Anda di halaman 1dari 27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian tertentu. ( Notoatmodjo, 2005 ).

1. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (Sugiyono, 2006 ). Variabel dalam penelitian ini adalah

Caring perawat sebagai variable independen.

2. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh varibel independen. Variabel ini dinamakan pula

variabel konsekuensi/variabel yang diduga sebagai akibat

( A. Aziz Alimul Hidayat, 78, 2009 ). Variabel dalam penelitian

ini adalah Kepuasan klien.

B. Hipotesa Penelitian

Hipotesa penelitian adalah suatu asumsi pertanyaan tentang hubungan

antara dua variable atau lebih yang diharapkan bisa menjawab suatu

pertanyaan dalam penelitian ( Nursalam, 2003 ).

Ho : Tidak terdapat hubungan antara caring perawat dengan

tingkat kepuasan pasien.


42
43

Ha : Terdapat hubungan antara caring perawat dengan tingkat

kepuasaan pasien

C. Kerangka Konsep Penelitian

Bagan 3.1

Kerangka konsep caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien

Aspek utama caring dalam analisis, meliputi;


1. Pengetahuan
2. Penggantian irama ( belajar dari pengalaman )
3. Kesabaran
4. Kejujuran
5. Rasa percaya
6. Kerendahan hati
7. Harapan
8. keberanian

Kepuasan tinggi

5 dimensi (ukuran) kualitas jasa/pelayanan,yaitu:


1. Tangible ( berwujud )

2. Realibility ( keandalan)

3. Responsiveness ( cepat tanggap)

4. Emphaty ( empati)

5. Assurance ( kepastian )

Kepuasan rendah
3 aspek yang mendasari perawat untuk caring:
1. Aspek kontrak
2. Aspek etika
3. Aspek spiritual

Keterangan :
: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti

Sumber: Caring & Communicating 2009, Paul Morrison & Philip Burnard
44

D. Rancangan penelitian

1. Jenis penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif korelasional, yaitu penelitian yang tujuannya untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan ( relationship ) diantara variabel

yang diteliti.

Metode deskriptif korelasional yaitu jenis penelitian yang

bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua

variable atau lebih dan mengetahui seberapa erat hubungan antara

variabel-variabel tersebut, serta berarti atau tidaknya hubungan

tersebut ( Arikunto, 2006 ).

2. Pendekatan waktu pengumpulan data

Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross

sectional dimana data yang menyangkut variabel independen dan

variabel dependen akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

( Notoatmodjo, 2005 ).

3. Metode penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara primer

sesuai data yang dikumpulkan. Penyebaran kuisoner memungkinkan

peneliti untuk memperoleh hasil pengukuran variabel secara cepat

melalui pertanyaan-pertanyaan sesuai indikator-indikator variabel yang

mewakilinya.
45

4. Populasi penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (arikunto,

2006). Sedangkan menurut Sugiyono (2007), populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini populasi yang telah diteliti semua klien yang

menjalani operasi di Ruang Bedah Sentral RSUD Kota Bandung.

Menurut data laporan bulanan, bahwa jumlah klien yang dioperasi

dengan kesadaran composmentis rata-rata sebanyak 130

klien/bulan.

b. Sampel.

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

( Notoadmodjo, 2005, Metodologi penelitian Kesehatan ). Teknik

pengambilan sample dalam penelitian ini adalah purposive

sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu ( Sugiyono, 2003 )

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

1) Klien yang dioperasi dengan rawat inap dengan kesadaran

compos mentis.
46

2) Klien yang dioperasi dengan One Day Surgery ( ODS )

kesadaran compos mentis.

3) Bersedia menjadi responden.

Jumlah penentuan sampel yang akan di ambil dengan

menggunakan rumus :

N
n =
1+N (d)

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu 130 orang

d = Tingkat kesalahan yang diinginkan ( 10% = 0.1 )

100
n=
1 + 130 ( 0,1 )

n = 56,5 orang

Jadi jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah sebanyak 57

responden.

5. Definisi Operasional

Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
47

Variabel sebagai proses Kuisoner 1. Baik: ≥ Ordinal

independen menolong, membantu, 60%

Caring melayani, 2. Kurang

Perawat : ≤ 60%

Variabel perasaan puas, rasa Kuisoner 1. Baik: ≥ Ordinal

Dependen senang dan kelegaan 60%

Kepuasan seseorang dikarenakan 2. Kurang

klien mengkonsumsi suatu : ≤ 60%

produk atau jasa

pelayanan.

