Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional yaitu desain

potong lintang (cross sectional). Hal yang diamati adalah determinan yang

berhubungan dengan perilaku seksual berisiko (anal seks, oral seks, pemakaian

kondom dan multipartner pada lelaki seks lelaki (LSL) dengan kejadian HIV.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu : Maret – April 2018, pukul 15:00 – 19:00 Waktu ini dipilih di

karenakan pada waktu tersebut di mana lelaki seks lelaki (LSL)

mempunyai waktu luang setelah bekerja dan jam operasional klinik

adalah sejak pukul 08.00-16.00 WIB.

4.2.2 Tempat : Klinik Aster di Puskesmas Curug

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas suatu

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi target yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pria yang berhubungan seksual dengan

pria(LSL) yang melakukan Konseling tes secara sukarela (KTS) ke

55
56

Klinik Aster Puskesmas Curug dalam waktu 3 bulan terakhir

sebanyak 200 orang

4.4.2 Sampel

Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini termasuk analitik komparatif

kategorik tidak berpasangan 2 kelompo kyaitu sampel kasus dan dan sampel

control dengan perhitungan sebagai berikut :

𝑍𝛼 2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 𝑃,𝑄, + 𝑃-𝑄-


𝑛1 = 𝑛2 =
𝑃1−P2
Keterangan :
𝑃Zα = kesalahan tipe 1/positif = 5% = 1,96
Zβ = kesalahan tipe 2/negative = 20% = 0,84
P1 = populasi kejadian HIV positif pada seks berisiko = 0.21
P2 = populasi kejadian HIV positif pada tidak seks berisiko = 0.04
Q1 = 1-P1 = 0.79
Q2 = 1-P2 = 0.96 P

Q= = 0.88
-
1.96 2𝑋0.13𝑋0.88 + 0.84 0.21𝑋0.79 + 0.04𝑋0.96
𝑛1 = 𝑛2 =
0.21 − 0.04
-
1.96 0.23 + 0.84 0.21
𝑛1 = 𝑛2 =
0.17
-
0.94 + 0.39
𝑛1 = 𝑛2 =
0.17
17689 𝑥 10>?
𝑛1 = 𝑛2 =
289 𝑥 10>?
𝑛1 = 𝑛2 = 61.21

Jadi jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 61 orang.


57

Selanjutnya pada penelitian ini jumlah sampel minimum 61 orang di

tambah 10% dan dilakukan pembulatan maka diperoleh sebanyak 70

responden yang digunakan sebagai sampel kasus dan 70 responden

digunakan sebagai sampel kontrol.

Dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dimana

sampel penelitian dengan pria(penjangkau) di populasi terjangkau dilakukan

informed consent sebelum diwawancarai, kemudian dilakukan wawancara,

kemudian melakukan hal yang sama dengan pria lain yang dibawa oleh

penjangkau untuk KTS setiap kunjungan. Apabila tidak memenuhi kriteria,

wawancara diberhentikan. Dengan kriteri inklusi dan ekslusi sebagai

berikut:

a. Kriteria inklusi

 LSL

 Transgender

 Pernah berhubungan seksual dengan pria

b. Kriteria eksklusi

 LSL yang tidak kooperatif yaitu responden yang tidak terbuka

untuk memberikan informasi yang sebenarnya tentang perilaku

seks mereka

 LSL yang sakit berat


58

c. Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini digunakan sumber data sekunder berupa data

laporan rekam medik jumlah kasus HIV di puskesmas curug pada

tahun 2017 dan pengambilan data dengan menggunakan observasi

dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang menggambarkan

kondisi kesehatan (status HIV) yang digunakan sebagai responden.

Adapun masing-masing criteria sampel adalah sebagai berikut :

1) Kasus adalah Responden dengan status HIV positif yang diambil

berdasarkan data rekam medik di Klink Aster Puskesmas Curug

yaitu sebanyak 70 responden.

