SALIKUR KARTONO
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
TESIS
SALIKUR KARTONO
NIM 0814058202
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
PEMBERIAN OLANZAPINE ORAL SECARA KRONIS
MENGAKIBATKAN PENINGKATAN ASUPAN
MAKANAN DAN KENAIKAN BERAT BADAN
TIKUSWISTAR BETINA (RATTUS NORVEGICUS)
SALIKUR KARTONO
NIM 0814058202
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
ii
Lembar pengesahan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. dr. IGusti Made Aman, Sp.FK dr. Wayan Westa, SpKJ (K)
Nip 194606191976021001. Nip 195102151980031007.
Mengetahui
iii
Tesis ini Telah Diuji dan Dinilai
No. : 1717/UN14.4/HK/2013
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya, tesis ini dapat
diselesaikan.
arahan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
v
Terimakasih sebesar besarnya pula penulis sampaikan kepada dr. Wayan
koreksi agar tesis ini menjadi lebih sempurna,juga kepada Prof. Dr.dr.Nyoman
seluruh staf pengajar/ dosen bagian Psikiatri yang telah memberikan saran dan
Udayana angkatan pertama penulis ucapkan banyak terimakasih atas ilmu yang
vi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dengan segala keterbatasan yang
ada, tesis ini jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran sangat diharapkan demi
pada semua yang terlibat dalam penyelesaian tesis ini dan semoga dengan
pengetahuan.
Penulis
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
Halaman
PRASYARAT GELAR.………………………………………. ii
ABSTRACT ……...……………………………………………….
DAFTAR GAMBAR………………………………………….… xv
x
2.3. Olanzapine Meningkatan Asupan ………………….……….. 17
xi
4.9. Alur Penelitian ……………………………………….………. 35
4.10.Analisis Data…..……………………………………………… 35
xii
7.1 Simpulan ………………………………………….......................... 57
LAMPIRAN ……………………….……………………..…….….... 64
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Menurut ...... 7
Tabel 2.2 Beberapa Peptida yang Mempengaruhi Otak untuk….…. 11
Tabel 2.3 Data Biologi Tikus .......................................................... 21
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Berat Badan Pre dan Post, dan
Asupan MakananMasing-masing Kelompok.................... 38
Tabel 5.2 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Berat Badan
Tikus Pre dan Post, dan Jumlah Asupan Makanan
Sebelum dan Sesudah Perlakuan ..................................... 38
Tabel 5.3 RerataAsupan Makanan antar Kelompok Sebelum
DiberikanPerlakuan.......................................................... 39
Tabel 5.4 RerataAsupan Makanan antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan……….............................................. 40
Tabel 5.5Analisis Komparasi Asupan Makanan Sesudah Perlakuan... 41
Tabel 5.6 Analisis Asupan Makanandalam Kelompok................... 42
Tabel 5.7RerataBerat Badan antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan........................................................................... 44
Tabel 5.8RerataBerat Badan antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan........................................................................ 45
Tabel 5.9Rerata Kenaikan Berat Badan antar Kelompok
Sesudah Diberikan Perlakuan............................................ 46
Tabel 5.10 Analisis Komparasi Kenaikan Berat Badan
Sesudah Perlakuan antar Kelompok…............................. 47
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xv
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN,DANISTILAH
SINGKATAN
AGRP : Agouti-related peptide
APG I : Antipsikotik Generasi Pertama
APG II : Antipsikotik Generasi Kedua
BB : Berat badan
CART : Cocaine and Amphetamine-Related Transcript
D : Dopamin
EPS : Ekstrapyramidal symptoms
FGA : First Generation Antipsychotic
GABAa : Gamma-aminobutyric acid
Gr : Gram
H : Histamin
HL : Hipotalamus lateral
HVM : Hipotalamus ventromedial
HT : Hydroxytryptamine
IASO : International Association for The Study of Obesity
IMT : Indeks Masa Tubuh
IOTF : International Obesity Task Force
Kg : Kilogram
LSD : Least Significant Difference-test
M : Muskarinik
m2 : Meter kuadrat
MCH : Melanin Concentracting Hormone
mg : Miligram
MSH : Melanocyte stimulating hormone
Ml : Milimeter
xvi
NPY : Neuro Polipeptide Y
POMC : Proopiomelanocortin
PYY : Peptida YY
SDA : Serotonin Dopamin Antagonis
SGA : Second Generation Antipsyhcotic
WHO : World Health Organization
WPR : Western Pacific Region
LAMBANG
α : Alpha
β : Beta
< : Menunjukkan bahwa konsrain sebelah kiri lebih rendah
dibandingkan dengan konsrain sebelah kanan
≥ : Menunjukkan bahwa konsrain sebelah kiri lebih tinggi atau
sama dibandingkan dengan konsrain sebelah kanan
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
sekali tidak bisa ditolong. Mereka diasingkan dan dipisahkan dari masyarakat.
