboran landaian suhu daerah panas bumi
Bora termasuk dalam wilayah Kabupaten Sigi, Propinsi
Sulawesi Tengah. Pengeboran sumur landaian suhu
Bora (BRA-1) terletak pada koordinat X = 826517 mT,
Y = 9881858 mU dan Z = 109 m dpl, dan Sumur Landaian
Suhu BRA-2 terletak pada koordinat: X = 826653,7 mT, Y
= 9883991,3 mS dan ketinggian = 130 m dp.
Pekerjaan logging temperatur tahap pertama dari
permukaan di kedalaman 66 m, temperatur di permukaan
tanah/posisi kedalaman sama dengan nol terukur sebesar
24,00 C, temperatur terukur 38,1°C dan temperatur
maksimum 44,1 (rendam selama 11 jam 10 menit). Gambar 10.23 Peta Lokasi Survei Landaian Suhu.
Dari pekerjaan logging temperatur tahap pertama dasar lubang bor (380 m) terukur 46,90° C setelah
dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 257 m, logging tool temperature direndam di kedalaman 380 m
temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama selama ± 8 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar
dengan nol terukur sebesar 23,30° C. Sedangkan pada 49,80° C.
dasar lubang bor (257 m) terukur 37,30° C setelah
Pengukuran logging temperatur terakhir dilakukan
logging tool temperature direndam di kedalaman 257 m
dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 450 m,
selama ± 8 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar
38,20° C . temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama
dengan nol terukur sebesar 21,10° C. Sedangkan pada
Kemudian dari pekerjaan logging temperatur tahap kedua dasar lubang bor (450 m) terukur 63,20° C setelah
dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 380 m, logging tool temperature direndam di kedalaman 450 m
temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama selama ± 8 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar
dengan nol terukur sebesar 26,00° C. Sedangkan pada 75,60° C.
Tabel 11.1 Status Potensi Sumber daya dan Cadangan Panas Bumi Tahun 2009 – 2011
7 Papua 3 75 0 0 0 0 75
13.195 16.020
29.215
Penelitian Karakteristik Endapan Kuarter BP, daratan pernah mencapai 100 – 400 m dari garis
Daerah Ketapang – Bakauheni, Lampung pantai sekarang (ke arah laut).
Dalam pengembangan wilayah dan pembangunan Tanjung Redeb dan sekitarnya dapat dikelompokkan
infrastruktur diperlukan informasi geologi teknik yang menjadi 4 satuan geologi teknik sebagai berikut:
secara garis besar membahas sifat fisik dan keteknikan
tanah dan batuan, daya dukung tanah dan batuan, Satuan Lempung lanauan – Lanau lempungan A (mc
potensi kendala geologi teknik suatu daerah, material - cm)
yang diperlukan, serta kemudahan akses ke lokasi Merupakan endapan limpah banjir, umumnya tanah
pengembangan wilayah dan pembangunan infrastruktur belum terkonsolidasi dengan baik. Berdasarkan data
tersebut. Berkaitan dengan percepatan pembangunan sondir lapisan keras dijumpai pada kedalaman 4,40 -
nasional, pada Tahun Anggaran 2011 Pusat Sumber 14,60 m. Secara stratigrafi di permukaan terdiri dari
Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan telah melakukan lempung lanauan – lanau lempungan, sangat lunak
kegiatan dalam bidang geologi teknik, yaitu: – teguh. Daya dukung untuk fondasi dangkal rendah
a. Penyelidikan geologi teknik perkotaan pada Kawasan namun masih dapat digunakan untuk bangunan
PKW dan PKSN, Kawasan perbatasan nasional NKRI. ringan, dan untuk konstruksi bangunan sedang – berat
b. Pemetaan geologi teknik pulau-pulau kecil terluar diperlukan fondasi dalam dengan tiang pancang yang
NKRI. bertumpu pada batuan dasar (lapisan keras). Kondisi
c. Penyelidikan geologi teknik Untuk menunjang rencana tanahnya sangat lunak – teguh, sehingga mudah
pembangunan infrastruktur. digali dengan peralatan sederhana. Nilai penurunan
d. Penyelidikan geologi teknik kasus-kasus bahaya tanah 0,741 – 2,974 cm dengan asumsi menggunakan
geologi dan isu strategis Nasional. fondasi dangkal dengan ukuran lebar 1 m, dalam 1 m
e. Penyelidikan geologi teknik potensi mikrohidro. dan beban kontruksi/bangunan 5 ton/m2. Kedalaman
muka air tanah pada umumnya sangat dangkal - agak
dalam (0,25– 4 m).
13.1 Penyelidikan Geologi Teknik Perkotaan
pada Kawasan PKW dan PKSN, Kawasan Kendala geologi teknik yang dijumpai adalah banjir
Perbatasan Nasional NKRI dan penurunan tanah. Pada daerah langganan banjir
Pada tahun anggaran 2011, Pusat Sumber Daya Air Tanah selama belum ada penanganan yang memadai,
dan Geologi Lingkungan telah melakukan 3 kegiatan kemungkinan daerah tersebut banyak kendala untuk
penyelidikan geologi teknik perkotaan pada kawasan PKW dikembangkan, sebaliknya pada daerah yang terbebas
dan PKSN, Kawasan perbatasan Nasional NKRI di Ternate, dari banjir lebih mudah dikembangkan. Penurunan
Provinsi Maluku Utara, Tanjung Redeb, Provinsi Kalimantan tanah pada satuan ini cukup besar, karena tanah
Timur (Gambar 13.1), Tarakan, Provinsi Kalimantan Timur. pada satuan ini pada umumnya sangat lunak. Fondasi
Hasil dari kegiatan tersebut dapat diuraikan sebagai dangkal yang dapat digunakan untuk meminimalisir
berikut: kerusakan infrastruktur akibat penurunan tanah pada
satuan ini adalah fondasi rakit.
Tanjung Redeb
Satuan Lempung lanauan – Lempung pasiran R (mc
Berdasarkan kesamaan sifat fisik dan mekanik tanah - sc)
dan batuan yang ada, secara umum geologi teknik Kota Merupakan tanah pelapukan dari batuan Formasi
Berau (Tmb), Formasi Sterile (Tms) dan Formasi
Labanan (Tmp). Berdasarkan data sondir dan bor
tangan lapisan keras dijumpai pada kedalaman 3,80
- 10,40 m. Secara stratigrafi di permukaan, terdiri dari
Lempung lanauan – lempung pasiran, teguh - kaku,
nilai tekanan konus (qc) 4 – 10 kg/cm2. Daya dukung
untuk fondasi dangkal rendah – sedang, sehingga
dapat digunakan untuk bangunan ringan, dan untuk
konstruksi bangunan sedang – berat diperlukan
fondasi dalam dengan tiang pancang yang bertumpu
pada batuan dasar (lapisan keras). Kondisi tanahnya
teguh - kaku, sehingga masih dapat digali dengan
peralatan sederhana. Nilai penurunan tanah 0,491
– 1,283 cm dengan asumsi menggunakan fondasi
dangkal dengan ukuran lebar 1 m, dalam 1 m dan
Gambar 13.1 Peta Lokasi Penelitian Tanjung Redeb.
beban kontruksi/bangunan 5 ton/m2. Kedalaman
muka air tanah agak dalam hingga sangat dalam ( 3 dan untuk konstruksi bangunan sedang - berat
– > 15 m). diperlukan fondasi dalam dengan tiang pancang yang
bertumpu pada batuan dasar (lapisan keras). Satuan
Kendala geologi teknik yang dijumpai adalah erosi ini umumnya menempati daerah dengan kemiringan
permukaan dan gerakan tanah. Satuan ini pada lereng 5 - 30%, maka apabila akan dikembangkan
umumnya digunakan sebagai bahan timbunan, perlu dilakukan pemotongan lereng dan penimbunan.
sehingga di sekitar Kota Tanjung Redeb yang dibentuk Kondisi tanahnya teguh, sehingga masih dapat digali
oleh satuan ini terdapat kegiatan penambangan yang dengan peralatan sederhana. Nilai penurunan tanah
melalukan kegiatan pemotongan lereng. Berdasarkan 0,562 - 0,616 cm dengan asumsi menggunakan
perhitungan kemantapan lereng dengan metoda fondasi dangkal dengan ukuran lebar 1 m, dalam 1 m
NAVFAC (1971), bahwa pada satuan ini untuk dan beban kontruksi/bangunan 5 ton/m2. Kedalaman
tinggi pemotongan lereng 4 m dengan angka faktor muka air tanah sangat dalam (> 7 m).
keamanan 1,2 maka sudut lereng yang aman untuk
penggalian maksimum sebesar 570; untuk tinggi Kendala geologi teknik yang dijumpai adalah nen-
pemotongan lereng 5 m sudut lereng yang aman datan yang mengakibatkan gerakan tanah dan keru-
untuk penggalian maksimum 550; dan untuk tinggi sakan pada beberapa ruas jalan, sebagai contohnya
pemotongan lereng 6 m sudut lereng yang aman yaitu kerusakan yang terjadi pada beberapa ruas jalan
untuk penggalian maksimum 440. sepanjang jalan Maluang - Samburakat - Sembakun-
gan. Satuan ini dibentuk oleh tanah pelapukan batu
Satuan Pasir lempungan - Pasir lanauan R (cs - ms) lempung yang diperkirakan memiliki tingkat pengem-
Merupakan tanah residu dari Formasi Berau (Tmb). bangan yang cukup tinggi. Penanganan khusus pada
Berdasarkan data sondir lapisan keras dijumpai pada satuan ini telah dilakukan, sebagai contohnya pada
kedalaman 6,00 m. Secara stratigrafi di permukaan beberapa ruas jalan telah dilakukan perkuatan un-
terdiri dari Pasir lempungan - pasir lanauan, teguh, tuk menahan gerakan tanah dengan menggunakan
nilai tekanan konus (qc) 3 - 11 kg/cm2. Daya dukung bronjong, namun hal ini belum cukup. Meminimali-
untuk fondasi dangkal rendah namun masih dapat sir tingkat pengembangan tanah lempung dengan
digunakan untuk bangunan ringan, dan untuk cara meminimalisir kontak batu lempung dengan air,
konstruksi bangunan sedang - berat diperlukan contohnya pada saat pemotongan lereng, tanah yang
fondasi dalam dengan tiang pancang yang bertumpu terbuka segera ditutup (contohnya dengan geomem-
pada batuan dasar (lapisan keras). Satuan ini brane) agar tidak terjadi kontak dengan air bila terjadi
umumnya menempati daerah dengan kemiringan hujan.
lereng 5 - 30% maka apabila akan dikembangkan
perlu dilakukan pemotongan lereng dan penimbunan.
13.2 Pemetaan Geologi Teknik Pulau-Pulau
Kondisi tanahnya teguh, sehingga masih digali dengan
Kecil terluar NKRI
peralatan sederhana. Nilai penurunan tanah 1,281 cm
dengan asumsi menggunakan fondasi dangkal dengan Badan Geologi telah melakukan 2 kegiatan pemetaan
ukuran lebar 1 m, dalam 1 m dan beban kontruksi/ geologi teknik pulau-pulau kecil terluar NKRI, di antaranya
bangunan 5 ton/m2. Kedalaman muka air tanah di Pulau Sumba (Bagian Barat/Waikabubak), Provinsi Nusa
dalam - sangat dalam (5,4 –> 7 m). Tenggara Timur; Pulau Sumba (Bagian Timur, Waingapu),
Kendala geologi teknik yang dijumpai adalah erosi Provinsi Nusa Tenggara Timur.
permukaan, yaitu pada daerah pemotongan lereng
dan daerah timbunan. Berdasarkan perhitungan 13.3 Penyelidikan Geologi Teknik untuk
kemantapan lereng dengan metoda NAVFAC (1971), Menunjang Rencana Pembangunan
bahwa pada satuan ini untuk tinggi pemotongan Infrastruktur
lereng 4 m dengan angka faktor keamanan 1,2 maka
Badan Geologi telah melakukan 1 kegiatan penyelidikan
sudut lereng yang aman untuk penggalian maksimum
geologi teknik untuk menunjang rencana pembangunan
sebesar 800; untuk tinggi pemotongan lereng 5 m
infrastruktur di jalan di daerah Sumenep, Provinsi Jawa
sudut lereng yang aman untuk penggalian maksimum
Timur.
680; dan untuk tinggi pemotongan lereng 6 m sudut
lereng yang aman untuk penggalian maksimum 520.
13.4 Penyelidikan Geologi Teknik Kasus-
Satuan Lempung lanauan - Lanau Lempungan R (mc
Kasus Bahaya Geologi dan Isu Strategis
- cm)
Nasional
Merupakan tanah residu dari batu lempung Formasi
Sterile (Tms) dan Napal Globigerina (Tog). Berdasarkan Badan Geologi telah melakukan 8 kegiatan penyelidikan
data sondir lapisan keras dijumpai pada kedalaman geologi teknik kasus-kasus bahaya geologi dan isu
4,80 - 5,00 m. Secara stratigrafi di permukaan terdiri strategis nasional, yaitu Liquifaksi Bengkulu; Situ/waduk di
dari lempung lanauan - lanau lempungan, teguh, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten; Amblesan Tanah
plastisitas sedang, tekanan konus 10 - 20 kg/cm2. Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Amblesan Tanah Jakarta
Daya dukung untuk fondasi dangkal rendah namun Utara, DKI Jakarta; Lusi Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur
masih dapat digunakan untuk bangunan ringan, (Frekuensi 1, 2 dan 3).
13.5 Penyelidikan Geologi Teknik Potensi Cidolog mempunyai lebar sungai antara 5 – 12 m dengan
Mikrohidro kedalaman 1 – 3 m. Cidolog sebagai sungai utama dan
beberapa anak sungainya memiliki aliran air yang mengalir
Badan Geologi telah melakukan 5 kegiatan penyelidikan
sepanjang tahun (perrenial). Cidolog relatif berarah utara
geologi teknik potensi mikrohidro di Kiarasari, Kabupaten
– selatan. Daerah aliran Cidolog mempunyai wilayah
Bogor; DAS Cibuni 3, Kabupaten Sukabumi; DAS Cibuni
tangkapan curah hujan seluas 72,87 km2.
4, Kabupaten Sukabumi; Sub DAS Cikaso 3, Kabupaten
Sukabumi; Sub DAS Cimandiri 3, Kabupaten Sukabumi. Pengukuran debit di sejumlah lokasi di daerah aliran Sungai
Hasil dari kegiatan tersebut antara lain dapat diuraikan Cidolog memperoleh besaran debit sesaat yang terukur
sebagai berikut: berkisar antara 0,21 – 3,92 m3/dtk. Cidolog membawa
sedimen dengan kadar sedimen berkisar 15 mg/liter
Subdas Cibuni-3 (DAS Cidolog) Kabupaten Sukabumi, hingga > 100 mg/liter. Cidolog memiliki muatan sedimen
Jawa Barat dasar yang sebagian besar berupa pasir dan kerikilan
Dalam upaya menunjang pengembangan energi mikrohi- dengan sedikit fraksi halus. Di bagian hulu Cidolog (lokasi
dro, khususnya di daerah Sukabumi, diperlukan data dan H12) terdiri dari lempung dan lanau berkisar 4 – 7%, pasir
informasi pendukung di antaranya data geologi teknik dan 80 – 85%, dan kerikil 12 – 15%. Di bagian tengah Ci Dolog
hidrologi. Data geologi teknik memberikan informasi men- (lokasi H7) distribusi terdiri dari lempung dan lanau 0%,
genai kondisi tanah dan batuan setempat, kekuatannya pasir 94 – 96%, dan kerikil 4 – 6 %. Di hilir Sungai Cidolog
serta penyebaran secara lateral dan vertikal. Data hidrolo- (lokasi H5) distribusi ukuran butir terdiri dari lempung dan
gi memberikan informasi potensi keairan setempat. Po- lanau 0%, pasir 70 – 75%, dan kerikil 26 - 30%.
tensi tenaga air (hidropower) dapat dimanfaatkan secara
Secara umum, kondisi geologi teknik daerah penyelidikan
maksimal dengan mempertimbangkan faktor keteknikan.
dapat dikelompokkan menjadi empat satuan geologi
Daerah Aliran Cidolog, secara topografis dibatasi oleh teknik, yaitu:
punggungan atau daerah tinggian yang memisahkan a. Tanah Residual, hasil pelapukan yang dominan
aliran air ke dalam sistem Aliran Sungai Cidolog. Daerah lempung dan lanau.
Ini Berada Pada Ketinggian 15 – 650 m. dpl. Daerah aliran b. Batu Tuff.
Cidolog. Secara umum merupakan daerah perbukitan yang c. Batupasir Tufan.
menunjukkan kelompok perbukitan bergelombang, mulai d. Breksi Gunung api dan Lava.
dari berelief halus hingga perbukitan terjal yang berelief
sangat Kasar. Kemiringan lereng perbukitan-perbukitan Terdapat sejumlah lokasi potensi di daerah aliran Cidolog
tersebut secara umum berkisar antara 20 - 45%. Sebagian yang memiliki potensi mikrohidro, yaitu: Curug Caweni,
perbukitan lain memiliki Lereng > 80%. Curug Handap, Curug Seketeng, Curug Leuwisamad,
Curug Patung Anjing, Cipedes, Sempur, Cibeureum,
Pangimpunan. Nilai jatuh aliran terbesar sekitar 30 m pada
Caweni. Potensi daya terbesar pada Caweni terhitung
sebesar 372 kW (efisiensi 0,5) dan total potensi Daerah
Aliran Cidolog kurang lebih 1.000 kW (efisiensi 0,5).
Potensi energi aliran Sungai Cidolog dapat dimanfaatkan
dalam penggunaan lain selain untuk penerangan
untuk meningkatkan aspek perekonomian masyarakat
disekitarnya dalam bidang pertanian, perkebunan, dan
sebagainya.
Gambar 13.2 Peta Geologi Teknik dan Potensi Mikrohidro Subdas Cibuni
3.
14.1 PENYEDIAAN SARANA AIR BERSIH UNTUK DAERAH umumnya dekat permukaan tanah, tinggi pisometri
SULIT AIR sekitar 18 m bmt. Debit sumur kurang dari 5 liter/
detik. Kualitas air umumnya kurang baik dan kurang
Penggunaan air yang dipergunakan untuk memenuhi
layak untuk baku air minum. Wilayah ini meliputi
kebutuhan manusia tidak hanya dalam jumlah banyak
Tanjungaru, Sungainyamuk, dan Sungaipandang
tetapi juga dalam kondisi bersih. Kebutuhan air semakin
(timur laut daerah penelitian). Binalawan, Setabu dan
meningkat, sementara banyak desa yang masih
Bebatu (barat daya daerah peneitian).
kekurangan air, atau daerah sulit air. Keberadaan lapisan
pembawa air ini dipengaruhi oleh kondisi geologi, pada Wilayah Potensi Air Tanah Rendah, Akuifer bercelah
pelaksanaan program penyediaan sarana air bersih ini atau sarang. Litologi akuifer berupa batupasir kuarsa,
dilakukan penyelidikan hidrogeologi dan geofisika terlebih batulempung, batulanau, batubara, lignit, dan
dahulu baru kemudian dilakukan pemboran. konglomerat (Formasi Sajau). Serta pelapukan dari
batulempung, batulumpur, batupasir, batugamping
Badan Geologi melalui Pusat Sumber Daya Air Tanah dan dan batubara (Formasi Tabul). Akuifer dengan
Geologi Lingkungan melaksanakan program penyediaan kelulusan rendah. Muka air tanah umumnya dangkal,
sarana air bersih di 255 lokasi daerah sulit air yang tinggi pisometri sekitar 18 m bmt. Debit sumur
tersebar di beberapa provinsi di Indonesia, dan pemboran kurang dari 2 liter/detik. Dijumpai beberapa mata air
sumur pantau di DKI Jakarta sebanyak 5 lokasi, dengan dengan debit kecil. Kualitas air umumnya baik dan
rincian sebagai berikut: Banten: 16 lokasi, Jawa Barat: 20 layak untuk baku air minum. Wilayah ini setempat-
lokasi, Jawa Tengah: 44 lokasi, Jawa Timur: 38 lokasi, D.I. setempat di daerah lembah sekitar Sungainyamuk,
Yogyakarta: 15 lokasi, Sumatera Utara: 11 lokasi, Sumatera dan Sungaipancang, Balansiku, Lapio, Mantikas,
Barat: 4 lokasi, Sumatera Selatan: 7 lokasi, Jambi: 1 lokasi, sekitar Liangbunyu, dan Bambangan.
