Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies Gigi


Karies merupakan suatu penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan
kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas ke arah pulpa. Karies
gigi dapat dialami oleh setiap orang dan timbul pada satu permukaan gigi atau
lebih, serta dapat meluas kebagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari
email ke dentin atau ke pulpa. Karies dikarenakan berbagai sebab, diantaranya
adalah karbohidrat, mikroorganise, dan air ludah, permukaan gigi, bentuk gigi
(Tarigan, 2015).
Menurut Hidayat (2016), Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan
keras gigi, yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas
suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya
adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan
bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta
penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.
walaupun demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi, pada
stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan.
Karies gigi juga dikenal sebagai kerusakan gigi atau rongga, adalah
infeksi biasanya bersal dari bakteri, yang menyebabkan demineralisasi jaringan
keras (enamel, dentin, dan sementum) dan perusakan materi organik gigi
dengan produksi asam oleh hidrolisis dari akumulasi sisa-sisa makanan pada
permukaan gigi. Jika demineralisasi melebihi air liur dan faktor remineralisasi
lain seperti kalsium dan pasta gigi fluoride, jaringan ini semakin rusak,
memproduksi gigi karies atau gigi berlubang (Hongini dan Aditiawarman,
2012).
Karies gigi (gigi berlubang), merupakan kerusakan enamel, dentin dan
sementum yang berlangsung secara progresif. Insiden pembentukan karies gigi
yang paling tinggi terdapat pada usia anak-anak. Setelah usia 25 tahun jarak
terbentuk karies yang baru sekalipun lubang-lubang lama akan melebar.
Terdapat beberapa stadium karies, yaitu :
1. Email menjadi menipis
2. Email menjadi keropos, lubang yang dalam, dimana bakteri bisa berkembang
3. Kadang-kadang dari luar terlihat bagus, tapi sudah merasa sakit, ini suatu
tanda pengrusakan sudah sampai urat syaraf (pulpis).
4. Urat syaraf mati, menjadi busuk yang disebut gangren. Baunya sangat busuk,
terjadi pembengkakan yang sakit (Arifin, dkk., 2016).

Remaja merupakan aset bangsa untuk untuk terciptanya generasi


mendatang yang baik. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya
perubahan- perubahan yang berlangsungnya cepat dalam hal pertumbuhan
fisik, kognitif, dan psikososial atau tingkah laku. Usia remaja merupakan usia
peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa dan disertai dengan
perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Karies
gigi sering terjadi pada anak, karena terlalu sering makan cemilan yang
lengket dan banyak mengandung gula. Karies yang terjadi pada gigi sulung
memang tidak berbahaya,karena masih ada kesempatan digantikan oleh
kehadiran gigi tetap, namun kejadian ini biasanya berlanjut sampai anak
memasuki usia remaja, bahkan sampai dewasa. Gigi yang berlubang akan
menyerang gigi tetap atau gigi permanen sebelum gigi tersebut berhasil
menembus gusi karena ketika sudah berlubang hingga dewasa tidak dapat lagi
digantikan oleh gigi alami. Makanan yang dapat dengan mudah menimbulkan
karies, antara lain: keripik kentang, permen, kue yang berisi krim, kue kering,
dan minuman manis.namun pada prinsipnya makanan apapun (termasuk buah-
buahan) dapat menimbulkan karies jika sesudah makan anak tidak dibiasakan
menggosok gigi (Adriani & Wirjatmadi, 2012).
2.1.1 Tanda dan Gejala Karies

Gejala gigi berlubang umumnya adalah:


1. Sakit gigi, gigi menjadi sensitif setelah makan atau minum
manis,asam, panas, atau dingin
2. Terlihat atau terasa adanya lubang pada gigi
3. Bau mulut (halitosis).
Tanda awal dari lesi karies yang baru adalah munculnya bercak putih
kapur pada permukaan gigi, ni menunjukkan area demineralisasi enamel.
Hal ini disebut sebagai lesi karies yang baru mulai atau “microcavity”.
Sebagai lesi terus demineralisasi, dapat berubah menjadi coklat tapi
akhirnya akan berubah menjadi sebuah kavitasi (rongga). Sebelum bentuk
rongga, proses ini reversibel, dan struktur gigi hilang tidak dapat di
regenerasi. Sebuah lesi yang muncul coklat dan mengkilat menunjukkan
karies gigi pernah hadir tapi proses demineralisasi telah berhenti,
meninggalkan noda. Sebuah bercak coklat kusam dalam penampilan
mungkin tanda karies aktif. Sebagai enamel dan dentin yang hancur,
rongga menjadi lebih terlihat. Daerah yang terkena dampak dari
perubahan warna gigi dan menjadi lunak ketika disentuh. Setelah
pembusukanmelewati email, tubulus dentin, yang memiliki bagian-bagian
ke saraf gigi, menjadi terbuka dan menyebabkan sakit gigi. Sakit gigi
dapat memperburukdengan paparan terhadap panas, dingin, atau makanan
dan minuman manis. Gigi karies juga dapat menyebabkan bau mulut
busuk. Dalam kasus yang berkembang, infeksi dapat menyebar dari gigi
ke sekitar jaringan lunak. Komplikasi seperti trombosis sinus kavernosus
dan angina ludwig dapat mengancam jiwa (Hongini dan Aditiawarman,
2012).