penderita gangguan jiwa. Dengan obat antipsikotik gangguan jiwa bisa diredam
memperbaiki kualitas hidup, tapi yang pasti SGA lebih sedikitmenimbulkan efek
samping ekstrapiramidal dan tardive diskinesia (Tajima dkk., 2009). Terlepas dari
pasien yang bertambah berat badan selama penggunaan antipsikotik dan lebih
1
2
kesehatan sangat bervariasi mulai dari kematian prematur sampai kualitas hidup
yang rendah dengan resiko berbagai penyakit (Stahl, 2008 ; Soegih, 2009).
perbulan dan clozapine 1,7 kg perbulan, terutama dalam minggu pertama sampai
enam bulan pengobatan dan biasanya menetap sesudah dua tahun pengobatan
bahwa obat clozapine dan olanzapine memiliki efek langsung pada neuron yang
nafsu makan, meningkatkan asupan makanan dan membuat kenaikan berat badan.
5mg/kg/ hari lewat intracutaneus selama 11 hari pada galur tikus Sprague Dawley
minuman galur tikus Sprague Dawley betina dengan rata rata dosis 2 mg /kg /hari
dalam satu tahun pengobatan dengan olanzapine dosis 12,5-17,5 mg adalah 12 kg.
Untuk dosis 5-10 mg terjadi peningkatan berat badan 15,5 kg (Zipursky dkk.,
badan yang tidak bermakna dengan bertambahnya dosis olanzapine 5mg, 10mg
dan 15 mg. Laporan dari Drugs.com (2010) dengan dosisolanzapine yang berbeda
10mg, 20mg dan 40mg didapatkan rata rata kenaikan berat badan yang berbeda
bermakna.
menyatakan ada hubungan antara kenaikan berat badan pada manusia dengan
besarnya dosis olanzapine. Tetapi penelitian Jain dkk. (2006) melaporkan adanya
olanzapine.
4
berat badan serta belum ada satu kesepakatan dalam menentukan bagaimana
kenaikan berat badanpada hewan coba tikus betina (Rattus Norvegicus). Yang
sebagai berikut :
respon terhadap asupan makanan dan kenaikan berat badan tikus betina.
4. Untuk mengetahui kenaikan berat badan tikus betina setelah diberi 0,32
5. Untuk mengetahui kenaikan berat badan tikus betina setelah diberi 0,16
6. Untuk mengetahui kenaikan berat badan tikus betina setelah diberi 0,08
Manfaat Akademik
Manfaat Praktis
KAJIAN PUSTAKA
mengganggu kesehatan. Indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk
mengukur berat badan lebih atau obes pada orang dewasa adalah IMT (Indeks
Masa Tubuh). IMT diukur dengan berat badan dalam kg (kilogram) dibagi tinggi
Tabel 2.1
Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Menurut Kriteria Asia Pasifik
(sumber : WHO-WPR/IASO/IOTF, 2000)
Klasifikasi IMT
Berisiko 23 -24,9
Obes I 25 – 29,9
Obes II ≥ 30
7
8
kg/m2 dikatakan sebagai obesitas dan nilai IMT 25-29,9 kg/m2 sebagai pra-obes
atau berat badan lebih. Karena ada perbedaan dalam etnik di Asia (termasuk di
dalamnya Indonesia) maka kriteria untuk wilayah Asia –Pasifik nilai IMT-nya
sedikit berbeda seperti pada tabel 2.1. IMT lebih atau sama dengan 23 sudah
oleh asupan energi yang berasal dari asupan makanan yaitu karbohidrat, lemak
dan protein serta kebutuhan energi yang ditentukan oleh kebutuhan energi basal,
aktivitas fisik dan thermic effect of food yaitu energi yang diperlukan untuk
tubuh(Nugraha,2009).
9
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas dan
Kurangnya aktivitas fisik juga merupakan salah satu penyebab utama dari
sedikit kalori dan bila ditambah dengan faktor lingkungan / lifestyle, termasuk
kaya lemak serta tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami
diatur oleh otak terutama hipotalamus dan oleh organ lain diluar otak seperti
saluran cerna, jaringan adiposa /lemak dan lain lain. Dua bagian dari hipotalamus
makan atau minum dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum
(diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka
seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan. Sebaliknya rangsangan pada HVM
mengkoordinasi berbagai proses yang mengatur perilaku makan dan persepsi rasa
suara, bau ataupun rasa kecap ( sinyal dari kortek serebri ) dan dari dalam tubuh
lain seperti saluran pencernaan,zat nutrisi dalam darah dan jaringan lemak. Sinyal
yang diterima dalam bentuk sinyal neural dan humoral yang selanjutnya otak akan
system(Nugraha,2009).