Lampung: 12 lokasi, NAD: 7 lokasi, Riau: 6 lokasi, KEPRI:
Wilayah Air Tanah Langka, Wilayah ini tersusun oleh
2 lokasi, Kalimantan Barat: 8 lokasi, Kalimantan Timur: 2
perselingan batulempung, batulumpur, batupasir,
lokasi, Kalimantan Selatan: 1 lokasi, Sulawesi Selatan: 6
batugamping, dan batubara (Formasi Tabul).
lokasi, Sulawesi Barat: 1 lokasi, Sulawesi Tenggara: 4 lokasi,
Perselingan batupasir, batulempung dan serpih
Maluku: 1 lokasi, Maluku Utara: 1 lokasi, NTB: 14 lokasi,
dengan sisipan batubara (Formasi Meliat). Batuan
NTT: 31 lokasi, Papua: 6 lokasi, Papua Barat: 2 lokasi.
ini mempunyai kelulusan sangat rendah sampai
Pelaksanaan kegiatan pemboran ini menghasilkan total kedap. Sebagai akuifer berupa batupasir kuarsa,
debit air sebesar 2.244.960 liter/jam dengan peruntukan batulempung, batulanau, batubara, lignit, dan
sebanyak 623.600 jiwa di daerah yang tergolong sulit air. konglomerat (Formasi Sajau). Batuan ini mempunyai
kelulusan sedang sampai rendah. Beberapa mata air
dijumpai dengan debit kecil. Kualitas air umumnya
14.2 POTENSI AIR TANAH baik dan layak untuk baku air minum. Wilayah ini
sebagian besar daerah penelitian bagian tengah
Badan Geologi telah melakukan 2 kegiatan penyelidikan dengan morfologi perbukitan.
konfigurasi akuifer dan 1 penyelidikan potensi air tanah,
yaitu Penyelidikan Konfigurasi Akuifer Cekungan Air
Tanah (CAT) Metro – Sukabumi, di Pulau Sumatera dan
Konfigurasi Akuifer CAT Jayapura, Provinsi Papua; dan
Penyelidikan Potensi CAT Wonosari, Provinsi DI Yogyakarta
dan juga 1 Penelitian di Pulau Sebatik, Kalimantan.
Pemantauan Kuantitas dan Kualitas Air Tanah Cekungan Kedudukan muka air tanah pada akuifer dalam
Air Tanah Bandung – Soreang, Jawa Barat berkisar antara 27,15 - 92,93 m bmt. Dibandingkan
dengan kedudukan muka air tanah tahun sebelumnya,
Pemanfaatan air tanah dangkal diperkirakan sebesar 283 menunjukkan kecenderungan penurunan muka air tanah
juta m3/tahun. Perkiraan volume pengambilan air tanah dengan kecepatan 0,20 - 22,45 m/tahun. Di beberapa
dangkal ini lebih kecil dibandingkan kemampuan imbuhan tempat muka air tanah dalam ini menunjukkan kenaikan.
air tanah dangkal hasil perhitungan neraca air sebesar
368,5 juta m3/tahun. Tetapi perlu diperhatikan juga Air tanah dangkal di daerah pegunungan dan jauh dari
keterdapatan dan kualitas air tanah yang tidak merata di pemukiman umumnya memenuhi syarat untuk sumber
seluruh wilayah CAT Bandung - Soreang. air minum. Air tanah dangkal di daerah pemukiman dan
industri umumnya tidak memenuhi syarat sebagai sumber
Perkembangan pengambilan air tanah dalam ditandai air minum, begitu pula kualitas air tanah pada akuifer
dengan meningkat atau menurunnya jumlah sumur bor tengah sebagian besar tidak memenuhi persyaratan
dan volume pengambilan air tanah yang secara umum sebagai sumber air minum.
berbanding lurus dengan meningkat atau menurunnya
kegiatan industri. Pada daerah CAT Bandung - Soreang, Pengendalian pengambilan air tanah di CAT Bandung -
distribusi sumur bor umumnya mempunyai kerapatan Soreang telah dapat dikelompokkan menjadi enam zona
tinggi di daerah padat industri, seperti Cimahi Selatan, air tanah yang berbeda, yaitu:
Dayeuhkolot, Kota Bandung, Majalaya dan Rancaekek. 1. Zona air tanah rusak, kedalaman muka air tanah
Pada tahun 2011 volume pengambilan diperkirakan 44,29 lebih dari 55 m bmt. Dijumpai di daerah Cimahi,
juta m3 yang diambil melalui 2.328 sumur bor. Dibanding Dayeuhkolot, Rancaekek, dan Bandung. Setempat
data tahun sebelumnya, volume pengambilan air tanah mencapai > 72 sampai > 100 m bmt yakni di daerah
dan jumlah sumur bor menunjukkan relatif sama. Baros Leuwigajah, Melong Tengah, dan Cisempur
(Rancaekek).
Kedudukan muka air tanah pada akuifer tengah yang relatif
2. Zona air tanah kritis, penyebarannya meliputi
dangkal (3,22 - 16,42 m bmt) bahkan di beberapa tempat
Cimahi, daerah Bandung, Cilampeni, Dayeuhkolot,
muka air tanahnya positif, dijumpai di daerah dataran yang
Pameungpeuk, Majalaya, dan Rancaekek.
berbatasan dengan daerah perbukitan, mulai dari Cisarua
3. Zona air tanah rawan, terjadi di daerah Cimahi,
- Dago - Cicadas - Cilengkrang - Cileunyi - Cicalengka -
Bandung Kidul, Dayeuhkolot, Rancaekek, Soreang dan
selatan Majalaya - selatan Ciparay hingga Soreang.
Majalaya Barat.
Kedudukan muka air tanah umumnya semakin dalam ke 4. Zona air tanah aman, dijumpai dengan sebaran luas di
daerah pengambilan air tanahnya intensif dan membentuk CAT Bandung - Soreang. Umumnya terdapat jauh dari
kerucut muka air tanah, yaitu di daerah Cimahi Selatan kegiatan industri dengan pengambilan air tanah yang
(kedalaman maksimum lebih dari 100 m), Dayeuhkolot belum banyak dilakukan.
(kedalaman maksimum 68,57 m bmt), Rancaekek - 5. Zona air tanah aman, yang merupakan sebagai zona
Cimanggung (kedalaman maksimum 92,93 m bmt), resapan/imbuhan, pengambilan air tanah pada semua
Majalaya (kedalaman maksimum 58,67 m bmt), dan di kedalaman hanya untuk keperluan air minum dan
beberapa tempat di Kota Bandung (kedalaman maksimum rumah tangga dengan debit maksimum 100 m3/bulan/
15,98 – 97,5 m bmt). Kondisi muka air tanah sekarang sumur. Untuk keperluan lain dapat dipertimbangkan
bila dibandingkan dengan muka air tanah pada tahun setelah dilakukan kajian hidrogeologi dan persyaratan
sebelumnya, menunjukkan kecenderungan terjadinya teknis tertentu.
penurunan, dengan kecepatan yang bervariasi (0,01 - 4,33
6. Zona air tanah aman, dengan produktivitas akuifer
m/tahun).
rendah sampai langka, zona ini dijumpai setempat- dan air tanah yang terdorong oleh aliran gas (bualan yang
setempat pada puncak-puncak bukit atau daerah disertai semburan air).
yang tersusun oleh batuan padat dan masif.
Kelompok air yang bersifat asin memiliki fasies Na-Cl.
Upaya konservasi air tanah perlu dilakukan, pengawetan Contoh air pada kelompok ini memiliki nilai ZPT antara
pada daerah yang kondisi air tanahnya tergolong masih 8.020 – 23.624 mg/l, DHL antara 11.470 – 41.400 mg/l,
aman, sedangkan di daerah yang telah rawan, kritis dan ion Na+ antara 2.060 – 8.050 mg/l, ion Cl- antara 4.539,1
rusak, perlu segera dilakukan pemulihan dengan cara – 14.591,4 mg/l, ion K+ antara 58 – 480 mg/l, dan ion SO42-
membuat sumur resapan yang dapat langsung mengimbuh antara 9,9 – 198 mg/l. Air pada kelompok ini didominasi
pada akuifer yang telah mengalami penyusutan potensi oleh air formasi yang berasal dari kedalaman > 6.000 ft
air tanahnya, seperti di Cimahi, Dayeuhkolot, Leuwigajah, atau 1.800 m yang diduga berasal dari lapisan batuan
Bandung dan Rancaekek. gunung api berumur Pliosen dan air yang berasal dari
campuran antara air formasi dengan air tanah baik dari
Pemantauan Kuantitas dan Kualitas Air Tanah di Daerah sistem akuifer tidak tertekan maupun sistem akuifer
Semburan Lumpur Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, Tahun tertekan.
2011
Hasil plotting antara 18O dan 2H menunjukkan contoh
Litologi daerah penelitian berdasarkan atas data pemboran air yang berasal dari bualan baik yang keluar bersama
oleh PT. Lapindo Brantas menunjukkan bahwa hingga semburan air tanah pada sumur bor maupun yang
kedalaman 300 m berupa endapan aluvium, endapan muncul di permukaan pada tahun 2011 masih memiliki
vulaknik muda, dan Formasi Kabuh yang saat ini banyak karakter yang sama dengan pengambilan tahun-tahun
dimanfaatkan air tanahnya oleh industri. Lapisan batuan sebelumnya (tahun 2009 dan 2010), yaitu masih terkait
pada kedalaman 300 – 900 m tersusun oleh lapisan dengan daur hidrologi atau dipengaruhi oleh suatu proses
perselang-selingan antara batulempung dan batupasir pengimbuhan. Untuk contoh yang berasal dari sekitar
yang termasuk dalam Formasi Pucangan. Di bagian bawah pusat semburan dan daerah genangan air dalam tanggul
Formasi Pucangan dijumpai lapisan batulempung abu-abu termasuk dalam kelompok air formasi.
kebiruan (bluish grey clay) pada kedalaman antara 900 –
1.871 m yang termasuk dalam Formasi Kalibeng Bagian Dari kumulatif bualan yang pernah ada, yaitu 232 titik,
Atas dan bersifat kedap. Kemudian di bagian bawah dari sampai dengan bulan Oktober 2011 masih ada sekitar
Formasi Kalibeng Bagian Atas dijumpai batupasir gunung 15 titik yang masih aktif, sisanya sudah tidak aktif lagi.
api pada kedalaman 1.871 m hingga diperkirakan sampai Penyebaran bualan yang aktif, yaitu 10 lokasi berada di
2.800 m yang diduga merupakan lapisan sistem akuifer
rekahan. Pada kedalaman lebih dari 2.800 m kemungkinan
berupa lapisan batugamping dari Formasi Kujung yang
berpotensi sebagai akuifer.
Hasil analisis hidrokimia dengan menggunakan diagram
Piperdan dikelompokkan lagi berdasarkan Diagram Ludwig
Langelier mampu membedakan tiga kelompok contoh air,
yaitu air yang bersifat asin, air yang bersifat agak payau –
payau, dan air yang bersifat tawar.
Kelompok air yang bersifat tawar memiliki fasies Ca-Na-
HCO3, Ca-Na-HCO3-Cl, Mg-Na-HCO3-Cl, Na-Ca-HCO3, Na-
Mg-HCO3, Na-Mg-HCO3-Cl, dan Na-Ca-HCO3-Cl. Contoh air
pada kelompok ini memiliki nilai zat padat terlarut (ZPT)
antara 468 – 1274 mg/l, daya hantar listrik (DHL) antara 610
– 1605 mg/l, ion Na+ antara 4,5 – 160 mg/l, ion Cl- antara
37,3 – 270 mg/l, ion K+ antara 0 – 43 mg/l, dan ion SO42-
antara 0 – 67,9 mg/l. Air tanah pada kelompok ini berasal
dari sistem akuifer tidak tertekan yang dipengaruhi oleh
aliran air tanah yang berasal dari pegunungan vulkanik di
bagian selatan daerah penelitian.
Kelompok air yang bersifat agak payau-payau memiliki
fasies Na-Ca-HCO3-Cl, Na-Mg-HCO3-Cl, Na-HCO3-Cl, Mg-
Ca-Cl-HCO3, Ca-Na-Cl, Ca-Mg-Cl-HCO3, Na-Cl-HCO3, Na-
Ca-Cl-HCO3, dan Na-Mg-Cl. Contoh air pada kelompok ini
memiliki nilai ZPT antara 624 – 8.552 mg/l, DHL antara
1.096 – 12.250 mg/l, ion Na+ antara 88 – 1.400 mg/l, ion Cl-
antara 95,4 – 4.193,5 mg/l, ion K+ antara 8 – 87 mg/l, dan
ion SO42- antara 0 – 111,3 mg/l. Air tanah pada kelompok ini Gambar 14.3 Peta pencemaran air tanah tidak tertekan Daerah Lumpur
merupakan air tanah yang sudah terkontaminasi terutama Sidoarjo.
kandungan klorida yang berasal dari area tanggul LUSI,
Desa Siring Barat, dua lokasi masing-masing di Desa Jatirejo Berdasarkan atas peta spasial nilai daya hantar listrik dan
dan Desa Pamotan, serta satu lokasi di Desa Ketapang. kandungan ion Cl- terlarut air tanah tidak tertekan terlihat
Berdasarkan hasil pengukuran debit yang dilakukan di bahwa secara garis besar pola penyebaran pencemaran
lokasi terdekat dengan pusat semburan menunjukkan air tanah akibat adanya luapan LUSI memiliki pola timur
besaran debit luapan lumpur sekitar 202,547 l/dt atau -timur laut mengikuti arah umum aliran air tanah tidak
sekitar 17.500,09 m3/hari. Jika dibandingkan dengan data tertekan. Hal tersebut menunjukkan proses adveksi air
debit terlihat bahwa puncak semburan lumpur terjadi yang bersifat asin dari pusat semburan menuju akuifer
pada tahun 2008-2009 dan mulai berkurang di tahun tidak tertekan sudah berlangsung.
2010.
Berdasarkan atas kompilasi parameter daya hantar listrik
Hasil pengukuran dan analisis hidrokimia air yang berasal dan ion klorida terlarut menghasilkan zona pencemaran
dari pusat semburan menunjukkan nilai rata-rata dari air tanah tidak tertekan yang dibagi menjadi tiga zona,
daya hantar listrik 32.367 µS/cm dan kandungan zat yaitu zona tercemar rendah, zona tercemar sedang, dan
padat terlarut 20.634 mg/l. Ion terlarut Na+, Cl-, dan HCO3- zona tercemar tinggi. Zona tercemar rendah memiliki
memiliki kecenderungan pola grafik yang hampir sama karakter air tanah agak payau denga nilai daya hantar
(fluktuasi relatif kecil). Rata-rata kandungan ion terlarut listrik berkisar 1.500 – 5.000 µS/cm dan kandungan ion Cl-
untuk ion Na+ sebesar 8.027 mg/l, ion Cl- sebesar 14446 terlarut 500 – 2.000 mg/l. Zona tercemar sedang memiliki
mg/l, dan ion HCO3- sebesar 613 mg/l. Kandungan ion karakter air tanah payau dengan nilai daya hantar listrik
terlarut untuk SO4-, K+, dan Ca2+ memiliki kecenderungan berkisar 5.000 – 15.000 µS/cm dan kandungan ion Cl-
penurunan dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Rata-rata terlarut 2.000 – 5.000 mg/l. Zona tercemar tinggi terletak
kandungan ion SO4- sebesar 201 mg/l, ion K+ sebesar 98 di dalam area tanggul penahan LUSI dengan karakter
mg/l, dan ion Ca2+ sebesar 834,5 mg/l. air bersifat asin (daya hantar listrik > 15000 µS/cm dan
kandungan ion Cl- terlarut > 5.000 mg/l).
Geologi lingkungan sebagai media dalam penerapan lempungan-pasiran sebagai tanah residu dari Gunung
informasi geologi untuk pembangunan, pengelolaan Marapi dan Gunung Singgalan, satuan lempung-lempung
lingkungan dan perencanaan tata ruang, dapat lanauan sebagai tanah residu dari tufa batuapung
memberikan informasi tentang daya dukung lingkungan Maninjau) dan satuan pasir, kerikil, lanau dan lempung
geologi suatu wilayah berdasarkan analisis faktor sebagai endapan aluvium sungai dan kolovial. Dari setiap
pendukung atau penghambat/kendala pembangunan. kelompok satuan ini, secara umum mempunyai daya
Dalam rangka menjalankan fungsi tersebut, pada tahun dukung yang berbeda, yaitu: daya dukung tinggi, daya
anggaran 2011, Badan Geologi melalui Pusat Sumber dukung sedang, dan daya dukung rendah.
Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan telah melakukan
Berdasarkan pengamatan di lapangan, Kota Bukittinggi
6 kegiatan penyelidikan geologi lingkungan, yaitu 1)
dapat dibagi kedalam tiga wilayah produktivitas akuifer.
Penyelidikan Geologi Lingkungan: Perkotaan, Regional,
Akuifer produktivitas tinggi ini menempati bentang alam
Kawasan Pertambangan, Kawasan Lindung Geologi,
dataran aluvium-kolovium, akuifer produktivitas sedang
Kawasan Kars, 2) Evaluasi Lokasi TPA Sampah, dan 3)
ini menempati bentangalam dataran bergelombang
Inventarisasi Geologi Lingkungan Tata Ruang, 4) Spatial
bagian timur dan tenggara lembar peta, yang disusun oleh
Planning on Lombok Island-Cooperation with Georisk, 5)
produk batuan gunung api muda Gunung Marapi dan tufa
Penataan Ruang Pascabencana Geologi, 6) Monitoring
berbatu apung Maninjau. Dan akuifer produktivitas rendah
Geologi Lingkungan.
ini menempati bentang alam dataran bergelombang
bagian baratlaut lembar peta, yang disusun oleh tufa
15.1 PENYELIDIKAN GEOLOGI LINGKUNGAN PERKOTAAN berbatuapung Maninjau.
Badan Geologi telah melakukan 7 penyelidikan geologi Bahan galian material bangunan ini terdiri dari dari
lingkungan perkotaan yang berlokasi di Tata Ruang Bawah tanah liat atau lempung dan tanah urugan. Tanah liat
Tanah DKI; Kota Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat; ini merupakan tanah hasil pelapukan batuan dasar dan
Kota Kedungsepur Bagian Timur (Demak, Grobongan), endapan sungai yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Provinsi Jawa Tengah, Kota Soroako, Provinsi Sulawesi setempat untuk pembuatan batubata. Bahaya geologi
Tenggara, Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat, Kota inimerupakan bagian dari lingkungan fisik negatif,
Pekanbaru, Propinsi Riau, Kota Merauke, Provinsi Papua. sebagai data pembatas (constrain) untuk perencanaan
Hasil dari kegiatan tersebut antara lain dapat diuraikan pengembangan wilayah. Bencana geologi yang dijumpai
sebagai berikut: di wilayah Kota Bukittinggi ini terdiri dari gerakan tanah
(longsor), kegempaan, letusan gunung api, dan banjir.
Penyelidikan Geologi Lingkungan Perkotaan Kota
Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat Berdasarkan kriteria lingkungan fisik beraspek geologi
(geologi lingkungan) tersebut, maka evaluasi terhadap
Dari relief permukaan ditunjang dengan kondisi batuan
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kota Bukittinggi 2010
yang menyusunnya dan struktur geologi yang terjadi,
– 2030 yang telah dibuat tersebut dapat dikemukakan
maka wilayah Kota Bukittinggi dapat dibagi menjadi tiga
sebagai berikut:
satuan geomorfologi, yaitu dataran bergelombang batuan
gunung api, dataran aluvium, dan satuan gawir batuan Kawasan Budi Daya
gunung api.
Menurut Peta Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kota
Umumnya wilayah Kota Bukittinggi tersusun oleh satuan Bukittinggi 2010 – 2030 yang dibuat oleh Pemerintah
Tufa berbatuapung, Maninjau terdiri dari serabut-serabut Kota Bukittinggi, kawasan budi daya dibagi kedalam dua
gelas dan mengandung fragmen-fragmen batuapung kelompok utama kawasan, yaitu kawasan perumahan dan
berkisar dari 5 hingga 80% dengan ukuran berdiameter kawasan perkantoran.
dari 1 hingga 20 cm. Batuan yang menyusun di bagian
tenggara Kota Bukittinggi sekitar Kec. Aur Birogo Gobelah Kawasan Perumahan, terbagi menjadi beberapa tingkat
adalah kelompok andesit dari produk gunung api Gunung kepadatan, yaitu kawasan perumahan kepadatan tinggi,
Marapi, sebagai batuan gunung api termuda karena kepadatan menengah dan kepadatan rendah.