2) Kontrol adalah Responden dengan status HIV Negatif yang

diperoleh dengan teknik accidental sampling yaitu dengan

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia

di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo,

2010), yaitu sebanyak 70 responden

4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji

Validitas dan Reliabilitas terhadap pertanyan-pertanyaan yang diajukan

kepada responden
59

4.4.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah untuk mengetahui tingkat kevalidan dari

instrument (kuesioner) yang digunakan dalam pengumpulan data. Uji

validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang

tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan

pasti apa yang akan diteliti. Uji validitas ini diperoleh dengan cara

mengkorelasi setiap skor indikator dengan total skor indikator

variabel, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis

pada taraf siginifikan 0,05. Suatu instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan dan tinggi rendahnya validitas

instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Menurut

Sugiyono (2013): “Cara yang digunakan adalah dengan analisa

Menurut Item, dimana setiap nilai yang ada pada setiap butir

pertanyaan dikorelasikan dengan total nilai seluruh butir pertanyaan

untuk suatu variabel dengan menggunakan rumus korelasi product

moment”. Syarat minimum untuk dianggap valid adalah nilai r hitung

> dari nilai r tabel.

Adapun perhitungan korelasi product moment, dengan rumus

seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (1998):


60

Dimana:

r = Koefisien korelasi variabel bebas dan variabel terikat

n = Banyaknya sampel

X = Skor tiap item

Y = Skor total variable

Uji validitas dilakukan pada tanggal April 2018 kepadayaitu 18 orang

responden di Puskesmas Kosambi Tangerang. Sampel dan tempat ini dipilih

karena memiliki karakteristik yang sama dengan populasi dan sampel

penelitian. Pengujian validitas tiap butir soal digunakan analisis item yaitu

mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah

tiap skor butir, dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel.

Adapun hasil uji validitas instrumen kepada 18 responden dengan 21

pertanyaan untuk kategori variabel X yaitu oral seks, anak seks, pemakaian

kondom dan multipartner adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel X


61

Kode r hitung r tabel Kesimpulan


Indikator
1. 0.694 0,4683 Valid
2. 0.863 0,4683 Valid
3. 0.863 0,4683 Valid
4. 0.835 0,4683 Valid
5. 0.863 0,4683 Valid
6. 0.694 0,4683 Valid
7. 0.863 0,4683 Valid
8. 0.835 0,4683 Valid
9. 0.811 0,4683 Valid
10. 0.863 0,4683 Valid
11. 0.726 0,4683 Valid
12. 0.863 0,4683 Valid
13. 0.835 0,4683 Valid
14. 0.863 0,4683 Valid
15. 0.835 0,4683 Valid
16. 0.863 0,4683 Valid
17. 0.835 0,4683 Valid
18. 0.811 0,4683 Valid
19. 0.835 0,4683 Valid
20. 0.863 0,4683 Valid
21. 0.734 0,4683 Valid
22. 0.640 0,4683 Valid
Sumber : Data primer yang diolah (2018)

4.4.2 Uji Reliabilitas

Sedangkan uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya

konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat

ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan

berkali-kali pada waktu yang berbeda.

Menurut Arikunto (1998): “Untuk uji reliabilitas digunakan

Teknik Alpha Cronbach, dimana suatu instrumen dapat dikatakan

handal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar

0,6 atau lebih. Untuk mempermudah analisis digunakan aplikasi

pengolah data SPSS


62

Berikut ini adalah hasil perhitungan uji reliabilitas

terhadapkuesioner dengan mengambil 18 sampel di Puskesmas

Kosambi Tangerang yang diolah menggunakan sistem komputerisasi

yaitu:

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas


Variabel Cronbach’s Kesimpulan
Alpha
Oral Seks 0.975 Reliabel
Anal Seks 0.942 Reliabel
Pemakaian Kondom 0.931 Reliabel
Multipartner 0.980 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah (2018)
Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa masing-masing variabel

yaitu oral seks, anal seks, pemakaian kondom dan multipartner

mempunyai Cronbach’s Alpha (α)di atas 0,60 sehingga dapat dikatakan

semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner

adalahreliabel yang berarti bahwa kuesioner yang digunakan dalam

penelitian inimerupakan kuesioner yang handal untuk dapat dianalisis

lebih lanjut

4.5 Teknik Pengambilan Data

Pada penelitian ini sumber data yang digunakan adalah

a. Data primer
63

Adalah data mengenai pendapat atau fenomena dari obyek yang di

kumpulkan sendiri oleh peneliti dan didapat langsung dari responden pada

saat penelitian berlangsung. Data ini di peroleh berdasarkan pernyataan

dalam bentuk kuisioner yang diisi oleh responden.

b. Data sekunder

Adalah data yang diperoleh dari sumber lain selain responden. Data

sekunder digunakan sebagai data penunjang dan data pelengkap dari data

primer yang ada relevensinya dengan keperluan penelitian. Data sekunder

dalam penelitian ini diambil dari Medical Record Puskesmas Curug Tahun

2017 berupa data karakteristik responden seperti usia, pendidikan,

pekerjaan, status pernikahan, agama, suku

Adapun proses pengambilan data adalah sebagai berikut :

a. Persiapan Penelitian

Tim peneliti terdiri dari dokter muda, membuat proposal penelitian,

mendapatkan persetujuan dari kepala puskesmas dan pembimbing,

membuat kuisioner, menentukan besar sampel, mengumpulkan data, dan

mengolah data.

b. Informed Consent

Informed consent dilakukan oleh peneliti di klinik Aster di

Puskesmas Curug. Kesediaan ikut serta dalam penelitian

didokumentasikan dengan menandatangani formulir persetujuan.


64

c. Wawancara dan pengisian kuisioner

Peneliti mencari subyek LSL di Klinik Aster, Puskesmas Curug yang

akan dilakukan KTS dengan menanyakan kriteria inklusi dan eksklusi

serta melakukan informed consent terlebih dahulu.

d. Pengisian kuisioner

Kuisioner diambil dari Behavioral Surveillance Surveys yang

dilakukan modifikasi ulang sesuai dengan kondisi di lapangan.(xliii)

Dilakukan pencatatan data diri pribadi subjek, yaitu usia, alamat,

pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran dalam

sebulan. Setelah itu dilakukan pengisian kuisioner yang disusun oleh

peneliti. Kuisioner terdiri atas pertanyaan mengenai perilaku seksual LSL

dan status HIV responden. Data yang didapatkan dari kuisioner akan

diolah di simstem komputer. Catatan tertulis tetap disimpan untuk

menghindari adanya kehilangan data.

e.Pengumpulan Data

Pengumpulan data berdasarkan hasil jawaban kuesioner diproses

hanya data yang sudah final di-input ke dalam sistem komputer dan tidak

menyertakan nama peserta penelitian. Setelah itu, data akan

dikelompokkan sesuai dengan tabel 2x2. Variabel data bebas yang diteliti

yaitu anal seks, oralseks dan pemakaian kondom dan multipartner akan

dijabarkan dengan nilai kategorik. Variabel terikat yang diteliti yaitu

status HIV responden dengan skala kategorik. Dari variabel-variabel

tersebut dilihat apakah ada hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat.
65

4.6 Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

dan gambaran dari setiap variabel sehingga analisis berikutnya dapat

berjalan lebih mudah. (Notoatmodjo, 2010)

Dalam penelitian ini analisa univariat digunakan untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan angka atau nilai karakteristik responden (usia,

pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, agama, suku) dengan

menggunakan rumus penentuan besarnya presentase :

P= x 100%

Keterangan :

P = Proporsi

F = Frekuensi

N = Jumlah sample (Budiarto, 2002)

b. Analisa Bivariat

Dalam pengujian inferensial, uji yang digunakan harus sesuai dengan

rancangan penelitian. Pengujian statistik yang tidak sesuai akan

menimbulkan penafsiran yang salah dan hasil yang tidak dapat

digeneralisasi (Notoatmodjo, 2010).