2.1.2 Klasifikasi Karies Gigi


2.1.2.1 Berdasarkan Stadium Karies
Pada klasifikasi ini, karies dibagi menurut kedalamnya
(Tarigan, 2013) :

a. Karies Superfisialis
Karies baru mengenai email saja, sedang dentin belum terkena.

b. Karies Media
Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah
dentin.

c. Karies Profunda
Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-
kadang sudah mengenai pulpa. Karies profunda ini dapat kita
bagi lagi menjadi:

1. Karies profunda stadium I : Karies telah melewati setengah


dentin, biasanya belum dijumpai radang pulpa.
2. Karies profunda stadium II : Masih dijumpai lapisan tipis
yang membatasi karies dengan pulpa. Biasanya disini telah
terjadi radang pulpa.
3. Karies profunda stadium III : Pulpa telah terbuka dan
dijumpai bermacam-macam radang pulpa.

2.1.2.2 Berdasarkan Cara Meluasnya Karies


a. Karies Berpenetrasi
Karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk
kerucut. Perluasannya secara penetrasi, yaitu merembes ke
arah dalam.
b. Karies Nonpenetrasi
Karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas
ke arah samping sehingga menyebabkan bentuk seperti
periuk.

2.1.2.3 Berdasarkan Lokasi Karies


Menurut G.V. Black dalam Tarigan (2013) kavitas atas 5
bagian diberi tanda dengan nomor Romawi, dimana kavitas
diklasifikasikan berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies.
Pembagian tersebut adalah:
a. Klas I
Karies yang terdapat pada bagian oklusal (ceruk dan fisura)
dari gigi premolar dan molar (gigi posterior). Dapat juga
terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.
b. Klas II
Karies yang terdapat pada bagian aproksimal gigi-gigi molar
atau premolar yang umumnya meluas sampai ke bagian
oklusal.
c. Klas III
Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi depan,
tetapi belum mencapai margo-inisisalis (belum mencapai
sepertiga insisal gigi).
d. Klas IV
Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi-geligi
depan dan sudah mencapai mango-insialis (telah mencapai
sepertiga insisal dari gigi).
e. Klas V
Karies yang terdapat pada bagian sepertiga leher dari gigi-
geligi depan maupun gigi belakang pada permukaan labial,
lingual, palatal, ataupun bukal dari gigi.

2.1.2.4 Berdasarkan Banyaknya Permukaan Gigi yang Terkena Karies

a. Karies Simpel
Karies yang dijumpai pada satu permukaan saja, misalnya
labial, bukal, lingual, mesial, distal dan oklusal.
b. Karies Kompleks
Karies yang sudah luas dan mengenai lebih dari satu bidang
permukaan gigi. Misalnya, mesio-, distoinsial, mesio-oklusal.

2.1.4 Indikator Penilaian Karies Gigi


Pada kasus karies, pengukuran penyakit akan meliputi :
a. Jumlah gigi karies yang tidak diobati (D)
b. Jumlah gigi yang telah dicabut dan tidak ada (M)
c. Jumlah gigi yang ditambal (F)
Pengukuran ini dikenal sebagai indeks DMF (Decay, Missing, Filling)
dan merupakan indeks aritmetika penyebaran karies yang kumulatif pada
suatu kelompok masyarakat. DMF-T (Decay, Missing, Filling, Teeth)
digunakan untuk menemukan gigi karies, hilang akibat karies dan
ditambal, sementara DMF-S (Decay,Missing,Filling- Surface)
menyatakan gigi karies hilang dan permukaan gigi yang ditambal pada
gigi permanen, sehingga jumlah permukaan gigi yang terserang karies
harus diperhitungkan (Kidd & Bechal, 2012).
Cara mencari rata-rata DMF-T adalah mengumpulkan data tentang
indeks DMF-T setiap responden jumlah seluruh indeks DMF-T tersebut
dengan jumlah seluruh responden untuk memperoleh rata-rata indeks
DMF-T (Marinda, 2017).
Indeks DMF-T = D(Decay) + M(Missing) + F(Filling)

Indeks DMF-T rata-rata = jumlah indeks DMF-T semua responden


Jumlah responden.