Gunung Marapi ini mempunyai kegiatan pada masa Zonasi Perumahan Kepadatan Tinggi, umumnya
sejarah dan mempunyai fumarola-fumarola. sebagai permukiman perkotaan, menempati lahan
yang cukup luas mulai dari bagian tenggara Kota
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan ditunjang dengan Bukittinggi daerah Sapiran, Aurtanjung hingga ke
analisis laboratorium mekanika tanah dari beberapa bagian utara kota, yaitu daerah Campagoipuh.
contoh tanah terganggu, daerah Kota Bukittinggi dapat Berdasarkan aspek geologi lingkungan, zonasi ini
dibagi kedalam empat kelompok satuan tanah dan batuan termasuk kedalam zona keleluasaan penggunaan
penyusun, yaitu satuan batuan dasar, satuan lanau
produktivitas rendah hingga sedang, banyak terdapat Kawasan Peruntukan Peternakan. Kabupaten Lembata
bahan bangunan baik itu sirtu, sedangkan daya dukung yang mempunyai lahan padang rumput yang cukup luas
fondasinya bervariasi dari rendah sampai tinggi. dapat dijadikan kawasan peternakan. Kondisi topografi
yang bergelombang dan luas sehingga sangat leluasa
Kawasan Peruntukan Pertanian. Kawasan peruntukan sebagai ladang peternakan lepas. Komoditas peternakan
pertanian di daerah penyelidikan dipisahkan menjadi yang banyak dijumpai di wilayah Kabupaten Lembata,
kawasan pertanian lahan kering dan kawasan pertanian antara lain sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi,
lahan basah. Kawasan budidaya pertanian atau ayam buras, dan itik. Tetapi yang paling dominan adalah
perkebunan dengan jenis buah-buahan, peruntukannya sapi, kambing, babi, dan ayam.
dari aspek tingkat kesuburan berdasarkan jenis batuan
dan sifat tanah pelapukan batuan serta keterdapatan Berdasarkan analisis geologi lingkungan termasuk pada
sumber daya air maka budidaya pertanian lahan kering kawasan kurang leluasa, kendala yang ada adalah potensi
menempati bagian terbesar, sedangkan pertanian lahan sumber daya air yang kecil dan tingkat kesuburan tanah
basah hanya terbatas pada daerah dataran yang sempit. yang rendah. Sebagai kawasan peternakan kendala yang
Kemiringan lereng terjal menjadi kendala daerah ini untuk ada tidak terlalu menjadi pengaruh yang berarti.
dikembangkannya daerah pertanian lahan basah. Kawasan Peruntukan Panas Bumi. Potensi panas bumi
Berdasarkan analisis geologi lingkungan sebagian besar terletak di Desa Atakore Kecamatan Atadei. Mayoritas
merupakan kawasan kurang leluasa. Hal ini terkendala tanah disekitarnya vulkanis sehingga muncul adanya gas
utamanya oleh kondisi topografi yang umumnya terjal dan bumi berupa uap-uap panas yang berkekuatan cukup
potensi sumber daya air, namun untuk kawasan pertanian besar. Manifestasi panas bumi di daerah panas bumi
lahan kering hal ini tidaklah memberikan kendala yang meliputi daerah yang cukup luas (25 km2) terutama
terlalu besar. Sedangkan kawasan pertanian lahan basah di dalam kaldera Watuwawer, lereng barat dan timur
termasuk kedalam daerah leluasa. Kendala yang mungkin kerucut-kerucut vulkanik yang membentuk kelurusan
terjadi adalah potensi landaan tsunami dan mungkin hampir Utara -Selatan. Sedikitnya terdapat 8 lokasi
banjir terutama pada daerah sekitar tepi sungai utama. manifestasi panas bumi pada elevasi antara 200 - 500 m
Kawasan Peruntukan Industri. Kawasan industri terdapat dpl antara lain mata air panas, fumarola, tanah panas dan
di daerah dataran dan pantai sekitar kota Lewoleba. batuan ubahan. Selain untuk mengoptimalkan sumber
Alokasi kawasan industri ini sebaiknya ditempatkan tidak daya energi yang ada, dan juga dalam rangka pengurangan
terlalu dekat dengan kawasan permukiman. Kawasan emisi GHG (greenhouse gas) global, maka perlu untuk
peruntukan industri merupakan daerah dataran, sehingga memanfaatkan potensi panas bumi, tidak hanya untuk
akan mempermudah dalam pengerjaannya, didukung keperluan pembangkitan listrik, namun juga sektor lainnya
oleh potensi sumber daya air tanah dangkal yang dapat yang membutuhkan suplai energi yang cukup besar seperti
dimanfaatkan. Sedangkan untuk industri-industri sektor industri.
yang memerlukan air dalam jumlah lebih besar dapat Berdasarkan analisis geologi lingkungan termasuk dalam
memanfaatkan mata air, air permukaan dan air tanah. kawasan leluasa hingga kurang leluasa yaitu terkendala
Berdasarkan analisis geologi lingkungan sebagian oleh kondisi topografi yang memperlihatkan morfologi
merupakan kawasan kurang leluasa. Hal ini terkendala terjal.
oleh tingkat kesuburan tanahnya, sehingga untuk kawasan
Kawasan Lindung
industri, tingkat kesuburan tanah tidak akan berpengaruh.
Kendala lain yang perlu diwaspadai adalah potensi Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi utama
landaan tsunami, mengingat kawasan industri terletak melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
di tepi pantai. Pertimbangan daerah ini sebagai daerah sumber daya alam, sumber daya binaan, nilai sejarah, dan
industri adalah daerah ini terletak dekat dengan pusat budaya bangsa untuk kepentingan pembangunan yang
ibukota kabupaten. berkelanjutan.
Kawasan Peruntukan Hutan Lindung dan Rencana Bahan galian bukan logam berupa toseki (to).
Hutan Lindung. Kawasan hutan lindung diharapkan
Berdasarkan pertimbangan aspek geologi lingkungan,
dapat memberikan perlindungan kawasan bawahnya
endapan sirtu yang layak tambang terutama gosong pasir
terutama berkaitan dengan fungsi hidrologis untuk
yang terdapat pada bagian tengah badan sungai dan
pencegahan banjir, menahan erosi dan sedimentasi,
pada kelokan bagian dalam sungai, sedangkan sirtu pada
serta mempertahankan fungsi peresapan bagi air tanah.
bantaran dan dataran di sekitar sungai sebaiknya tidak
Kawasan ini berada pada ketinggian 1.000 m dpl. dengan
ditambang karena merupakan akuifer produktif dan dapat
kelerengan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi, dan
merubah morfologi sungai.
mampu meresapkan air ke dalam tanah. Berdasarkan
analisis geologi lingkungan umumnya termasuk dalam Batu andesit, an-1 dan an-2 dan batu dasit, da-1 dan
zona kurang leluasa. Hal ini kondisi topografinya yang terjal, da-2, dikategorikan layak untuk ditambang, karena tidak
namun areal ini yang diperuntukkan sebagai kawasan berpengaruh signifikan terhadap lingkungan fisik di
hutan lindung bukanlah suatu kendala yang berarti. Hal sekitarnya. Batu granodiorit gd-1, gd-2, gd-3, gd-4 dan gd-
lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesuburan 5, tidak layak ditambang, karena bisa mengganggu tata air
tanah yang rendah, sehingga dalam pengelolaan sebagai di sekitarnya. Batu granit gr-2 dan gr-4 dapat ditambang
hutan lindung perlu memperhatikan jenis tanaman yang karena tidak berpengaruh signifikan terhadap lingkungan
sesuai. fisik di sekitarnya, sedangkan gr-1, gr-3, gr-5, gr-6 dan gr-7
dan gr-5 tidak layak ditambang karena dapat mengganggu
Kawasan Enclave. Penggunaan lahan eksisting di
tata air di sekitarnya.
dalam kawasan hutan terdapat enclave. Disamping itu
pemanfaatan lain terdapat juga lahan ladang, kebun, dan Toseki, to-1, to-2, to-3, to-4 dan to-5 bisa ditambang
penggembalaan ternak. Keberadaan enclave di dalam karena tidak berpengaruh signifikan terhadap lingkungan
kawasan lindung di Kecamatan Lebatukan; Nubatukan, fisik di sekitarnya, sedangkan toseki to-6, to-7, to-8, to-
dan Nagawutung pada saat ini masih belum memiliki 9, to-10 dan to-11 bg-2 tidak layak ditambang, karena
kekuatan hukum yang tetap, sehingga keberadaan enclave letaknya berdekatan dengan jalan raya dan aliran sungai
masih merupakan bagian dari kawasan hutan. Kegiatan besar.
masyarakat hukum adat tetap merupakan sasaran Bahan galian logam emas (Au) primer bisa ditambang
pembinaan dari Pemerintah Kabupaten Lembata baik terutama dengan sistem penambangan bawah tanah
secara hukum maupun program kegiatan sejalan dengan (underground mining). Logam emas sekunder yang
program kegiatan berbasis hutan. berada pada endapan sungai baru atau pun purba bisa
Berdasarkan analisis geologi lingkungan kawasan enclave ditambang, asalkan pengambilan atau penggaliannya
termasuk dalam zona kurang leluasa. Hal ini terkendala dilakukan secara berjenjang, pasir sisa galiannya disimpan
oleh kondisi topografi yang terjal, sumber daya air yang ditempat yang baik, agar tidak terkena terjangan run off,
kecil dan tingkat kesuburan yang relatif rendah. Namun air limbah sisa penyaringan emas dialirkan pada kolam-
bagi masyarakat yang sudah terbiasa dalam kehidupan kolam pengendapan, setelah bersih baru dialirkan ke
dengan kondisi alam yang terbatas nampaknya bukan sungai.
suatu kendala besar.
Daerah Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat
15.3 PENYELIDIKAN GEOLOGI LINGKUNGAN KAWASAN Di Kabupaten Bima terdapat berbagai jenis sumber daya
PERTAMBANGAN mineral seperti mineral logam, mineral bukan logam dan
batuan, keragaman sumber daya mineral terbentuk karena
Badan Geologi telah melakukan 7 kegiatan penyelidikan di daerah tersebut telah mengalami beberapa tahapan
geologi lingkungan kawasan pertambangan yang berlokasi proses tektonik, magmatik, proses ini erat kaitannya
di Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat; Pohuwatu, dengan proses mineralisasi.
Provinsi Gorontalo; Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan;
Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah; Tapanuli Utara, Sumber daya mineral batuan yang terdapat di kabupaten
Provinsi Sumatera Utara; Bima, Provinsi Nusa Tenggara Bima terdiri atas lempung, sirtu, batu gamping, marmer,
Barat; Semarang, Provinsi Jawa Tengah. andesit, diorit dan granodiorit selain itu terindikasi adanya
mineral bukan logam seperti dolomit, gipsum, kaolin
Daerah Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo dan oker. Sumber daya mineral logam yang terdapat di
Berdasarkan pengamatan di lapangan, daerah Kabupaten Kabupaten Bima adalah pasir besi, emas, tembaga dan
Pohuwato, Gorontalo tersusun atas batuan malihan, mangan, dari beberapa lokasi tambang pasir hanya satu
batuan sedimen, batuan gunung api, batuan terobosan, lokasi yang telah berproduksi yaitu di Kecamatan Wera di
dan endapan permukaan. Berdasarkan hasil penyelidikan lokasi lain masih dalam tahapan eksplorasi.
di lapangan, di daerah Kabupaten Pohuwato terdapat Penentuan kawasan peruntukan pertambangan selain
beberapa jenis bahan galian batuan, logam dan bukan mempertimbangkan tingkat keprospekan bahan galian
logam. Bahan galian batuan terdiri atas: sirtu (sr), batu juga mempertimbangkan lokasi keterdapatan bahan
andesit (an), batu dasit (da), batu granodiorit (gr), dan galian yang berdasarkan undang-undang pada lokasi
batu granit (gr). Bahan galian logam berupa emas (Au), tersebut diperbolehkan untuk kegiatan budi daya.
Sebagian besar cadangan bahan galian cukup potensial
kaan kars, gejalanya antara lain dicirikan dalam bentuk Batugamping yang menempati kabupaten Pacitan
bukit-bukit tunggal, pematang bukit, ukiran dipermukaan bagian timur adalah Formasi Campurdarat yang terdiri
batuan (struktur lapies atau karren), lekuk-lekuk lembah dari batugamping hablur dan sisipan batu lempung,
(dolina, polje, uvala), mata air serta menghilangnya sungai setempat di sekitar kontak dengan batuan terobosan beku
permukaan ke dalam tanah melalui sistem rucutan (sink) mengalami ubahan derajat rendah; tebal antara 5 - 40 m.
atau mulut gua yang ada. Batulempung berwarna kelabu-coklat kehitaman, berlapis
tipis sebagai sisipan dalam batugamping dengan tebal
Endokars merupakan gambaran di bawah permukaan,
10 - 30 cm, disekitar terobosan menjadi lebih keras dan
dicirikan adanya gua-gua, fenomena di dalam gua seperti
hitam. Formasi ini berdasarkan kandungan fosil foram
stalaktit, stalagmit, flowstone dan sungai bawah tanah.
dan tataan stratigrafinya, umurnya diduga Miosen Awal
Kawasan bentang alam kars dapat diartikan sebagai suatu
dan menjemari dengan Formasi Wuni bagian bawah, dan
kawasan yang diwarnai oleh kegiatan pelarutan atau
menindih Formasi Mandalika. Tebal Formasi ini kurang
proses karstifikasi, secara lebih luas, kawasan bentang
lebih 200 m.
alam kars merupakan perpaduan antara unsur-unsur
morfologi, kehidupan, energi, air, gas, tanah dan batuan,
yang membentuk satu kesatuan sistem yang utuh.
Batugamping yang dijumpai di daerah Pacitan bagian barat Badan Geologi telah melakukan 6 kegiatan inventarisasi
adalah Formasi Wonosari yang terdiri dari batugamping, Geologi Lingkungan Tata Ruang di Sumatera, Kalimantan,
napal pasiran dan sisipan batu lempung. Batugamping Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua,
umumnya terdiri dari batu gamping terumbu, batu serta Jawa. Hasil dari kegiatan tersebut antara lain dapat
gamping kristalin dan batugamping pasiran, sebagian diuraikan sebagai berikut:
pejal dan sebagian berlapis. Selain itu juga terdiri dari
batugamping konglomeratan, batugamping tufan dan
batugamping lempungan. Tebal Formasi berkisar antara
80 - 200 m. Berdasarkan fosil-fosil yang terkandung di
dalamnya, Formasi ini menunjukkan kisaran umur antara
Miosen Awal sampai Miosen Akhir.
Berdasarkan citra kenampakan bentang alam kars dapat
dicirikan dengan bentuk bukit-bukit kecil yang nampak
saling terpisah dan pematang bukit seperti Gambar 15.6.
Perbukitan Kars daerah kawasan bentang alam kars
Pacitan Timur dikuasai oleh pematang-pematang bukit
batugamping (Gambar 15.8) yang satu sama lain dipisahkan
oleh pemunculan batuan dasar yang mengalasinya, sedikit
banyak mempengaruhi proses karstifikasi yang dalam hal
ini berkaitan dengan tebal batugamping yang ada, maka
di daerah Pacitan Timur maksimum hanya sekitar 150 m. Gambar 15.7 Pebukitan kars Pacitan bagian barat .
Gambar 15.8 Pebukitan berupa pematang di Pacitan bagian Timur. 4. Kabupaten Subang
Sistem jaringan energi sudah terakomodasi.
Inventarisasi Geologi Lingkungan Tata Ruang Wilayah Sistem jaringan sumber daya air belum
Pulau Jawa mengatur tentang pengelolaan CAT, dan mata
air yang berjumlah 345 yang akan ditingkatkan
Kegiatan inventarisasi ini dilakukan di empat kabupaten,
pemanfaatannya belum diplot dalam Peta Infra
yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten
Struktur Air Bersih.
Indramayu dan Kabupaten Subang. Hasil inventarisasi
Raperda RTRW setiap kabupaten terkait substansi sektor Kawasan lindung geologi, yakni kawasan imbuhan
ESDM adalah sebagai berikut: air tanah belum ditetapkan dan diatur.
Kawasan rawan letusan gunung berapi belum
1. Kabupaten Garut digambarkan secara benar, khususnya daerah
Sistem jaringan energi sudah cukup bahaya aliran lahar, demikian pula jalur dan ruang
terakomodasi. evakuasi bila terjadi bencana belum ditetapkan.
Pasal tentang sistem jaringan sumber daya air KPP belum didelineasi dalam Peta Rencana Pola
belum mengatur tentang pengelolaan Cekungan Ruang, walaupun dalam Raperda RTRW sudah
Air Tanah (CAT), termasuk belum pula mengatur ditetapkan dengan rincian cukup komplit.
pemanfaatan mata air untuk peningkatan jaringan
air bersih. Kesimpulan secara umum terhadap keempat Raperda
Kawasan lindung geologi, seperti kawasan rawan RTRW kabupaten tersebut adalah:
tsunami, kawasan kars, kawasan rawan abrasi dan Seluruh Raperda RTRW sudah cukup mengakomodasi
kawasan imbuhan air tanah belum ditetapkan dan Sistem Jaringan Energi.
diatur.
Seluruh Raperda RTRW belum menetapkan dan
Kawasan rawan letusan gunung berapi belum
mengatur pengelolaan Cekungan Air Tanah, termasuk
digambarkan secara benar, demikian pula jalur
kawasan imbuhan air tanahnya.
dan ruang evakuasi bila terjadi bencana belum
ditetapkan. Seluruh Raperda RTRW belum dapat mendelineasi
KPP belum didelineasi dalam Peta Rencana Pola Kawasan Peruntukan Pertambangan.
Ruang.
15.6 SPATIAL PLANNING ON LOMBOK ISLAND-
2. Kabupaten Tasikmalaya COOPERATION WITH GEORISK
Sistem jaringan energi sudah cukup terakomodasi. Badan Geologi telah melakukan 2 kegiatan spatial
Sistem jaringan sumber daya air belum mengatur planning on Lombok Island-Cooperation with Georisk
tentang pengelolaan CAT. yaitu Pemetaan Geologi Teknik, Nusa Tenggara Barat dan
Kawasan lindung geologi, seperti kawasan rawan Penataan Ruang Berbasis Geologi, Lombok Timur.
abrasi dan kawasan imbuhan air tanah belum
ditetapkan dan diatur.
15.7 PENATAAN RUANG PASCA BENCANA GEOLOGI
Kawasan rawan letusan gunung berapi
belum digambarkan secara benar, khususnya Badan Geologi telah melakukan kegiatan penataan ruang
daerahbahaya aliran lahar. pasca bencana geologi yaitu berupa Kajian Geologi
KPP belum didelineasi dalam Peta Rencana Pola Lingkungan terhadap Banjir Bandung Selatan.
Ruang.
3. Kabupaten Indramayu 15.8 MONITORING GEOLOGI LINGKUNGAN
Sistem jaringan energi sudah cukup terakomodasi. Badan Geologi telah melakukan 2 kegiatan untuk
Sistem jaringan sumber daya air belum mengatur monitoring perubahan fungsi ruang akibat kerusakan
tentang pengelolaan CAT. lingkungan geologi, lumpur Sidoarjo.
16.1 MiTIGASi GUNUNG API Keberadaan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana telah mengubah paradigma
Pada tahun 2011 terjadi bencana geologi di beberapa
mitigasi bencana dari penanganan bencana menjadi
daerah hingga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan
penanggulangan bencana yang lebih menitikberatkan
kerugian harta benda, seperti meletusnya Gunung Merapi.
pada upaya-upaya sebelum terjadinya bencana.
Aktivitas gunung api mengalami peningkatan dari aktif
normal (level I) hingga waspada (level II) dan siaga (level Selama tahun 2011, status aktivitas gunung api yang siaga
III) antara lain Gunung Bromo (Jawa Timur), Karangetang ada 6, yaitu Gunung Lokon, Karangetang, Papandayan,
(Sulawesi Utara), Dieng (Jawa Tengah), Lokon (Sulawesi Anak Krakatau, Gamalama, dan Ijen. Status waspada ada
Utara), Soputan (Sulawesi Utara), Gamalama (Maluku), 17, yaitu Gunung Gamkonora, Dieng, Bromo, Marapi,
Ijen (Jawa Timur), Ili Lewotolo ( NTT), Papandayan (Jawa Lewotobi Perempuan, Soputan, Ibu, Lewotobi Laki-Laki,
Barat), Anak Ranaka (NTT), dan Gunung Anak Krakatau Tambora, Anak Ranaka, Sundoro, Sinabung, Kerinci,
(Lampung). Talang, Sangeang Api, Semeru, dan Gunung Dukono.
Dalam menangani berbagai kemungkinan terjadinya
16.1.1 Tanggap Darurat Letusan Gunung Soputan,
bencana geologi tersebut, Kementerian Energi dan
Sulawesi Utara
Sumber Daya Mineral melalui Badan Geologi melakukan
mitigasi bencana geologi diantaranya melalui peningkatan Letusan terjadi pada 3 Juli 2011 pukul 00.24 WITA yang
metoda, sistem dan peralatan pemantauan, melakukan diikuti oleh beberapa letusan dan puncak letusan terjadi
peningkatan koordinasi dan menjalin kerja sama pada pukul 06.03 WITA yang merupakan letusan eksplosif
penanganan bencana serta mengeluarkan sejumlah dengan tinggi asap letusan hingga 6.000 m berwarna
rekomendasi yang disampaikan melalui para pemangku kelabu tebal berarah Timur-Tenggara yang disertai
kepentingan terutama pemerintah daerah. luncuran awan panas sejauh 4 km kearah Barat. Letusan
terakhir terjadi pada pukul 12.41 WITA dengan visual
Dalam pelaksanaanya, mitigasi bencana letusan gunung
berupa asap letusan berwarna putih tebal dengan tinggi
api terdiri dari beberapa tahapan kegiatan antara lain:
50 m di atas puncak. Pasca letusan tanggal 4 Juli 2011,
a. Pemetaan Kawasan Rawan Bencana Gunung Api, b.
visual Gunung Soputan terlihat normal kembali dengan
Pemetaan Geologi Gunung Api, c. Penyelidikan Geofisika,
teramatinya asap putih tipis setinggi 750 m, tidak terlihat
d. Penyelidikan Deformasi Gunung Api, e. Penelitian
sinar api. Pada umumnya Soputan hanya mengeluarkan
Kegunungapian, f. Peringatan Dini Gunung Api, g.
asap tipis hanya setinggi 75 m.