6. Instrumen Penelitian

a. Instrumen Caring

penelitian ini adalah menggunakan angket atau kuesioner. Jenis

kuesioner tertutup dengan menggunakan suatu skala. Jenis skala

sikap dalam penelitian ini adalah skala likert yang sudah

disediakan jawabannya sehingga responden tinggal membubuhkan

tanda check list ( √ ) pada kolom yang dianggap paling sesuai.

Rating scale, adalah suatu bentuk pengumpulan data untuk

mengetahui sikap responden dengan menggunakan suatu skala,

dimana masing-masing pernyataan memiliki 2 (dua) kemungkinan

jawaban yaitu sangat Ya dan Tidak.


48

b. Instrumen kepuasan

Instrumen yang akan digunakan untuk caring perawat dalam

penelitian ini adalah menggunakan angket atau kuesioner. Jenis

kuesioner tertutup dengan menggunakan suatu skala. Jenis skala

sikap dalam penelitian ini adalah skala likert yang sudah

disediakan jawabannya sehingga responden tinggal membubuhkan

tanda check list ( √ ) pada kolom yang dianggap paling sesuai.

Rating scale, adalah suatu bentuk pengumpulan data untuk

mengetahui sikap responden dengan menggunakan suatu skala,

dimana masing-masing pernyataan memiliki 4 (empat)

kemungkinan jawaban yaitu Sangat puas (4), Puas (3) , Tidak puas

(2), Sangat tidak puas (1).

c. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005).

Sedangkan menurut Arikunto (2006), validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan

sesuatu instrument. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita

susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka

perlu di uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan)

dengan skor total kuesioner.

Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “pearson

Product moment” yang rumusnya sebagai berikut:


49

rxy = N(∑XY) – (∑X∑Y)


√ N∑X² – (∑X)² - (N∑Y² – (∑Y)²

Keterangan :

rxy : Indeks-indeks dua variable yang dikorelasikan

X : Skor rata-rata dari X

Y : Skor rata-rata dari Y

Menurut Sumartiningsih (2007), diterima tidaknya suatu item

pertanyaan ditentukan oleh besarnya nilai r yang dibandingkan

dengan nilai r table pada tingkat kemaknaan 0,05. Jika r hitung

lebih besar dari r table, maka item pertanyaan valid. Dalam

pengujian ini jumlah responden sebanyak 20 orang. Instrumen

yang telah di isi oleh responden akan diolah berdasarkan rumus

diatas, kemudian diambil suatu keputusan sebagai berikut:

(1) Bila r hitung ≥ 0,300, maka item tersebut dinyatakan valid.

(2) Bila r hitung ≤ 0,300, maka item tersebut dinyatakan tidak

valid.

d. Uji Realibilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan

(Notoatmodjo, 2005). Reliabilitas menunjukkan sejauhmana

tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke


50

responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan

dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi

dalam pemahaman pertanyaan tersebut.

Untuk mengukur reliabilitas secara statistic digunakan

koefisien reliabilitas alpha cronbach yang dirumuskan sebagai

berikut:

k ∑ S²i

a= 1
k-1 S²x

Keterangan :

a : Koefisien reliabilitas Alpha

K : Banyaknya belahan

S²i : Varian skor belahan

S²x : Varian skor total

Menurut Azwar (2002), suatu instrumen dikatakan reliabel dan

berhasil mengukur variabel yang kita ukur, jika koefisien

reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,300. Dan alpha

cronbach 0,700.

7. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:
51

a. Penelitian dilakukan sendiri dan dibantu oleh saudari tina. Peneliti

akan mendatangi tempat yang dijadikan subjek penelitian (RSUD

Kota Bandung ) dengan mengajukan surat ijin penelitian.

b. Setelah pihak rumah sakit memberikan ijin untuk penelitian di

RSUD Kota Bandung, maka peneliti meminta ijin kepada kepala

Instalasi Ruang Bedah Sentral dengan menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian.

c. Peneliti melaksanakan penelitian di Ruang Bedah Sentral.

d. Untuk pengumpulan data, peneliti membagikan kuesioner pada

klien atau keluarga, sebelum pelaksanaan operasi.

e. Peneliti memberikan informed consent dengan menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian kepada seluruh responden untuk

mengisi kuesioner.

f. Setelah responden bersedia, kemudian peneliti membagikan

kepada responden diminta untuk mengisi kuesioner yang telah

disediakan.

g. Setelah selesai diisi selanjutnya oleh peneliti lembar kuesioner

dikumpulkan untuk dilakukan pengolahan dan analisa data.