Terdapat dua jenis neuron di nukleus arkuatus yang sangat penting sebagai
pengatur nafsu makan dan pengeluaran energi (gambar 2.2). (1) neuron
(CART). Aktivasi neuron POMC ini akan melepaskan α-MSH yang kemudian
saraf yang berjalan menuju nukleus traktus solitarius (gambar2.2). (2) neuron
(AGRP). NPY dilepaskan dari neuron oreksigenik bila energi tubuh rendah yang
akan merangsang nafsu makan, pada saat bersamaan juga mengurangi aktivitas
neuron POMC sehingga akan merangsang nafsu makan lebih lanjut. AGRP yang
11
(Sherwood, 2007).
2.2).
Tabel 2.2
Beberapa Peptida yang Mempengaruhi Pusat Makan dan Pusat Kenyang di
Hipotalamus (Dzielak, 2006)
Melanin-concentracting Kolesistokinin
hormone(MCH)
Cocaine amphetamine-regulating
Orexin A dan B transcript(CART)
Endorphin Leptin
Serotonin
Ghrelin
Peptida YY (PYY)
Kortisol
Berikut beberapa cara kerja peptida dengan sinyal umpan balik untuk
yang meningkat sesaat sebelum makan atau dalam keadaan puasa dan menurun
12
CCK = Cholecystokinin
LHA = Lateral Hipotalamus Area
NPY = Neuropeptide Y
NTS =Nucleus Tractus Solitarius
PIMC = Pro-olomelancortin
PYY = Peptide YY
PVN = Paraventricular nucleus
Efek kadar gula darah yang tinggi atau insulin akan mengaktifkan pusat
kenyang di VHM dan juga secara bersamaan akan menekan pusat lapar sehingga
mengurangi asupan makanan. Sebaliknya bila kadar gula darah yang rendah akan
tertinggi tercapai dalam waktu 1 sampai 2 jam setelah makan. Kadar PYY ini
akan lebih tinggi bila mengkonsumsi makanan berlemak dan diduga berefek untuk
terhadap lemak yang masuk ke duodenum yang berguna untuk menekan atau
menjadi energi atau zat lainnya seperti protein atau disimpan sebagai cadangan
tetap memelihara berat badan yang stabil dengan mengeluarkan leptin. Leptin
Pengaturan asupan makanan lain seperti dari reganggan saluran cerna yang
berisi makanan terutama lambung dan duodenum, sinyal inhibisi yang teregang
ini akan dihantarkan melalui nervus vagus untuk menekan pusat makan, sehingga
nafsu makan akan berkurang. Ada dugaan reseptor di mulut yang dapat
makanan dalam jumlah tertentu sudah masuk ke dalam mulut, maka pusat makan
2.2 Olanzapine
interaksi antara antagonis serotonin dan dopamin, hal ini berbeda dengan
Kelompok FGA sehingga efek samping EPS (ekstra pyramidal sindrom) lebih
masing obat dalam Kelompok SGA memiliki efek yang berbeda sesuai
15
CH3
N
N
N
CH3
N S
H
Gambar 2.3 Rumus Bangun Olanzapine (Baldessarini dan Tarazi, 2006 )
dengan efek farmakologi yang dikandung oleh masing masing obat yang juga
derivat dari clozapine, memiliki efek sedasi yang lebih ringan dibanding clozapine
darah dicapai dalam waktu 5-6 jam setelah pemberian per-oral, 15-45 menit
setelah injeksi intra muscular. Waktu paruhnya 30 jam berkisar antara 21-54 jam
2006).Metabolisme terjadi di hati oleh cytochroom P450 CYP 1A2 dan 2D6.
Metabolisme akan meningkat pada penderita yang merokok dan menurun bila
2008).
16
yang diduduki oleh olanzapine ini belum bisa dipastikan dengan tepat mana yang
beberapa saja dari reseptor ini seperti 5HT2C dan H1 yang berhubungan kuat
10-20 mg perhari (Meltzerc dkk., 2008). Ada kalanya dosis olanzapine digunakan
lebih tinggi karena dihubungkan dengan efek terapi yang semakin besar untuk
memperbaiki gejala klinis dibandingkan dengan dosis yang sedang atau dosis
yang rendah (Stahl, 2008).Dosis 30-40 mg diperlukan untuk terapi pasien- pasien
prolaktin dan kurang menimbulkan gejala ekstra pyramidal (Sadock dan Sadock,
penambahan berat badan / obesitas pada manusia yang paling menonjol dalam
Kelompok SGA. Krakowski dkk.( 2009 ) juga melaporkan olanzapine lebih besar
membandingkan dosis tinggi olanzapine dengan clozapine (34mg dengan 564 mg)
seperti antagonis 5HT2C dan antagonis H1 ikut terlibat dalam peningkatan berat
dan Johnston, 2010). Adanya afinitas obat ini terhadap beberapa neurotransmiter
berikatan dengan reseptor antagonis 5HT2C dan antihistamin H1, diduga berperan
penambahan berat badan. Meskipun hal ini tidak konsisten, tapi kedua
badan. Hal ini diduga mungkin ada reseptor lain yang mengaktifkan sistem
tersebut (Kirkdkk., 2009). Diduga AMP-kinase ikut terlibat dalam sistem tersebut
(Metzerb, 2007). Antagonis 5HT2C ini diduga kuat memiliki efek langsung pada
meningkatkan asupan makanan dan bila berlanjut terus akan terjadi penumpukan
kenyang atau menurunkan rasa kenyang yang juga akan menambah asupan
dengan orexigenic dalam meningkatkan berat badan. Penelitian akhir akhir ini
berat badan yang disebabkan oleh penggunaan antipsikotik difokuskan pada efek
Olanzapine juga meningkatkan adipokine dan leptin yang diduga karena efek
20
lemak. Tetapi bertambahnya kadar leptin ini tidak efektif untuk menurunkan
asupan makanan sehingga terjadi peningkatan berat badan ( Popovic dkk., 2007)
dan mungkin diduga adanya predisposisi faktor genetik juga berperanan (Albaugh
dkk.,2006).