Pengamatan Terpadu Gunung Api, h. Instalasi Peralatan
Pemantauan Gunung Api, j. Tanggap darurat gunung api. Data kegempaan menunjukkan bahwa peningkatan
aktivitas kegempaan meningkat sebelum terjadi letusan 3
Upaya penanggulangan bencana juga telah menjadi
Juli 2011. Peningkatan gempa Vulkanik mulai terlihat sejak
perhatian dunia dengan adanya Kesepakatan internasional
Mei 2011 dan semakin tajam pada 27 Juni – 3 Juli 2011.
Hyogo framework for Action 2005-2015 tentang upaya
Gempa guguran terlihat meningkat pada 30 Juni – 3 Juli
pembangunan ketahanan negara dan masyarakat terhadap
2011 dan gempa Hembusan mengalami peningkatan pada
bencana, dengan cara pengurangan risiko bencana.
Gambar 16.1 Gunung Soputan beberapa hari sebelum dan pada saat letusan 2-3 Juli 2011 berupa sinar api setinggi 300 m.
1-3 Juli 2011. Bila dibandingkan dengan letusan 6 Juni dan yang masih sering terjadi di sekitar tubuh gunung api,
6 Oktober 2008, peningkatan kegempaan sebelum letusan umumnya guguran terjadi di bagian utara. Yang harus
3 Juli 2011, yang diawali oleh peningkatan gempa vulkanik diwaspadai selanjutnya adalah aliran awan panas ke
kemudian gempa guguran dan hembusan, peningkatan arah Silian, karena bukaan kawahnya menuju ke daerah
kegempaan lebih jelas dan durasi ke letusan lebih lama. tersebut.
Pada letusan 2011 terjadi material awan panas guguran
yang kemungkinan berasal dari kubah lava di dalam kawah 16.1.2 Tanggap Darurat Letusan Gunung Dieng, Jawa
Soputan yang terdorong keluar akibat tekanan yang cukup Tengah
besar yang ditandai oleh peningkatan jumlah kegempaan.
Pemantauan dan pengukuran gas CO2 dilakukan di Kawah
Pada saat letusan Gunung Soputan 3 Juli 2011, ketebalan Timbang, karena dilihat dari sejarahnya merupakan tempat
abu letusan di Desa Tombasian Atas (sebelah utara) sangat utama keluarnya gas yang berbahaya. Sepanjang periode
tipis (kurang dari 2 mm) tetapi di Gunung Potong, Desa tanggap darurat, maksimal gas CO2 yang dikeluarkan oleh
Noongan (sebelah timur) abu letusan sangat tebal (lk. 14 kawah timbang sebesar 2,18% vol. Batas normal gas CO2
cm). Ini mengindikasikan saat itu angin dominan ke arah pada udara bebas adalah 0,5% vol. ini berarti terjadi
timur Soputan. Sampling abu dilakukan pada dua lokasi kenaikan sebesar 4 kali dari batas normal. Keluaranya gas
tersebut pada waktu yang berbeda. Posisi sampling abu di CO2 dari dalam Gunung Dieng dapat dipicu oleh kegempaan
Desa Tombasian Atas berjarak lk. 9,5 km dari pusat erupsi di Gunung Dieng, sehingga membuka rekahan baru atau
dan di Gunung Potong, Desa Noongan berjarak lk. 8 km mungkin memperlebar rekahan yang sudah ada sehingga
dari pusat erupsi. mempermudah keluarnya gas CO2. Nilai maksimal untuk
rata-rata gas perhari yang dikeluarkan oleh Gunung Dieng
Nilai rasio F/Cl jauh lebih kecil daripada rasio Cl/SO4. Hal ini
sebesar 0,6% volume, yaitu pada tanggal 4 Juni 2011 yang
disebabkan kandungan gas HF yang teradsorpsi pada abu
berarti bahwa pada hari itu Gunung Dieng hampir terus
jauh lebih kecil daripada gas HCl dan SO2 dan fluoride lebih
mengeluarkan gas CO2 sebesar 0,6% volume.
sukar larut dalam air daripada klorida dan sulfat. Pada dua
lokasi sampling di atas, nilai rasio anion agak berbeda Pada saat terjadinya kenaikan energi yang diakibatkan
dimana nilai rasio anion di Gunung Potong, Desa Noongan oleh munculnya banyak gempa, maka sesudahnya
lebih besar daripada di Desa Tombasian Atas. Hal ini dapat terjadi pengeluaran gas. Ini berarti bahwa energi yang
disebabkan terutama oleh perbedaan waktu sampling dan dihasilkan dari gempa mendorong gas yang terperangkap
arah angin. Pengambilan sampel abu tanggal 3 Juli di Desa di dalam tubuh Gunung Dieng dan dikeluarkan melalui
Tombasian Atas dilakukan pada saat awal letusan terjadi rekahan-rekahan lama maupun rekahan baru. Gempa
(letusan dimulai pkl. 06.03 wita). Sementara sampel yang Hembusan juga berpengaruh dalam proses keluarnya
diambil tanggal 7 Juli (4 hari setelah letusan) di Gunung gas ke permukaan. Tektonik lokal atau tektonik jauh juga
Potong, Desa Noongan merupakan akumulasi abu yang mengambil peranan penting dalam proses keluarnya
dihasilkan dari awal sampai akhir letusan. Dalam satu gas kepermukaan. Terjadinya gempa Tektonik dapat
letusan, produk akhir letusan akan mempunyai kandungan mengakibatkan terbukanya rekahan sehingga gas dengan
volatile (terutama HF, HCl, dan SO2) yang lebih besar. mudah menerobos keluar dari tubuh gunung api.
Pada saat ini Gunung Soputan memiliki endapan abu Rekaman kegempaan 5 stasiun secara real time dilakukan
dilereng sebelah Timur dan Tenggara, apabila terjadi selama 11 hari berturut-turut dan menghasilkan data
hujan lebat akan mengakibatkan aliran lahar diantaranya rekaman dalam bentuk digital. Dari 5 stasiun tersebut
ke arah bantaran Sungai Popang, Kawangkowan, dapat dilakukan manifestasi perhitungan pusat gempa
Lowian Pinamangkolan, Ranowangko, Pontu, Royongan di Gunung Dieng. Hasil perhitungan pusat kegempaan di
Saluwangko, Royongan Walewangko, Kuala Kaluya, dan Gunung Dieng menunjukkan bahwa pusat kegempaannya
Kuala Palaus. Potensi bahaya lainnya adalah guguran lava menyebar tidak mengumpul pada suatu lokasi atau
tempat tertentu. Kedalaman pusat kegempaannya berada
sekitar 3.000 m di bawah permukaan laut. Tersebarnya
pusat kegempaan di Gunung Dieng dapat berhubungan
langsung dengan rekahan rekahan tempat keluarnya gas-
gas dari Gunung Dieng. Selama periode Tanggap Darurat
memang terjadi peningkatan aktivitas dari Gunung Dieng,
akan tetapi peningkatan aktivitas tidak terjadi terlalu
lama. Hal ini disebabkan karena kegempaanya menurun
secara drastis sehingga mempengaruhi aktivitas Gunung
Dieng. Trend grafik gas CO2 pada masa Tanggap Darurat
semakin menurun yang berarti suplai gas dari bawah
gunung api sudah mulai berkurang dan berkorelasi juga
dengan semakin konstannya grafik energi kumulatif (flat)
di Gunung Dieng.
Gambar 16.2 Rasio F/Cl dan Cl/SO4 pada abu letusan Gunung Soputan
Juli 2011.
yang telah dikembangkan adalah Proyek Pembangkit transmisi yang berada di dalam box peralatan
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Sarulla oleh Pertamina 5. Memasang tiltmeter pada dudukan yang telah
UNOCAL. Seluruh air panas di Gunung Sibualbuali disediakan. Kalibrasi sumbu Radial (Y) ke arah yang
terbentuk di bagian atas muka airtanah atau di bagian akan diukur, misalnya danau kawah dan sumbu
dangkal di dekat permukaan. Tangential (X) ke arah outlet untuk Gunung Kelud.
6. Memasang sensor suhu tanah. Masukkan sensor
16.1.5 Penyelidikan Geokimia Gunung Kelimutu, NTT ke dalam lubang hingga kedalaman sekitar 50 cm
agar suhu yang terukur tidak terpengaruh oleh suhu
Kelompok AD. Toba, AP. Toba, As. AeMutu, Ap. Jopu,
eksternal.
AP. Mutu Loo, AP. Watugana, AP. Aelawa bertipe sulfat.
7. Memasang sensor suhu udara pada lokasi yang
Hal ini menunjukkan bahwa air panas yang terbentuk
mewakili suhu udara setempat
mengandung gas-gas asam seperti CO2 dan H2S, Oksidasi
H2S menghasilkan H2SO4 menyebabkan air bersifat asam Bila terjadi ungkitan (inflasi) pada tubuh Gunung Kelud,
berada di daerah volcanic water yang berarti bahwa air maka tilt bernilai positif.
dipengaruhi oleh aktivitas gunung api.
Instalasi di Stasiun Penerima. Stasiun Penerima data
tiltmeter ditempatkan di Pos Pengamatan Gunung api.
Tahapan instalasi sebagai berikut:
1. Memasang komputer penerima data dengan sistem
operasi Windows
2. Memasang modem dan catu daya modem beserta
kabel data RS232 ke komputer.
3. Memasang antenna penerima yang dihubungkan ke
modem.
4. Setting terminal akuisisi data TLR yang meliputi port
(Kelud, port com 6) dan baudrate (Kelud 300 BPS).
5. Setting stasiun yang meliputi Nama Stasiun, Code
TLR, Title, Directory Penyimpanan Data dan Direktory
Gambar 16.6 Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3, digunakan untuk
mengelompokkan tipe air panas, dan diagram segitiga Na-K-√Mg Penyimpanan ke Database.
digunakan untuk menentukan asal air panas (Giggenbach dan Goguel, 6. Setting channel-channel data yang digunakan antara
1989). lain, data curah hujan, arah sumbu (radial dan
tangential), suhu tilt, suhu udara, suhu tanah, suhu
TLR, dan tegangan battery.
16.2 Rancang Bangun Balai Penyelidikan 7. Menginstal Program Tambora for Data Base. Program
dan Pengembangan Teknologi ini akan mengirim data ke BPPTK Yogyakarta via
Kegunungapian SMS (setting nomor telepon penerima). Kemudian
menginstal GSM modem, sim card, dan catu daya.
Dalam tahun 2011 Balai Penyelidikan dan Pengembangan Sesuaikan port com (com 5 di Gunung Kelud) dan
Teknologi Kegunungapian telah melakukan uji coba hasil
baudrate (115200 BPS di Gunung Kelud).
rekayasa dan rancang bangun peralatan pemantau gunung
api berupa tiltmeter dan pengukuran suhu di Gunung
Kelud, Gunung Tangkubanparahu, dan Gunung Bromo. 16.2.2 Proses dan Tahapan Instalasi Stasiun Pengukur
Suhu
Peralatan pemantau berupa tiltmeter dan pengukur
suhu kawah diinstal di Gunung Kelud, instalasi pengukur Peralatan ini akan mengukur suhu air danau kawah atau
suhu kawah dilakukan di Gunung Tangkubanparahu,
suhu solfatara/fumarola di kawah gunung api.
dan peralatan pemantau tilt meter di pasang di Gunung
Bromo. Instalasi di Lapangan. Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
16.2.1 Proses dan Tahapan Instalasi Tiltmeter a. Tentukan lokasi penempatan sensor suhu (solfatara/
Instalasi di lapangan. Langkah pertama yang dilakukan fumarola atau danau kawah) dan sistem TLR. Di
pada proses ini tahapan sebagai berikut: Gunung Kelud dipasang di outlet, sedangkan di
Gunung Tangkubanparahu dipasang di Kawah Ratu.
1. Memasang sistem catu daya yang terdiri dari solar b. Instalasi solar panel 18 Volt sebanyak 2 unit untuk
panel, accu, dan kabel koneksi. Tegangan awal accu mengisi accu dan antenna transmitter.
sekitar 12,35 volt sampai dengan 12,7 Volt. c. Instalasi sensor suhu kawah dan suhu udara, antenna,
2. Menyiapkan box dan kabel. catu daya, dan radio transmiiter.
3. Sistem telemetri diletakkan di dalam box sedemikian
rupa untuk mempermudah pemasangan konektor Untuk menghindari korosif, sensor (tipe LM 35)
serta mempermudah proses diwaktu melakukan dimasukkan ke dalam pipa PVC yang dicor dengan resin,
perawatan dan perbaikan di waktu mendatang. digunakan di Gunung Bromo, atau pipa stainless steel yang
4. Memasang antenna pada tiang antenna. Kabel dibungkus dengan plastik agar tahan air (water proof)
transmisi dan konektor. dihubungkan dengan sistem yang digunakan di Gunung Kelud.
Gambar 16.7 Contoh setting sistem akuisisi data dan database Tiltmeter
pada komputer penerima di Pos Pengamatan Gunung Kelud di
Margomulyo.
Gambar 16.8 Rangkaian sistem penerima di Kantor PVMBG, Bandung.
Kegiatan mitigasi bencana gempa bumi bertujuan retakan-retakan di jalan yang menghubungkan Kampung
melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana Urato dan Mayaghaido, Distrik Demba dengan arah
dan pengurangan risiko melalui tahap pra bencana, retakan barat-timur dan barat daya-timur laut serta terjadi
saat bencana, dan pasca bencana. Pada tahun 2011 nendatan sekitar 10 cm.
kegiatan tersebut antara lain penyelidikan tsunamigenik,
penyelidikan bencana gempa bumi, penyelidikan Analisis Geologi
amplifikasi, pemetaan KRB gempa bumi, pemetaan KRB Berdasarkan hasil Global CMT catalog, gempa tanggal
tsunami, penyelidikan sesar aktif, tanggap darurat gempa 26 Juni 2011 memiliki fokal mekanisme sesar mendatar
bumi, dan evaluasi risiko gempa bumi dan tsunami. (strike-slip) dengan arah dan kemiringan N 3230 E/870
serta sudut pergeseran 172o. Bukti aktivitas sesar tersebut
17.1 Bencana Gempa bumi Waropen, Papua dapat diamati di lapangan berupa retakan berarah N 280o
E – N 330o E).
Parameter Gempa bumi
Gempa bumi 26 Juni 2011 tidak memicu terjadinya tsunami
Gempa bumi utama terjadi pada hari minggu, 26 Juni karena berpusat di darat dan memiliki fokal mekanisme
2011, yang diikuti oleh tiga kali gempa bumi susulan. sesar mendatar dengan pergerakan vertikal yang sangat
Berdasarkan posisi dan kedalaman pusat gempa bumi, kecil. Kadang-kadang gempa bumi yang berasosiasi
gempa bumi ini diperkirakan berasosiasi dengan sesar dengan sesar mendatar dapat memicu terjadinya tsunami
aktif yang berada di sekitar pusat gempa bumi. lokal, karena terjadinya deformasi di daerah tarikan atau
tekanan akibat pergerakan sesar mendatar maupun akibat
Dampak Gempa bumi
material longsoran yang meluncur ke laut. Namun, gempa
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan wawancara bumi ini tidak disertai adanya longsoran yang meluncur ke
dengan penduduk, goncangan gempa bumi dirasakan laut.
di Kota Timika dan Wamena dengan intensitas II - III
skala MMI (Modified Mercalli Intensity), di kota Nabire
dengan intensitas III – IV. Goncangan gempa bumi
terasa kuat di Kota Biak dan Serui dengan intensitas IV
MMI dan menimbulkan kepanikan masyarakat. Di lokasi
yang dekat dengan pusat gempa bumi, yaitu Kabupaten
Waropen, intensitas gempa bumi mencapai VII MMI dan
mengakibatkan 1 orang meninggal, puluhan orang luka-
luka dan 26 bangunan, termasuk gedung sekolah, gereja
dan rumah penduduk mengalami kerusakan, terjadi
Gambar 17.1 Peta Intensitas Gempa Bumi Waropen, 26 Juni 2011 dan
Pukul Lintang Bujur foto kerusakan di Distrik Demba, Kabupaten Waropen.
Mag Kdlmn Keterangan
(WIB) (oLS) (oBT)
19.51.45 2.87 136.73 5,3 SR 30,0 km Gempa bumi susulan, BMKG Kegempaan
2.56 136.52 5,4 Mw 30,2 km Gempa bumi susulan, USGS Lajur Tunjaman Sulawesi Utara dan Lajur Tunjaman
2.43 136.90 5,1 Mw 55,0 km Gempa bumi susulan, GFZ Sangihe merupakan sumber gempa bumi utama yang
22.03.25 2.38 136.78 5,5 SR 36,0 km Gempa bumi susulan, BMKG melanda Gorontalo. Gempa bumi yang berasosiasi dengan
2.41 136.63 5,4 Mw 18,7 km Gempa bumi susulan, USGS
kedua lajur tunjaman tersebut pada umumnya berpusat
di bawah dasar laut. Gempa bumi yang terjadi di darat
2.43 136.71 5,3 Mw 10,0 km Gempa bumi susulan, GFZ
berasosiasi dengan sesar-sesar aktif yang bermekanisme
03.03.03 2.27 136.70 5,0 SR 10,0 km Gempa bumi susulan, BMKG
sesar mendatar. Gempa bumi darat yang berasosiasi
2.43 136.64 4,7 Mw 21,2 km Gempa bumi susulan, USGS dengan Lajur Tunjaman Sulawesi Utara memiliki
2.38 136.71 5,0 Mw 31,0 km Gempa bumi susulan, GFZ kedalaman pusat gempa bumi di atas 100 km.
Gempa bumi dengan kedalaman < 30 km pada umumnya Geoscience Australia (GA) sehingga diperoleh sebaran
berasosiasi dengan Jalur Tunjaman Sulawesi Utara. Gempa nilai percepatan gempa bumi (PGA) dengan kemungkinan
bumi yang berasosiasi dengan Lajur Tunjaman Sangihe terlampaui 10% untuk perioda ulang gempa bumi 500
Timur pada umumnya memiliki kedalaman sumber gempa tahun.
bumi di atas 100 km.
Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi di Wilayah
Provinsi Gorontalo dalam 20 tahun terakhir sering Gorontalo
diguncang gempa bumi tektonik dengan magnitudo 5 SR
atau lebih besar dengan intensitas maksimum IX MMI. Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa bumi wilayah
Skala MMI pada setiap daerah berbeda bergantung pada Gorontalo, disusun berdasarkan intensitas gempa bumi
kondisi geologi, jarak dari sumber gempa, kepadatan yang mungkin dihasilkan oleh kejadian gempa bumi
penduduk serta kondisi bangunan. Wilayah Gorontalo di wilayah sekitar. Intensitas yang digunakan dalam
sejak tahun 1941 - 2011 telah dilanda 6 kali gempa bumi pembuatan peta kawasan rawan bencana gempa bumi
merusak yang menyebabkan banyak kerugian jiwa dan merupakan konversi dari nilai percepatan yang diperloleh
harta benda. dari proses probabilistik. Wilayah provinsi Gorontalo
mencakup kawasan, yaitu kawasan rawan tinggi dan
sedang. Sumber gempa bumi yang paling berperan untuk
memberikan dampak yang tinggi, yaitu sesar Gorontalo
yang berada di darat. Keberadaan sesar Gorontalo dan juga
zona subduksi Minahasa yang sangat dekat menjadikan
wilayah Gorontalo sangat rawan terhadap gempa bumi.
Hal ini juga yang menyebabkan di wilayah Gorontalo tidak
terdapat zona kerawanan gempa bumi rendah dan sangat
rendah.
Gambar 17.3 Peta percepatan gempa bumi di permukaan pada periode Pada tahun 1797 dan 1833 terjadi gempa bumi besar
spektra 1 detik. yang melanda Kota Padang dan Bengkulu. Ada beberapa
Gambar 17.5 Pusat gempa bumi tahun 1797 dan 1833, data dari NGDC
Laju Potensi
(kiri) dan kejadian tsunami di Indonesia tahun 1976 – 2010, data dari Panjang Periode Mo Sejarah Gempa
Segmen penunjaman Gempa Bumi
(km) ulang (thn) (dyne/cm) Bumi
CMT solution (kanan). (mm/thn) (Mw)
slip atau deformasi sesar secara vertikal juga berbeda. Skenario C1 dilakukan dengan merubah posisi rupture area
Pemodelan dengan scenario A4 menghasilkan tinggi di sepanjang Sesar Mentawai tanpa mengubah parameter
maksimum tsunami 5,22m. Tinggi maksimum ini masih lain. Hasil pemodelan terhadap berbagai variasi posisi
lebih rendah daripada tinggi tsunami yang tercatat di rupture area, didapatkan tinggi maksimum gelombang
beberapa titik yang mencapai 15 m. Ketinggian tsunami tsunami adalah 11,06 m (Gambar 17.10).
di Sikakap menurut hasil survei adalah 0,8 - 1 cm atau
kurang sedangkan menurut skenario A4, tinggi tsunami
di Sikakap adalah 0,61 cm, tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan.