66

Analisa ini digunakan untuk menguji hubungan perilaku seksual

beresiko dengankejadian HIV.pada LSL di Puskesmas Curug Kabupaten

Tangerang Tahun 2017. Dalam menganalisa data secara bivariat,

pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi Square

(X2) dengan taraf signifikan 95% (α=0.05). Pada penelitian ini penyajian

data dalam bentuk 2x2 yaitu dua kelompok dan dua kemungkinan respon

(tabel 4,3). Dengan demikian nilai statistic chi square dapat dicari tanpa

menghitung frekuensi harpan (Hastono, 2007). Adapun rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut :

X2 =

Kelompok Kelompok I Kelompok II Jumlah


(Kasus) (Kontrol)

Faktor Resiko
1 a b a+b
2 c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Apabila terdapat sel yang kosong atau nilai < 5 maka digunakan

fisher extact menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara


67

membandingkan nilai p (p value) dengan nilai  = 0,05 pada taraf

kepercayaan 95% dengan kaidah keputusan sebagai berikut :

1) Jika p value ≤ 0.05 maka bermakna/signifikan, berarti ada hubungan

bermakna/signifikan antara perilaku seksual beresiko dengankejadian

HIVatau hipotesis (Ho) ditolak.

2) Jika p value > 0.05 maka tidak bermakna/signifikan, berarti tidak ada

hubungan bermakna antara perilaku seksual beresiko dengan kejadian

HIV atau hipotesis (Ho) diterima

c. Analisa Multivariat

Analisa multivariat dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan

beberapa variabel (lebih dari satu) independen atau beberapa variabel

dependen (umumnya satu variable dependen). Dalam analisa multivariat akan

diketahui variabel independen mana yang paling besar pengaruhnya terhadap

variabel dependen (Hastono, 2007). Pada penelitian ini jenis analisa

multivariat yang digunakan adalah regresi logistic berganda. Model regresi

logistik dapat digunakan pada data digunakan melalui rancangan kohort, case

control maupun cross sectional.

Persamaan regresi logistik menjadi:

logit(p) = log (p/1-p) = ln (p/1-p)

dimana p bernilai antara 0-1.

Model yang digunakan pada regresi logistik adalah:

Log (P / 1 – p) = β0 + β1X1 + β2X2 + …. + βkXk


68

Dimana p adalah kemungkinan bahwa Y = 1, dan X1, X2, X3 adalah variabel

independen, dan b adalah koefisien regresi.

Adapun langkah-langkah dalam analisis multivariat menggunakan regresi

logistik berganda antara lain sebagai berikut :

1) Tahap yang pertama adalah melakukan seleksi bivariat masing-masing

variable independen terhadap variabel dependen pada tahapan ini termasuk

juga dilakukan seleksi pada variabel perancu yaitu usia, pendidikan, status

pernikahan, agama, suku, dan penghasilan). Apabila nilai p value kurang

dari 0,025 maka variabel tersebut diikutsertakan pada tahap analisis

selanjutnya. Untuk variable independen dengan nilai pvalue lebih dari

0.025 namun secara substansi penting maka variabel tersebut

diikutsertakan dalam analisis multivariat

2) Tahap yang kedua adalah dilakukan dengan pemodelan terhadap variable

yang masuk dalam analisi multivariate yaitu dengan cara mengeluarkan

secara bertahap variable dengan nilai p value lebih dari 0.05 dan dimulai

pada variable yang memiliki p value tertinggi kemudian diurutkan sampai

dengan yang terendah.

3) Tahap selanjutnya adalah pemodelan akhir, yaitu vaiabel yang memiliki

nilai p value<0.05 diikutsertakan dalam analisis multivariat dan dilihat

yang memiliki nilai OR paling tinggi maka variable tersebut adalah

variable paling dominan dalam mempengaruhi variable dependen.

Anda mungkin juga menyukai