Mega
a. Kekurangan Gizi
Nutrisi dibagi atas :
a) Protein
b) Karbohidrat
c) lemak
d) Mineral
e) Vitamin
Defisiensi mineral
1. Defisiensi kalsium
Manifestasi defisiensi kalsium dalam
rongga mulut adalah terjadi absorpsi
tulang rahang yang merata dan destruksi
ligamentum periodontal dan
berkurangnya kekuatan gigi.
2. Defisiensi fosfor
Manifestasi defisiensi fosfor dalam
rongga mulut adalah terjadinya
gangguan pertumbuhan rahang dan
erupsi gigi. Juga adanya pertumbuhan
kondili yang lambat disertai maloklusi.
3. Defisiensi magnesium
Defisiensi magnesium dalam jangka waktu
yang lama dapat terjadi hipoplasia enamel.
4. Defisiensi besi
Manifestasi defisiensi besi dalam rongga
mulut adalah terjadinya glossitis yang
merupakan penyakit pada lidah, di mana
lidah tampak merah dan sakit.
5. Defisiensi flour
Manifestasi Defisiensi flour dalam rongga
mulut yang paling utama adalah kerentakan
gigi terhadap terjadinya karies gigi.
Defisiensi protein
Manifestasi defisiensi protein dalam
rongga mulut adalah lidah tampak
berwarna merah karena hilangnya
papila, terjadi angular cheilitis dan
fissura bibir atau bibir pecah-pecah.
rongga mulut terasa kering dan
nampak kotor. Resistensi terhadap
infeksi mengalami penurunan
sehingga mudah terjadi infeksi pada
jaringan periodontal
Defisiensi vitamin
Defisiensi vitamin A
Defisiensi vitamin A menyebabkan terjadinya
gingivitis, hiperplasia gingiva serta penyakit
periodontal dan hipoplasia enamel.
Defisiensi vitamin D
Defisiensi vitamin D menyebabkan terjadinya
hipoplasia enamel yang melibatkan gigi
insisivus dan molar permanen yang
umumnya terdapat pada penderita rhiketsia.
Defisiensi vitamin E
Defisiensi vitamin E menyebabkan terjadinya
pendarahan gingival, keluarnya pus dari
poket dan penyakit periodontal serta
leukoplakia
Defisiensi vitamin K
Defisiensi vitamin K menyebabkan
terjadinya pendarahan spontan pada
gingival atau setelah menggosok gigi.
Defisiensi vitamin C
Defisiensi vitamin C menyebabkan
rentannya gingival terhadap iritasi lokal
sehingga terjadi hiperplasia gingival,
mudah berdarah dan dapat terjadi
ulserasi yang biasa disebut Scurvy.
Peridoksin ( B 6 )
Defisiensi Peridoksin menyebabkan terjadinya
angular cheilitis, glossis, serta rasa tidak enak
pada mulut.
Asam Pentotenat
Defisiensi Asam Pentotenat menyebabkan
terjadinya angular cheilitis, ulserasi, dan nekrosis
pada gingiva. Terlihat juga mukosa mulut dan bibir
warna merah mengkilat.
Asam Folat
Manifestasi defisiensinya adalah pembengkakan
pada lidah, gingivitis, angular cheilitis dan ulkus
pada lidah.
Sianokobalamin ( B 12 )
Manifestasi defisiensinya adalah gingival nampak
pucat dan mudah terjadi ulserasi. Lidah tampak
merah licin dan mengkilat serta lebih sensitif (
DAMPAKPENYAKIT
AUTOIMUN TERHADAP
PENYAKIT RONGGA
MULUT
Anton
Immune Trombocytopenic
Purpura (ITP)
suatu penyakit autoimun yang
dikarakteristikan oleh adanya jumlah
platelet yang rendah dan pendarahan
mukokutan
Manifestasi oral dari penyakit ini
antara lain perdarahan gingival,
perdarahan mukokutan dan perdaran
di dalam jaringan.
Pernicious anemia
disebabkan oleh karena penurunan dari
vitamin B12 pada tubuh.
Manifestasi oral dari penyakit ini antara
lain yaitu glositis. Lidah Nampak lembut
dan bengkak merah oleh karena atrophic
glossitis. Peradangan ini juga
mengakibatkan atrophy pada papillapapila lidah.