Skenario B1 adalah pemodelan dengan asumsi sumber
gempa bumi berasosiasi dengan Zona Subduksi Sunda,
khususnya Segmen Mentawai. Hasil pemodelan
menunjukkan bahwa tinggi maksimum gelombang
Gambar 17.10 Tinggi tsunami hasil pemodelan dari kiri ke kanan hasil
tsunami 11,08 m dan 20,65 m, masing-masing untuk skenario A4 (Variasi Rigiditas), B1 dan B2 (Gempa Bumi Subduksi),
rigiditas 30 GPa dan 20 GPa (Gambar 17.10). dan C1 (Sesar Mentawai), warna biru tua menunjukkan tinggi landaan
minimum (H=0), warna merah menunjukkan tinggi tsunami maksimum,
garis hitam adalah garis pantai.
Gambar 17.11 Zona Kerawanan Tsunami Kepulauan Pagai (kiri) dan Pulau
Gambar 17.9. Tinggi tsunami hasil survei di beberapa titik. Siberut dan Pulau Sipora (kanan).
Kegiatan mitigasi bencana gerakan tanah bertujuan aliran air sungai menjadi tinggi dan melanda semua yang
melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana ada di dasar dan bantaran sungai. Ketiga, tanah longsor
dan pengurangan risiko melalui tahap pra bencana, saat yang terjadi di kawasan hulu Kali Ngesong akibat adanya
bencana dan pasca bencana. Pada tahun 2011 ini kegiatan curah hujan yang tinggi yang menyebabkan material
tersebut antara lain berupa: peringatan dini gerakan tanah, longsoran meluncur ke daerah cekungan di bagian hulu
Kali Ngesong, yang berkembang menjadi banjir bandang
pemantauan gerakan tanah, penyelidikan gerakan tanah,
berupa campuran air hujan dan lumpur, pasir, dan kerikil.
pemetaan zona kerentanan gerakan tanah, penyelidikan
kestabilan lereng, tanggap darurat dan penyelidikan pasca
gerakan tanah. Mekanisme Terjadinya debris flow
Bencana gerakan tanah selama 2011 yang paling banyak Material longsoran yang telah menutupi bagian hulu
terjadi di Pulau Jawa, terutama Jawa Barat, Jawa Tengah aliran Kali Ngesong menyebabkan adanya penumpukan
dan Jawa Timur. Peristiwa gerakan tanah di daerah lainnya material longsoran pada hulu sungai. Setelah hujan
juga terjadi, tetapi dalam skala kecil (Gambar 18.1). selama beberapa jam maka terjadi akumulasi air, lumpur
Rekomendasi teknis penanggulangan bencana gerakan dan pasir yang bercampur dengan material longsoran
tanah telah disampaikan kepada Pemerintah Daerah dan menjadi semakin banyak dan membentuk tanggul alam
Instansi terkait. di daerah hulu sungai. Pada tanggal 18 Desember 2011
terjadi curah hujan yang sangat tinggi, sehingga tanggul
alam tidak kuat lagi menampung akumulasi air dan
35
material longsoran, akibatnya menjebol tanggul tadi.
30
29 Aliran air yang bercampur material longsoran ini bergerak
Jumlah Kejadian
Jateng
Jatim
DIY
Bali
NTT
NTB
Sulut
Sulsel
Sulteng
Sumut
Sumbar
Sumsel
Gorontalo
Aceh
Maluku
25
20 Rekomendasi teknis penanggulangan
Jumlah Korban
20
0
2
3
2
3 3
sudah tidak layak huni dan harus direlokasi ke tempat
yang aman.
Jabar
Jateng
Jatim
DIY
Bali
NTT
NTB
Sulut
Sulsel
Sulteng
Sumut
Sumbar
Sumsel
Gorontalo
Aceh
Maluku
Gambar 18.2 Titik lokasi longsoran yang terjadi pada lereng timur Gunung Pakuwaja (+ 2390 m) yang kemudian berkembang menjadi banjir bandang
melalui lembah Kali Ngesong.
Gambar 18.3 Kenampakan sebuah rumah di Dusun Sidorejo yang terlanda material banjir bandang berupa lumpur, pasir dan ranting ranting pohon.
Rekomendasi Teknis kelayakan relokasi bagi korban • Alternatif lokasi relokasi ke-2,
bencana Terletak pada blok Serang yaitu berjarak ± 1,5
Dari 3 alternatif calon daerah relokasi, alternatif ke -1 dan disebelah utara Kejajar, pada koordinat: 109º
ke -2 cukup layak sebagai daerah permukiman baru serta 56’ 43” BT dan 07º 14’ 06” LS, dengan luas ± 2 ha
aman dari ancaman terjadinya gerakan tanah dan banjir sehingga diperkirakan cukup untuk menampung
bandang. Ke dua lokasi tersebut masih termasuk wilayah sekitar 40 buah rumah (50%) pindahan dari Dusun
Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Sidorejo yang terkena maupun yang terancam banjir
yaitu: bandang. Lokasi ini terletak di sebelah selatan jalur
jalan antara Kejajar – Dieng dan disebelah selatannya
• Alternatif lokasi relokasi ke-1, terdapat aliran Kali Ngesong.
Terletak pada blok Podang yaitu berjarak ± 2 km
disebelah utara Kejajar, pada koordinat : 109º 56’ 42”
18.2 BENCANA GERAKAN TANAH DI PIDIE, ACEH
BT dan 07º 13’ 59” LS, dengan luas ± 1,5 ha sehingga
diperkirakan cukup untuk menampung sekitar 40 Dampak Gerakan Tanah
buah rumah (50%) pindahan dari Dusun Sidorejo Gerakan tanah dan debris flow atau di kalangan masyarakat
yang terkena bencana. Lokasi ini terletak di sebelah umum lebih dikenal dengan istilah banjir bandang.
utara jalur jalan antara Kejajar – Dieng dan disebelah Bencana ini terjadi di Kecamatan Tangse, Kabupaten
timurnya terdapat aliran Sungai Serayu. Pidie, Provinsi Aceh pada tanggal 10 Maret 2011 pukul
19.00 WIB yang diikuti dengan meluapnya beberapa aliran
Sungai Krueng Bale, Krueng Peunalom, Krueng Layan, dan 18.3 Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan
Krueng Mariyam. Tanah Daerah Aceh Singkil, NAD Dan
Berdasarkan rekapitulasi korban dan kerusakan Sidikalang, Sumut
infrastruktur akibat bencana alam banjir bandang (sumber
Posko Induk di Kecamatan Tangse) adalah sebagai berikut: Peta zona kerentanan gerakan tanah daerah Aceh Singkil
• 12 orang meninggal dunia dan sekitarnya dibagi menjadi empat zona kerentanan
• 2 luka berat gerakan tanah (Gambar 18.6), yaitu: zona kerentanan
• rumah rusak ringan gerakan tanah sangat rendah, rendah, menengah dan
• 1 bangunan SD rusak ringan, 1 gedung MAN rusak tinggi. Keterangan dari tiap zona tersebut tersebut adalah
ringan, 5 bangunan fasilitas Ibadah rusak berat dan 6 sebagai berikut:
bangunan lainnya rusak ringan.
• jalan negara sepanjang 610 m rusak, jalan kabupaten Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah
sepanjang 4175 m rusak
• 9 jembatan permanen rusak berat, 6 jembatan Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah
gantung rusak berat untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang
• Saluran PDAM rusak 3500 m atau tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan
• lahan pertanian rusak 92 Ha tanah lama maupun gerakan tanah baru, terkecuali pada
• pengungsi 1660 KK atau 6350 jiwa. daerah yang tidak luas di sekitar tebing sungai. Daerahnya
datar sampai landai, kemiringan lerengnya kurang dari
Kondisi Kerentanan Gerakan Tanah 15% dan lereng tidak dibentuk oleh material gerakan
Gerakan tanah yang terjadi tersebar di beberapa tempat, tanah lama dan bahan timbunan atau lempung bersifat
baik pada daerah perbukitan, tebing sungai maupun mengembang. Zona ini sebagian besar terdapat di bagian
tebing jalan, dengan ukuran panjang secara umum 10 – selatan daerah pemetaan, yaitu Sikoran, Nagapuluh,
75 m dan lebar 5 – 50 m. Daerah ini secara umum terletak Laebangun, Mandupang, Pangkarisan, Sidikalang,
pada zona kerentanan gerakan tanah menengah hingga Batutoru, Laemas, dan Rayarengo.
tinggi, artinya gerakan tanah di daerah ini dapat terjadi
terutama bila dipicu oleh curah hujan tinggi. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah
Penyebab dan Mekanisme Terjadinya Bencana Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk
terjadi gerakan tanah. Pada zona ini jarang terjadi gerakan
Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah adalah adanya tanah, jika tidak mengalami gangguan pada lereng, dan
hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi selama 7 hari jika terdapat gerakan tanah lama, lereng telah mantap
secara terus-menerus mengakibatkan lereng di beberapa
kembali. Gerakan tanah berdimensi kecil mungkin dapat
tempat menjadi labil dan bergerak. Material longsoran
yang terjadi bercampur dengan batangan kayu hasil terjadi, terutama pada tebing lembah (alur) sungai.
penebangan liar, sehingga menyumbat alur sungai atau Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 15%). Zona
membentuk bendungan alami yang kemudian jebol ini mempunyai penyebaran yang relative merata di daerah
karena tidak kuat menahan arus sungai sehingga terjadi pemetaan, yaitu disekitar Tigapanah, Sopobutek, Sumbari,
banjir bandang. Sibaban, Rumahijau, Sikunikan, Pearaja, dan Panjiporsea.
03° 00'
Rayarengo
DG. PANTAR Lau Lingga DAERAH SUBULUSSALAM, ACEH SINGKIL, NAD DAN
SIDIKALANG KAB. DAIRI, PROVINSI SUMATERA UTARA
ke n 1407,6
k eru TIGA PANAH
Pa Liang Baru
L. DK. DIAHAT
Batu Erdan
Laukersik
DK. SIBUATEN
Lae Manampan
Gunungsayang
Sopo Butek DG. TUNTANG 0 25 50KM
Barisan Siempang
Pangabuan DK . RAKOM
Sumbari Jumamejan
Sibaban 1554
Tampubolak
DG.SIRAUT Simanjumademe
Sempungpoling
Kentara Batuanggan
KETERANGAN
Pangkarisan Lae Langgiang
Rumahijau
g Laemas
an Gulungan SIDIKALANG
mp Sikunikan
Zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah
ale L.S
u
nc
.M arud
L en Panjiporsea
Pu
an
eleg
L.
L.B Buluhujung
Laetomel
DK. PANDOLAN Laembenturan Batutolu
1057 Zona kerentanan gerakan tanah rendah
bih L.
um Perlulukan DL. SIKOLINGKOLING Tombalsimbolon Re
L.K n un
mb ir
Kutagedung Sampeanbungu
L. ga
Laebangun
pangkalanpuge Jalan
Mandupang
r
enta
L .B
Sosor L. Cinendang
Selencang
Kota karangan Nantenun
Pearaja
Hutagalung
Sungai
L .R
Nagapaluh imba Sitapangan
kayu n
e
Situbutubu ar
c in Sosorkihing Panggabatan
an
L.P Tomauli Lokasi longsoran
DK. SIPAJEK
Biskang Siboas
T.2760 Sitataring
Sikoran DG. SIKONINGEN ca
254 ba
Sim A. Simonggo
02° 15'
02° 15'
L.
BARUS
Simargarap Simbara Pirim
98° 00' 98° 30'
Gambar 18.4 Peta situasi banjir bandang Aceh dan dampak gerakan Gambar 18.5 Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah di Aceh Singkil,
tanah yang diikuti banjir bandang terhadap permukiman di tepi sungai. Sabulusalam, NAD dan Sidikalang, Sumatera Utara dan sekitarnya.
dengan lembah sungai, gawir tebing jalan, atau jika 18.4 Pemantauan Gerakan Tanah Cianjur
lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat
Analisis Pemantauan Gerakan Tanah yang pada periode
aktif kembali terutama akibat curah hujan yang tinggi.
tahun 2011 dibandingkan dengan periode 2010,
Kisaran kemiringan lereng mulai dari agak terjal (15 - 30%)
berdasarkan hasil pengukuran secara geodetik ditunjang
sampai curam (> 70%). Zona ini penyebarannya yang
hasil pantauan visual dapat di uraikan sebagai berikut:
terluas terdapat di bagian tengah, utara, barat dan timur • Titik Pantau GP11, GPS8, dan MO27 yang mengalami
daerah pemetaan, yaitu di sekitar Nantenun, Hutagalung, pergeseran yang relatif besar.
Situbu-tubu, dan Sosorkihing, • Besarnya pergeseran vertikal, horizontal dan panjang
Titik pantau GP11 periode 2010-2011 adalan (-0,0262
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi m), (0,0252 m) dan (0,0364 m).
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk • Besarnya Pergeseran vertikal, horizontal dan panjang
titik pantau GPS8 (-0,0352 m), (0,0131 m) dan (0,0376
terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan
m).
tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah • Besarnya pergeseran vertikal Horizontal dan panjang
baru masih aktif bergerak akibat curah hujan tinggi dan titik pantau MO27 (-0,0400 m), (0,0097 m) dan
erosi kuat. Kisaran kemiringan lereng mulai dari terjal (0,0413 m).
sampai tegak ( > 70%). Meskipun vegetasi penutup baik, • Daerah yang aktif bergerak terletak pada bagian
namun struktur geologi yang berkembang sangat intensif mahkota dan kaki longsoran sedang bagian tengah
menyebabkan daerah ini mempunyai zona kerentanan relatif kecil sesuai dengan hasil pengukuran geodetik.
gerakan tanah tinggi. Zona kerentanan gerakan tanah
tinggi tersusun oleh Pakerukem, Gunung Sayang, Rakom,
Batuanggam, Sampenbungu, Siboas dan Pitim.
Aktif bergerak
0
50 100
meters
1250
INDEK LOKASI
Jakarta
JAWA BARAT
Gambar 18.8 Retakan pada badan jalan Ciloto – Cipanas dan daerah yang relatif bergerak.
DAERAH PORONG SIDOARJO penelitian gaya berat, bagian barat menjadi salah satu
target. Oleh karena itu interval titik pengamatan dilakukan
Badan Geologi telah melakukan penelitian gaya berat setiap 50 m, hal ini diharapkan dapat mengungkap struktur
di daerah Porong Sidoarjo dan sekitarnya. Penelitian bawah permukaan di daerah tersebut.
tersebut bertujuan untuk mengetahui deformasi bawah
permukaan dan pola struktur geologi yang berhubungan Hasil Penelitian
dengan semburan lumpur yang terjadi di daerah tersebut. Hasil pengukuran gaya berat mengindikasikan bahwa
Pengukuran gaya berat telah dilakukan tahun 2009 dan daerah-daerah yang berada di bagian barat merupakan
2010, yang sifatnya semi regional dengan jarak interval daerah yang terganggu akibat aktivitas lumpur dan menjadi
antara 250 m sampai dengan 500 m. pemicu reaktifnya struktur geologi bawah permukaan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah data gaya Namun demikian proses reaktivasi yang tertinggi adalah
berat lebih detail dari pengukuran gaya berat sebelumnya efek tekanan lumpur akibat beban lumpur kering dan
dan interpretasi struktur geologi bawah permukaan di tanggul lumpur pada tanah penutup dengan kedalaman
daerah Lumpur Sidoarjo dan sekitarnya. Sedangkan tujuan lebih kecil dari 200 m.
dari penelitian adalah untuk evaluasi deformasi geologi
Selain penafsiran dari peta anomali gaya berat maupun
bawah permukaan yang dikaitkan dengan keperluan
peta anomali gaya berat residual juga ditemukan lokasi
geosain dalam perkembangan luapan lumpur tersebut.
yang tidak stabil pada saat pembacaan gravimeter, daerah
Lokasi penelitian gaya berat daerah Lumpur Sidoarjo dan
sebelah barat tanggul sekitar Desa Siring, Desa Wunut,
sekitarnya secara administrasi termasuk Kecamatan
Desa Ketapang, Desa Kalisampurno, Desa Mindi dan Desa
Porong, Kecamatan Tanggulangin dan Kecamatan Jabon.
Pamotan. Hal ini menunjukkan bahwa daerah sebelah
Adapun desa-desa/kelurahan di kecamatan tersebut
barat kolam lumpur merupakan daerah terdampak
yang masuk dalam penelitian, meliputi: Kalitengah,
jika berdasarkan pengukuran gaya berat, berdasarkan
Gempolsari, Kalisempurno, Ketapang, Wunut, Pamotan,
penelitian deformasi GPS dan penelitian seismik dangkal.
Mindi, Gedang, Besuki, Kalitengah, dan Glagaharum. Desa
Namun daerah terdampak tersebut berada di daerah
atau kelurahan tersebut terletak di barat, timur, utara dan
Porong di luar kolam lumpur dinyatakan sebagai daerah
selatan tanggul Lumpur Sidoarjo.
terdampak bencana harus dilakukan kajian sosial secara
detail dan terstruktur.
Gambar 19.1 Peta Lokasi penelitian gaya berat daerah Lumpur Sidoarjo
dan sekitarnya.
Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah
evaluasi dari penelitian gaya berat tahun 2009/2010
dan sebaran tembusan gas/air berdasarkan hasil
Gambar 19.2 Peta Kontur anomali gaya berat
uji laboratoriumnya. Sebaran tembusan gas dan air daerah Porong dan sekitarnya (atas) dan
didominasi di bagian barat tanggul, sehingga dalam peta anomali sisa daerah Porong (bawah).
Daerah Pegantungan - Bakauheni Kabupaten Lampung ini. Pada daerah terpilih dilakukan pengamatan kondisi
Selatan dan Anyer, Banten morfologi untuk mengidentifikasi elemen morfotektonik
dan melakukan analisis struktur geologi pada batuan.
Daerah Pegantungan - Bakauheni di Pulau Sumatera
dan Anyer, Banten di Pulau Jawa, merupakan daerah Penelitian morfotektonik memberikan gambaran
yang direncanakan sebagai lokasi tapak Jembatan Selat mengenai pola tektonik yang tercermin di permukaan.
Sunda. Daerah tersebut berjarak ± 44,91 km dari Gunung Hasilnya akan sangat berguna sebagai salah satu data
Krakatau dan sekitar 43,98 km dari Sesar Semangko. Selain dasar bagi pembuatan Jembatan Selat Sunda. Penelitian
itu, daerah tersebut berada dekat dengan jalur subduksi dilakukan di daerah Bakauheni dengan pengamatan rinci
(± 278,66 km) dan sumber gempa dangkal 2006 (± 104,97 di Pegantungan dan Jering. Sedangkan pengamatan rinci
km). di daerah Anyer dilakukan di Meramang utara dan selatan,
serta Cipaseh.
