PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defisiensi mineral
a. Kalsium (Ca), Fosfor (P), Magnesium (Mg)
Fungsi dari Ca, P, dan Mg merupakan unsur utama dalam pembentukan tulang
dan gigi dan merupakan unsur mineral yang terbanyak dalam tubuh. Jika
Kurang Asupan Zat Gizi Ca, P, dan Mg adalah mineralisasi tulang dan gigi
menjadi terganggu, sehingga tulang akan mudah patah, gigi rapuh sehingga
rentan terhadap karies, dan pertumbuhan tulang dan gigi pada anak-anak
menjadi terganggu.
b. Besi (Fe)
Fungsi Fe merupakan unsur pembentukan Hemoglobin. Kekurangan asupan Fe
dapat mengakibatkan anemia, gangguan pada lidah dan luka pada sudut bibir.
Gejalanya berupa penipisan papila pada tepi-tepi lidah, serta penipisan mukosa
mulut secara menyeluruh sehingga pasien rentan terhadap stomatitis aptosa
( sariawan ), dan warna mukosa menjadi pucat.
c. Fluor (F)
Fungsi F mencegah karies gigi dengan meningkatkan daya tahan email,
remineralisasi lesi-lesi karies dini dan sebagai bahan anti bakteri. Jika
kekurangan fluor, pada gigi akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh dan mudah
terserang karies karena fungsi flour adalah sebagai pelindung gigi dari serangan
bakteri.
2. Defisiensi protein
Protein banyak terdapat pada daging, telur, susu, ikan dan jagung.
Manifestasi defisiensi protein dalam rongga mulut adalah lidah tampak
berwarna merah karena hilangnya papila, terjadi angular cheilitis dan fissura
bibir atau bibir pecah-pecah. Selain itu rongga mulut terasa kering dan
nampak kotor. Resistensi terhadap infeksi mengalami penurunan sehingga
mudah terjadi infeksi pada jaringan periodontal (Atikah, 2010).
Pada minggu ke-4 dalam pertumbuhan janin terjadi penebalan epitel
dari calon gigi. Dalam proses pembentukan email, terdapat amelogenin dan
dan terasa sakit, mukosa mulut tampak pucat. Kepekaan terhadap rasa makanan
berkurang, luka pada sudut bibir.
d. Vitamin C
Fungsi vitamin C berperan sebagai:
1. Senyawa pembentuk kolagen yang merupakan protein penting
penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya.
2. Merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai
radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan
sifatnya yang mampu menangkal radikal bebas, vitamin C dapat
membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko
timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat
diturunkan.
3. menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan di dalam tubuh,
seperti otot.
4. berperan dalam penutupan luka saat terjadi pendarahan dan
memberikan perlindungan lebih dari infeksi mikroorganisme patogen.
Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga
kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit.
Kekurangan asupan vitamin C dapat menimbulkan kelainan pada gusi,
gusi meradang dan mudah berdarah, jika terjadi luka penyembuhannya
sangat lambat, pembentukan gigi menjadi terganggu.
e. Vitamin D
Fungsi vitamin D membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang.
Jika anak-anak kekurangan vitamin D, erupsi / keluarnya gigi dapat menjadi
terhambat.
f. Vitamin E
Fungsi vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di
dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati.
Selain itu, vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi
udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh
sebagai senyawa antioksidan alami.
g. Vitamin K
Fungsi vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran
darah yang baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat
pada pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi
luka atau pendarahan spontan pada gingiva. Selain itu, vitamin K juga
berperan sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam
amino asam glutamat.
Salah satu tanda-tanda pertama kekurangan vitamin K adalah pendarahan
gusi dan hematuria. Seseorang yang memiliki kekurangan vitamin K akan
melihat gusi berdarah setiap kali dia sikat gigi.
2.2.
3. Pemphigus
3. HIV/AIDS
Menurunnya imunitas tubuh pada penderita penyakit ini menyebabkan
timbulnya berbagai infeksi dan infeksi-infeksi ini mempunyai manifestasi
didalam rongga mulut. Infeksi jamur Candida albicans merupakan hal yang
sering ditemukan dalam rongga mulut, dan selain itu juga sering ditemukan
lesi/luka
dari
penyakitkaposi
sarcoma, hairy
leukoplakia, non-hodgkins
10
dapat
11
limfosit. Benda asing ini segera dikenali oleh sel limfosit T. Begitu sel limfosit T
menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel limfosit T menjadi tidak berdaya
sehingga virus segera berfusi (menyatu) dan memasuki sel tersebut (Abbas, dkk,
2006).
Manifestasi klinis yang pertama kali muncul pada penderita HIV
positif atau AIDS adalah manisfestasi pada mukosa mulut (oral) seperti:
candidiasis, oral hairy leukoplakia, herpes labialis, dan ulkus aphthous
(Scully, 2010) .
1. Infeksi Jamur
a. Candidiasis
Pseudomembranous Candidiasis
12
Ditandai dengan plak berwarna putih atau kuning yang bisa dikerok,
terletak dimana saja di dalam rongga mulut, tetapi lebih sering terjadi pada
mukosa
buccal,
lidah,
dan
pada
palatum.
Keluhan
subyektif
dari
Erythema candidiasis
Angular chelitis
13
Diagnosis
Candidiasis dapat diagnosis melalui permukaan lesi dengan cara
melakukan smear untuk menentukan jenis jamur. Biasanya menggunakan
potassium hydroxide (KOH), PAS, atau Gram's stain. Candida dideteksi dengan
melihat hifa dan blastophore menggunakan mikroskop. Kultur juga dapat
digunakan untuk menentukan spesies dari candida (Jordan, 2004).
Diagnosis banding
Erythema candidiasis sering disamakan dengan lesi merah lainnya
seperti sarkoma kaposi dan erytroplakia. Sedangkan pseudomembranous
candidiasis sering disamakan dengan oral hairy leukoplakia namun
pseudomembranous candidiasis dapat dikerok dan pada oral hairy leukoplakia
ditemukan bulu-bulu halus (Jordan, 2004).
2. Infeksi Virus
a. Herpes Labialis
14
Klinis
Gejala prodromal yang dirasakan seperti sensasi terbakar, nyeri ringan,
dan gatal-gatal.
berlangsung pada 2 hari pertama. Secara klinis, hal ini ditandai dengan edema
dan kemerahan di vermilion border, dan juga kulit perioral yang berdekatan,
kemudian diikuti oleh sekelompok vesikel kecil. Vesikel ini segera pecah,
meninggalkan ulkus kecil yang ditutupi oleh krusta dan akan sembuh dengan
sendirinya dalam waktu 5-8 hari. Ekstraoral: Kadang lesi ini terinfeksi oleh
Staphylococcus atau Streptococcus, yang kemudian mengakibatkan impetigo.
Pada pasien immunocompromised, lesi ini dapat meluas dan dapat melibatkan
kulit perioral. Pada pasien atopik, lesi ini dapat menyebar luas sehingga
mengakibatkan eczema herpeticum (Scully, 2010).
Diagnosis
Biopsi, kultur sel, dan tes darah. Pada tes darah IgG sebagai parameter adanya
infeksi rekuren
Diagnosis Banding
Lesi traumatik, sifilis primer atau sekunder, dan impetigo (Scull, 2010).
b. Oral hairy leukoplakia
15
16
Gingivitis
NUP digambarkan sebagai ulserasi pada jaringan lunak, dan nekrosis, serta
terjadinya kerusakan yang cepat pada periodontal attachment. Terjadi
perdarahan secara spontan dan nyeri yang dalam. HIV positif dengan
manifestasi periodontitis biasanya diikuti dengan demam dan malaise terkadang
juga terjadi submandibular lymphadenopaty. Pada pasien immunocompremised
NUP muncul bila jumlah CD4+ dalam darah kurang dari 200sel/mm3
17
Tanda klinis dari lesi ini adalah suatu ulserasi yang nyeri dimana mengenai
margin gingiva dan interdental papil, dan diikuti oleh bau mulut. Paling sering
terjadid bagian anterior rahang bawah. Etiologi dari NUG masih belum
diketahui, tetapi bakteri anaerob, seperti spirochetes dan spesies Fusobacterium
dikatakan terlibat, dikarenakan mikroorganisme tersebut ditemukan dengan
angka yang tinggi pada lesi ini (Laskaris, 2003).
18
bersifat soliter atau bergabung dengan lesi lainnya. Sarkoma kaposi merupakan
manisfestasi AIDS pada stadium IV.
Klinis
Gambaran klinis dari sarkoma kaposi adalah, pada intraoral berupa makula
berwarna merah, biru,ungu, atau kadang-kadang berwarna coklat atau hitam, yang
kemudian membesar menjadi sebuah nodula atau ulser. Hingga 95% lesi ini terjadi
di palatum, 23% di gingiva, dan lainnya terdapat di lidah atau mukosa buccal.
Pada
ekstraoral,
sarkoma
kaposi
biasanya
menyebar
luas
pada
kulit,
b. Lymphoma
Non hodgkins lymphoma (NHL) merupkan salah satu manifestasi yang sering
terjadi pada infeksi HIV. Sama seperti sarkoma kaposi, NHL juga muncul pada
stadium IV kasus AIDS
Klinis
19
Submukosa swelling, biasanya bilateral diantara mukosa bergerak dan tak bergerak
palatum dan juga dapat melibatkan tulang mandibula. Lesi muncul dengan
pembengkakan tanpa rasa sakit, berupa ulserasi. Beberapa lesi oral muncul sebagai
ulserasi yang dangkal. NHL dapat muncul sebagai lesi soliter maupun bersamaan
dengan lesi-lesi lainnya
Diagnosis
Secara histologi yaitu dengan biopsi
Diagnosis Banding
NHL sering diduga sebagai major aphtous atau perikoronitis akibat erupsi gigi
molar ketiga
5. Lesi oral lain yang berhubungan dengan penyakit HIV/AIDS
a. Reccurent Apthous Stomatitis (RAS)
RAS merupakan kelainan yang bersifat kambuhan dan ditemukan di mukosa
rongga mulut. Penyebab RAS belum diketahui diduga akibat kelainan sistem
imun, defisiensi hematologi, faktor genetik dan juga stress yang diderita penderita
HIV (Jordan, 2004).
Klinis
Gejala prodormal, mulut terasa terbakar 2-48 jam. Gejala inisiasi berupa
erythema, beberapa jam kemudian berubah menjadi papula berwarna putih,
ulserasi, dan akan membesar dalam waktu 48-72 jam. Secara klinis RAS
dibedakan menjadi 2 yaitu minor dan mayor. Pada ulkus jenis minor, muncul
sebagai lesi soliter dengan ukuran 0,5-1,0cm, dapat sembuh tanpa meninggalkan
jaringan parut. Jenis mayor muncul sebagai ulkus nekrotik dengan ukuran sangat
besar (2-4cm). Ulkus mayor sangat menyakitkan dan dapat bertahan selama
beberapa minggu, bila sembuh meninggalkan jaringan parut. Jenis herpetiform
muncul sebagai kelompok ulkus kecil (1-2cm), biasanya di palatum dan orofaring.
20
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan cara biopsi untuk mengetahui suatu keganasan
atau tidak.
Diagnosis banding
Luka trauma, leukoplakia.
2.5 Manifestasi Penyakit Sistemik pada Rongga Mulut
Banyak penyakit sistemik yang mempunyai manifestasi di rongga mulut.
Rongga mulut dapat menjadi jendela tubuh kita karena banyak manifestasi pada
rongga mulut yang menyertai penyakit sistemik. Kami telah mempelajari
beberapa makalah/artikel/jurnal dan menggambarkan manifestasi mulut dari
beberapa penyakit sistemik. Banyak lesi pada mukosa mulut, lidah, gingiva, gigi,
periodontal, glandula salivarius, tulang wajah, kulit disekitar mulut yang terkait
dengan penyakit sistemik umum.
2.6.1 Penyakit-penyakit darah
1. Anemia
Anemia defisiensi besi adalah penyakit darah yang paling umum.
Manifestasi pada rongga mulut berupa atropik glossitis, mukosa pucat, dan
angular cheilitis. Atropik glossitis, hilangnya papila lidah, menyebabkan lidah
lunak dan kemerahan yang menyerupai migratori glossitis. Migratori glossitis,
dikenal juga dengan sebutan geographic tongue, merupakan suatu kondisi
lidah yang tidak diketahui penyebabnya yang mempengaruhi 1-2% populasi.
Hal tersebut mengakibatkan lesi kemerahan, non- indurasi, atropik dan dibatasi
dengan sedikit peninggian pada lidah, pinggir yang nyata dengan warna yang
bermacam-macam dari abu-abu sampai putih.
Pada atropik glossitis, area-nya tidak mempunyai batas keratotik putih
dan cenderung meningkat ukurannya daripada perubahan posisinya. Pada
kasus yang lebih parah, lidah menjadi lunak. Angular cheilitis, terjadi pada
sudut bibir, yang disebabkan karena infeksi candida albicans menyebabkan
kemerahan dan pecah-pecah, serta rasa ketidaknyamanan. Manifestasi
21
Plummer-Vinson
syndrome
juga
termasuk
disfagi
akibat
ulserasi
mengakibatkan
terjadinya
mukositis.
Namun
mukositis
akibat
22
23
(15)
. Pada DLE,
lesi ini biasanya mulai tampak sebagai area keputihan irregular yang kemudian
meluas kearah perifer. Setelah lesi ini meluas, bagian tengah daerah ini
menjadi merah dan menjadi ulcer sedangkan bagian tepi meninggi dan
hyperkeratotik. Lesi mulut lichen planus mirip lesi mulut pada DLE baik
secara klinis maupun histologi. Kriteria histologik yang jelas harus dilakukan
untuk membedakan keduanya. Ulserasi mulut dan nasopharyngeal diketahui
sebagai manifestasi diagnostik mayor pada SLE oleh American Rheumatism
Association Commite on Diagnostic and Therapeutic Criteria. Ulserasiulserasi ini biasanya tidak menimbulkan nyeri dan melibatkan palatum (17). Lesilesi purpurik seperti ecchymosis dan petechiae juga dapat terjadi. Lebih dari
30% pasien SLE, sering melibatkan glandula saliva, yang mendorong
terjadinya Sjogrens syndrome sekunder dan xerostomia yang parah.
4. Arthritis Rheumatoid
Sendi Temporomandibular (TMJ) sering terlibat dalam
arthritis
rheumatoid. Hal ini sering dicirikan dengan erosi pada condylus yang
mengakibatkan berkurangnya gerakan mandibula dan disertai nyeri ketika
digerakkan. Mulut kering dan pembengkakan kelenjar ludah dapat juga
ditemukan pada pasien arthritis rheumatoid. Pada pasien-pasien tersebut dapat
juga timbul SS sekunder. Fungsi rahang yang menurun penting untuk dilakukan
rekonstruksi TMJ segera setelah penyakit utamanya terkontrol. Sendi prosthetik
dapat menjadi solusi sementara pada pasien tersebut.
2.6.4 Kelainan Endokrin
1. Diabetes Mellitus (DM)
Banyak manifestasi rongga mulut pada DM, beberapa diantaranya dapat
diketahui sejak awal tahun 1862. Pada umumnya gejala-gejalanya tampak
parah, dan sangat progresive pada pasien IDDM (Independent Insulin DM)
24
yang tidak terkontrol dari ada pasien NIDDM yang terkontrol. Penelitian
menunjukkan bahwa umur, lama penyakit, dan tingkat kontrol metabolik
memegang peranan penting timbulnya manifestasi-manifestasi rongga mulut
pasien diabetes daripada jenis diabetes apakah IDDM atau NIDMM
(22)
(24)
. Chvostek sign,
tanda khas hipokalsemia, dicirikan dengan berkedutnya bibir atas bila nervus
facialis diketuk tepat dibawah proccesus zygomaticus. Jika hipoparatiroid
25
menetapnya
penyakit,
lesi
tulang
lainnya
muncul,
(26)
seperti
hiperparatiroid brown tumor. Nama ini berasal dari warna spesimen jaringan
yang mencolok, biasanya merah tua-coklat akibat perdarahan dan tumpukan
hemosiderin dalam tumor. Gambaran radiografik menunjukkan lesi ini
unilokuler atau multiloculer radiolusen yang berbatas tegas yang biasanya
merusak mandibula, clavicula, iga, dan pelvis. Lesi ini soliter, namun lebih
sering multipel. Lesi yan bertahan lama dapat mengakibatkan ekspansi cortical
yang nyata. Secara histologik, lesi ini dicirikan sebagai proliferasi hebat
jaringan granulasi vascular yang menjadi latar belakang timbulnya multinucleated osteoclast-type giant cells. Hal ini identik dengan lesi lain yang
dikenal dengan lesi giant cell sentral pada rahang.
4. Hypercortisolisme
Hypercortisolisme atau Cushings syndrome, berasal dari meningkatnya
glukokortikoid darah yang terus-menerus. Hal ini juga bisa berkaitan dengan
terapi kortikosteroid lain atau produksi berlebih endogen dari glandula adrenal.
Horman adrenokorticotropik (ACTH) yang berlebih dari tumor pituitari juga
menyebabkan hipercortisolisme dan penyakit Cushings. Penumpukan jaringan
lemak di area wajah dikenal sebagai moon facies. Pasien juga mengalami
facial hirsutism yang bervariasi. Fraktur patologis mandibula, maxilla atau
tulang alveolar juga dapat terjadi karena trauma benturan ringan akibat
osteoporosis. Penyembuhan fraktur, begitu juga penyembuhan tulang alveolar
dan jaringan lunak setelah pencabutan gigi menjadi tertunda.
5. Hypoadrenocortisisme
26
Hypoadrenocortisisme
berasal
dari
kurangnya
produksi
horman
tuberculosis,
tumor
metastase,
amyloidosis,
sarcoidosis
atau
27
28
virus structural. Hasil positif palsu dan negative palsu jarang terjadi.
Untuk transmisi vertical (antibody HIV positif) dan serokonversi
(antibody HIV negative), serologi tidak berguna dan RNA HIV harus
29
Penyakit Sistemik
Defisiensi Gizi
Gonore
BAB III
PETA KONSEP
Herpes Genital
Sifilis
Human Papiloma Virus
HIV-AIDS
Pemeriksaan Penunjang
Manifestasi pada RM
Infeksi Jamur
Candidiasis
Infeksi Virus
Infeksi Bakteri
Lesi Neoplastik
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Skenario 1
Dokter Rudi yang sudah 20 tahun berpraktek dokter gigi di jalan Jaksa Agu,
ng sore itu kedatangan seorang pasien Ronald (24 tahun) mahasiswa sebuah
perguruan tinggi swasta di kota itu. Dokter Rudi agak kaget dengan kondisi Ronald
yang nampak kurus, dengan tinggi badan 175 cm beratnya hanya 50 kg. Ronald juga
bercerita bahwa sudah sebulan belakangan ini, ia sering sekali menderita diare
bahkan sehari bisa 4 sampai 5 kali. Sore itu ia datang mengeluhkan gigi geraham
kanan bawah yang sudah 3 hari ini sakit berdenyut-denyut.
31
Pada pemeriksaan intra oral didapatkan gigi 48 nampak baru erupsi sebagian
dan tumbuhnya ke arah mesio anguler disertai dengan peradangan jaringan lunak
disekitarnya. Tetapi bukan itu yang membuat dokter Rudi kaget, ia dibuat kaget
dengan kondisi mukosa oral terutama pada lateral lidah nampak selaput warna putih
yang tidak hilang sewaktu dikerok dengan eskavator, mirip sekali dengan tanda klinis
kandidiasis oral. Pada mukosa bukal dan gingiva dijumpai beberapa lesi warna merah
keunguan yang ia curigai sebagai kaposis sarkoma oral. Dari literatur yang pernah ia
baca kaposis sarkoma oral merupakan pertanda keadaan full blown dari AIDS yang
sering muncul meskipun di kulit belum tampak.
Dalam pembahasan ini, akan dibahas penjelasan tenatang skenario diatas.
Defisiensi gizi akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Gizi tersebut
terdiri dari mineral, protein, dan vitamin. Dimana tiga zat tersebut mempengaruhi.
Zat yang akan mempengaruhi erupsi gigi adalah mineral yang berupa Ca, P, dan Mg
(merupakan unsur utama dalam pembentukan tulang dan gigi dan merupakan unsur
mineral yang terbanyak dalam tubuh. Jika Kurang Asupan Zat Gizi Ca, P, dan Mg
adalah mineralisasi tulang dan gigi menjadi terganggu, sehingga tulang akan mudah
patah, gigi rapuh sehingga rentan terhadap karies, dan pertumbuhan tulang dan gigi
pada anak-anak menjadi terganggu), vitamin A (berperan dalam penyusunan struktur
email, sehingga kekurangan vitamin A dapat menyebabkan pertumbuhan email yang
tidak sempurna), dan vitamin D (membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi
tulang).
Ciri-ciri umum pasiesn HIV positif adalah demam, kelelahan yang
berkepanjangan, batuk kering yang tidak sembuh-sembuh disertai dengan sesak
nafas, diare berkepanjangan, berat badan menurun secara drastis, dan pembesaran
secara menyeluruh pada leher dan lipatan paha.
Manifestasi Manifestasi klinis yang pertama kali muncul pada penderita HIV
positif atau AIDS adalah manisfestasi pada mukosa mulut (oral) seperti: candidiassi
(Oral candidiasis adalah infeksi pada mulut atau tenggorokan yang disebabkan oleh
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penyakit sistemik sering muncul dengan abnormalitas struktur rahang dan
rongga mulut. Pemahaman yang tepat tentang penyakit rongga mulut dapat
mendukung pelacakan, penegakan dianosis dan pengobatan penyakit sistemik yang
mendasarinya. Diagnosis yang tepat penting untuk memulai pengobatan yang benar.
33
Perawatan yang tepat pula dapat memberikan pencegahan dan sekaligus pengobatan
yang benar.
5.2 Saran
Dengan terselesainya makalah ini dengan melihat dari manifestasi penyakit
sistemik pada rongga mulut, dokter gigi utamanya, agar ketepatan diagnosa dalam
merawat pasien perlu diperhatikan agar dapat melakukan perawatan pada pasien
secara tepat. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman maupun
pembaca.