2.1.5 Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi

Menurut Suwelo (1992), faktor yang mempengaruhi terjadinya karies


gigi terdiri dari dua faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar.
Faktor dalam meliputi permukaan gigi dan saliva, mikroorganisme,
substrat (karbohidrat) dan waktu sedangkan faktor luar merupakan faktor
yang berkaitan dengan penyebab terjadinya karies seperti pengetahuan,
jenis konsumsi makanan dan sebagainya.

2.1.5.1 Faktor Dalam


Faktor resiko di dalam mulut adalah faktor yang langsung
berhubungan dengan karies. Ada empat faktor yang berinteraksi,
yaitu :

a. Permukaan gigi dan Saliva


Karies gigi dapat terjadi pada setiap permukaan gigi yang terkena
rongga mulut, tapi bukan struktur yang dipertahankan dalam tulang.
Semua karies terjadi dari demineralisasi asam yang melebihi air liur
dan reineralisasi fluorida, dan hampir semua demineralisasi asam
terjadi dimana makanan (yang mengandung karbohidrat seperti gula)
yang tersisa pada gigi. Meskipun sebagian besar makanan
terperangkap tersisa diantara gigi, lebih 80% dari gigi berlubang
terjadi didalam pit dan fisura pada permukaan karet dimana menyikat
gigi, fluorida dan air liur tidak bisa mencapai remineraisasi gigi
seperti pada daerah yang mudah dijangkau permukaannya (Hongini
dan Aditiawarman, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Nurmalina dkk., (2019), yaitu pada penelitian ini menunjukkan
bahwa ada hubungan PH saliva dengan pengalaman karies gigi pada
siswa kelas VII SMP 1 Muhammadiyah, 1 Godean, Sleman,
Yogyakarta.

b. Bakteri (Mikroorganisme)
Mulut mengandung berbagai bakteri, tetapi hanya beberapa
spesies tertentu dari bakteri yang dapat menyebabkan gigi karies.
Streptococcus mutans dan Laktobacilli paling dekat hubungannya
dengan karies. Bakteri tersebut berkumpul dan menempel disekitar
gigi dan gusi, lengket dan berwarna krem yang disebut plak. Lekukan
pada oklusal permukaan molar dan premolar gigi menyediakan
retensi mikroskopis untuk bakteri plak. Plak memegang peranan
penting dalam proses kerusakan jaringan karies gigi dan dalam proses
inflamasi jaringan lunak sekitar gigi. Efek merusak gigi (karies)
disebabkan karena kegiatan metabolisme mikroorganisme di dalam
plak gigi tersebut (Hongini dan Aditiawarman, 2012).

c. Karbohidrat
Konsumsi karbohidrat seperti sukrosa yang dapat terfermentasi
akan mempengaruhi pembentukan plak gigi dan membantu
perkembangbiakan serta kolonisasi bakteri Streptococcus mutans
pada permukaan gigi. Konsumsi sukrosa secara berlebih dapat
mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak untuk memproduksi
asam sehingga menyebabkan timbulnya karies (Heyman dkk., 2013).

Karies terjadi ketika proses remineralisasi menjadi lebih lambat


dibandingkan proses demineralisasi, serta adanya kehilangan mineral.
Hal ini dapat dicegah dengan menghindari makanan manis dan
menghilangkan plak (Tarigan, 2013).

Berdasarkan penelitian (Anggraeni, 2007), maka didapatkan


bahwa ada hubungan tingkat konsumsi karbohidrat dengan kejadian
penyakit karies gigi pada anak pra sekolah di TK ABA 52 Semarang.
Sesuai dengan pernyataan bahwa konsumsi karbohidrat yang
berlebihan akan menyebabkan produksi asam oleh bakteri menjadi
lebih sering lagi, sehingga keasaman rongga mulut menjadi lebih
permanen dan semakin banyak email yang terlarut dan dapat
menyebabkan pembentukan karies gigi.

d. Waktu
Siklus proses karies membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menyebabkan kavitasi. Perkembangan melalui email sering kali
lambat sehingga lesi email kadang kala tetap tanpa perubahan
selama 3 sampai 4 tahun. Laju perkembangan karies melalui dentin
juga lambat sehingga proses berjalan panjang, memberi kesempatan
untuk remineralisasi yang dapat mencegah tidak sampai terjadi
kavitasi (Putri dkk., 2009).