Maksud penelitian adalah mengidentifikasi dan
menginventarisasi semua data rinci tentang sebaran Geomorfologi daerah Bakauheni didominasi oleh
kenampakan bentuklahan yang diakibatkan oleh kegiatan bentukan vulkanik yang terdenudasi, sedangkan di daerah
tektonik. Sedangkan tujuan penelitian antara lain Anyer bentukan vulkanik masih terlihat dengan jelas,
untuk mengenali, mempelajari dan mengelompokkan terutama pada satuan lereng kaki gunung api.
perwujudan (ekspresi) morfologi yang disebabkan oleh Morfotektonik daerah Pegantungan menunjukkan adanya
tektonik, serta mencari pengaruh negatif terhadap geseran pada sesar yang berarah barat laut – tenggara.
lingkungan morfologis (gawir sesar, amblesan, gerakan Sedangkan di daerah jering, elemen morfotektonik
tanah). yang dijumpai adalah sagpond, lereng rombakan, dan
gawir sesar tererosi. Morfotektonik daerah Cipaseh
Metodologi menunjukkan bahwa sesar berarah barat laut – tenggara
Metodologi penelitian menggunakan fasilitas inderaan lebih aktif dibanding yang berarah timur laut – barat
jauh yang diselaraskan dengan hasil tinjau lapangan daya. Elemen morfotektonik yang dijumpai pada Sesar
dengan metoda transek, khususnya pada daerah terpilih. Meramang antara lain, gawir sesar yang memanjang dari
Identifikasi sebaran kenampakan bentuk lahan yang Desa Gunungsugih, Kota Cilegon sampai dengan Desa
diakibatkan oleh kegiatan tektonik, berupa elemen-elemen Winong, Kabupaten Serang.
morfostruktur merupakan kegiatan utama penelitian
sangat diperlukan dalam pengelolaan sumber daya alam SHADDED LAYER KOMPOSIT
(minyak dan gas bumi dan mineral), perencanaan tata RELIEF INTENSITY RGB : 457
Pengamatan Singkapan
peta geologi tersebut telah dimulai tahun 2010. Pada tahun Laboratorium
2010 telah dilakukan untuk Pulau Sulawesi dan tahun 2011 DEM
(Posting 50 m) INTERPRETASI: INTERPRETASI:
resolusi yang tinggi lebih besar dari 10 m sangat membantu SKALA 1:50.000
PENAMBAHAN DATA
Tabel 21.1 Hasil analisis Geokimia Laboratorium dari contoh yang diambil 21.2 PEMETAAN HIDROGEOLOGI BERSISTEM SKALA
di lapangan 1:250.000
Prospek Pengembangan dan Pemanfaatan Air Tanah Pulau Sumbawa (Raba); Pemetaan Geologi Teknik Pulau
Sumbawa (Sumbawa Besar); Pemetaan Geologi Teknik
Mengenai kemungkinan pengembangan dan pemanfaatan Pulau Sumbawa (Taliwang); Pemetaan Geologi Teknik
air tanah di daerah ini dapat dikemukakan sebagai berikut: Daerah Negara, Provinsi Bali; Pemetaan Geologi Teknik
Air Tanah Tidak Tertekan, Air Tanah Tertekan, dn Mata Air. Daerah Buleleng, Provinsi Bali.
Gambar 21.10 Peta Indek Pemetaan Geologi skala 1:250.000. Bentangalam Daerah Lembar Sambas-Siluas mempunyai
6 satuan morfologi yaitu satuan: Lajur Pantai, Dataran
Aluvial, Undak Pasir Putih, Perbukitan Bergelombang
Rendah, Perbukitan Bergawir dan berlereng kemiringan
A. Daerah Lembar Sambas-Siluas
dan Perbukitan Terjal Terisolasi.
Daerah Lembar Peta Geologi Sambas-Siluas dibatasi
oleh koordinat 108º45’-110º15’ BT dan 1000’-2000’ LU;
sedangkan secara administrasi pemerintahan sebagian
besar termasuk Wilayah Kabupaten Sambas; hanya
sebagian kecil termasuk Wilayah Kabupaten Bengkayang
dan Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.
Daerah pemetaan dapat dicapai dari Jakarta dengan
pesawat terbang menuju kota Pontianak (ibukota Propinsi
Kalimantan Barat). Selanjutnya dari Pontianak dengan
menggunakan kendaraan roda empat menuju Sambas
melalui kota Kabupaten Mempawah dan Singkawang.
Untuk mencapai lokasi singkapan di Sambas dan
sekitarnya dapat menggunakan kendaraan, sedangkan
lokasi yang tidak dapat dilalui kendaraan roda empat atau
akan dilakukan dengan kendaraan bermotor roda dua dan Gambar 21.13 Peta Geologi Lembar Sambas-Siluas (Rusmana dkk., 1993).
jalan kaki.
B. Daerah Lembar Sanggau
Daerah Lembar Peta Geologi Sanggau dibatasi oleh
koordinat 109030’-111000’ BT dan 0º00’-1º00’ LU;
sedangkansecara administrasi pemerintahan sebagian
besar termasuk Wilayah Kabupaten Sanggau dan
Kabupaten Landak; hanya sebagian kecil termasuk
Kabupaten Sekadau dan Kabupaten Bengkayang, Propinsi
Kalimantan Barat.
Daerah pemetaan dapat dicapai dari Jakarta dengan
pesawat terbang menuju kota Pontianak (sebagai
ibukota Propinsi Kalimantan Barat). Kemudian dengan
menggunakan kendaraan roda empat dari Pontianak
menuju Sanggau melalui Tayan, Batangtarang, Sosok dan
Pusatdamai. Sebagai base camp dipilih Sanggau dan sub
base camp Ngabang dan Balaikarangan. Untuk pengecekan
singkapan menggunakan mobil dan lokasi yang tidak dapat
dilalui kendaraan roda empat akan dilakukan dengan
Gambar 21.11 Peta Administrasi Provinsi Kalimantan Barat.
kendaraan bermotor roda dua dan jalan kaki.
C. Geologi Regional
Formasi Banan berumur Trias Akhir berada di dalam
lingkungan laut dangkal sampai terbuka, dekat dengan
sumber batuan gunung api asam. Dalam waktu yang sama
di Sarawak diendapkan Formasi Sadong.
Granodiorit Mensibau dan Batuan Gunung Api Raya
terbentuk pada Kapur Awal yang memberikan bukti
adanya pertemuan tepi lempeng di sebelah utara.Studi
magnetpurba oleh Haile drr. (1977) yang menunjukkan Gambar 21.14 Peta Geologi Lembar Sanggau (Supriatna dkk, 1993).
tepian ini telah berputar 500 berlawan arah jarum jam,
kemungkinan menghadap suatu Samudera Pasifik Moyang
(ancestral).
Sumbat Gabro Biwa menerobos bagian utara dari Batolit
Schwaner di Nangataman dan Gabro Setinjam teralih
tempatkan pada Kapur Akhir mewakili material kerak
yang dalam ditandai oleh perdaunan dan perlapisan
serta kenaikan yang tetap dari landaian gayaberat kearah
singkapan.
Bukti bahwa daerah Sambas/Siluas dan Sanggau
menunjukkan intensitas kegiatan tektonik yang berkaitan
dengan pertemuan tepi lempeng telah berhenti atau
berpindah kearah utara sampai dengan akhir dari Kapur.
Pada pertengahan Eosen di Kalimantan Baratlaut Batuan
Gunung Api Serantak dan batuan terobosan Dasit Bawang
mengalih tempat. Pada saat yang sama Batuan Gunung Gambar 21.15 Foto kenampakan vegetasi pepohanan pada hutan
semi-primer, satuan geomorfologi pegunungan lipatan (ST-92 –Lereng
Nyaan dan Tufa Piabung yang seumur dan berlitologi timur Gunung Meluhu).
serupa bergerak lebih jauh ketimur mencerminkan
bahwa perenggangan kerak. Aktivitas tersebut mengawali
pembentukan sedimen membentuk Formasi Hamisan Batugamping Kristalin, Satuan Batugamping Terumbu,
Fluviatil disetarakan dengan dengan batupasir Oligosen di Satuan Batupasir konglomeratik, Satuan Batugamping-
Cekungan Melawi di Sanggau dan Sintang. bioklastik Kalkarenit, dan Aluvian.
Selama waktu Oligosen Akhir sampai Miosen Awal, stok STRUKTUR GEOLOGI
dan sumbat sub gunung api Batuan Terobosan Sintang
teralihtempatkan ke seluruh daerah Lembar, terutama di Struktur geologi yang berkembang di kedua lembar, yakni
sekitar sentuhan Granodiorit Mensibau. struktur lipatan dan sesar. Struktur lipatan pada umumnya
D. Pemetaan Kendari
Daerah penelitian baik Lembar Pohara maupun Lembar
Kendari, dapat dikelompokkan atas: Satuan geomorfologi
pegunungan lipatan, Satuan geomorfologi perbukitan,
Satuan geomorfologi perbukitan karst serta, dan Satuan
geomorfologi pedataran, rawa dan pantai.
MINERALISASI
Gambar 21.21 Seretan sesar pada batugamping kristalin (Lokasi: Desa Tondowatu, Kec.
Sawa).
Abu-abu kehitaman,
Aluvial Aluvial endapan sungai, rawa dan
Aluvial
pantai
Putih terang-kekuningan,
keras, bagian bawah
Batupasir Batupasir mengalami gejala
Batupasir metamorfisme lemah
berbutir kasar-halus,
sisipan batulumpur, 10-60
cm, silang - siur
Gambar 21.22 Grafik Korelasi unit litologi Lembar Pohara dan Lembar Kendari.
Metode Penelitian
1. Melakukan penelitian lapangan pada lokasi
penampang-penampang yang mengandung fosil
dengan tepat beserta singkapan-singkapan batuan
untuk mengetahui keragaman fauna dan lingkungan
pengendapan di sekitar masa transisi Oligosen-
Miosen.
2. Merelokasi kembali lokasi-lokasi yang mengandung Gambar 22.1 Peta lokasi penelitian di sekitar Berau pada Sesi II.
fosil di daerah Sangkulirang yang pernah dilakukan
pemercontohan pada awal abad XX dan data
keragaman fauna regional.
3. melakukan perhatian khusus pada lokasi-lokasi yang
mengandung fosil yang pengawetannya lebih baik,
yang mungkin mengandung fosil yang cocok untuk
dilakukan penelitian rekonstruksi iklim yang terperinci
dengan menggunakan analisis isotop (stable isotope).
Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan terhadap formasi-formasi
batuan yang diperkirakan berumur Oligo-Miosen yang
tersebar di sekitar Tanjung Redep. Lokasi-lokasi penelitian
tercakup dalam lembar peta geologi Lembar Tanjung
Redep dan Muaralasan skala 1:250.000.
Hasil Penelitian
Gambar 22.3 Lokasi pengamatan di sekitar Bontang.
Dari hasil penelitian lapangan telah dilakukan pembuatan
penampang stratigrafi di dalam Formasi Latih, di samping
daerah-daerah lainnya yang dibuat secara terus-menerus daerah sungai Sipang. Keberadaan fosil ikan ditemukan
atau berulang-ulang untuk mendapat hasil yang lebih pada litologi batulempung abu-abu menyerpih pada
baik dan pemercontohan yang sistematis. Penelitian Formasi Sangkarewang yang diinterpretasikan merupakan
Formasi Latih ini merupakan penelitian Tim Pusat Survei endapan danau. Di lokasi yang telah ditelusuri lebih detil,
Geologi sebagai bagian dari penelitian besar bersama Tim bahwa litologi batulempung abu-abu menyerpih dengan
Throughflow. ketebalan 0,1 – 0,3 cm. Berdasarkan ketebalan yang sangat
Dalam penampang stratigrafi terlihat bahwa Formasi tipis, dengan ditemukan fosil ikan dan diinterpretasikan
Latih diawali oleh pengendapan batupasir halus karbonan bahwa ketebalan serpih tersebut berada pada lingkungan
dengan sisipan batubara setebal 30 cm. Kemudian yang mendekati terrestrial/lingkungan pasang surut yang
diendapkan lempung abu-abu, serpihan dan lapisan relatif mendekati daratan tepi cekungan.
batubara setebal 2,50 m, getas, terkekarkan. Batubara
ini kemudian ditindih oleh endapan batupasir halus, C. Survei Koleksi Geologi Daerah Lembar Rembang, Jawa
lempungan (7,0 m). Lapisan ini kemudian diikuti oleh Tengah
pengendapan perselingan batulanau atau batupasir Hasil kegiatan terkumpul sebanyak 89 contoh batuan dari
halus karbonan dengan batupasir bintalan (kongkresi) 66 titik lokasi pengamatan mewakili semua formasi batuan
yang tebal. Di dalam penampang sering ditemukan yang terdapat pada Peta Geologi Lembar Rembang, yaitu:
bidang ketidakselarasan atau bidang erosi. Di beberapa Formasi Tawun (Tmt) 8 perconto, Formasi Ngrayong (Tmn)
lapisan terlihat adanya fosil jejak berupa lubang-lubang 19 perconto, Formasi Bulu (Tmb) 19, Formasi wonocolo
vertikal, yang menunjukkan pengendapan terjadi pada (Tmw) 2, Formasi Ledok (Tml) 8, Formasi Mundu (Tmpm)
lingkungan laut dangkal. Lapisan batubara tipis (25 cm) 13, Formasi Lidah (QTpl) 2, Endapan Gunung api Lasem
kemudian ditemukan di bagian atasnya di atas batupasir (Qvl) 8, Endapan Gunung api Muria (Qvm) 10 perconto.
arkos dan perarian. Ke atasnya lapisan-lapisan banyak
didominasi oleh batupasir halus atau batulanau karbonan D. Survei Koleksi Geologi Daerah Lembar Ponorogo, Jawa
mengandung lapisan-lapisan tipis siderite. Timur
Berdasarkan data penampang stratigrafi dapat disimpul- Hasil kegiatan terkumpul sebanyak 174 contoh batuan
kan, bahwa pengendapan Formasi Latih umumnya pada dari 91 titik lokasi pengamatan, mewakili semua formasi
lingkungan darat dan sebagian dekat pantai. Hampir se- batuan yang terdapat pada Peta Geologi Lembar
luruh lapisan mengandung lapisan-lapisan tipis siderite Ponorogo, yaitu: Formasi Dayakan (Tomd) 11 perconto,
dan batuannya berupa batupasir halus atau batulanau, Formasi Watupatok (Tomw) 12, Formasi Semilir (Tms) 11,
mengandung bintalan atau kongkresi oksida besi dan ke- Formasi Nglanggran (Tmn) 32, Formasi Sampang (Tmsl)
mungkinan berupa siderit. Formasi Latih kemungkinan 6, Formasi Wonosari (Tmwl) 4, Tuf Jobolarangan (Qvjt) 6,
diendapkan dalam lingkungan delta dan fluviatil (sungai) Breksi Jobolarangan (Qvjb) 8, Batuan Gunung api Lawu
dekat pantai. Selama pengamatan tidak ditemukan fosil- (Qvl) 15, Lava Anak (Qval) 7, Lahar Lawu (Qlla) 51, Batuan
fosil laut yang jelas. Formasi Latih kemungkinan merupa- Terobosan Andesit (Tma) 2, Batuan Terobosan Dasit (Tmd)
kan bagian akhir dari suatu sistem pengendapan delta di 8, dan Batuan Terobosan Basal (Tmb) 1 perconto.
Kalimantan Timur di bagian darat.
E. Survei Koleksi Geologi Daerah Lembar Garut dan
Pameungpeuk, Jawa Barat
22.2 KEGIATAN SURVEI/KAJIAN LAPANGAN
Terkumpul sebanyak 451 contoh batuan dari 191 titik
A. Survei Koleksi Geologi Daerah Lembar Kudus, Jawa lokasi pengamatan, mewakili semua formasi batuan
Tengah yang terdapat pada Peta Geologi Lembar Garut dan
Hasil survei lapangan ini terkumpul sebanyak 106 contoh Pameungpeuk, yaitu: Formasi Bentang (Tmpb) 130
batuan dari 61 titik lokasi pengamatan mewakili semua perconto, Anggota Sukaraja Formasi Benatang (Tmbs)
formasi batuan yang terdapat pada Peta Geologi Lembar 6, Formasi Jampang (Tomj) 18, Breksi Tufan (Tpv) 67,
Kudus, yaitu: Formasi Ngrayong (Tmn) 2 percontoh, Batuan Gunung api Tua Tak Teruraikan (QTv) 50, Batuan
Formasi Bulu (Tmb) 21, Formasi Patiayam (Tpp) 23,Batuan Gunung Api Guntur-Pangkalan dan Kendang (Qgpk) 12,
Gunung api Genuk (Qvg) 1, Tuf Muria (Qvtm) 51, dan Lava Batuan Gunung Api Kiamis (Qko) 3, Batuan Gunung Api
Muria (Qvlm) 8 percontoh. Sangianganjung Tak Teruraikan (Qsu) 12, Tuf Batuapung
dan Breksi (Qpb) 19, Batuan Gunung Api Mandalawangi-
B. Penelitian Fosil vertebrata di Formasi Sangkarewang, Mandalagiri (Qmm) 12, Batuan Gunung Api Kracak-
Daerah Sungai Sipang, Ombilin, Sumatera Barat Puncakgede (Qkp) 13, Batuan Gunung Api Muda Gunung
Papandayan (Qyp) 39, Batuan Gunung Api Muda Gunung
Maksud penelitian adalah melacak dan menemukan fosil Cikuray (Qyc) 18, Batuan Gunung Api Muda Gunung
burung dan ikan di Formasi Sangkarewang yang berada di Kaledong (Qyk) 3, Endapan Rempah Lepas Gunung Api
Cekungan Ombilin, Sumatera Barat, sekaligus bertujuan Muda Tak Teruraikan (Qypu) 32, Rempah Lepas Gunung
untuk menambah data guna studi lebih lanjut mengenai Api Papandayan (Qhp) 1, Lava Guntur (Qhg) 6, dan Andesit
lingkungan masa lalu. Berdasarkan informasi sebelumnya (Tpi (a) 10 perconto.
pada masa kolonial Belanda (Musper, 1936; dan internal
report), telah ditemukan fosil ikan dan fosil burung di
F. Penelitian Pendahuluan Fosil Vertebrata di Daerah H. Pengkajian Fenomena Geologi (Geo-Site) Daerah
Sumba Timur dan sekitarnya, Nusa Tenggara Barat Lombok
Lokasi Watumbaka Kegiatan lapangan ini dilaksanakan dalam rangka
Berada di kelurahan Kawangu, tepatnya di aliran Sungai penelitian tentang sejarah dan karakteristik Kompleks
Watumbaka dengan lapisan Napal yang merupakan dasar batuan vulkanik bawah laut Daerah Kuta-Lombok, untuk
dari batugamping klastik, dengan lokasi di daerah batas mengidentifikasi keunikan dan keunggulan daerah
antara kelurahan Kawangu dengan Watumbaka S 090 40’ tersebut sebagai Warisan Geologi (Geo-heritages) dalam
28,9”, E 1200 21’ 20,8”. Seperti pernah ditemukan lokasi konteks vulkanik bawah laut. Dalam mencari data primer
fosil Stegodon kerdil sebelumnya (Sartono, 1979), lokasi terkait dengan kegiatan, tim telah mengamati di 16 titik
fosil rahang gajah Stegodon berada di daerah sekitar tepi lokasi pengamatan dengan karakteristik berbeda. Adapun
pantai di kelurahan Watumbaka km. 14 dari Waingapu titik pengamatan tersebut terdiri dari: Morfologi regional
dengan posisi S 090 39’ 47.0”, E 1200 21’ 26,2”, diduga Kuta, Geres, Pantai Koreiko, Pusuk Sembalun, Gerupuk,
merupakan sisa gajah yang terisolir dan proses fosilisasinya Gerupuk High, Gerupuk High 2, Gn. Benjon-Seger, Gn.
yang unik sehingga sulit diketemukan serpihan ataupun Seger 1, Gn. Seger 2, Teluk Tanjung An Nasdem, BT. Bongo,
fragmen permukaan maupun sisa/bekas fosil lain. Bt Bongo 2, LTDC Bongo, Seberang Novotel, Sebelah
Novotel
Lokasi Lewa Paku (Lewa PU)
Berada di desa Lewa Paku, 62,5 km barat dari Waingapu, I. Pengkajian fenomena Geologi (Geo-site) Daerah
di rumah mendiang Cornellis Ngongo Bani, dari petunjuk Bohorok-Langkat, Sumatera Utara
penemuan tahun 1977-1982. S 090 41’ 48,5” dan E 1190 Geologi daerah Bohorok dan sekitarnya
52’ 23,4”, dipertegas pula oleh Andreas Pati Landi,
Secara tektonika kawasan ini berada pada Lajur Busur
tetangganya yang juga membuat sumur dan menemukan
Magmatik Barisan dan sebagian kecil Lajur Busur Belakang
pecahan fosil pada awal tahun 1980-an.
Sumatera. Batuan tertua di wilayah ini adalah batuan
Pratersier berumur Paleozoikum dari Kelompok Tapanuli
G. Survei Geologi untuk Pembuatan Materi Edukasi di yang terdiri atas Formasi Pangururan (batusabak, pualam,
Daerah Bojonegoro, Jawa Timur dan batulumpur) dan Formasi Bohorok (batupasir
Di daerah Bojonegoro terdapat beberapa lokasi yang kaya konglomeratan berkomponen sekis, kuarsit, batuan
dengan temuan fosil vertebrata dan invertebrata, yaitu: granitan, pualam, dan urat kuarsa). Secara tak selaras
Kelompok Tapanuli ditutupi oleh batuan berumur
Temuan Fosil Vertebrata Prangi, Desa Prangi,
Mesozoikum dari Kelompok Peusangan yang terdiri atas
Kecamatan Padangan
Formasi Kualu (batu pasir kuarsa dengan sisipan serpih
n Taji, Desa Taji, Kecamatan Tambakrejo Ndempul,
di bagian atas, batulumpur, batulanau, sisipan batupasir
Desa Wotanngare, Kecamatan Kalitidu
halus, dan batugamping) dan Formasi Sibaganding
n Sungai Kalitidu, Brangkal, Desa Wotanngare,
(batugamping bioklastika). Batuan Tersier di daerah Toba
Kecamatan Kalitidu
- Samosir terdiri atas Kelompok Jambuaye yang disusun
n Bengawan Solo, Dukuh Kampak, Desa Tanggir,
oleh satuan batuan sedimen dari Formasi Parapat (batu
Kec. Malo
pasir kuarsa dan konglomerat) dan satuan batuan gunung
Temuan Fosil Invertebrata Kali Kedunglantung, Desa api Formasi Haranggaol (tuf sela dan piroklastika berumur
Drenges, Kec. Sugihwaras Oligo-Miosen) dan Formasi Simbolon dan Takur-takur
n Bukit Jonorejo, Desa Jonorejo, Kecamatan yang berumur Plio-Plistosen. Batuan gunung api lava
Temayang dan piroklastika seperti Formasi Pusukbukit, Toba tuf,
n Buntalan, Desa Buntalan, Kecamatan Temayang Sipisopiso dan Formasi Samosir serta endapan danau
n Kaligandong, Clili, Desa Ngrejeng, Kec. Purwosari merupakan satuan batuan paling muda di wilayah Toba-
Samosir.
