Anda di halaman 1dari 11

JP3I (Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia)

DOI: http://dx.doi.org/10.15408/jp3i.vxix.xxxx
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/jp3i

Uji Validitas Konstruk Kebahagiaan dengan Metode Confirmatory Factor Analysis (CFA)

Ria Rizki Merselina, Liany Luzvinda


Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
merselinazain@gmail.com, liany.luzvinda@uinjkt.ac.id

Abstract
This study aims to examine the validity of the Hapiness from the Authentic Happiness developed by Seligman
(2005) consisted of 20 items. This study uses a quantitative approach involving 200 santri at the MTS level
who live in Java Island. Methods of data analysis in this study using Confirmatory Factor Analysis (CFA)
with the help of Lisrel 8.7. The results of this study indicate that the one-factor (unidimensional) model is
acceptable, which means it only measures the construct of happiness.

Keywords : Religiosity, Friendship Quality, Happiness, Santri.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas kebahagiaan yang diadaptasi dari Authentic Happiness
dikembangkan oleh Seligman (2005) terdiri dari 20 item. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan melibatkan 200 santri tingkat MTS yang tinggal di pesantren di Pulau Jawa. Metode analisis data
dalam penelitian ini menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan Lisrel 8.7. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa model satu faktor (unidimensional) dapat diterima yang berarti hanya
mengukur konstruk kebahagiaan.

Kata Kunci : Religiositas, Kualitas Persahabatan, Kebahagiaan, Santri.

JP3I (Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia), p-ISSN: 2089-6247, e-ISSN: 2654-5713
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
JP3I (Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia), x(x), 201x

Pendahuluan
Kebahagiaan Santri

Peneliti menggunakan definisi kebahagiaan dari Seligman yaitu kebahagiaan adalah merupakan konsep
yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas positif yang disukai oleh
individu. (Seligman, 2005). Kebahagiaan dalam penelitian ini dilihat pada kondisi perasaan yang amat
subjektif yang muncul dari dalam diri seorang sebagai respons afeksi terhadap berbagai pengalaman
kehidupannya.

Penelitian ini menggunakan aspek atau komponen dalam Authentic Happiness yang disusun oleh
Seligman (Seligman, 2005) kecemasan memiliki tiga dimensi, yaitu:

1. Kepuasan terhadap masa lalu: bersyukur terhadap hal-hal baik yang terjadi dalam hidup akan
membuat hidup menjadi lebih mudah karena meningkatkan kenangan-kenangan yang positif.
2. Optimisme terhadap masa depan: emosi positif mengenai masa depan menyangkut keyakinan,
kepercayaan dan rasa optimisme.
3. Kebahagiaan masa sekarang: kenikmata lahiriyah seperti kelezatan dan kehangatan.

Metode
Pengujian validitas konstruk pada penelitian ini menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA)
dengan bantuan software LISREL 8.7. Teknik CFA memiliki beberapa prosedur yaitu sebagai berikut
(Umar, 2011):
1. Terdapat konsep yang didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun pernyataan atau
pertanyaan untuk mengukurnya. Konsep ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini
dilakukan melalui analisis terhadap respon-respon itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor, berikutnya setiap subtes pun demikian mengukur
satu faktor. Hal ini menunjukkan baik item maupun subtes sifatnya unidimensional.
3. Langkah berikutnya untuk mengestimasi matriks korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika
memang unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan
matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidemensional) maka
tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑-matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan ∑-S= 0.
4. Lalu dibuat hipotesis nihil yang kemudian diuji menggunakan Chi-Square. Jika hasil Chi-square tidak
signifikan (p > 0.05), maka hipotesis nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas
tersebut dapat diterima bahwa item ataupun sub tes instrumen hanya mengukur satu faktor saja.
Sedangkan, jika nilai Chi-square signifikan (p < 0.05), artinya bahwa item tersebut bersifat
multidimensional atau mengukur lebih dari satu faktor. Oleh karena itu, perlunya melakukan
modifikasi pada model pengukuran.
5. Model pengukuran dapat dimodifikasi menggunakan metode pembebasan parameter berupa korelasi
kesalahan pengukuran. Ini bisa terjadi saat item mengukur selain faktor yang hendak diukur. Setelah
beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka akan diperoleh model yang
fit, maka model ini yang akan digunakan pada langkah berikutnya. 6. Langkah selanjutnya yaitu
menguji item signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak diukur. Syarat dapat menguji item
adalah model fit. Pengujian dilakukan menggunakan uji t-test. Apabila hasil t-test menunjukkan tidak
signifikan (t<1,96), artinya item tidak mengukur apa yang hendak diukur. Oleh karena itu, item perlu
dieliminasi begitu pula sebaliknya.
7. Item dengan koefisien muatan faktor negatif harus dieliminasi karena sifat item adalah positif
(favorable).
8. Jika ditemukan terlalu banyak korelasi parsial atau kesalahan pengukuran yang berkorelasi dengan
kesalahan pengukuran lain, artinya item harus dieliminasi. Karena item tersebut mengukur hal selain