8. Teknik Pengolahan dan analisa data

a. Pengolahan data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data maka

dilakukan pengolahan data. Pengolahan data bertujuan merubah

data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus
52

sehingga memberi arah untuk pengkajian lebih lanjut. Pengolahan

data dilaksanakan dengan menggunakan rumus atau aturan yang

sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang

dipergunakan sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang disebut

analisa data ( Arikunto, 2006 ).

Pengolahan data menggunakan komputer melalui tahapan

sebagai berikut :

1) Editing data

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekkan

isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap,

jelas jawaban dari responden, relevan jawaban dengan

pertanyaan dan konsisten.

2) Coding data

Yakni memberikan kode pada setiap item untuk

memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya.

3) Processing data

Yakni setelah data sudah di koding maka langkah

selanjutnya melakukan entry data dari kuesioner kedalam

program komputer.

4) Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

b. Analisa data
53

Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh

responden atau sumber data lain terkumpul ( Sugiyono, 2007, buku

statistik ). Pada tahap analisa data telah dilakukan melalui dua cara

yaitu:

1) Analisa Univariat

Analisa univariat berupa analisa persentase digunakan untuk

data berkategori nominal dan ordinal. Analisa persentase ini

bertujuan untuk mendapatkan gambaran distribusi responden

serta untuk mendeskripsikan variabel independen dan

dependen.

Berdasarkan hasil penilaian harapan dan pengalaman

pasien, akan diketahui hal-hal atau substansi yang menurut

pasien penting untuk dipenuhi dan bagaimana pemenuhan

subtansi tersebut oleh perawat di ruangan. Kesesuaian harapan

pasien dengan apa yang dialami atau diterima oleh pasien

(pengalaman) tersebut diukur dengan menggunakan rumus

(Supranto,2001:241):

Tki = X 100 %

Keterangan :

Tki : Tingkat kesesuaian

Xi : Skor penilaian pengalaman


54

Yi : Skor penilaian harapan

Sebelum menggunakan rumus diatas mencari dulu rata-

rata dari penilaian pengalaman dan harapan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

dan

dimana :

X = skor rata-rata pengalaman

Y = skor rata-rata harapan

n = jumlah sampel

Cut of point yang digunakan dalam menetapkan batas

kepuasan di bidang jasa pelayanan sebesar 90 %, maka kriteria

dikatakan puas apabila mempunyai nilai ≥ 90 % dan dikatakan

tidak puas apabila mempunyai nilai < 90 %

(Supranto,2001:241).

Untuk melakukan analisis persepsi disini peneliti

menggunakan rumus median yaitu sebagai berikut :

Nilai median dihitung dengan menggunakan rumus :

Median :
55

Keterangan : Minimum : dengan skor rendah

Maksimum : dengan skor tinggi

Responden akan dikatagorikan memiliki komunikasi

keluarga fungsional dan komunikasi keluarga emosional dengan

batasan sebagai berikut:

o ≥ median, persepsi baik. Dalam penelitian ini dikatakan

komunikasinya baik.

o ≤ median, Persepsi kurang baik . Dalam penelitian ini

dikatakan komunikasinya tidak baik.

Selanjutnya untuk mengetahui prosentase responden

untuk tiap kategori di dalam satu variabel atau dimensi

maka digunakan rumus perhitungan distribusi frekuensi

sebagai berikut :

F
P= x 100%
n

Keterangan :

P : Prosentase Responden

F : Jumlah responden yang termasuk kriteria

n : Jumlah keseluruhan responden


56

Hasil perhitungan di interpretasikan dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut:

0% : Tak seorangpun responden

1-25% : Sebagian kecil dari responden

26-49% : Hampir setengahnya responden

49-50% : Setengahnya responden

51-75% : Sebagian responden

76-99% : Hampir seluruhnya responden

100% : Seluruhnya responden

2) Analisa Bivariat

Hubungan persepsi pasien dengan kepuasan diuji dengan

menggunakan uji hubungan melalui statistik Khi-Square atau Khi-Kuadrat.

Menurut Siegel, (1997:245) rumus umum Khi Kuadrat yang

digunakan adalah sebagai berikut:

dimana:

Oij : jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris


ke-i pada kolom ke-j.