Gambar 23.5 Sampul depan Buletin Sumber Daya Geologi Tahun 2011.
24.1 Pengembangan Sistem Informasi rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif
dan efisien. Melalui pekerjaan ini akan dilakukan peman-
Kegiatan pengembangan jaringan sistem informasi serta faatan dan penataan sistem manajemen dan proses kerja
pengelolaan data dan informasi geologi: di lingkungan Sekretariat Badan Geologi dengan mengopti-
malisasikan pemanfaatan Teknologi Informasi Berbasiskan
1. Integrasi Sistem Informasi Badan Geologi e-Government. Pemanfaatan Teknologi Informasi tersebut
Hasil dari Kegiatan ini adalah terbentuknya suatu sistem/ mencakup aktivitas-aktivitas berkaitan:
aplikasi penelusuran (katalog) dokumen/laporan terpusat a. Pengolahan, pengelolaan data dan informasi sistem
secara online yang terintegrasi dari database perpustakaan manajemen dan proses kerja berbasiskan elektronik
unit-unit di lingkungan Badan Geologi. b. Pemanfaatan kemajuan teknologi aplikasi agar terciptanya
pelayanan publik yang transparan, akuntabel, efisien dan
Sesuai dengan kesepakatan dengan seluruh anggota tim, efektif.
pada Tahun Anggaran 2011 pembuatan aplikasi katalog
perpustakaan ini yang diintegrasikan ke aplikasi yang Untuk melaksanakan maksud tersebut pengembangan
dibangun saat ini adalah aplikasi katalog perpustakaan Pusat e-Government diarahkan untuk mencapai beberapa tujuan
Sumber Daya Air Tanah dan Geologi, hal ini dilakukan karena yaitu:
sistem aplikasi katalog perpustakaan di Pusat Sumber Daya a. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan
Air Tanah dan Geologi Lingkungan dianggap telah siap. data dan informasi yang memiliki kualitas dan lingkup
yang dapat memuaskan kebutuhan internal akan data
Selanjutnya unit-unit lain secara bertahap akan menyusul
dan informasi dan juga kebutuhan publik masyarakat
membangun sistem aplikasi katalog perpustakaan online ini,
seluruh Indonesia akan kebutuhan data Geologi.
dimana pembuatannya akan memperhatikan kompatibilitas
b. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha
dengan sistem aplikasi yang dibangun oleh Sekretariat Badan
untuk meningkatkan perkembangan perekonomian
Geologi sehingga aplikasi yang dibuat akan dengan mudah
nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi
dapat diintegrasikan dengan sistem yang ada di Sekretariat
perubahan dan persaingan perdagangan Internasional
Badan Geologi.
c. Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan
lembaga-lembaga Negara serta penyediaan fasilitas
2. Pengembangan Web GIS Badan Geologi dialog publik bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi
Webgis Badan Geologi yang saat ini telah dapat diakses dalam perumusan kebijakan Negara
melalui website Badan Geologi (www.bgl.esdm.go.id) pada d. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang
menu geogis, akan terus disosialisasikan oleh seluruh anggota transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan
Tim Pengembangan Web GIS Badan Geologi, baik melalui layanan antar institusi baik internal maupun eksternal,
rapat-rapat maupun melalui perorangan. dengan cara:
• Membangun sistem aplikasi yang akan membantu
Tim Pengembangan Web GIS Badan Geologi TA 2011 telah dalam proses operasional yang terjadi dalam lingkup
berhasil mengumpulkan data dan informasi dari seluruh unit sekretariat,
di lingkungan Badan Geologi. • Menyediakan sebuah sistem otomasi kantor
Data dan Informasi yang telah dikumpulkan kemudian di berbasiskan e-Government,
input ke database webgis Badan Geologi oleh pihak ketiga • Membangun sebuah portal informasi di bidang
yang didampingi dan disupervisi oleh Tim Pengembangan kebumian yang dapat berperan sebagai gerbang
Web GIS Badan Geologi. informasi publik Badan Geologi,
• Menyediakan informasi data geologi bagi masyarakat
Webgis Badan Geologi telah berhasil diupdate dengan data secara komprehensif dan detail.
dan informasi terbaru hasil kegiatan Tim Pengembangan
Webgis Badan Geologi. Data dan Informasi yang berhasil di Kegiatan Pengembangan e-Government T.A. 2011 Badan
update pada kegiatan TA 2011 adalah sebagai berikut: Geologi sesuai dengan arahan Kepala Badan Geologi
• Data Sumber Daya Geologi mempriortaskan pada pengembangan website Badan
• Data Sumber Daya Air Tanah Geologi yang lebih matang, hal ini disebabkan website Badan
• Data Kebencanaan Geologi Geologi merupakan pintu gerbang penyebaran informasi
kepada publik secara online. Website Badan Geologi saat ini
3. Pengembangan E-Gov Badan Geologi masih dirasakan kurang baik dari sisi penyajian maupun dari
Pekerjaan Pengembangan Aplikasi e-Government, dimaksud- sisi konten, oleh karenanya Tim melalui metoda koordinasi
kan sebagai upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan serta wawancara dengan beberapa narasumber mencoba
tata kelola pemerintahan yang berbasiskan elektronik dalam merancang website Badan Geologi dengan mengakomodir
• Berita Terkini
Modul ini disiapkan untuk diisi dengan berita-berita
terbaru.
• Publikasi Terakhir
Modul ini berisikan informasi mengenai publikasi
terbaru yang dihasilkan oleh Badan Geologi.
• GeoGIS
Modul ini berisikan informasi hasil kegiatan yang
dilakukan oleh Badan Geologi yang disajikan dalam
bentuk Sistem Informasi Geografis (Geographic
Information System)
Gambar 24.8 Tampilan GEOGIS di website Badan Geologi. Gambar 24.10 Akses On line e-journal.
SMU/
Bulan TK SD SLTP PT UMUM ASING JUMLAH
SMK
Januari 663 3.027 13.271 5.969 1.670 5.958 129 30.687
500.000
450.000
400.000
350.000
Jumlah Pengunjung
300.000
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
ISI LANTAI 1
Peta Aceh
Peta(di
Aceh di Lobby
Lobby)
Memorial Hall
Memorial Hall
Lorong Tsunami
Lorong Tsunami
Bendera
Bendera Sumur Doa
Sumur Do’a
Jembatan
Jembatan
Museum Geologi lantai 2, sayap barat. Pameran ini koleksi fosil stegodon dari Flores yang merupakan
diikuti oleh Sekretariat Badan Geologi, Pusat Survei hasil penelitian terbaru. Jumlah pengunjung yang
Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana datang ke stand Museum Geologi yang tercatat di
Geologi, Pusat Sumber daya Air Tanah dan Geologi buku tamu mencapai 238 orang.
Lingkungan, Pusat Sumber Daya Geologi, PT. Chevron,
7. Pameran Keliling Bersama Subang 2011
PT. Bukit Asam, dan PT. Freeport.
Pameran Keliling Bersama yang diselenggarakan oleh
3. Pameran Museum Geologi di Bojonegoro Museum Negeri Sri Baduga, Bandung. Bertujuan
Pameran berlangsung tanggal 2-3 Maret 2011 untuk meningkatkan apresiasi masyarakat dan
bertempat di Aula Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengoptimalkan peran museum sebagai media
Bojonegoro, Jl. Teuku Umar No. 80 Bojonegoro. pendidikan, penelitian dan rekreasi untuk masyarakat
Koleksi yang ditampilkan berupa koleksi batuan di daerah, berlangsung di Kabupaten Subang mulai
(beku, sedimen, malihan), mineral (logam dan non- tanggal 9 – 12 November 2011, bertempat di Gedung
logam) dan fosil (moluska dan vertebrata). Selain Wisma Karya, Jalan Ade Irma Suryani no. 2, Subang,
itu juga dipamerkan koleksi batuan dan fosil yang dan diikuti oleh 9 peserta, yaitu: Museum Sri Baduga,
berasal dari daerah Bojonegoro dan sekitarnya. Total Museum Konferensi Asia Afrika, Museum Geologi,
pengunjung di pameran Bojonegoro yang tercatat Museum Pos Indonesia (Bandung), Museum Basoeki
berjumlah 1.504 orang. Abdullah (Jakarta), Museum Transportasi, TMII
4. Pameran Museum Geologi di Solo (Jakarta), Museum Rumah Sejarah Kalijati-Subang,
Museum Pemerintah Daerah Subang, dan Museum
Koleksi yang dipamerkan berupa koleksi batuan
Amerta Dirgantara Mandala Lanud Suryadarma
mineral dan fosil, yang berasal dari Solo. Ditampilkan
Kalijati (Subang). Jumlah pengunjung yang tercatat di
juga banner berupa profil Museum Geologi, visi
buku tamu mencapai jumlah 594 orang.
misi Museum Geologi, peranan Museum Geologi
dalam dunia pendidikan, terbentuknya kepulauan 8. Pameran dalam rangka memperingati hari Ulang
Indonesia, batuan mineral, kars, fosil, keberadaan Tahun Museum Geologi ke-82 dengan tema
fosil vertebrata di daerah Solo dan sekitarnya. ”Bersama Museum Geologi, wujudkan sadar
Geologi”, diselenggarakan oleh Museum Geologi
5. Pameran Ikatan Ahli Geologi Indonesia-Himpunan Bandung tanggal 15-22 Mei 2011.
Ahli Geofisika Indonesia
Dalam rangka pertemuan tahunan Ikatan Ahli
Geologi Indomesia dan Himpunan Ahli Geofisika
Indonesia yang dilaksanakan di Makasar, dilakukan
pameran yang berkaitan dengan kegeologian.
Museum Geologi menjadi peserta pameran dan
bernaung di bawah gerai Badan Geologi. Pameran
diselenggarakan pada tanggal 26-30 September
2011 dan pameran diikuti oleh unit-unit kerja yang
berada dibawah Kementrian ESDM, serta berbagai
perusahaan di sektor pertambangan dan Universitas.
Tema yang diusung adalah sejarah pertambangan di
Indonesia. Museum Geologi membawa koleksi fosil Gambar 25.2 Pameran Peringatan Ulang Tahun Museum
stegodon dari Flores yang merupakan hasil penelitian Geologi.
cekungan Soa yang dilakukan atas kerja sama Badan
9. Pameran Hari Pertambangan dan Energi ke-
Geologi dengan Universitas Wollongong (Australia).
66, dengan tema Smart Green City Planning,
6. Pameran Hari Pertambangan Indonesia 2011 diselenggarakan pada tanggal 27 September - 2
Peringatan Hari Pertambangan tanggal 28 September Oktober 2012 di Museum Graha Widya Patra TMII,
ini dilakukan pameran pertambangan dan energi di Jakarta.
Museum Minyak dan Gas Bumi “GAWITRA”, Museum
Listrik dan Energi Baru di Taman Mini Indonesia
Indah, Jakarta. Pameran diselenggarakan sampai
dengan 2 Oktober 2011, bertempat di halaman
Museum Minyak dan Gas Bumi “GAWITRA”, Museum
Listrik dan Energi Baru. Tema pameran adalah “Kita
Tingkatkan Peran Sektor ESDM Guna Terwujudnya
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Energi yang
Berkeadilan”.
Museum Geologi membawa koleksi bersejarah
berupa peralatan survei geologi yang digunakan
sebelum masa Perang Dunia Kedua, serta membawa Gambar 25.3 Pameran Hari Pertambangan dan Energi di TMII
jakarta.
Gambar 25.5 Suasana Lokakarya Publikasi Kebumian di Auditorium Gambar 25.7 Dr. Yun Yunus Kusumahbrata memaparkan pengelolaan
Geologi. Jurnal Kebumian di Indonesia pada acara International Workshop on
Editorial Board of Geoscience Journals in East and Southeast Asia di
Bandung.
25.4 SEMINAR
1. Pemaparan Makalah Kebumian di Auditorium 25.6 WORKSHOP
Geologi, Bandung pada tanggal 16 November 2011.
Dr. Suryantini tampil sebagai presenter terbaik pada 1. Workshop Geologi Lingkungan ”Optimalisasi
acara Pemaparan Makalah Kebumian, 16 November Informasi Sektor Energi Dan Sumber Daya Mineral
2011 di Auditorium Geologi Bandung. Sementara Untuk Mendukung Rencana Tata Ruang Wilayah
itu presenter tuan rumah Badan Geologi, Asep K. Nasional/Daerah”
Permana, S.T., M.Sc. yang mewakili Jurnal Sumber Workshop dilaksanakan pada tanggal 8 September
Daya Geologi, meraih gelar presenter terbaik kedua. 2011 selama 1 hari, bertempat di Hotel Cemara
Dr. Aswan dari ITB menjadi presenter terbaik ketiga Jakarta. Kegiatan workshop ini dilaksanakan oleh
mewakili Majalah Geologi Indonesia terbitan Ikatan Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan.
Ahli Geologi Indonesia. Narasumber sebanyak 7 orang, berasal dari Badan
2. International Workshop on Editorial Board of Geologi, Ditjen Migas, Ditjen Kelistrikan, Ditjen
Geoscience Journals in East and Southeast Asia, Minerba Kementerian ESDM dan Ditjen Penataan
tanggal 21 – 23 November 2011 bertempat di Hotel Ruang Kementerian PU. Acara ini dihadiri oleh
Holiday Inn. sekitar 100 peserta, yang berasal dari Kementerian
Gambar 25.8 Kegiatan workshop air tanah di Jakarta. berbagai instansi di wilayah daerah rawan letusan
gunung Merapi, antara lain: Bappeda Kabupaten/
Kota, Dinas dan Instansi terkait di Kabupaten/Kota/
2. Workshop Air Tanah ”Pengelolaan Air Tanah dalam Provinsi meliputi, BAPPEDA, Dinas Pertambangan,
Rangka Mendukung Kebijakan Nasional Sumber Dinas Kimpraswil, perguruan Tinggi dan LSM.
Daya Air”.
2. Bimbingan Teknik Geologi Teknik Provinsi Sumatera
Workshop dilaksanakan selama 1 hari pada tanggal Barat
14 Desember 2011, bertempat di Hotel Haris Jakrta. Bimbingan Teknik dilaksanakan pada tanggal 5
Kegiatan workshop ini dilaksanakan oleh Pusat Juli2011 selama 1 hari, bertempat di Hotel Pangeran,
Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan. Padang Propinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini
Narasumber sebanyak 7 orang, berasal dari Badan dilaksanakan oleh Pusat Sumber Daya Air Tanah
Geologi, Dewan Sumber Daya Air, Kementerian dan Geologi Lingkungan bekerja sama dengan Dinas
dalam Negeri, LIPI, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera
dan APPATINDO. Acara ini dihadiri oleh sekitar Barat. Narasumber berasal dari Pusat Sumber Daya
100 peserta, yang berasal dari Kementerian Energi Air Tanah dan Geologi Lingkungan dan Dinas Energi
dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pekerjaan dan Sumber Daya Mineral Propinsi Sumatera Barat
Umum, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, yang menyajikan makalah tentang geologi teknik.
Perguruan Tinggi Negeri/Swasta, Swasta dan Media Acara ini dihadiri sekitar 50 peserta, yang berasal dari
Massa lokal maupun nasional. berbagai instansi, antara lain: Bappeda Kabupaten/
Kota/Provinsi Sumatera Barat, Dinas dan Instansi
25.7 BIMBINGAN TEKNIK terkait di Kabupaten/Kota/Provinsi Sumatera Barat,
meliputi: BAPPEDA, Dinas Energi dan Sumber Daya
1. Bimbingan Teknik Geologi Lingkungan
Mineral, Dinas Kimpraswil, Dinas Pertanian, Dinas
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan, Dinas Pekerjaan
Bimbingan Teknik Propinsi Yogyakarta dilaksanakan Umum, Dinas Perekonomian, Media massa lokal
pada 1 Juni 2011, selama 1 hari di Yogyakarta. maupun nasional, dan kalangan akademisi dan
Kegiatan bimbingan teknik ini dilaksanakan pendidikan.
oleh Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi
Lingkungan bekerja sama dengan BPPTK Merapi 3. Bimbingan Geologi Teknik Provinsi Jawa Timur
dengan mengambil tema, “Geologi Tata Lingkungan Bimbingan Teknik Geologi Teknik dilaksanakan pada
Untuk Pemanfaatan Ruang Pasca Letusan Gunung tanggal 8 November 2011 selama 1 hari, bertempat
Merapi Tahun 2010”. Kegiatan ini selain bertujuan di Hotel Santika, Surabaya. Kegiatan bimbingan
menyebarluaskan informasi kepada instansi terkait, teknik ini dilaksanakan oleh Pusat Sumber Daya Air
juga diharapkan dapat menghasilkan informasi yang Tanah dan Geologi Lingkungan bekerja sama dengan
bermanfaat untuk digunakan dalam membantu Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa
mengatasi permasalahan kegeologian pasca letusan Timur. Narasumber berasal dari Pusat Sumber Daya
Merapi tahun 2010. Air Tanah dan Geologi Lingkungan dan Dinas Energi
dan Sumber Daya Mineral yang menyajikan makalah
Narasumber berasal dari Pusat Sumber Daya
tentang geologi teknik. Acara ini dihadiri sekitar 50
Air Tanah dan Geologi Lingkungan dan BPPTK
orang peserta, yang berasal dari berbagai instansi,
Merapi yang menyajikan makalah tentang geologi
antara lain: Bappeda Kabupaten/Kota/Provinsi Jawa
lingkungan, kebencanaan geologi dan tata ruang.
Timur, Dinas dan Instansi terkait di Kabupaten/
Acara ini dihadiri oleh peserta, yang berasal dari
Kota/Provinsi Bali meliputi, BAPPEDA, Dinas Energi
Gambar 25.10 Bimbingan Teknik Geologi Teknik di Provinsi Jawa Timur. 25.8 FORUM DISKUSI ILMIAH
1. Eksplorasi Air Tanah di Daerah Sulit Air oleh Prof Dr. Ir.
dan Sumber Daya Mineral, Dinas Kimpraswil, Dinas Bambang Soenarto, Dipl. HE, M.Eng. diselenggarakan
Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum, dan pada tanggal 16 Februari 2011.
kalangan akademisi.
4. Bimbingan Teknik Geologi Lingkungan
Provinsi Jawa Barat
Bimbingan Teknik Geologi Lingkungan Propinsi
Jawa Barat dilaksanakan pada 8 November 20101
selama 1 hari di Lembang, Bandung. Kegiatan ini
dilaksanakan oleh Pusat Sumber Daya Air Tanah
dan Geologi Lingkungan bekerja sama dengan Dinas
Tata Ruang dan Pemukiman Propinsi Jawa Barat. Gambar 25.11 Kegiatan Forum Diskusi Ilmiah.
Narasumber berasal dari Pusat Sumber Daya Air
Tanah dan Geologi Lingkungan dan Dinas Tata Ruang 2. Pengembangan Mikrohidro untuk Penyediaan Tenaga
dan Pemukiman Propinsi Jawa Barat yang menyajikan Listrik dan Air Bersih oleh Ir. Yanto Wibawa, M.Eng. dari
makalah tentang geologi lingkungan dan tata ruang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Acara ini dihadiri oleh peserta, yang berasal dari Kementerian Pekerjaan Umum diselenggarakan pada
berbagai instansi di Propinsi Jawa Barat, antara lain: tanggal 23 Februari 2011.
Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas dan Instansi terkait 3. Problem Geoteknik Kawasan Kars dan Proses
di Kabupaten/Kota/Provinsi meliputi, BAPPEDA, Karstifikasi oleh Ir. Hermawan, Mapp.Sc dan Dr.Ir.
Dinas Pertambangan, Dinas Kimpraswil, Perguruan Budi Brahmantyo, M.Sc. dari ITB diselenggarakan
Tinggi dan LSM. pada tanggal 5 April 2011.
5. Bimbingan Teknik Geologi Lingkungan 4. Sinkronisasi Kegiatan dan Peran Geologi dalam
Provinsi Banten Inventarisasi Potensi Mikrohiro oleh Ir. Hari Sukarno,
Bimbingan Teknik dilaksanakan pada 8 November M.Eng. dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
2011 selama 1 hari di Serang, Banten. Kegiatan ini Teknologi Energi Terbarukan dan Konservasi (P3TEK)
dilaksanakan oleh Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Dani Haryanto, ST MT dari Bappeda Kabupaten
dan Geologi Lingkungan bekerja sama dengan Dinas Sukabumi diselenggarakan pada tanggal 9 Juni 2011
Energi dan Sunber Daya Mineral Propinsi Banten. 5. Pengembangan Informasi Kegeologian oleh
Narasumber berasal dari Pusat Sumber Daya Air Sarwondo, S.Si.,M.T. dan Arif Daryanto, S.T.
Tanah dan Geologi Lingkungan dan Dinas Energi diselenggarakan pada tanggal 3 November 2011.
dan Sunber Daya Mineral Propinsi Banten yang 6. Penelitian Geologi Teknik oleh Tri Endah Utami, S.T.,
menyajikan makalah tentang geologi lingkungan. M.T. (Hubungan Antara Komposisi Mineral, Sifat
Acara ini dihadiri oleh peserta, yang berasal dari Fisik, Regangan Mengembang, dan Kuat Geser pada
berbagai instansi di wilayah Propinsi Banten, antara Batu Lempung Formasi Subang dengan studi Kasus
lain: Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas dan Instansi di daerah Cisampih, Kecamatan Dawuan Kabupaten
terkait di Kabupaten/Kota/Provinsi meliputi, Subang, Jawa Barat) dan Dita Arif Yuwana, S.T., M.A.
BAPPEDA, Dinas Pertambangan, Dinas Kimpraswil, M.T. (Identifikasi Groundwater Sustainability dengan
perguruan Tinggi dan LSM. studi komparasai Kota Bandung, Nagao Kakyo
6. Bimbingan Teknik Geologi Lingkungan Provinsi Jawa dan Echizen Ono) diselenggarakan pada tanggal 9
Tengah di Semarang November 2011.
Bimbingan Teknik dilaksanakan pada 13 Desember 7. Model Survei Potensi Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro dengan GIS dan Remote Sensing oleh
Pengumpulan & inventarisasi fosil vertebrata lokasi 38.518 fosil utuh, 742 kantong plastik fragmen fosil dan 287
1
Jawa ke storage buah botol fragmen fosil.
38.518 fosil utuh, 742 kantong plastik fragmen fosil dan 287
2 Pengelompokan dan penyimpanan fosil vertebrata
buah botol fragmen fosil.
38.518 fosil utuh, 742 kantong plastik fragmen fosil dan 287
3 Pencucian dan Preparasi Fosil Vertebrata dari Flores
buah botol fragmen fosil.
Pengecekan nomor fosil pada koleksi lama dan 38.518 fosil utuh, 742 kantong plastik fragmen fosil dan 287
4
penomoran pada koleksi baru. buah botol fragmen fosil.
Pengaturan fosil ke dalam kotak contoh dan kantong
38.518 fosil utuh, 742 kantong plastik fragmen fosil dan 287
5 plastik, kemudian disusun secara sistematis ke dalam
buah botol fragmen fosil.
rak.
Pendataan fosil daerah Jawa secara manual & input 38.518 fosil utuh, 742 kantong plastik fragmen fosil dan 287
6
data ke dalam komputer (MS-Excel) buah botol fragmen fosil.
Gambar 25.14 Tahapan pekerjaan preparasi Fosil Gajah, Gambar 25.15 Tahapan preparasi Fosil Gajah, Pemodelan
Rekonstruksi kecil pada fragmen tulang yang pecah
Identifikasi geodiversity yang berpotensi sebagai Formasi Mengkarang Flora Jambi, Kompleks Krakatau,
geoheritage: Tangkubanparahu, Cukang Taneuh - Green Gunung Rinjani, Gunung Tambora, Danau Segara Anak,
Canyon Pangandaran, Kars Gunung Sewu, Karang Gunung Kelimutu, Danau Tiga Warna, Kars Maros,
Sambung, Gunung Bromo, Gunung Batur, Danau Toba & Danau Napabale Muna, Danau Sentarum, dan Gletser
Pulau Samosir, Danau Singkarak, Danau Laut Air Tawar, Pegunungan Tengah.
No Geoheritage No Geoheritage
KATALOG KEGIATAN
1 Survei Aliran Panas Daerah Panas Bumi Kampala Kab. Sinjai, Sulsel
Survei Aliran
2 2 Survei Aliran Panas Daerah Panas Bumi Lainea, Sulawesi Tenggara
Panas
3 Survei Aliran Panas Daerah Panas Bumi Massepe, Sulawesi Selatan
Survei Terpadu Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Sumani, Kabupaten Solok Sumatera
1
Barat
Survei Terpadu Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Way Selabung, Kabupaten Oku Selatan
2
Sumatera Selatan
Survei Terpadu Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Daearah Risso, Kabupaten Polewali
3
Survei Terpadu Mandar, Sulbar
Geologi,
3 4 Survei Terpadu Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Banda Baru, Maluku
Geokimia Panas
Bumi
5 Survei Terpadu Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Maranda, Sulawesi Tengah
Survei Terpadu Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Ranang-Kasimbar, Kabupaten Parigi
6
Mountong, Sulawesi Tengah
7 Survei Terpadu Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Pamancalan, Banten
1 Survei Geofisika Terpadu Daerah Panas Bumi Sumani, Kabupaten Solok, Sumatera Barat
2 Survei Geofisika Terpadu Daerah Panas Bumi Pincurak, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat
Survei Geofisika Terpadu Daerah Panas Bumi Ulu Danau, Kabupaten Oku Selatan, Sumatera
3
Selatan
Survei Geofisika
4 Terpadu Panas 4 Survei Geofisika Terpadu Daerah Panas Bumi Pohonbatu, Kabupaten Buru Selatan, Maluku
Bumi
5 Survei Geofisika Terpadu Daerah Panas Bumi Maranda, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
6 Survei Geofisika Terpadu Daerah Panas Bumi Pamancalan, Kabupaten Lebak, Banten
7 Survei Geofisika Terpadu Daerah Panas Bumi Risso, Kab. Polewali Mandar, Sulawesi barat
1 Survei Magnetotelurik Daerah Panas Bumi Bukit Kili/Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumbar
2 Survei Magnetotelurik Daerah Panas Bumi Limbong, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan
Survei 3 Survei Magnetotelurik Daerah Panas Bumi Marana, Kab. Donggala, Sulawesi Tengah
5 Magnetotelurik 4 Survei Magnetotelurik Daerah Panas Bumi Lainea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara
Panas Bumi
5 Survei Magnetotelurik Daerah Panas Bumi Lili, Kabupaten Polewali-Mandar, Sulawesi Barat
6 Survei Magnetotelurik Daerah Panas Bumi Way Selabung, Kab. OKU Selatan, Sumatera Selatan
7 Survei Magnetotelurik Daerah Panas Bumi Kapahiang, Bengkulu
Pengeboran 1 Survei Landaian Suhu Daerah Panas Bumi Kapahiang, Bengkulu
6 Landaian Suhu
Panas Bumi 2 Survei Landaian Suhu Daerah Bora, Sulawesi Tengah
Penelitian Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan pada Wilayah Pertambangan Kab. Konawe, Prov.
2
Sulawesi Tenggara
Penelitian Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan pada Wilayah Pertambangan Kab. Minahasa
3
Utara, Prov. Sulawesi Utara
Penelitian/
Penyelidikan 4 Penelitian Optimalisasi Pemanfaatan Bahan Galian Daerah Polewali Mandar, Prov. Sulawesi Barat
1 Konservasi
Sumber daya 5 Penelitian Optimalisasi Pemanfaatan Bahan Galian Daerah Halmahera selatan, Maluku Utara
Geologi
Penelitian Optimalisasi Potensi Bahan Galian di Wilayah Bekas Tambang Daerah Kab. Pujon, Kab.
6
Kapuas, Prov. Kalimantan Tengah
Penyelidikan Pemboran Potensi Bahan Galian di Wilayah Bekas Tambang Timah, Daerah P.
7
Singkep, Kab. Lingga, Prov. Kep. Riau
Penelitian Mineral Ikutan dan Bahan Galian Lain pada Lapangan Panas Bumi Daerah Kamojang,
8
Kab. Garut, Prov. Jawa Barat
Penelitian 1 Penelitian Geologi Medika di Daerah Cisoka, Kab. Lebak, Prov. Banten
2
Geologi Medis 2 Penelitian Geologi Medika di Daerah Lebong Tambang Kab. Lebong Provinsi Bengkulu
Penyelidikan Batubara Bersistem Pada Cekungan Sumatera Selatan Muara Tebo, Kabupaten Tebo,
Penyelidikan 1
Jambi
Bersistem
2
Sumber Daya
Batubara 2 Penyelidikan Batubara Bersistem pada Cekungan Sumatera Selatan Muara Kalis Kab. Tebo, Jambi
Penyelidikan dan
3 1 Pengeboran Dalam dan Evaluasi Potensi CBM Kab. Sawah Lunto , Sumatera Barat
Eksplorasi CBM
Inventarisasi
dan Eksplorasi Inventarisasi dan Eksplorasi Gambut Daerah Mengkatip, Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan
4 1
Sumber Daya Tengah
Gambut
KATALOG KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA AIR TANAH DAN GEOLOGI LINGKUNGAN
No BIDANG KEGIATAN
A GEOLOGI LINGKUNGAN
1. Tata Ruang Bawah Tanah DKI.
2. Penyelidikan Geologi Lingkungan Perkotaan Kota Dompu, Provinsi Nusa Tenggara
Barat
3. Penyelidikan Geologi Lingkungan Perkotaan Kota Kedungsepur Bagian Timur
1. Penyelidikan Geologi (Demak, Grobongan), Provinsi Jawa Tengah.
Lingkungan Perkotaan 4. Penyelidikan Geologi Lingkungan Perkotaan Kota Soroako, Provinsi Sulawesi
Tenggara.
5. Penyelidikan Geologi Lingkungan Perkotaan Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera
Barat.
6. Penyelidikan Geologi Lingkungan Perkotaan Kota Pekanbaru, Propinsi Riau.
7. Penyelidikan Geologi Lingkungan Perkotaan Kota Merauke, Provinsi Papua.
No BIDANG KEGIATAN
A GEOLOGI LINGKUNGAN
8 Monitoring Geologi Monitoring Perubahan Fungsi Ruang Akibat Kerusakan Lingkungan Geologi, Lumpur
Lingkungan Sidoarjo (2 kegiatan)
NO BIDANG KEGIATAN
B GEOLOGI TEKNIK
1. Pemetaan Geologi Teknik Lembar Lombok (Bagian Barat), Nusa Tenggara Barat.
2. Pemetaan Geologi Teknik Lembar Lombok (Bagian Timur), Nusa Tenggara Barat.
3. Pemetaan Geologi Teknik Pulau Sumbawa (Dompu).
4. Pemetaan Geologi Teknik Pulau Sumbawa (Raba).
5. Pemetaan Geologi Teknik Pulau Sumbawa (Sumbawa Besar).
6. Pemetaan Geologi Teknik Pulau Sumbawa (Taliwang).
1. Pemetaan Geologi Teknik 7. Pemetaan Geologi Teknik Daerah Negara, Bali.
8. Pemetaan Geologi Teknik Daerah Buleleng, Bali.
9. Groundcheck Peta Siap Terbit Banten (2 lokasi).
10. Groundcheck Peta Siap Terbit Jawa Barat (4 lokasi).
11. Groundcheck Peta Siap Terbit Jawa Tengah (3 lokasi).
12. Groundcheck Peta Siap Terbit Daerah Istimewa Yogyakarta.
13. Groundcheck Peta Siap Terbit Jawa Timur (4 lokasi).
14. Groundcheck Peta Siap Terbit Bali (2 lokasi).
3. Penyelidikan Geologi
Teknik untuk Kasus-
1. Penyelidikan Geologi Teknik Liquifaksi Bengkulu
Kasus Bahaya & Kendala
2. Evaluasi Geologi Teknik Situ/Waduk di Kabupaten Tangerang, Banten.
Geologi Teknik dan Isu-
Isu Strategis Nasional
4. Penyelidikan Geologi
Teknik untuk Menunjang Penyelidikan Geologi Teknik Infrastruktur pengembangan jalan di Sumenep Jawa Timur.
Rencana Pembangunan
Infrastruktur.
NO BIDANG KEGIATAN
C BIDANG AIR TANAH
1. Penelitian Intrusi Air Laut Daerah Pantai Utara pada CAT Jakarta dan CAT Karawang-
Bekasi, Jawa.
5. Penelitian dan
2. Penelitian dan Potensi Air Tanah di P. Sebatik, Kalimantan.
Perekayasaan pada
3. Kualifikasi dan Pemodelan CAT Tegal, Brebes, Jawa Tengah.
Cekungan Air Tanah
4. Rekayasa Teknik Imbuhan Air Tanah pada Akuifer Tidak Tertekan di CAT Karanganyar-
Boyolali, Jawa Tengah.
D NSPK
NO KEGIATAN LOKASI
1. Gunung Ijen
2. Gunung Gede
Instalasi Peralatan Pemantauan Gunung 3. Gunung Dieng
3.
Api 4. Gunung Lewotobi
5. Gunung Salak
6. Gunung Tambora
1. Gunung Inelika
2. Gunung Gede
4. Penyelidikan Geofisika Gunung Api 3. Gunung Sundoro Sumbing
4. Gunung Mahawu
5. Gunung Soputan
1. Gunung Lewotobi
2. Gunung Kelimutu
5. Penyelidikan Deformasi Gunung Api
3. Gunung Papandayan
4. Gunung Awu
1. Gunung Guntur
2. Gunung Salak
6. Penyelidikan Geokimia Gunung Api
3. Gunung Kelimutu
4. Gunung Sirung
1. Pusuk Bukit
2. Gunung Talaga Bodas
Pemetaan Kawasan Rawan Bencana 3. Gunung Sibayak
9.
Gunung Api 4. Gunung Wilis
5. Gunung Belerang Briti
6. Gunung Karangetang
1. Gunung Sinabung
10. Penelitian 2. Gunung Lokon
3. Gunung Semeru
NO KEGIATAN LOKASI
1. Takengon, NAD
2. Palu
15. Penyelidikan Amplifikasi Gempa Bumi 3. Sibolga
4. Subang
5. Tuban
1. Penyelidikan Tsunamigenik Pantai Barat Sumut
16. Penyelidikan Tsunamigenik 2. Penyeldikan Tsunamigenik Teluk Bima
3. Penyelidikan Tsunamigenik Seram, Maluku
NO KEGIATAN LOKASI
NO KEGIATAN LOKASI
1. TD GB, Cilacap
2. TD Gempa bumi Kendari
3. TD Gempa bumi Tarutung Sumut
25. Tanggap Darurat Gempa bumi/ Tsunami
4. TD gempa bumi Waren, Papua
5. TD gempa bumi Singkilbaru, NAD
6. TD Gempa bumi Nusa Dua, Bali
1. Gianyar, Bali
2. Ngebel, Ponorogo, Jawa Timur
3. Pasca Bencana Trenggalek
4. Pasca Bencana Gertan Brebes Jawa tengah
5. Ngrejo, Joho, Tulungagung, Jatim
6. Penyelidikan Pasca Bencana Gertan Gianyar, Bali
7. Pasca bencana padalarang, Jabar
8. Pasca Bencana Gertan Bogor
Penyelidikan Pasca Bencana Gerakan 9. Cisitu, Sumedang
26.
Tanah 10. Pasca Bencana Gertan di Wangon, Jateng
11. Pasca Bencana Gertan Sumedang, Jawa Barat
12. Pasca Bencana Gertan Bandung Barat, Jabar
13. Pasca Bencana Gertan Banjar, Jabar
14. Pasca bencana Gertan Bogor di Jabar
15. Pasca Bencana Gertan Pengalengan, Jabar
16. Pasca Bencana Gertan Banyumas, Jateng
17. Pasca Bencana Gertan Talegong, Garut, Jabar
18. Pasca Bencana Gertan Sanggau, Kalbar
1. Lampung
28. Modeling Bahaya Tsunami
2. Cilacap, Jateng
1. Bromo, Jatim
2. Guntur, Jabar
3. Lokon, Sulut
4. Galunggung, Jabar
5. Semeru, Jatim
30. Evaluasi Risiko Bencana Gunung Api
6. Papandayan, Jabar
7. Gede, Jabar
8. Marapi, Sumbar
9. Batur, Bali
10. Iya, NTT
NO KEGIATAN LOKASI
1. Yogyakarta
2. Sukabumi, Jabar
32. Evaluasi Risiko Bencana Gempa bumi 3. Minahasa, Sulut
4. Solok, Sumbar
5. Bantul, Yogyakarta
1. Pangandaran, Jabar
2. Cilacap, Jateng
33. Evaluasi Risiko Bencana Tsunami 3. Sukabumi, Jabar
4. Bandar Lampung, LLampung
5. Padang, Sumber
1. Ponorogo, Jatim
2. Banyumas, Jateng
Penyusunan Rencana Kontijensi Bencana
38. 3. Gunung Talang, Sumbar
Geologi
4. Banyuwangi, Jatim
5. Bandung Barat, Jabar
NO KEGIATAN LOKASI
1. Bangli, Bali
2. Guci, Jateng
40. Pelatihan Penanggulangan Bencana
3. Bantul, DIY
4. Probolinggo, Jatim
1. Jakarta
2. Manado, Sulut
41. Pameran Mitigasi Bencana 3. Tangerang, Banten
4. IDEC, Jakarta
5. Yogyakarta
1. Bandung Barat
42 Workshop kebencanaan geologi
2. Yogyakarta
Gunung Bromo
43. Pembuatan Film Dokumentasi
Gunung Merapi
Penerbitan Jurnal dan Buletin Vulkanologi Buletin Volume 6, 3 (tiga) kali terbit
44.
dan Mitigasi Bencana Geologi Jurnal Volume 3, 2 (dua) kali terbit
45 Kolokium di Bandung
F. KELOMPOK KERJA SURVEI GEODINAMIKA SELAT SUNDA DAN PENYUSUNAN ATLAS SESAR AKTIF .
I. Survei Geodinamika Selat Sunda.
1. Geofisika Sesar Aktif Way Baka, Bakauheni-Selat Sunda (Seismik dan Geolistrik).
2. Kegempaan Mikro daerah Bakauheni-Selat Sunda.
3. Paleoseismik Patahan Aktif Way Baka, Bakauheni-Selat Sunda.
4. Karakteristik Endapan Kuarter Ketapang, Bakauheni-Selat Sunda.
5. Morfotektonik daerah Pegantungan, Bakauheni-Selat Sunda.
6. Perubahan Iklim Selat Sunda.
II. Penyusunan Atlas Sesar Aktif Sumatera-Jawa Barat Bagian Barat.
1. Kelompok Kerja Seismotektonik.
2. Kelompok Kerja Morfotektonik
3. Kelompok Kerja Struktur dan Geofisika
4. Kelompok Kerja Pengolahan Data
III. Penelitian Kerentanan Pelulukan
1. Survei Penelitian Kerentanan Pelulukan
2. Pengolahan Data Kerentanan Pelulukan
G. KELOMPOK KERJA SURVEI SEISMIK LUSI
I. Monitoring Survei Seismik Refleksi Lumpur Sidoardjo
1. Monitoring Survei Seismik Refleksi Lumpur Sidoardjo
2. Pengolahan Data Seismik Survei Seismik Refleksi Lumpur Sidoardjo
H. KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN KONSEP GEOSAINS
I. 1. Survei Magmatisme Metalogenik Segmen Sumatera
2. Analisa Laboratorium Survei Magmatisme Metalogenik Segmen Sumatera
II. 1. Survei Magmatisme Metalogenik Segmen Jawa
2. Analisa Laboratorium Survei Magmatisme Metalogenik Segmen Jawa
III. Penyusunan Buku Magmatisme Kalimantan
IV. Penyusunan Buku Geologi Sulawesi
V. Cenozoic Evolution of the Indonesian Thoughflow and the Origins of Indo-Pacific Marine Biodiversity
VI. Magnetostratigrafi Mintakat Sumatera
VII. 1. Cross Border Geological Correlation
2. Analisa Laboratorium Cross Border Geological Correlation
No BAGIAN KEGIATAN
No BAGIAN KEGIATAN
4 Pengembangan
Peragaan Pengembangan Peragaan Ruang Sumber Daya Geologi
Museum
Tugas
“Melaksakan penelitian dan Pelayanan bidang
geologi”
Fungsi
Ÿ Perumusan kebijakan di bidang geologi
Ÿ Perumusan rencana dan program penelitian dan
pelayanan
Ÿ Pembinaan dan pelaksanaan penelitian dan
pelayanan
Ÿ Pelayanan survei geologi, serta penelitian dan
pelayanan di bidang sumber daya geologi.
vulkanologi dan mitigasi bencana geologi dan
geologi lingkungan
Ÿ Pemberian rekomendasi serta penyajian informasi
untuk hasil survei, penelitian, dan pelayanan
Ÿ Evaluasi pelaksanaan penelitian dan pelayanan
bidang geologi
Ÿ Pelaksanaan urusan administrasi Badan Geologi