Gambaran oral memperlihatkan adanya
glositis, keilitis, angularitis, sindrom rasa
terbakar pada mulut atau ulserasi oral
yang berulang
Pemphigus Vulgaris
Pemphigoid
Merupakan penyakit vesikulobulus
autoimun yang jarang terjadi, dan
dapat menyerang kulit dan mukosa
mulut. Kondisi ini ditandai dengan
pembentukan bulla sub epitalial
Gambaran oral sangat bervariasi
tetapi kadang-kadang terlihat sebagai
daerah-daerah ulserasi mukosa atau
gingivitis deskuamatif
PSORIASIS
penyakit inflamasi kronis pada kulit
yang berhubungan erat dengan
genetic.
Manifestasi oral pada penyakit
psoriasis ini biasanya ditemukan pada
bibir, mukosa bukal, palatum, gingival
dan bagian dasar rongga mulut
Windi
Sindrom Sjogren
Penyakit Autoimun
Berdasarkan Infeksi Jamur,
Infeksi Virus danInfeksi
Bakteri
Kandidiasis pseudomembranosa
memberikan gambaran plak lunak
berwarna putih pada daerah mukosa
bukal , lidah, dan permukaanmukosa
mulut lainnya, dapat diangkat,
meninggalkan dasar kemerahanatau
berdarah..
Cheilitis angularis
merupakan eritema dan gambaran seperti
pecah-pecah di sudut mulut.
Hiperplastik atau kandidiasis kronis
memberikan gambaran plak putihyang
tidak dapat diangkat di seluruh permukaan
mukosa
infeksi Virus
Oral Hairy Leukoplakia
lesianya terlihat pada
permukaanlateral lidah, tetapi bisa
meluas ke dorsal dan permukaan
ventral Lesi bisa berbagai ukuran dan
bisa terlihat seperti striae putih
vertical,berombak-ombak atau seperti
plak-plak berbulu kasar dengan
proyeksirambut terlihat seperti keratin
Cytomegalovirus (CMV)
Diagnosis CMVoral didasarkan atas
adanya intranuklear besar dan
sitoplasma kecilCMV masuk di dalam sel
endotel pada dasar ulserasi
Human Papilloma Virus
Pada pasien terinfeksiHIV, HPV terkait
lesi oral memiliki gambaran
papilomatosa, baik menonjol atau tetap,
dan terutama berlokasi di palatum,
mukosa bucal,dan commisura labialis
Kaposis Sarkoma
Lesi ini muncul pada mukosa rongga mulut
terutama pada mukosa palatal dan gingival.
Dalam infeksi HIV, lesi ini lebih sering
ditemukan pada pria.
Sarkoma Kaposi berupa makula berwarna
merah-keunguan pada mukosa mulut, tidak
sakit,tidak memucat saat dipalpasi. Lesi ini
berkembang menjadi nodul dan
membingungkan antara kelainan pada mulut
yang berhubungan dengan vaskularisasi
seperti hemangioma, hematoma, varicosity,
dan pyogenic granuloma (jika terjadi pada
gingiva)
Infeksi Bakteri
Linear Erythematous Gingivitis,
muncul sebagai sebuah pita eritema pada
gingival marginal, seringkali dengan
petechiae.Biasanya tidak menunjukkan
gejala atau hanya pendarahan gingivaringan
dan sakit ringan
Necrotizing Ulcerative Periodontitis(NUP)
Lesi periodontal iniditandai dengan nyeri
tulang dalam yang menyeluruh, eritema yang
signifikan yang sering dikaitkan dengan
perdarahan spontan, dandestruksi cepat dan
progresif dari perlekatan periodontal
dantulang
Yulia
Kondisi traumatik
Cedera frenulum lingualis dan sindrom
felatio adalah kondidi oral umum yang
berkaitan dengan aktivitas seksual.
Fellatio, suatu keadaan traumatik
secara
seksual,
mengakibatkan
eritema dan perdarahan submukosa
yang paling sering terlihat di
perbatasan palatum keras dan lunak.
Mononukleosis menular
Sifilis
Sifilis disebabkan oleh spirochaeta anaerob
yaitu treonema pallidium.