laboratorium. Selain itu hewan ini mudah dipelihara, mudah diamati dan tidak
gampang muntah. Bentuk tubuh Tikus Wistarlebih besar dari famili tikus
umumnya, bisa mencapai panjang 40 cm diukur dari hidung sampai ujung ekor.
Tikus jantan biasanya memiliki ukuran lebih besar dari ikus betina, berwarna agak
kecoklatan, kadang-kadang ada bercak hitam atau putih dan memiliki ekor yang
Kingdom : Animalia
21
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Tabel 2.3
Data Biologi Tikus(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988)
DATA NILAI
Lama hidup : 2-3 tahun
Berat lahir : 5-6 gr
Umur disapih : 21 hari
Umur dewasa : 40-60 hari
Berat badan jantan dewasa : 300-400 gr
Berat badan betina dewasa : 250-300 gr
Suhu rektal : 36-39 0C
Kecepatan tumbuh : 5 gr perhari
Kebutuhan minum dewasa : ± 10 ml air/ 100gr BB perhari
Kebutuhan makan dewasa : ± 5 gr /100gr BB perhari
Umur saat dikawinkan
Jantan : 65-110 hari
Betina : 65-110 hari
Volume maksimal zat uji peroral : 5 ml
berat rata-rata 100gr
BAB 3
memiliki efek samping dapat meningkatkan berat badan diduga bekerja melalui
rangsangan pada pusat lapar di hipotalamus lateral dan menekan pusat kenyang
terganggunya signal rasa kenyang atau menekan rasa kenyang yang juga akan
menambah asupan makanan serta efek sedasi yang ditimbulkan akan membuat
keseimbangan energi bergeser ke arah yang positif. Efek kedua antagonis ini akan
22
23
.
BAB 4
METODE PENELITAN
Catattan:
O1 = Observasi asupan makanan dan berat badan Kelompok Kontrol pre test
O2 = Observasi asupan makanan dan berat badan Kelompok Kontrol post test
25
26
O5 = Observasi asupan makanan dan berat badan pre test Kelompok Perlakuan
O7 = Observasi asupan makanan dan berat badan pre test Kelompok Perlakuan
Rencana penelitian ini akan berlangsung dari tanggal 20Mei 2013 hingga
Kriteria Inklusi
Tikus betina (Rattus Norvegicus) galur Wistar dewasa muda yang sehat.
Umur60-90 hari.
Kriteria Eksklusi:
Mati.
28
n = jumlah sampel.
ƒ(α,β) = besarnya didapat dari tabel (Pocock, 2008, tabel 9.1 pp.125). Dengan
menetapkan nilai α = 0,05 dan nilai β = 0,1 maka nilai ƒ(α,β) = 10,5
Dari penelitian awal diperoleh data simpang baku asupan makanan untuk
2δ 2
(μ2-μ1) 2
2 x 4,60472
16,933– 9,667) 2
n = 8,4
29
Dari rumus diatas didapat jumlah minimal sampel tikus untuk satu
tikus perkelompok.
Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi 4 kelompok secara acak
Perlakuan O5, Kelompok Perlakuan O7, masing masing kelompok ada 11 ekor
tikus.
Jadi dosis 20 mg olanzapine pada manusia setara dengan 0,32mg pada tikus.
30
Dosis 10 mg olanzapine pada manusia setara dengan 0,16mg dan dosis 5mg
volume 1 ml.
volume 1 ml.
volume 1 ml
Asupan makanan
Umur tikus
Obat olanzapine adalah obat antipsikotik dari Kelompok SGA yang dibeli
diberikan secara oral (bantuan sonde) dalam ukuran mg. Dalam penelitian
dikonversikan ke hewan tikus menjadi 0,32 mg, 0,16 mg dan 0,08 mg.
selama 28 hari.