2.1.5.2 Faktor Luar


Faktor luar merupakan faktor penyebab tetapi faktor-faktor
yang pengaruhnya berkaitan dengan terjadinya karies.

a. Pengetahuan Kesehatan Gigi pada anak


Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya perilaku. Perilaku yang baik diawali
dengan pengetahuan yang baik. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Terjadinya suatu penyakit tidak
terlepas dari pengetahuan yang kurang baik tentang kesehatan
(Notoadmodjo, 2007).
Pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut sangat
penting untuk terbentuknya tindakan menjaga kebersihan gigi
dan mulut. Menjaga kebersihan gigi dan mulut pada usia sekolah
merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kesehatan pada
usia dini (Herijulianti dkk., 2001).
Pengetahuan tentang kesehatan gigi sangat menentukan
status kesehatan gigi dan mulut seseorang kelak, namun
pengetahuan saja tidak cukup perlu diikuti dengan sikap dan
tindakan yang tepat.
Penelitian Monica (2016), menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan mengenai
pemeliharaan kesehatan gigi dengan karies gigi. Hal ini
dibuktikan dengan jumlah responden yang tinggi, dengan
memiliki pengetahuan yang kurang baik mengalami karies gigi.

b. Perilaku menyikat gigi


Perilaku kesehatan gigi individu dan masyarakat
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku kesehatan gigi
positif, misalnya dengan menggosok gigi dan mulut, sebaliknya
perilaku kesehatan gigi negatif, misalnya tidak menggosok gigi
secara teratur maka kondisi gigi dan mulut akan menurun dan
dampaknya mudah berlubang (Budiharto, 2010).
Tarigan (2013), yang menyatakan bahwa kebiasaan adalah
kegiatan yang sering dilakukan seseorang. Kebiasaan menyikat
gigi dilakukan sebagai salah satu cara mencegah terjadinya
penyakit gigi dan mulut. Menyikat gigi dua kali dalam sehari
pada pagi sesudah makan dan malam sebelum tidur membuat
nafas segar, memperbaiki penampilan gigi, dan menghilangkan
plak serta sisa makanan dari permukaan gigi. Bila plak dibiarkan
selama 24 sampai 48 jam, ia dapat mengeras dan menimbulkan
penyakit pada gusi dan akhirnya menyebabkan terjadinya karies
gigi dan peradangan lainnya.
Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Maulani dan Enterprise (2005) bahwa menyikat gigi merupakan
upaya pencegahan karies gigi yang sangat penting karena dengan
menyikat gigi mampu menghilangkan sisa-sisa makanan yang
menempel pada gigi yang jika tidak segera dibersihkan akan
menjadi plak dan selanjutnya dapat menyebabkan karies gigi.
Menyikat gigi merupakan hal yang sangat penting dalam
upaya menjaga kesehatan gigi. Seseorang yang memiliki
kebiasaan makan makanan kariogenik tinggi kemungkinan kecil
akan menderita karies gigi jika memiliki kebiasaan menyikat gigi
yang baik dan benar.
Menurut penelitian (Maulida dkk., 2014), terdapat
hubungan yang signifikan antara kebiasaan perilaku menyikat
gigi dengan kejadian karies gigi pada anak di TK Aisyiyah
Bustanul Atfal Desa Lebaksiu Lor. Hal ini dibuktikan oleh
jumlah responden yang menderita karies gigi dengan kebiasaan
menyikat gigi buruk lebih banyak daripada jumlah responden
dengan kebiasaan menyikat gigi baik tidak ada yang menderita
karies gigi.

c. Mengkonsumsi Makanan Jenis Kariogenik


Tarigan (2013), menjelaskan bahwa makanan yang
dikonsumsi anak akan berhubungan dengan kesehatan gigi.
Terlalu banyak karbohidrat, baik gula misalnya, kue, permen,
susu, makanan, dan minuman yang manis lainnya maupun
tepung-tepungan misalnya, keripik kentang atau singkong dapat
mengakibatkan pengeroposan gigi. Seberapa lama karbohidrat
menempel pada gigi adalah penyebab utama pembusukan gigi.
Permen cokelat dan makan makanan yang manis adalah
makanan yang paling sering mengancam kerusakan gigi.
Sebagian besar permen yang beredar saat ini adalah permen yang
mengandung gula. Jika dikonsumsi dengan cara yang tidak tepat
maka dapat memberi kesempatan bagi bakteri mulut untuk
merusak gigi dan terjadi karies gigi. Makanan merupakan hal
yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut.
Pengaruh ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1). Isi dari makanan yang menghasilkan energi, misalnya
karbohidrat, lemak, protein, dan lain-lain
2). Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan, makanan yang
bersifat membersihkan gigi, cenderung mengurangi kerusakan
gigi, dan sebagai penggosok gigi alami seperti apel, jambu air,
bengkuang, dan lain-lain. Sebaliknya, makanan yang lunak dan
melekat pada gigi, amat merusak gigi seperti: coklat, permen,
biskuit, roti, cake, dan lain-lain.