Tanda dari siilis oral primer adalah chanre
tanpa sakit yang menunjukakan reaksi
granulomatosa terhadap obliterasi vaskuler.
Chanre sifilis pada awalnya tampak sebagai
papula yang menimbul, membesar, erosi ,
dan menjadi ulserasi.
Chanre secara khas menetap selama 2
sampai 4 minggu dan sembuh dengan
spontan , yang dapat menyebabkan pasien
salah duga bahwa tidak ada perawatan yang
diperlukan
Pendidikan
Tujuan
1.
2.
Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan dalam
timbulnya penyakit darifaktor-faktor yang
langsung dapat menimbulkan kesakitan
terutama pada benda-benda fisik yang
dapat menimbulkan penyakit.
Penghasilan
Penghasilan dan prevalensi penyakit
gigi dan mulut mempunyai hubungan yang
erat. Hal ini dikarenakan seseorang akan
kurang memanfaatkan pelayanan yang
ada karena mungkin tidak mempunyai
uang untuk membeli obat, membayar
transport dan lain sebagainya.
Kusta
juga dikenal sebagai penyakit Hansen adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh basil
kolera asam-FAS, Mycobacterium leprae. Kusta
adalah transmisi hanya mondeately menular
penyakit sering membutuhkan kontak langsung
dengan orang yang terinfeksi untuk waktu yang
lama. Inokulasi/penyuntikan melalui saluran
pernafasan juga diyakini potensial mode
transmisi (Regezi, 2008).
Varicella Zoster
merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
Varicella Zoster. Virus varicella Zoster merupakan virus DNA
yang mirip dengan virus Herpes Simpleks. Virus Varicella
Zoster dapat menyebabkan 2 jenis, yaitu infeksi primer dan
sekunder. Varicella (chickenpox) merupakan suatu bentuk
infeksi primer virus Varicella Zoster yang pertama kali pada
individu yang berkontak langsung dengan virus tersebut
sedangkan infeksi sekunder/rekuren disebut Herpes
Zoster/shingles. Virus Varicella Zoster masuk kedalam tubuh
dan menyebabkan terjadinya infeksi primer, setelah infeksi
primer sembuh, virus akan tinggal secara laten pada dasar akar
ganglia dan nervus spinalis. Virus tersebut dapat menjadi aktif
kembali dalam tubuh individu dan menyebabkan terjadinya
Herpes Zoster (Regezi, 2008).
Herpes Zoster
adalah suatu infeksi kambuhan dari Varicella Zoster.
Sifilis
adalah penyakit menular seksual yang hampir tak
tersembuhkan. Obat yang pertamakali ditemukan adalah
arsphenamine oleh dr Paul Ehrlich, sekitar pergantian abad
kedua puluh. Sebuah perubahan luar biasa dalam
mengendalikan sifilis setelah pengenalan penisilin di awal
1940-an. Pada saat itu, sekitar 600.000 kasus baru dilaporkan
setiap tahunnya di negara-negara bersatu, selama 15 tahun ke
depan turun menjadi 6000 kasus per tahun. Peningkatan
jumlah kasus baru (memuncak pada sekitar 50.000 pada
1990), sebagian karena adanya hubungan dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyalahgunaan narkoba
(Regezi, 2008).