Jenis diet tikus adalah jenis makanan standar yang berupa pelet tipe 594
Berat badan adalah angka yang ditunjukkan oleh timbangan gram saat
asupan makanan masing masing tikus adalah 25 gram dikurangi berat sisa
dengan penyinaran normal. Beralaskan jerami padi yang diganti dua kali
berkelamin betina.
6. Aquadest.
8. Syringe 1ml.
9. Kamera.
normal. Satu kandang berisikan satu ekor tikus dan diberi makan dengan pakan
standar (pelet) tipe 594 dengan kadar protein 17-19,5%, lemak 3% dan serat 8%.
terhadap lingkungan yang baru, selama itu tikus tetap diberi diet standar tipe 594
ditimbang berat badannya dan dicatat serta mulai diberikan perlakuan sesuai
dengan kelompoknya.
1mlaquadest / hari
1mlaquadest/ hari
1mlaquadest/ hari
alat suntik yang ujung jarumnya sudah diubah menjadi tumpul dan agak
melengkung. Setelah tikus dipegang (fiksasi) dengan cara mencomot kulit kuduk
dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri, sementara pangkal ibu jari dengan jari
alat suntik/ sonde yang sudah berisi olanzapine kemudian memasukkan sonde
tersebut sampai ke lambung ( Ngatidjan, 2006). Obat diberi satu kali sehari.
berat 25 gram. Makanan sisa sehari sebelumnya ditimbang dan dicatat untuk
8. Hari ke-29, hari terakhir penelitian semua tikus ditimbang dan semua
Data data harian dan mingguan yang diperoleh dianalisis dengan bantuan
a. Analisis deskriptif
p>0,05.
36
e. Uji pre-post perlakuan untuk asupan makanan dan berat badan dengan Uji
T berpasangan.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Norvegicus) galur Wistar dewasa muda yang sehat, berat badan 150 – 200 gram,
dan umur 60-90 hari sebagai sampel,yang terbagi menjadi 4 kelompok masing-
2, dan Perlakuan 3.
Data jumlah asupan makanan dan berat badan tikus pre dan post pada
Tabel 5.1.
Data asupan makanan dan berat badan tikus pre dan postdiuji
37
38
Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas Data Berat Badan Pre dan Post, dan Asupan
makananMasing-masing Kelompok
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Berat badan pre kontrol 9 0,054 Normal
Berat badan pre perlakuan 1 9 0,192 Normal
Berat badan pre perlakuan 2 9 0,109 Normal
Berat badan pre perlakuan 3 9 0,267 Normal
Berat badan post kontrol 9 0,053 Normal
Berat badan post perlakuan 1 9 0,467 Normal
Berat badan post perlakuan 2 9 0,274 Normal
Berat badan post perlakuan 3 9 0,816 Normal
Kenaikan berat badan kontrol 9 0,854 Normal
Kenaikan berat badan perlakuan 1 9 0,202 Normal
Kenaikan berat badan perlakuan 2 9 0,332 Normal
Kenaikan berat badan perlakuan 3 9 0,482 Normal
Asupan makanan kontrol 9 0,450 Normal
Asupan makanan perlakuan 1 9 0,981 Normal
Asupan makanan perlakuan 2 9 0,453 Normal
Asupan makanan perlakuan 3 9 0,246 Normal
Asupan makanan postkontrol 9 0,366 Normal
Asupan makanan postperlakuan 1 9 0,402 Normal
Asupan makanan postperlakuan 2 9 0,776 Normal
Asupan makanan postperlakuan 3 9 0,089 Normal
Tabel 5.2
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Berat Badan Tikus Pre dan
Post, dan Jumlah Asupan Makanan Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Berat badan pre 1,90 0,150 Homogen
Berat badan post 0,96 0,423 Homogen
Kenaikan berat badan 0,45 0,720 Homogen
Asupan Makanan pre 1,79 0,169 Homogen
Asupan Makananpost 1,05 0,385 Homogen
39
Tabel 5.3
RerataAsupan Makanan antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Rerata
Kelompok Subjek n AsupanMakanan SB F p
(gram)
Asupan M.Kontrol 9 69,02 5,87
Asupan M. Perlakuan 1 9 71,19 13,57
1,7 0,179
Asupan M.Perlakuan 2 9 77,77 9,15
Asupan M.Perlakuan 3 9 77,96 11,36
77,77±9,15 gram dan rerata asupan makanan tikus Kelompok Perlakuan 3 adalah
77,9611,36 gram. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan
bahwa nilai F = 1,7 dan nilai p = 0,179. Hal ini berarti bahwa ke empat kelompok
kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.4.Tabel
One Way Anovamenunjukkan bahwa nilai F = 3,042 dan nilai p = 0,043. Hal ini
Tabel 5.4
RerataAsupan Makananantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Rerata
Kelompok Subjek n Asupan Makanan SB F p
(gram)
Kontrol 9 67,25 8,89
perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil
Tabel 5.5
Analisis KomparasiAsupan Makanan Sesudah Perlakuan antar Kelompok
Beda Rerata
Kelompok p Interpretasi
(gram)
Kontrol dan Perlakuan 1 6,67 0,224 Tidak Berbeda
Kontrol dan Perlakuan 2 13,49 0,017 Berbeda Bermakna
Kontrol dan Perlakuan 3 14 0,013 Berbeda Bermakna
Perlakuan 1 dan perlakuan 2 6,82 0,213 Tidak Berbeda
Perlakuan 1 dan Perlakuan 3 7,4 0,177 Tidak Berbeda
Perlakuan 2 dan Perlakuan 3 0,58 0,913 Tidak Berbeda
dengan uji t-paired antara minggu pertama dengan minggu terakhir. Hasil analisis
Tabel 5.6
Analisis Asupan Makanandalam Kelompok
(p<0,05).