Eij : jumlah kasus yang diharapkan di bawah H 0 untuk dikategorikan


dalam baris ke-i pada kolom ke-j.

Menurut Siegel (1997:248) Khusus untuk kasus 2x2 (baris = 2 dan

kolom = 2), rumus Khi Kuadrat yang digunakan adalah:


57

dimana: n: jumlah data dan

Kolom

1 2

1 a b
Baris
2 c d

Dimana:

n: Ukuran sampel

a: Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris


ke-1 pada kolom ke-1

b: Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris


ke-1 pada kolom ke-2

c: Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris


ke-2 pada kolom ke-1

d: Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris


ke-2 pada kolom ke-2

Uji hubungan dilakukan dengan menguji signifikansi Khi-Kuadrat

hasil perhitungan dengan hipotesis statistik sebagai berikut:

H0:  = 0: tidak terdapat hubungan antara kedua variabel

H1:  > 0: terdapat hubungan antara kedua variabel

dimana  adalah parameter koefisien kontingensi yang diuji.


58

H0 ditolak jika 2hitung > 2tabel atau peluang kesalahan (p-value) <  = 0,05

H0 diterima jika 2hitung  2tabel atau peluang kesalahan (p-value)   =

0,05

Nilai 2tabel diperoleh dari tabel distribusi Khi-Kuadrat pada taraf

kesalahan  = 0,05 dan derajat bebas db = (baris-1) x (kolom-1)

E. Jadual Penelitian

1. Tahap Pra persiapan

a. Memilih bahan penelitian

b. Melakukan pendekatan ke tempat penelitian untuk melakukan studi

pendahuluan.

c. Melakukan perizinan dan melakukan informed consent kepada

kepala Instalasi Ruang Bedah Sentral RSUD Kota Bandung.

d. Mengumpulkan literatur.

2. Tahap persiapan

a. Pengajuan judul

b. Membuat surat ijin studi pendahuluan

c. Melakukan studi pendahuluan

d. Menyusun proposal penelitian

e. Melakukan konsultasi kepada pembimbing utama dan pendamping

f. Penyusunan instrumen penelitian

g. Seminar proposal
59

h. Perbaikan proposal penelitian.

3. Tahap pelaksanaan

a. Pengumpulan hasil penelitian

b. Mengolah dan menganalisa data yang telah terkumpul

c. Membuat simpulan dan saran

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


60

4.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian hubungan antara caring perawat dengan kepuasan pasien

di ruang bedah sentral rumah sakit umum daerah kota bandung akan ditampilkan

dalam bentuk tabel distribuís frekuesi untuk univariat dan table silang untuk

bivariat.

4.1.1 Persepsi Pasien

Tabel 4.1.1
Persepsi Pasien Terhadap Caring Perawat di Ruang Bedah Central RSUD.
Kota Bandung

Jumlah Responden Persentase


Variabel Kategori
(orang) (%)

Kurang Baik 23 41.1


Persepasi
Baik 33 58.9
Total 56 100,00

Dari table 4.1.1 diatas hasil penelitian didapatkan hasil kurang dari

setengah responden persepsi pasien terhadap caring perawat 23 responden atau

41.1 % pasien mempunyai persepsi kurang baik dan lebih dari setengah responden

33 responden atau 58.9% pasien mempunyai persepsi baik.

4.1.2 Kepuasan

Tabel 4.1.2
61

Kepuasan Pasien di Ruang Bedah Central RSUD. Kota Bandung

Jumlah Responden Persentase


Variabel Kategori
(orang) (%)

Tidak Puas 26 46.4


Kepuasan
Puas 30 53.6
Total 56 100.0

Dari table 4.1.2 diatas hasil penelitian didapatkan hasil kurang dari

setengah responden atau 26 responden (41.1 %) pasien mempunyai pasien merasa

tidak puas dan lebih dari setengah responden atau 30 responden (53.6%) pasien

pasien merasa puas terhadap pelayanan keperawatan di ruang bedah central.