bakteri
jamur
Streptococcus
Candida albicans
virus
HSV
Makula
Titik sampai bercak
Diameter dari beberapa mm hingga
cm
Warna :
A. Berasal dari vaskularisasi
Warna : Merah kecoklatan
Bila ditekan bewarna pucat
Misalnya : Hiperemia
PAPULA
- Lesi yang membenjol padat
- Kurang dari 1cm diameternya
- Permukaan papula : Erosi atau
deskuamasi- Makula dan papula terasa
gatal, rasa terbakar dan nyeri
Misalnya :
- Lichen Planus (pada mukosa) adalah
papula keputihan
Fordyces spot adalah anomali
pertumbuhan dimana kelenjar lemak
tumbuh ektopik
PLAK
Ukuran diameternya lebih besar dari 1
cm
Misalnya :
- Leukoplakia (Lesi pra-ganas, lesi ini
bisa menjadi ganas)
NODULA
Suatu massa yang padat
- Membenjol yang tebal dan kurang dari 1
cmdiameternya
- Tumor jinak dari jaringan ikat yang terjadi
karenairitasi kronis (iritasi ringan yang
terus menerus)
- Dapat hilang sendiri atau tidak, setelah
iritasi kronisdihilangkan (misal eksisi)
Misalnya :
- Iritasi fibroma
-
VESIKULA
Suatu benjolan kulit berisi cairan dan
berbatas jelas
- Diameternya kurang dari 1cm
Misalnya :
- Cacar Air
-
BULLA
-
Postula
- Suatu vesikel yang berisi eksudat
purulen
Misalnya :
- Penyakit Impetigo, pada kulit berupa
bisul-bisul kecil
Keratosis
- Penebalan yang abnormal dari
lapisan terluar epitel(stratum
korneum)- Bewarna putih keabuan
Misalnya :
- Linea Alba bukalis- LeukoplakiaLichen Planus
Wheals
- Suatu papula atau plak yang bewarna
merah muda ,edema, dan berisi
serum
- Edema kulit yang menjadi gelembung
yang hanya muncul singkat dan
menimbulkan rasa gatal
Misalnya :
- Gigitan nyamuk dan urtikaria
TUMOR
- Massa padat, besar, meninggi dan
berukuran lebihdari 1 sampai 2 cm
- Tumor bisa ganas atau jinak
Misalnya :
- Kanker payudara versus limfoma
(tumor jinak yang sebagian terbentuk
sebagian besar dari jaringan adipose
Tyara
LESI SEKUNDER
EROSI
Hilangnya epitel di atas lapisan
selbasal
Dapat sembuh tanpa jaringan parut
Misalnya :
- Kulit setelah mengalami suatu lepuhan
atau vesikel yang pecah
1.
FISURA
- Retak linier pada kulit yang meluas
melalui epidermis dan memaparkan
dermis
- Dapat terjadi pada kulit kering dan
inflamasi kronis
- Suatu celah dalam epidermis
Misalnya :
- Fissure tongue
- Geographic tongue
Sinus
- Suatu saluran yang memanjang dan
rongga supuratif , kista atau abses
Misalnya:
-Abses Periapikal
ULSERI
- Hilangnya epidermis dan lapisan kulit
yang lebih dalam (Hilangnya epitel
yang meluas di bawah lapisan sel
basal
Misalnya :-Reccurent Apthous
StomatitisBechets Syndrome
SAR
Stomatitis aftosa rekuren (SAR)
adalah suatu peradangan yang terjadi
pada mukosa mulut, biasanya berupa
ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat
berupa ulser tunggal maupun lebih
dari satu. SAR dapat menyerang
mukosa mulut yang tidak berkeratin
yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan
ventral lidah, dasar mulut, palatum
lunak dan mukosa orofaring
MACAM SAR
Sonda
Lesi berdasarkan
penyebabnya
traumatik,
Infeksi
Neoplasma
sistemik
lain-lain.
1.
4.
5.
Kheilosis kandida
Khas ditandai eritema, fisura, maserasi
dan pedih pada sudut mulut.Biasanya
pada mereka yang mempunyai
kebiasaan menjilat bibir atau pada pasien
usia lanjut dengan kulit yang kendur pada
komisura mulut.
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI INFEKSI
C.ALBICANS
B. Leukoplakia
Hiperkeratinisasi dan infeksi virus
Epstein Barr sering menimbulkan hairy
leukoplakia yang jarang ditemukan pada
penderita non-imunokompromis.
Nisha
C. Gingivostomatitis
Kondisi rongga mulut penderita HIVAIDS dapat sangat buruk sehingga
mudah terkena stomatitis. Ulkus
sangat sering terjadi pada penderita
HIV-AIDS, baik disebabkan infeksi
atau trauma.
Pencegahan HIV-AIDS
1. Abstinenc
e
2. Be
Faithful
3. Condom
4. Drugs
Adly
1. Infeksi Jamur
Terapi Topikal
Clotrimazole efektif bila digunakan 5
kali sehari. Drug of choice menggunakan
amphotericin B (0.1 mg/ml) 5 ml-10 ml
digunakan untuk berkumur 3-4 kali
sehari.