43
60
40 Pre
20 Post
0 Post
Kontrol Pre
Perlakuan
Perlakuan
1 Perlakuan
2
3
Tabel 5.7
RerataBerat Badan antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Rerata
Kelompok Subjek n Berat Badan SB F p
(gram)
Kontrol 9 166,21 16,69
Perlakuan 1 9 161,53 9,78
0,28 0,838
Perlakuan 2 9 166,32 15,27
Perlakuan 3 9 166,01 9,28
Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F =
0,28 dan nilai p = 0,838. Hal ini berarti bahwa keempat kelompok sebelum
diberikan perlakuan, rerata berat badannya tidak berbeda secara bermakna (p >
0,05).
Tabel 5.8
RerataBerat badanantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Rerata
Kelompok Subjek n Berat badan SB F P
(gram)
Kontrol 9 179,71 12,43
Perlakuan 1 9 176,61 10,04
3,35 0,031
Perlakuan 2 9 187,91 12,95
Perlakuan 3 9 190,70 7,26
One Way Anovamenunjukkan bahwa nilai F = 3,35 dan nilai p = 0,031. Hal ini
rerata kenaikan berat badan antar kelompok sesudah diberikan perlakuan. Hasil
analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.9 berikut.
46
Tabel 5.9
Analisis Komparasi RerataKenaikan Berat Badan antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan
Rerata Kenaikan
Kelompok Subjek n Berat badan SB F P
(gram)
Kontrol 9 13,50 5,50
One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 5,54 dan nilai p = 0,004. Hal ini
berarti bahwa rerata kenaikan berat badan pada keempat kelompok sesudah
perlu dilakuan uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD). Hasil
Tabel 5.10
Analisis KomparasiKenaikan Berat Badan Sesudah Perlakuan antar
Kelompok
RerataKenaikan
Kelompok Berat Badan p Interpretasi
(gram)
Kontrol dan Perlakuan 1 1,58 0,624 Tidak Berbeda
Kontrol dan Perlakuan 2 8,09 0,016 Berbeda Bermakna
Kontrol dan Perlakuan 3 11,19 0,001 Berbeda Bermakna
Perlakuan 1 dan perlakuan 2 6,51 0,052 Tidak Berbeda
Perlakuan 1 dan Perlakuan 3 9,61 0,005 Berbeda Bermakna
Perlakuan 2 dan Perlakuan 3 3,10 0,343 Tidak Berbeda
Gambar 5.2, tampak bahwa terjadi peningkatan berat badan tertinggi pada
Kelompok Perlakuan 3.
Rerata Kenaikan BB
24.69
25 21.59
20
15.08
13.5
15
gram
Rerata Kenaikan BB
10
0
Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
PEMBAHASAN
galur Wistar dewasa muda yang sehat, berat badan 150 – 200 gram dan umur 60-
90 hari sebagai sampel. Hal ini dilakukan karena memiliki persamaan dengan
manusia usia dewasa muda, mudah didapatdan tidak gampang muntah. Pemberian
antipsikotik pada manusia dengan gangguan mental tentu tidak dapat disamakan
dengan tikus yang sehat, karena adanya perbedaan neurotransmiter antara individu
yang sehat dengan yang sakit. Namun secara laboratorium penggunaan tikus pada
penelitian ini mencoba meniru keadaan yang sebenarnya dalam klinis untuk lebih
mudah melihat efek dalam asupan makanan dan kenaikan berat badan. Penelitian
oleh Cooper dkk. (2005) juga menggunakan tikus Wistar betina dengan berat
badan 200gram karena dianggap lebih cocok untuk menilai perkembangan berat
badan. Penelitian dilakukan selama 28 hari untuk melihat efek kronis dari
olanzapine dan berbeda dengan penelitian lain seperti Davoodi dkk. (2208), Choi
dkk. (2007), Raskind dkk. (2007) yang melakukan penelitian dibawah 21 hari.