4.1.3. Hubungan Antara Persepsi Pasien Tenteng Caring Perawat Dengan


Tingkat Kepuasaan Pasien

Tabel 4.3
Hubungan Antara Persepsi Pasien Tenteng Caring Perawat Dengan Tingkat
Kepuasaan Pasien

Kepuasan Pasien
Kategori Total p-
Tidak Puas Puas χ2
Persepsi value
f % f % f %
Kurang Baik 18 69.2 5 16.7 23 41.1
Baik 8 30.8 25 83.3 33 58.9 15.901 0.000
Total 26 100 30 100 56 100
62

Berdasarkan tabulasi silang di atas, dapat diketahui bahwa responden yang

memiliki persepsi kurang baik dan kepuasan pasien tidak puas sebanyak 18

responden atau 69,2%, sedangkan yang persepsi pasien baik dan kepuasan

pasiennya tidak baik sebanyak 8 responden atau 30,8% dan persepsi kurang baik

pasien merasa puas sebanyak 5 responden atau 16,7%, persepsi pasien baik dan

merasa puas sebanyak 25 responden atau 83,3%.

Hasil uji chi-square . memperlihatkan bahwa nilai χ2 sebesar 15.901 dan

lebih besar dari χ2 tabel 3.481 atau nilai p-value sebesar 0.000 yang lebih dari α

(0,05). Hal ini memberi informasi untuk menolak H0. Artinya terdapat hubungan

antara persepsi pasien tenteng caring perawat dengan tingkat kepuasaan pasien.

4.2. Pembahasan

4.2.1 Persepsi pasien terhadap caring perawatan

Griffin (1983) caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses

interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktifitas peran

yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi

tertentu kepada resipien. Aktifitas tersebut menurut griffin meliputi; membantu,

menolong dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini

dipengaruhi oleh hubungan antara perawat dengan pasien. Emosi “ menyukai “

dan “kasih sayang “ ditawarkan secara sementara sebagai respon afektif penting

yang diekspresikan dalam hubungan ini.

Chapman (1983), menyatakan bahwa salah satu alasan utama kenapa orang-

orang masuk ke keperawatan adalah karena keinginan mereka untuk membantu


63

dan merawat orang lain yang paling membutuhkan. Pratt (1980) berpendapat

sama bahwa caring adalah kekuatan pendorong utama yang memotivasi seseorang

untuk masuk ke dalam profesi keperawatan. Dalam alur serupa, seleksi

wawancara yang spesifik telah dikembangkan untuk mengidentifikasi kandidat

yang paling cenderung berhasil dalam karier keperawatan (Selection Research

limited, 1987). Caring adalah salah satu dari 11 atribut yang diisolasi karena

cenderung menjadi predictor kesuksesan.

Hasil penelitian didapatkan hasil kurang dari setengah responden persepsi

pasien terhadap caring perawat 23 responden atau 41.1 % pasien mempunyai

persepsi kurang baik dan lebih dari setengah responden 33 responden atau 58.9%

pasien mempunyai persepsi baik.

Paien yang mendapatkan caring dari perawat secara tidak langsung pasien

tersebut merasa dihargai, dibantu, maupun diberikan pelayanan keperawatan

secara penuh sehingga pasien merasakan kepuasan terhadap pelayanan

kepwrawatan yang diberikan di rumah sakit sehingga pasien mempunyai persepsi

baik terhadap caring perawat, berbeda halnya dengan pasien yang tidak

mendapatkan caring dari perawat sehingga pasien merasa tidak diperhatikan

sehingga pasien mempunyai persepsi yang tidak baik hal ini bisa disebabkan

karena perawatnya yan sibu atau tidak adanya kesesuaian jumlah perawat dengan

jumlah pasien sihingga perawat dalam melakukan caring tidak semua pasien

mendapatkan caring.
64

4.2.2 Kepuasan

Kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau

membuat sesuatu memadai (Tjiptono dan Chandra, 2005, 195). Sedangkan

kotler (dalam marketing and management, 2003, 61) mendefinisiskan

kepuasaan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang dialami

setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk

dengan harapan-harapannya.

Hasil penelitian didapatkan hasil kurang dari setengah responden atau

26 responden (41.1 %) pasien mempunyai pasien merasa tidak puas dan

lebih dari setengah responden atau 30 responden (53.6%) pasien pasien

merasa puas terhadap pelayanan keperawatan di ruang bedah central.

Kepuasan pasien atau pelanggan merupakan aspek yang penting

dalam pelayanan kesehatan dan lebih penting lagi karena dalam era

globalisasi terjadi persaiangan bebas, masing-masing pelayanan kesehatan

akan bersaing untuk merebut konsumen dengan kelebihan. Pelayanan dinilai

memuaskan bila dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan, oleh

karena itu kepuasan pelanggan merupakan faktor yang penting untuk

pengembangan sistim pelayanan yang tanggap dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat (Zeithaml, 1990).