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/jp3i
2-xx This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
JP3I (Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia), x(x), 201x

yang hendak diukur atau disebut juga dengan multidimensional. Suatu item dapat dieliminasi atau
tidak ketika ditemukan terdapat lebih dari tiga korelasi parsial yang berkorelasi dengan item lain.
9. Langkah terakhir yaitu item harus bermuatan faktor signifikan positif sebesar (t > 1.96). Setelah seluruh
item signifikan (t > 1.96) dan positif, didapatkan faktor skor dengan cara diolah.

Hasil

Kebahagiaan

Peneliti menguji apakah 20 item dari kebahagiaan bersifat unidimensional, artinya benar hanya
mengukur kebahagiaan saja. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata
tidak fit, dengan Chi-square =1342.11, df = 170, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.177. Oleh karena itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan
berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 62 kali, maka diperoleh model fit dengan
Chi-square =119.60 , df = 98, P-value = 0.06822, RMSEA = 0.032. Langkah selanjutnya adalah melihat
signifikansi item dalam mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang
perlu didrop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96
artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran kecemasan
dalam pemilihan pasangan hidup disajikan pada tabel 1. Berikut merupakan koefisien muatan faktor item
skala kebahagiaan:

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/jp3i
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
3-xx
JP3I (Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia), x(x), 201x

Tabel 1. Muatan faktor skala kebahagiaan

No.Item Lambda Standart Error Nilai T Signifikan

1. 0.07 0.06 1.23 ×

2. -0.04 0.07 -0.59 ×

3. 0.40 006 6.40 √

4. 0.56 0.06 8.57 √

5. 0.35 0.06 5.95 √

6. 0.23 0.06 3.91 √

7. 0.43 0.07 6.45 √

8. 0.39 0.06 6.19 √

9. 0.63 0.06 9.94 √

10. 0.63 0.06 10.63 √

11. 0.67 0.06 10.71 √

12. 0.59 0.07 8.91 √

13. 0.31 0.06 5.06 √

14. 0.43 0.06 6.85 √

15. 0.61 0.06 9.53 √

16. 0.52 0.07 5.87 √

17. 0.60 0.06 9.69 √

18. 0.46 0.07 9.69 √

19. 0.89 0.06 14.62 √

20. 0.48 0.06 8.10 √

Chi-square =119.60 , df = 98, P-value = 0.06822, RMSEA = 0.032.

Diskusi
Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa nilai Chi-Square= 119.60, df= 98, P-value= 0.06822 (>0.05),
dan RMSEA= 0.032. (<0.05) yang berarti model sudah fit. 18 item valid dengan nilai t-value lebih besar dari
1.96, dan 2 item belum valid, yaitu item nomer 1 dan 2 (<1.96) yang mengindikasikan item tersebut belum
valid. Sehingga item tersebut harus di-drop dari konstruk kebahagiaan. Dapat disimpulkan bahwa model satu
faktor yang diteorikan terhadap kebahagiaan dapat diterima. Hal ini dikarenakan seluruh item memenuhi
kriteria–kriteria sebagai item yang baik, yaitu memiliki muatan faktor positif dan valid (signifikan, t>1.96).

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/jp3i
4-xx This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
JP3I (Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia), x(x), 201x

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/jp3i
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
5-xx
JP3I (Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia), x(x), 201x

Daftar Pustaka

Adler, J. (2003). Aristotle’s ethics: the theory of happiness-I. Illinois University Press.

Akhtar, H. (2018). Perspektif kultural untuk pengembangan pengukuran kebahagiaan orang

jawa, Vol. 26(No. 1), 54 – 63. doi: 10.22146/buletinpsikologi.30895

Alawiyah, T. (2015). Uji validitas konstruk pada instrumen big five inventory (BFI) dengan

metode confirmatory factor analysis (CFA). Jurnal Pengukuran Psikologi Dan Pendidikan

Indonesia, IV(3), 215–230.

Amalia, S. (2018). Analisa psikometris skala religiusitas pada lansia. Psikologia (Jurnal

Psikologi), 31(1), 11-18. doi: 10.21070/psikologia.v3i1.1720

Ancok, D., & Suroso (2001) Psikologi Islami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ancok, D., & Nashori, F. (2007). Hubungan antara religiositas dengan kebahagiaan otentik

(Authentic Happiness).