Perlakuan 3. Diberikan jenis makanan standar dan makanan yang dimakan terukur
49
50
sehingga dapat diukur jumlah makanan yang dimakan, lamanya waktu makan,
frekuensi makan dan jarak interval makan dari waktu ke waktu (Davoodi dkk.,
2008).
uji Levene’s testterhadap data berat badan tikus pre dan post dan jumlah
berdistribusi normal dan homogen (p>0,05) dalam masing masing kelompok, baik
uji parametrik yaitu uji One Way Anova, yaitu untuk membandingkan rerata
Perhitungan asupan makanan pada sampeltikus dilakukan setiap pagi hari dan
tampak jumlah asupan makanan tikus setiap harinya cukup bervariasi kadang
banyak, kadang sedikit dan tidak menentu. Untuk mengetahui asupan makanan
yang lebih tepat maka dilakukan pengukuran rata rata asupan makanan dalam
seminggu.
dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa rerata asupan makanan pada
dengan penelitian Cooper dkk. (2005), Choi dkk. (2007) dan Raskind dkk.(2007).
Namun dari ketiga penelitian tersebut terdapat perbedaan dosis yang diberikan,
jumlah asupan makanan pada tikus. Sejumlah penelitian lain seperti Ferno
diduga disebabkan oleh karena penekanan pada neuron POMC yang bersifat
sebagai penekan nafsu makan. Selain itu olanzapine juga meningkatkan asupan
makanan dengan meningkatkan peptida seperti NPY, AGRP dan agonis dari
minuman. Pada penelitian ini, tikus yang menerima 0,32mg olanzapine tidak
Pada penelitian ini didapatkan rerata asupan makanan pada tikus yang
dengan Kelompok Kontrol, sedangkan yang menerima dosis lebih besar yaitu 0,32
mirip dengan hasil penelitian Cooper dkk. (2005), yang menyatakan bahwa
diberikan olanzapine dengan dosis 1mg dibanding kontrol tetapi tidak terjadi
peningkatan asupan makanan pada tikus yang menerima dosis lebih besar
dibanding dengan yang menerima dosis besar, mungkin disebabkan oleh adanya
dkk., 2013).
53
gram, dan rerata berat badan tikus Kelompok Perlakuan 3 adalah 166,019,28
gram. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anovamenunjukkan bahwa nilai F
= 0,29 dan nilai p = 0,833. Hal ini berarti bahwa keempat kelompok sebelum
diberikan perlakuan, rerata berat badannya tidak berbeda secara bermakna (p >
0,05).
Perlakuan 3 adalah 190,707,26 gram. Analisis kemaknaan dengan uji One Way
Hasil penelitian ini didukung oleh banyak hasil penelitian lain yang
mekanisme di tingkat seluler belum jelas, diduga penambahan berat badan melalui
54
hipotalamus dan meningkatkan berat badan. Hal yang sama juga ditemukan oleh
Kelemahan pada penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan peptida pada hewan
coba tapi mekanisme ini mungkin juga terjadi pada penelitian ini yang
semua kelompok termasuk Kelompok Kontrol setelah 28 hari penelitian. Hal ini
karena tikus yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah kelompok tikus
dewasa muda. Uji kenaikan berat badan dengan One Way Anovaditemukan
badan pada dosis tersebut pada penelitian ini, disertai dengan adanya peningkatan
asupan makanan juga pada tikus yang menerima dosis 0,08 mg dan 0,16 mg
disebabkan oleh adanya asupan makanan yang bertambah. Hal ini didukung oleh
penelitian Davoodi dkk. (2008) menemukan bahwa adanya kenaikan berat badan
55
Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada dosis besar yang
bahwa dengan dosis 0,5mg, 1mg dan 2 mg akan semakin meningkatkan berat
dicampur dengan makanan selama 14 hari. Hal ini mungkin dengan besarnya
dosis akan semakin merangsang neuron perangsang nafsu makan dan bergesernya
dkk., 2012). Perbedaan pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh banyak
hal seperti jenis tikus yang digunakan, besaran dosis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dosis yag dikonversi dari manusia ke tikus dan hanya sekali
sehari. Bisa juga karena efek samping olanzapine dalam menimbulkan obesitas
masih belum dapat dijelaskan dengan pasti (Fell dkk.,2008).Dosis besar dalam
penelitian ini yaitu 0,32mg olanzapine mungkin membuat tikus lebih banyak tidur
dari pada melakukan aktivitas makan perlu diteliti lebih lanjut. Meskipun dalam
basal energy expenditure (Albaught dkk., 2006). Pada penelitian ini terlihat
56
dan Johnston, 2010). Adanya afinitas obat ini terhadap beberapa neurotransmiter
berikatan dengan reseptor antagonis 5HT2C dan antihistamin H1, diduga berperan
penambahan berat badan. Meskipun hal ini tidak konsisten, tapi kedua
7.1 Simpulan
4. Pemberian olanzapine oral secara kronis dengan dosis 0,32mg tidak dapat
7.2 Saran
Saran dalam penelitian ini adalah melakukan penelitian lebih lanjut pada
57
DAFTAR PUSTAKA
58
59
Tajima,K.,Fernandez,H.,Lopez-Ibor,J.J.,Carrasco,J.L.,Diaz-Marsa,M., 2009.