Maulani dan Enterprise (2005), menjelaskan bahwa pada


umumnya makanan yang mengandung karbohidrat atau pati dan
gula susah untuk dibersihkan dari gigi. Potensi timbulnya gigi
berlubang telah diuji di Laboratorium. Hasil uji menunjukkan
bahwa makanan karbohidrat yang berfermentasi baik gula atau
pati yang dimasak mempunyai potensi sebagai penyebab gigi
berlubang.

Adapun frekuensi asupan makanan kariogenik ini dapat


dibagi menjadi 4 kategori yaitu sangat sering apabila
mengkonsumsi makanan kariogenik setiap hari, sering apabila
mengkonsumsi makanan kariogenik 3-4x seminggu, hampir
tidak pernah apabila mengkonsumsi makanan kariogenik 2-3x
sebulan, dan tidak pernah apabila makanan kariogenik ≤ 1x
sebulan (Food and Agriculture Organization, 2018).

Penelitian Fauzi (2016), menunjukkan bahwa terdapat


hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan kariogenik
dan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah. Hasil penelitian
ini diperkuat dengan penelitian Khotimah dkk., (2018) yang juga
menyatakan ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan
makan-makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi.

2.1.6 Pencegahan Karies Gigi


Program pencegahan karies merupakan proses yang kompleks dan
melibatkan beragam faktor-faktor yang tidak berkaitan. Tujuan utama
program pencegahan adalah untuk mengurangi jumlah bakteria
kariogenik. Pencegahan harus dimulai dengan mempertimbangkan
keseluruhan daya tahan pasien akan infeksi yang disebabkan oleh bakteria
kariogenik. Meskipun kesehatan umum pasien, riwayat pemajanan
flouride, dan fungsi sistem imun serta kelenjar saliva memiliki suatu
dampak yang signifikan pada resiko pasien akan karies, namun pasien
sendiri dapat memiliki sedikit kontrol atas faktor-faktor ini. Pasien
umumnya mampu mengendalikan faktor-faktor lainnya, seperti pola
makan, kebersihan oral, penggunaan agen-agen antimikroba, serta
perawatan gigi yang kemungkinan melibatkan penambalan dan restorasi
(Putri dkk., 2009).
Dasar-dasar pencegahan karies adalah modifikasi satu atau lebih dari
tiga faktor utama penyebab karies yaitu: plak, substrat karbohidrat yang
sesuai dan kerentanan gigi. Mengingat bahwa karies membutuhkan waktu
bulanan tahunan untuk menghancurkan gigi, maka pasienlah yang bisa
mengendalikan faktor waktu ini. Secara teori ada tiga cara dalam
mencegah karies yaitu (Hongini & Aditiawarman, 2012) :

a. Hilangkan substrat karbohidrat


Untungnya tidaklah perlu menghilangkan secara total karbohidrat dari
maknanan kita. Yang diperlukan hanyalah mengurangi frekuensi
konsumsi gula dan membatasinya pada saat makan saja. Hal ini
dianggap cara pencegahan yang paling efektif.

b. Tingkatkan ketahanan gigi


Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat resisten terhadap karies
dengan memaparkannya terhadap flour secara tepat. Pit dan fisur yang
dalam dapat dikurangi kerentanannya dengan menutupnya memakai
resin. Mengingat bahwa dalam proses karies ini terliput kuman yang
spesifik, tidaklah mustahil dalam waktu yang akan datang dapat
dilakukan pencegahan dengan imunisasi. Berbagai penelitian sekarang
ini benar-benar sedang diarahkan kepada maksud tersebut. Walaupun
demikian, uji coba klinik pada manusia masih harus dilaksanakan dan
kalaupun dianggap sukses maka realisasi imunisasi dalam skalanya
yang besar masih jauh dari jangkauan.

c. Hilangnya plak bakteri


Secara teoritis permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi
karies. Tapi penghilangan total plak secara teratur bukanlah pekerjaan
mudah. Untungnya tidak semua kuman dalam plak mampu meragikan
gula sehingga tidaklah mustahil untuk mencegah karies dengan jalan
mengurangi kuman yang kariogeniknya saja.