Arkoff, A. (1975). Psychology and personal growth. Boston: Allyn and Bacon.

Berndt, J. (2002). Friendship quality and social development. Jurnal. 1, 7-10.

Bukowski, W. M., Hoza, B., & Boivin, M. (1993). Popularity, friendship, and emotional

adjustment during early adolescence. New directions for child and adolescent

development, 1993(60), 23-37.

Bukowski, W.M., Hoza, B. & Boivin, M. (1993). Measuring friendship quality during pre- and

early adolescence: The development and psychometric properties of the Friendship

Qualities Scale. Journal of Sosial and Personal Relationships. 11, 471-484.

Daradjat, Z (2005). Pendidikan islam dalam keluarga dan sekolah. Jakarta : Ruhama.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/jp3i
6-xx This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
JP3I (Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia), x(x), 201x

Daradjat, Z. (1993). Ilmu jiwa agama. PT. Bulan Bintang, Jakarta. Degree of environmental

Happiness in Semnan high schools. Journal of Social and Behavioral di pondok pesantren

modern nurul izazah gresik pada tahun pertama.

Demir, M., Özdemir, M., & Weitekamp, L. A (2007). Looking to happy tomorrows with friends:

best and close friendships as they predict happiness. Journal of Happiness Studies. 8,243-

271. doi:10.1007/s10902-006-9025-2.

Di Tella, R., Haisken-De New, J., & MacCulloch, R. (2010). Happiness adaptation to income and

to status in an individual panel. Journal Of Economic Behavior & Organization, 76(3),

834-852. doi: 10.1016/j.jebo.2010.09.016

Djamaludin A., Nashori F., & Ardani, M. (2000). Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Floyd, F. J., & Widaman, K. F. (1995). Factor analysis in the development and refinement of

clinical assessment instruments. Psychological Assessment, 7(3), 286-299

Froh, J.J., Bono, J., & Emmons, R., 2010. Being grateful is beyond good manners: gratitude and

motivation to contribute to society among early adolescents. Motivation and Emotion, 34,

144–157. DOI 10.1007/s11031- 010-9163-Z

Fuad, M. (2017). Psikologi kebahagiaan manusia komika.: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 9(1),

114-132. doi: 10.24090/komunika.v9i1.834

Glock, C. Y. & Stark, R. (1988). Dimensi-dimensi keberagamaan. Dalam Robertson, Roland (ed.),

Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi Soiologi. Jakarta: CV Rajawali

Glock, C.Y. & Stark, R. (1966). Religion and society in tension. NewYork: Rand McNally &

Company.

Hartup, W. W., & Stevens, N. (1997). Friendships and adaptation in the life course. Psychological

Bulletin, 121, 355-370

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/jp3i
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
7-xx
JP3I (Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia), x(x), 201x

Hills, P. & Argyl, M. (2002). The oxford happiness questionnaire: a compact scale for the

measurement of psychological well-being. Personality and Individual Differences

Journal, 33, 1073-1082.

Huber, S. and Odilo, W. H. (2012). The centrality of religiousity scale. Religions, 3, 710-724.

Jalaluddin. (2002). Psikologi agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Jalaludin. (1996). Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Keefe, K., & Berndt, T.J. (1996). Relations of friendship quality to self esteem in early

adolescence. Journal of Early Adolescence, 16,110-129.Lopez, S., & Snyder, C. (2011).

Handbook of positive psychology. Oxford: Oxford Univ. Press.

Kumar, R. (1999). Research methodology. a stepbystep guide for beginners. SAGE Publications.

London: Thousand Oak.

Lyubomirsky, S., & Lepper, H. S. (1999). A measure of subjective happiness: Preliminary

reliability and construct validation. Social Indicators Research, 46(2), 137–155.

Lyubomirsky, S. & Kristin, L. (2007). How do simple positive activities increase well-being?,

Current Directions in Psychological Science 22(1) 57 –62

Mangunwijaya, Y. (1986). Menumbuhkan sikap religius anak-anak. Jakarta: Gramedia pustaka

Utama.

Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Maridah, I. (2011). Pengaruh Religiositas Dan Family Support Terhadap Happiness Pada Lansia.

(Skripsi; Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Yogyakarta).

Diunduh dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1768/1/.