Schizophrenia Treatment. Critical review on the Drugs and Mechanisms of
Action of Antipsychotics.Actas Esp Psiquiatr.Madrid:37:330-342.
Zipursky, R.B., Gu, H., Green, A.I., Perkins, D.O., Tohen,M.F.,McEvoy, J.P.,
Strakowski, S.M., Sharma, T., Kahn, R.S., Gur, R.E., Tollefson, G.D.,
Lieberman, J.A., and on behalf of the, HGDH Study Group. 2005. Course
and Predictors of Weight Gain in People with First-episode Psychosis
Treated with Olanzapine or Haloperidol. British Journal of
Psychiatry.187:537–543.
64
Lampiran 1.
Keterangan
* : hasil yang diperoleh signifikan dibanding kontrol
- : tidak signifikan dibanding kontrol
65
Lampiran 2.
Lampiran 3:
Lembaran Pencatatan Berat Badan Tikus
1
2
3
4
PI 5
6
7
8
9
1
2
3
4
P II 5
6
7
8
9
1
2
3
4
P III 5
6
7
8
9
67
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
K1
K2
K K3
K4
K5
1
2
PI 3
4
5
1
2
P II 3
4
5
1
2
P III 3
4
5
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
K1
K2
K K3
K4
K5
1
2
PI 3
4
5
1
2
P II 3
4
5
1
2
P III 3
4
5
68
Lampiran 4
Uji Normalitas Data Berat Badan dan Asupan Makanan Sebelum dan Sesudah
Perlakuan
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Lampiran 5
Uji Homogenitas Data Berat Badan dan Asupan Makanan Sebelum dan Sesudah
Perlakuan
Lampiran 6
Data deskriptif dan Uji One Way Anova Data Berat Badan dan Asupan Makanan
Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Total 5693.396 35
Total 5001.760 35
Total 2220.543 35
Total 4017.570 35
Total 5337.843 35
72
Multiple Comparisons
LSD
95% Confidence
Interval
Lampiran 7
Uji t-paired antara Asupan Makanan minggu Pertama dengan minggu
terakhirmasing-masing Kelompok
T-Test
[DataSet1] C:\Users\ASUS\.spss\Desktop\data asupan makanan mingguan\data
cari t berpasangan.sav
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Pair 1 asupan_1 -
.90000 7.46056 2.48685 -4.83470 6.63470 .362 8 .727
asupan_4
75
T-Test
N Correlation Sig.
Paired Differences
Pair 1 asupan_P1_1 -
-.81111 8.88066 2.96022 -7.63739 6.01517 -.274 8 .791
asupan_P1_4
76
T-Test
N Correlation Sig.
Paired Differences
Pair 1 asupan_P2_1 -
-3.25556 13.79204 4.59735 -13.85705 7.34594 -.708 8 .499
asupan_P2_4
77
T-Test
N Correlation Sig.
Paired Differences
Pair 1 asupan_P3_1 -
-4.57778 5.64685 1.88228 -8.91833 -.23722 -2.432 8 .041
asupan_P3_4
78
Lampiran 8
Uji t-paired antara Berat badan Pre dengan Post Masing-masing Kelompok
Kelompok = Kontrol
N Correlation Sig.
Pair 1 BB_pre & BB_post 9 .971 .000
a. Kelompok = Kontrol
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Deviati Std. Error Sig. (2-
Mean on Mean Lower Upper t df tailed)
Pair BB_pre - -
5.5022 1.83409 -17.72942 -9.27058 -7.361 8 .000
1 BB_post 1.35000E1
a. Kelompok = Kontrol
79
Kelompok = Perlakuan 1
N Correlation Sig.
Pair 1 BB_pre & BB_post 9 .822 .007
a. Kelompok = Perlakuan 1
Kelompok = Perlakuan 2
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair BB_pre - -
1 BB_post 2.1588 6.10583 2.03528 -26.28224 -16.89554 -10.607 8 .000
9E1
a. Kelompok = Perlakuan 2
81
Kelompok = Perlakuan 3
N Correlation Sig.
Pair 1 BB_pre & BB_post 9 .435 .242
a. Kelompok = Perlakuan 3
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Deviatio Std. Error Sig. (2-
Mean n Mean Lower Upper t df tailed)
Pair BB_pre - -
1 BB_post 2.4688 8.95285 2.98428 -31.57066 -17.80712 -8.273 8 .000
9E1
a. Kelompok = Perlakuan 3
82
Lampiran 9
83
Lampiran 10
Foto Foto penelitian
Penimbangan tikus.