Plak karbohidrat yang bisa diragikan

Email Email
Sehat Karies
Saliva
Flour
Modifikasi diet
Pembersihan plak

Gambar 2.1 Sumber : (Kidd, E & Bechal, S. (2013)

Pada gambar diatas, dimaksudkan sebagai suatu proses destruksi


dan reparasi yang silih berganti. Email yang sehat akan menjadi karies
pada saat bakteri plak memperoleh substrat yang diperlukan untuk
membentuk asam. Akan tetapi, saliva adalah cairan yang baik dalam
mengadakan remineralisasi sehingga tanda panah dapat berbalik ke arah
email sehat kembali oleh flour yang didapat dari modifikasi diet dan
usaha menghilangkan plak.

Ada baiknya diingatkan bahwa untuk segala usaha pencegahan ini


diperlukan kerjasama dengan pasien. Pada akhirnya nanti, pasienlah yang
harus berkeinginan mencegah karies ini, bukan dokter giginya. Peran
utama profesi adalah melengkapi pasien dengan pengetahuan sehingga
mereka mengerti perlu diupayakan agar menerima tanggung jawab dalam
memelihara mulutnya sendiri. Walaupun demikian, sebelum
membicarakan penanggulangan karies, penyakit ini sendiri harus
dimengerti dengan baik.

2.1.7 Cara Mengatasi Karies Gigi


Kebersihan mulut dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting,
beberapa masalah mulut dan gigi dapat terjadi karena kita kurang
menjaga kebersihan mulut dan gigi. Kesadaran menjaga kesehatan mulut
sangat perlu dan merupakan obat pencegah terjadinya masalah gigi dan
mulut yang paling tepat. Lebih baik mencegah daripada mengobati.
Berikut cara-cara untuk mengatasi karies atau gigi berlubang yaitu
(Hidayat, 2016) :
a. Sikat gigi
Semua orang pasti tahu bagaimana caranya, mungkin juga sudah
melakukannya setiap hari. Jadi yang penting disini adalah pengenalan
teknik menyikat gigi yang tepat, memotivasi untuk menyikat gigi
secara teratur, dan pemilihan pasta gigi dengan tepat. Teknik sikat gigi
secara horizontal lazim dilakukan dan dikenal secara umum, dan itu
ternyata merupakan suatu kesalahan karena dengan cara demikian
lambat laundapat menimbulkan resesi gingival dan abrasi gigi. Lebih
lanjut lagi, penyakit-penyakit periodontal akan lebih mudah terjadi.
Pemilihan bulu sikat yang halus juga penting agar tidak melukai gusi.
Hendaknya sikat gigi diganti sekurang-kurangnya tiap sebulan sekali.
Dengan demikian bulu sikat masih tetap efektif dalam membersihkan
gigi. Pasta gigi berfluoride selayaknya dipilih karena dari penelitian
kandungan fluoride tersebut mampu menurunkan angka karies melalui
dua hal, mengeliminasi dental plak yang merupakan cikal bakal karies
serta suplemen topikal fluoride bagi gigi sebagai mineral protektif
penting terhadap karies.
Adapun cara atau teknik menyikat gigi yang baik dan benar
adalah cara yang umum dianjurkan membersihkan deposit lunak pada
permukaan gigi dan gusi dan merupakan tindakan preventif dalam
menuju keberhasilan dan kesehatan rongga mulut yang optimal. Oleh
karena itu, cara menyikat gigi harus dimengerti dan dilaksanakan
secara aktif dan teratur (putri dkk., 2009).
Dalam penyikatan gigi harus diperhatikan hal-hal berikut :
1. Teknik penyikatan gigi harus dapat membersihkan semua
permukaan gigi dan gusi secara efesien terutama daerah saku gusi
dan daerah interdental
2. Pergerakan sikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan
gusi atau abrasi gigi.
3. Teknik penyikatan harus sederhana, tepat, dan efesien waktu.