Mastuhu. (1994). Dinamika sistem pendidikan pesantren. Jakarta: INIS.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/jp3i
8-xx This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
JP3I (Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia), x(x), 201x

Mendelson, M., & Aboud, F. (2014). Measuring friendship quality in late adolescents and young

adults: McGill Friendship Questionnaires. Canadian Journal Of Behavioural Science /

Revue Canadienne Des Sciences Du Comportement, 31(2), 130-132. doi:

10.1037/h0087080

Muslim & Nashori (2007). Hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan otentik (Authentic

happines). Fakultas psikologi dan ilmu sosial budaya universitas islam indonesia.

Parker, J., & Asher, R. (1993). Friendship and friendship quality in middle childhood: links with

peer group acceptance and feelings of loneliness and social dissatisfaction. Journal of

Developmental Psychology. 4, 611- 621.

Peterson, C., Park, N., & Seligman, M. (2005). Orientations to happiness and life satisfaction: the

full life versus the empty life. Journal Of Happiness Studies, 6(1), 25-41. doi:

10.1007/s10902-004-1278-z

Pritaningrum, M,. dan Hendriani, W. (2013). Penyesuaian diri remaja yang tinggal psikologi

kepribadian dan sosial. 2(3), 141-150

Qomaro, G., & Septiana, A. (2017). Tinjauan lerasi keuangan bagi santri pondok pesantren

Madura: studi kasus pondok pesantren syaichona kholil kabupaten bangkalan (Jurnal

Ekonomi Syariah), 2(1), 39-49. doi: 10.30736/jes.v2i1.26

Rakhmat, J., & Karyanti S, R. (2004). Meraih kebahagiaan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Rubin, K. H., Coplan, R. J., & Bowker, J. (2009). Social withdrawal in childhood. Annual Review

of Psychology, 60, 1–11

Sandjojo, C. T. (2017). Hubungan antara kualitas persahabatan dengan kebahagiaan pada remaja

urban. Jurnal Ilmiah Mahasiswa universitas Surabaya. 6: 1721-1739

Santrock, J.W. (2003). Adolescent- Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/jp3i
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
9-xx
JP3I (Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia), x(x), 201x

Santrock, John W (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta : PT. Erlangga.

Santrock, John W.(2009). Perkembangan Anak. Edisi 11. Jakarta. Erlangga

Schiller, L. (2015). It's true: happier students get higher grades. Retrieved 12 October 2020,

Sciences, 29, 1869 – 1876. doi:10.1016/j.sbspro.2011.11.436

Seligman, M. (2002). Authentic happiness. North Sydney, N.S.W.: Heinemann.

Seligman, M. E. P. (2005). Menciptakan kebahagiaan dengan psikologi positif (authentic

happiness). Bandung : PT. Mizan Pustaka.

Seligman, M., & Gillham, J. (2000). The science of optimism and hope. Philadelphia: Templeton

Foundation Press.

Septiana, A. (2017). Model literasi keuangan pondok pesantren madura. Jurnal Hukum dan Bisnis

Syariah, 4(1), 35-45.

Snyder, C. R., & lopez (2007). Positive psycyhology in scientic and practical exploration of

human Strength. London: Sage Publication

Soleimani, N., & Tebyanian, E. (2011). A study of the relationship between principals' creativity

and degree of environmental happiness in Semnan high schools. Journal of Social and

Behavioral Sciences, 1869-1876.doi:10.1016/j.sbspro.2011.11.436

Spilka, B., & Thouless, R. (1973). An Introduction to the Psychology of Religion. Journal For The

Scientific Study Of Religion, 12(2), 253. doi: 10.2307/1384902

Sutris. (2008). Problem dan Solusi Pendidikan Berasrama Boarding School.

Thiagarajan, P., Chakrabarty, S., & Taylor, R. (2006). A Confirmatory Factor Analysis of Reilly's

Role Overload Scale. Educational And Psychological Measurement, 66(4), 657-666. doi:

10.1177/0013164405282452

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/jp3i
10-xx This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
JP3I (Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia), x(x), 201x

Tiliouine, H. and Belgoumidi, A. (2009). An Exploratory Study of Religiosity, Meaning in life

and Subjective Wellbeing in Muslim Students from Algeria. Applied Research in Quality

of Life. Vol. 4, Issue .

Ventegodt, Merrick & Andersen. (2003). Quality of life theory I. the QOL theory: an integrative

theory of the global quality of life concept. Di buka pada website

http://www.Thescientificworld.com.dibuka padatanggal 10 September 2020

Woro Puspitorini, Y. (2015). Tingkah Laku Prososial Dan Kebahagiaan. Publikasi: Fakultas

Psikologi Universitas Katolik Soegijapranat

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/jp3i
This is an open access article under CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
11-xx

Anda mungkin juga menyukai