Terapi Sistemik
Ketokonazole 200mg (tablet) dapat
dikonsumsi sekali sehari. Drug of choice
menggunakan fluoconazole 100mg dua
kali sehari selama 2 minggu,
Itraconazole 100mg dua kali sehari
selama 2 minggu
2. Infeksi Virus
a. Herpes Labialis
Terapi
Pemberian acyclovir 5%, pencyclovir
1%, atau silica gel topikal sedinimungkin
dapat membantu mengkontrol lesi. Pada
pasien immunocompromised sebaiknya
diberikan pengobatan secara sistemik,
atau dengan antiviral lainnya.
Pengolesan tabir surya pada bibir juga
efektif dalam menurunkan frekuensi
kekambuhan akibat induksi dari sinar
matahari. Foscarnet dapat menjadi obat
pilihan selain yang telah disebutkan di
atas.
b.
3. Infeksi Bakteri
Penyakit periodontal
Terapi
Kontrol plak , debridement , irigasi dengan
povidone iodin, scalling dan root planing,
dan obat kumur sehari dua kali. Pada kasus
NUP, metronidazole (satu tablet 250mg
sehari empat kali), amoxicillin (satu tablet
250mg sehari tiga kali) atau clindamycin
(satu tablet 300mg sehari tiga kali). Pada
jangka panjang, peningkatan oral hygiene
diperlukan untuk mencegah kerusakan
gingiva lebih lanjut. Terkadang bedah
periodontal juga diberikan untuk koreksi
gingiva dan defek periodontal.
4. Lesi Neoplastik
Sarkoma Kaposi
Terapi
Terapi lokal dapat dengan operasi atau
kemoterapi. Operasi hanya memiliki
efek yang kecil atau tidak terlalu
berpengaruh. Terapi yang dapat
dilakukan pada pasien HIV dengan
sarkoma kaposi adalah pemberian terapi
antiviral. Utuk ageninfeksi HHV-8,
dengan injeksi vinblastine (0,2mg/ml)
dilaporkan cukup membantu
a.
Lymphoma
Terapi
Kombinasi antara kemoterapi dan
radioterapi, dan juga transplantasi
stem cell hematopoietic.
b.
ELISA
ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay), tes ini mendeteksi
antibodi yang dibuat tubuh terhadap virus HIV. Antibodi tersebut
biasanya diproduksi mulai minggu ke 2, atau bahkan setelah
minggu ke 12 setelah terpapar virus HIV. Kerena alasan inilah maka
para ahli menganjurkan pemeriksaan ELISA dilakukan setelah
minggu ke 12 sesudah melakukan aktivitas seksual berisiko tinggi
atau tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi.
2.
Western Blot
Sama halnya dengan ELISA, Western
Blot juga mendeteksi antibodi terhadap
HIV. Western blot menjadi tes konfirmasi
bagi ELISA karena pemeriksaan ini lebih
sensitif dan lebih spesifik, sehingga
kasus 'yang tidak dapat disimpulkan'
sangat kecil. Walaupun demikian,
pemeriksaan ini lebih sulit dan butuh
keahlian lebih dalam melakukannya.
3.
IFA
IFA atau indirect fluorescent antibody juga meurupakan
pemeriksaan konfirmasi ELISA positif. Seperti halnya dua
pemeriksaan diatas, IFA juga mendeteksi antibodi terhadap
HIV. Salah satu kekurangan dari pemeriksaan ini adalah
biayanya sangat mahal.
4.
PCR Test
PCR atau polymerase chain reaction adalah uji yang
memeriksa langsung keberadaan virus HIV di dalam darah
dengan mendeteksi asam nukleat virus hiv. Tes ini dapat
dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu setelah
terpapar virus HIV. Tes ini sangat mahal dan memerlukan
alat yang canggih. Oleh karena itu, biasanya hanya
dilakukan jika uji antibodi diatas tidak memberikan hasil
yang pasti. Selain itu, PCR test juga dilakukan secara rutin
untuk uji penapisan (screening test) darah atau organ yang
akan didonorkan.
Pengukuran HIV RNA dengan branced chain deoxyribonucleid acid (bdDNA). Dengan cara tersebut beban virus dapat ditetapkan dan diagnosis
HIV dapat ditegakkan
1. Pemeriksaan antibodi
terhadap HIV
Antibodi
terinfeksi
IgG
IFA (Indirect
Fluorescent
Antibody)
ELISA
tes ini mendeteksi antibodi yang
dibuat tubuh terhadap virus HIV.
Tes ELISA dapat dilakukan dengan
sampel :
-darah vena
-air liur
-urin
WESTERN BLOT
Metode
yang
digunakan
menegakkan
diagnosis
HIV
dengan
sensitivitasnya yang
tinggi yaitu sebesar
99,6-100%.
Pemeriksaanya
cukup sulit, mahal,
dan membutuhkan
waktu sekitar 24
IFA
IFA atau indirect
fluorescent antibody
juga
meurupakan
pemeriksaan
konfirmasi
ELISA
positif.
Seperti halnya dua
pemeriksaan diatas,
IFA juga mendeteksi
antibodi
terhadap
HIV.
PCR Test
PCR atau polymerase chain reaction
adalah uji yang memeriksa langsung
keberadaan virus HIV di dalam darah.
Tes ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu
sekitar seminggu setelah terpapar virus
HIV.
Hanya dilakukan jika uji antibodi diatas
tidak memberikan hasil yang pasti.
Selain itu, PCR test juga dilakukan
secara rutin untuk uji penapisan
(screening test) darah atau organ yang
akan didonorkan.
Patofisiologi HIV
Patofisiologi Autoimun
SYNDROM SJORGEN
LANJUTAN...
TINGKATAN
HIPERSENSITIVITAS
HIPERSENSITIVITAS TIPE 1 = ALERGI
Keadaan ini merupakan hipersensitivitasanafilaktik
seketika dengan reaksi yang dimulai dalam
tempo beberapa menit sesudah terjadi kontak
dengan antigen. Kalau mediator kimia terus
dilepaskan, reaksi lambat dapat berlanjut sampai
selama 24 jam. Reaksi ini diantarai oleh antibody
IgE (reagin) dan bukan oleh antibody IgG atau
IgM. Hipersensitivitas tipe I memerlukan kontak
sebelumnya dengan antigen yang spesifik
sehingga terjadi produksi antibody IgE oleh selsel plasma. Proses ini berlangsung dalam
kelenjar limfe tempat sel-sel T helper membantu
menggalakan rekasi ini.
1.
LANJUTAN...
Antibody IgE akan terikat dengan reseptor
membrane pada sel-sel mast yang
dijumpai dalam jaringan ikat dan basofil.
Pada saat kontak ulang, antigen akan
terikat dengan antibody IgE di dekatnya
dan pengikatan ini mengaktifan reaksi
seluler yang memicu proses
degranulasi serta pelepasan mediator
kimia. Mediator kimia primer
bertanggung jawab atas berbagai gejala
pada hipersensitivitas tipe I karena
efeknya pada kulit, paru-paru dan
traktus gastrointestinal.
LANJUTAN...
Reaksi hipersensitivias tipe II
terlibat dalam penyakit miastenia gravis dimana
tubuh secara keliru menghasilkan antibody
terhadap reseptor normal ujung saraf. Contoh
lainnya adalah sindrom Goodpasture yang
pada sindrom ini dihasilkan antibody
terhadap jaringan paru dan ginjal sehingga
terjadi kerusakan paru dan gagal ginjal.
Anemia hemolitik imun karena obat, kelainan
hemolitik Rh pada bayi baru lahir dan reaksi
transfuse darah yang tidak kompatibel
merupakan contoh hipersensitivitas tipe II
yang menimbulkan destruksi sel darah
merah.
LANJUTAN...
Dermatitis kontak merupaka hipersensitivitas
tipe IV yang terjadi akibat kontak dengan
allergen seperti kosmetika, plester, obatobatan topical, bahan aditif obat dan racun
tanaman. Kontak primer akan menimbulkan
sensitiasasi, kontak ulang menyebabkan
reaksi hipersensitivitas yang tersusun dari
molekul dengan berat molekul rendah atau
hapten yang terikat dengan protein atau
pembawa dan kemudian diproses oleh selsel Langerhans dalam kulit. Gejala yang
terjadi mencangkup keluhan gatal-gatal.
Eritema dan lesi yang menonjol
a. Penatalaksanaan Umum
Istirahat, dukungan nutrisi yang
memadai berbasis makronutrien dan
mikronutrien untuk penderita
HIV&AIDS, konseling termasuk
pendekatan psikologis dan
psikososial, membiasakan gaya hidup
sehat antara lain membiasakan
senam seperti yang dilakukan di
UPIPI.
b. Penatalaksanaan khusus
Pemberian antiretroviral therapy
(ART) kombinasi, terapi infeksi
sekunder sesuai jenis infeksi yang
ditemukan, terapi malignansi.
Terapi Antiretroviral
Pemberian ARV tidak serta merta segera
diberikan begitu saja pada penderita
yang dicurigai, tetapi perlu menempuh
langkah-langkah yang arif dan bijaksana,
serta mempertimbangkan berbagai
faktor; dokter telah memberikan
penjelasan tentang manfaat, efek
samping, resistensi dan tata cara
penggunaan ARV; kesanggupan dan
kepatuhan penderita mengkonsumsi
obat dalam waktu yang tidak terbatas;
serta saat yang tepat untuk memulai
terapi ARV .
Pemeriksaan penunjang
sebelum tindakan bedah
mulut
Pemeriksaan Radiografi
Proteksi Diri
b. Dekontaminasi Peralatan
Dekontaminasi adalah suatu istilah
umum yang meliputi segala metode
pembersihan, desenfeksi dan sterilisasi
yang bertujuan untuk menghilangkan
pencemaran
mikroorganisme
yang
melekat pada peralatan medis.
Pengambilan,
Penyimpanan dan
Pengiriman Spesimen
untuk Bahan
Pemeriksaan
Mikrobiologi Klinik
Icha
Sputum
Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paruparu, bronkus dan trakea. (Sumber: Petunjuk
Laboratorium Diagnostik R. Gandasoebrata:176)
Secara umum
Pengambilan
Cara pengambilan sputum secara umum:
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari,
dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam
lebih besar. Atau juga bisa diambilsputum sewaktu.
Pengambilan sputum juga harus dilakukan sebelum pasien
menyikat gigi.
Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien
mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum
pengambilan sputum.
Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum
agar yang dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan
air liur/saliva ataupun campuran antara sputum dan saliva.
Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan sputum.
Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumurkumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu(bila ada).
Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough).
Cara membatukkan sputum:
Tarik nafas dalam dan kuat(dengan pernafasan dada)batukkan kuat
sputum dari bronkustrakeamulutwadah penampung.
Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan
berpenutup(Screw Cap Medium).
Penyimpanan
Cara penyimpanan sputum:
Yaitu berbeda-beda untuk masing-masing laboratorium.
Pengiriman
Cara pengiriman spesimen:
Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah
harus disertai dengan data/keterangan, baik mengenai
kriteria spesimen maupun pasien. Ada 2 data yang harus
disertakan, yaitu:
Data 1:
Pot/wadah dilabel dengan menempelkan label pada dinding
luar pot. Proses direct labelling yang berisi data: nama,
umur, jenis kelamin, jenis spesimen, jenis tes yang diminta
dan tanggal pengambilan.
Data 2:
Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan klinis:
dokter yang mengirim, riwayat anamnesis, riwayat
pemberian antibiotik terakhir(minimal 3 hari harus dihentikan
sebelum pengambilan spesimen), waktu pengambilan
spesimen, dan keterangan lebih lanjut mengenai biodata
pasien.
Darah
Secara umum
Pengambilan
Cara pengambilan darah:
1. Ada 3 sampel darah yang dapat diambil:
Darah Vena
Biasanya diambil dari lipatan siku tangan.
Pada orang dewasa biasanya diambil dari vena median cubiti.
Pada bayi, dapat digunakan vena jugularis superficialis atau
sinus sagittalis superior.
Digunakan dalam pengambilan sampel darah dengan volume
yang cukup banyak, misalnya, 10 ml.
Gunakan syringe dengan jarum 20-21 Gdewasa
23G(butterfly needle)anak-anak
Darah Arteri
Biasanya dari lipatan paha/pergelangan tangan.
Arteri yang biasanya diambil: arteri femoralis dan arteri radialis.
Digunakan sebagai sampel darah untuk pemeriksaan AGDA dan
elektrolit.
Darah Kapiler
Biasanya dari ujung jari tangan/kaki/anak daun telinga.
Digunakan dalam pengambilan sampel darah dengan volume yang
sedikit, biasanya untuk screening test.
Penyimpanan
Cara penyimpanan darah:
Yaitu berbeda-beda untuk masing-masing laboratorium.
Pengiriman
Cara pengiriman spesimen:
Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah harus disertai
dengan data/keterangan, baik mengenai kriteria spesimen maupun
pasien. Ada 2 data yang harus disertakan, yaitu:
Data 1:
Botol dilabel dengan menempelkan label pada dinding luar pot. Proses
direct labelling yang berisi data: nama, umur, jenis kelamin, jenis
spesimen, jenis tes yang diminta dan tanggal pengambilan.
Data 2:
Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan klinis: dokter yang
mengirim, riwayat anamnesis, riwayat pemberian antibiotik
terakhir(minimal 3 hari harus dihentikan sebelum pengambilan spesimen),
waktu pengambilan spesimen, dan keterangan lebih lanjut mengenai
biodata pasien.
Jadi, data mengenai spesimen harus jelas: label dan formulir.
Feses
Secara umum
Pengambilan
Cara pengambilan spesimen:
Spesimen berupa feses segar, jika tidak memungkinkan, lakukan
usap rektal.
Cara pengambilan feses segar:
Penyimpanan
Cara penyimpanan feses:
Yaitu berbeda-beda untuk masing-masing laboratorium.
Pengiriman
Cara pengiriman spesimen:
Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah harus disertai
dengan data/keterangan, baik mengenai kriteria spesimen maupun
pasien. Ada 2 data yang harus disertakan, yaitu:
Data 1:
Botol dilabel dengan menempelkan label pada dinding luar pot.
Proses direct labelling yang berisi data: nama, umur, jenis
kelamin, jenis spesimen, jenis tes yang diminta dan tanggal
pengambilan.
Data 2:
Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan klinis: dokter yang
mengirim, riwayat anamnesis, riwayat pemberian antibiotik
terakhir(minimal 3 hari harus dihentikan sebelum pengambilan
spesimen), waktu pengambilan spesimen, dan keterangan lebih
lanjut mengenai biodata pasien.
Urin
Urin dalam keadaan normal adalah steril,
pencemaran yang biasanya terjadi pada uretra
atau periuretra. Urin yang digunakan untuk
pemeriksaan mikrobiologi harus urin segar tidak
boleh urin yang telah disimpan selama 24 jam.
Jenis Spesimen Urin
Jenis urin yang dapat digunakan sebagai bahan
pemeriksaan diantaranya :
Urin kateter
Urin porsi tengah ( (Clean Catch Urine)
Urin Aspirasi Suprapubik
Urin Kateter
Pemilihan
Urin yang diambil dengan menggunakan kateter mempunyai resiko tinggi
untuk dimasuki oleh bakteri. Untuk bahan pemeriksaan mikrobiologi tidak
boleh menggunakan Bed side Catheter bag.
Pengambilan spesimen
- Bahan yang dibutuhkan :
Semprit isi 10 ml
Jarum suntik nomor 21
Kapas alkohol
Pengiriman
Urin yang sudah diambil sesegera mungkin dalam waktu 30 menit atau taruh
atau disimpan dalam lemari pendingin untuk pemeriksaan tidak lebih dari 24
jam.
Pemilihan
Dianjurkan urin yang digunakan adalah urin pagi hari
dengan membuang 1/3 aliran urin pertama.
Pengambilan
Bahan yang dibutuhkan :
Botol atau Tabung steril bertutup ulir
Sabun medis
Kasa
Akuades/air suling
Pemilihan
Cara ini terbebas dari:
pencemar uretra dan perineum
Dan diutamakan untuk:
anak; atau
pemeriksaan anaerobik
Pengambilan spesimen
Bahan yang Dibutuhkan
Desinfektan kulit
Anastesi lokal
Semprit isi 10 ml dan jarum nomor 22
Botol steril bertutup ulir
Pengiriman
Segera priksa dalam 30 menit; atau taruh dalam almari
es dan paling lama 24 jam.
CATATAN
Pemeriksaan anaerobik hanya atas permintaan
Anak: tempat tusukan 1-2 CM di atas simpisis pubis dan
jumlah 5 ml