Agar penyikatan gigi lebih baik, dapat dipergunakan larutan


disklosing sebelum dan sesudah menyikat gigi. Kebanyakan teknik
penyikatan gigi dapat digolongkan kedalam enam golongan
berdasarkan macam gerakan yang dilakukan, yaitu :
1. Teknik Vertikal
Teknik vertikal dilakukan dengan kedua rahang tertutup, kemudian
permukaan bukal gigi disikat dengan gerakan keatas dan kebawah.
2. Teknik Horizontal
Permukaan bagian luar dan dalam gigi disikat dengan gerakan ke
depan dan ke belakang.
3. Teknik Roll atau Modifikasi Stillman
Teknik dengan cara yang paling sering dianjurkan karena
sederhana tetapi efesien dan dapat digunakan diseluruh bagian
mulut. Bulu-bulu sikat ditempatkan pada gusi dan digerakan secara
perlahan-lahan melalui permukaan gigi. Cara ini terutama sekali
menghasilkan pemijatan gusi dan diharapkan membersihkan sisa
makanan dari daerah bagian sela-sela gigi.
4. Teknik Vibratory
Teknik menyikat gigi dengan cara sikat digetarkan dalam
lengkunga-lengkungan kecil sehingga kepala sikat bergerak secara
sirkuler, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus tetap ditempat semula.
5. Teknik Sirkuler
Teknik menyikat gigi dimana bulu-bulu sikat ditempatkan agak
tegak lurus pada permukaan bagian depan pada gigi belakang
dalam keadaan tertutup. Sikat dengan gerakan melingkar sehingga
gigi dan gusi rahang atas dan rahang bawah disikat sekaligus.
6. Teknik Fisiologik
Teknik ini digunakan dengan sikat gigi bulu-bulu yang lunak,
tangkai sikat gigi dipegang secara horizontal dengan bulu-bulu
sikat tegak lurus terhadap permukaan gigi.

b. Kumur-kumur antiseptik (oral rinse)


Terdapat berbagai bahan aktif yang sering digunakan sebagai
bahan aktif yang sering digunakan sebagai kumur-kumur yang dijual
bebas dan umumnya berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan seperti
metal salisilat. Selain itu ada yang perlu diresepkan oleh dokter,
seperti chlorexidine. Dan kumur-kumur lebih murah dan cukup efektif
adalah dengan air garam hangat. Sebenarnya kumur-kumur lebih
diperlukan pada penyakit-penyakit gusi dan periodontal, sedangkan
dalam penggunaan sehari-hari tidak terbukti dalam mencegah karies,
apalagi jika penggunaannya tidak diawali dengan sikat gigi. Jadi
sangatlah penting untuk untuk diketahui bahwa kumur-kumur
bukanlah pengganti sikat gigi, dan sikat gigi masih menjadi upaya
pencegahan, terpenting dari penyakit-penyakit gigi, khusunya karies.
Bahkan jika obat kumr-kumur terlalu sering digunakan akan
menyebabkan flora normal mulut akan mati dan membuat mulut
menjadi kering, bahkan seperti terbakar.

c. Penggunaan Dental Floss (benang gigi)


Akhir-akhir ini cara tersebut mulai banyak diperkenalkan dan
cukup ampuh untuk membersihkan sela-sela gigi. Teknik
penggunaannya harus dimengerti dengan tepat, karena jika tidak
bukannya mencegah penyakit periodontal tetapi yang terjadi malah
melukai gusi dan membuat radang.

d. Pembersih lidah
Alat ini mampu membersihkan dorsum lingual yang sering kali
luput kita bersihkan saat menyikat gigi. Tumpukkan debris di dorsum
lidah penuh dengan kuman-kuman oportunis serta candida yang
bermukim sebagai flora normal maupun transient. Penjelasan
mengenai cara-cara sangatlah diperlukan. Mungkin setelah melakukan
upaya-upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut yang baik dan benar
kita beranggapan bahwa kontrol ke dokter gigi tidaklah penting.
Padahal kontrol ke dokter gigi secara teratur diperlukan sebagai salah
satu upaya preventif karena merekalah ahlinya, sebaiknya melakukan
kontrol enam bulan sekali.
2.2 Kerangka Teori

Berikut ini merupakan kerangka teori sebagai berikut :

A. Faktor Dalam

1. Gigi dan Saliva


2. Mikroorganisme
3. Karbohidrat
4. Waktu

B. Faktor Luar Karies Gigi

1. Pengetahuan Kesehatan Gigi


2. Perilaku Cara Menyikat Gigi
3. Konsumsi jenis Makanan
Kariogenik

Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian


Sumber : Hongini & Aditiawarman, (2012), Khotimah dkk., (2013), Suwelo (1992),
Tarigan (2013),
2.3 Penelitian Terkait

Berikut ini merupakan penelitian terkait sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terkait

No Nama Judul Variabel Hasil Metode


.
1. Alini Faktor-Faktor a. Pengetahuan Ada hubungan Dengan
yang b. Perilaku yang signifikan menggunakan
Berhubungan menyikat gigi antara desain penelitian
dengan c. Makanan pengetahuan cross sectional
Kejadian kariogenik anak, peilaku study, diambil
Karies Gigi d. Peran orangtua menyikat gigi, dengan teknik
pada Murid e. Pemanfaatan konsumsi jenis total sampling.
SDN.005 pelayanan makanan Alat
Kepenuhan kesehatan gigi kariogenik, pengumpulann
Wilayah Kerja peran orang tua data berupa
Puskesmas dan kuisioner. Data
Kepenuhan pemanfaatan dianalisis
fasilitas menggunakan
pelayanan rumus uji chi
kesehatan gigi square.
dengan
kejadian karies
gigi pada anak
SDN.005
kepenuhan.

2. Nita Faktor-Faktor a. Pengetahuan Ada hubungan Penelitian


Noviani Yang Kesehatan Gigi yang signifikan kuantitatif ini
Berhubungan b. Periode antara menggunakan
Dengan Status Pemakaian pengetahuan desain cross
Karies Sikat Gigi kesehatan gigi, sectional.
(DMFT) Santri c. Makan Periode dianalisis
Pesantren Al Makanan Pemakaian menggunakan
Ashriyyah Kariogenik Sikat Gigi, rumus uji chi
Nurul Iman d. Cara Sikat Gigi Makan square
Parung Bogor Makanan
Tahun 2010 Kariogenik, dan
Cara sikat gigi
dengan status
No Nama Judul Variabel Hasil Metode
.
karies gigi.

3. Alhidayati, Hubungan a. Pengetahuan Ada hubungan Jenis penelitian


dkk Faktor b. Sikap pengetahuan, yang digunakan
Perilaku c. Kebiasaan sikap negatif adalah penelitian
dengan makanan manis dengan analitik
Kejadian d. Frekuensi kejadian karies kuantitatif
Karies Gigi menyikat gigi gigi, kebiasaan dengan
Anak Usia 12 e. Pemilihan sikat makanan menggunakan
Tahun di SMP gigi manis, desain cross
Tri Bhakti f. Peran orang frekuensi sectional.
Pekanbaru tua. menyikat gigi, dianalisis
Tahun 2018. pemilihan sikat menggunakan
dan rumus uji chi
peran orang tua square.
dengan
kejadian karies
gigi.
4. Ainun Nur Hubungan a. Pengetahuan Ada hubungan Jenis penelitian
Arifah pengetahuan, pemeliharan yang signifikan ini adalah
sikap dan kesehatan gigi antara observasional
perilaku dan mulut pengetahuan analitik dengan
kesehatan gigi b. Sikap pemeliharaan rancangan cross
dan mulut kesehatan gigi kessehatan gigi sectional.
terhadap status c. Tindakan dan mulut, dan dianalisis
kesehatan gigi kesehatan gigi sikap menggunakan
pelajar d. Status pemeliharaan uji Chi-square.
SMP/MTs kesehatan gigi kesehatan gigi
Pondok dan mulut,
Pesantren Putri tindakan
Ummul pemeliharaan
Mukminin kesehatan gigi
dan mulut
status karies
(DMF-T)
dengan status
fungsional gigi
(FMI), dimana
nilai p = 0,027 (
P < 0.05 ).
No Nama Judul Variabel Hasil Metode
.

5 Siti Faktor-faktor a. Pengetahuan Terdapat Desain


Umayah Yang siswa dengan hubungan yang penelitian ini
Berhubungan karies gigi bermakna menggunakan
dengan Karies b. Frekuensi antara desain cross
Gigi pada konsumsi pengetahuan sectional
Anak Sekolah makanan siswa, frekuensi
Dasar Kelas V Kariogenik konsumsi,
di SD Negeri c. Cara makanan
Pondok Jagung menggosok kariogenik, cara
02 Kota gigi menggosok
Tagerang d. Kebiasaan gigi, kebiasaan
Selatan Tahun menggosok menggosok gigi
2018. gigi dan faktor
Faktor lingkungan
lingkungan keluarga
keluarga dengan karies
gigi.
6 Khusnul Faktor-Faktor a. Karakteristik ada hubungan Metode yang
Khotimah yang responden: antara jenis digunakan
Berhubungan ( usia, jenis kelamin dengan dalam penelitian
dengan kelamin, status kejadian karies ini adalah survei
Kejadian ekonomi). gigi dengan analitik, Metode
Karies Gigi b. Menggosok p=0,021, pendekatan yang
pada Anak SD gigi ada hubungan digunakan
Kelas 1-6 di c. Makanan antara adalah cross
SD Negeri Kariogenik. menggosok gigi sectional.
Karangayu 03 dengan Teknik sampel
kejadian karies yang digunakan
gigi dengan dalam penelitian
p=0,014 dan ini adalah
ada hubungan random
makanan sampling.
kariogenik
dengan
kejadian karies
gigi dengan
p=0,017.
No Nama Judul Variabel Hasil Metode
.

Anda mungkin juga menyukai