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Parasuraman yang

dikutip oleh Supranto ( 2001) dimana penampilan, kesopanan dan layanan

perawat, cepat tanggap, diandalkan, profesionalisme, empati yang harus

dilakukan oleh perawat.


65

Sedangkan menurut Lizarni (2000) tingkat kepuasan terhadap

pelayanan kesehatan bersifat subyektif individual yang dipengaruhi oleh

banyak faktor diantaranya adalah pemberi jasa (provider) dan konsumen

seperti kedudukan sosial, tingkat ekonomi, ketersediaan jaminan

pembiayaan, latar belakang pendidikan, latar belakang budaya, jenis

kelamin dan umur.

Sehingga dapat di simpulkan kepuasan pasien yang merasa puas

apabila pasien tersebut terpeuhi semua kebutuahan atau harapan yang

diinginkan sesuai dengan kenyataan yang didapat oleh pasien.

4.2.3. Hubungan Persepsi Caring perawat dengan kepuasan

Bagaimanapun, McFarlane (1979) mengartikan keperawatan sebagai

proses “ menolong “, membantu, melayani, caring, menunjukkan bahwa

keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dan pada

saat yang sama mengindikasikan bahwa beberapa aktivitas praktik

dilakukan dalam proses caring dilingkungan keperawatan. Sudut pandang

ini di adopsi dan diperluas oleh griffin (1983) yang membagi konsep caring

ke dalam dua domain utama. Salah satu konsep ini berkenaan dengan sikap

dan emosi perawat, sementara konsep caring yang lain terfokus pada

aktifitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi

keperawatannya.

Chapman (1983), menyatakan bahwa salah satu alasan utama kenapa

orang-orang masuk ke keperawatan adalah karena keinginan mereka untuk


66

membantu dan merawat orang lain yang paling membutuhkan. Pratt

(1980) berpendapat sama bahwa caring adalah kekuatan pendorong utama

yang memotivasi seseorang untuk masuk ke dalam profesi keperawatan.

Dalam alur serupa, seleksi wawancara yang spesifik telah dikembangkan

untuk mengidentifikasi kandidat yang paling cenderung berhasil dalam

karier keperawatan (Selection Research limited, 1987). Caring adalah

salah satu dari 11 atribut yang diisolasi karena cenderung menjadi

predictor kesuksesan.

Kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau

membuat sesuatu memadai (Tjiptono dan Chandra, 2005, 195).

Sedangkan kotler (dalam marketing and management, 2003, 61)

mendefinisiskan kepuasaan sebagai perasaan senang atau kecewa

seseorang yang dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja

atau hasil suatu produk dengan harapan-harapannya.

Hasil uji chi-square . memperlihatkan bahwa nilai χ2 sebesar 15.901

dan lebih besar dari χ2 tabel 3.481 atau nilai p-value sebesar 0.000 yang lebih

dari α (0,05). Hal ini memberi informasi untuk menolak H0. Artinya

terdapat hubungan antara persepsi pasien tenteng caring perawat dengan

tingkat kepuasaan pasien.

Dari hasil penelitian diatas terdapat hubungan karena caring perawat

merapkan suatu dasar dalam melakukan pelayanan keprawatan sedangkan

kepuasan pasien merupakan tujuan utama atau hasil yang akan didapatkan

jika sudah didapatkan caring dalam bentik pelayanan keperawatan karena


67

caring merupakan suatu dasar pelayanan keperawatan dimana pelayanan

harus diberikan oleh perawat terdiri dari membantu, menolong dan melayani

orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Sedangkan kepuasan merupakan

suatu hasil yang didapatkan oleh pasien apakah dia mendapatkan pelayanan

yang sesuai atau tidak seperti yang dikatakan oleh prawiharjo bahwa

kepuasan pasien merasa puas jika harapan sama dengan kenyataan.


68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. didapatkan lebih dari setengah responden pasien mempunyai persepsi baik

terhadap caring perawat di Ruang Bedan Central RSUD. Kota Bandung

Tahun 2010

2. didapatkan lebih dari setengah responden pasien merasa puas terhadap

pelayanan keperawatan di Ruang Bedan Central RSUD. Kota Bandung

Tahun 2010

3. didapatkan hubungan antara persepsi pasien tentang caring perawat

dengan kepuasan pasien di Ruang Bedah Centaral RSUD. Kota Bandung

Tahun 2010

5.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai