Anda di halaman 1dari 5

Gambaran Manifestasi Oral

Little dkk., (2008) menyebutkan manifestasi oral pada penderita anemia


defisiensi besi antara lain:
1. Sering ditemukan mukosa rongga mulut yang pucat
Mulut pucat disebabkan karena kadar serum ferritin pada darah
<30g/L. Serum ferritin merupakan salah satu protein dalam darah, dan
dapat menjadi indeks bagi jaringan yang mengalami kekurangan kadar zat
besi. Ketika konsentrasi oksigen dalam darah menurun ditambah dengan
kadar zat besi yang juga menurun, maka kadar serum ini akan ikut
menurun pada jaringan dan mengakibatkan kondisi jaringan akan terlihat
lebih pucat (Greenberg dkk., 2008).

2. Lidah mengalami glositis sehingga terjadi burning sensation dengan papila


hilang atau atropi.
Glositis merupakan peradangan atau infeksi pada lidah yang dapat
menimbulkan nyeri lidah yang tampak normal, atau tampak merah serta
tidak berpapil. Penyebab glositis yaitu kekurangan zat besi, asam folat,
vitamin B12. Gambaran klinisnya berupa lidah terlihat normal atau terlihat
lesi garis atau bercak merah (terutama pada kekurangan vitamin B12), tidak
memiliki papila dengan eritema (pada kekurangan zat besi, asam folat atau
vitamin B), atau pucat (kekurangan zat besi). Depapilisasi lingual dimulai
pada ujung dan tepi dorsum, yang nantinya akan mengenai seluruh bagian
dorsum (Scully dan Cawson,2013). Zat besi dalam darah berguna mengatur
pertumbuhan sel. Ketika zat besi dalam darah menurun, maka kadar
myoglobin akan ikut menurun. Myoglobin adalah sejenis protein pada sel
darah merah yang penting bagi otot, temasuk otot lidah. Ketika zat besi
berkurang maka pertumbuhan sel dan perkembangan otot akan terganggu,
sehingga papilla lidah mengalami atropi (Macoon dan Yu, 2012).
Burning sensasion ditandai dengan adanya sensasi terbakar yang
mempengaruhi mukosa oral yang disebabakan oleh faktor lokal dan
sistemik lain misalnya xerostomia, desain gigi tiruan yang tidak baik,
diabetes, kekurangan gizi dan anemia. Burning sensation biasanya terjadi
pada lidah, bibir, dan palatum durum, namun lebih sering pada lidah.
Faktor inisiasi dari burning sensation belum jelas, tetapi banyak laporan
sensasi tidak muncul saat makan ataupun bekerja, dan lebih sering terasa
saat waktu istirahat. Rasa sakit konstan namun dapat juga datang pergi
(Coulthard dkk., 2003).

3. Angular cheilitis
Defisensi Fe2+/3+ dapat memicu pertumbuhan Candida albicans
sehingga timbul infeksi opportunistik. Candida albicans akan mudah
tumbuh dan berkembang di area bebas Fe2+/3+, dan menimbulkan Infeksi
sekunder di area sudut bibir, atau disebut juga angular cheilitis (Kaur dkk.,
2015). Pada pasien, biasanya ditemukan warna putih keabuan disertai
erythema di sudut mulut. Kebanyakan pasien yang mengalami penyakit ini
mengalami burning sensation yang terjadi ketika lesi diberikan tekanan.
Etiologi dari angular cheilitis masih menjadi kontroversi, namun etiologi
yang paling banyak menyebabkan penyakit ini adalah infeksi yang
disebabkan oleh 3 organisme, yaitu Candida albicans, Staphylococcus
aureus, dan Bhemolytic streptococci. Staphylococcus aureus menempati
posisi kedua sebagai etiologi angular Cheilitis yang banyak ditemukan di
penelitian setelah Candida albicans (Park dkk., 2011).
4. Aphthae/Ulcer/Ulkus
Ulcer merupakan lesi berbentuk kawah dengan bentuk kawah pada
mukosa mulut. Kawah ini terbentuk akibat adanya luka pada jaringan
mukosa yang terbuka, yang ditandai dengan adanya disintegrasi jaringan
perlahan-lahan disertai adanya nekrosis. Tepi lesi berwarna kemerahan
dengan bagian tengah berwarna kuning keabuan yang isinya adalah
fibrinopurulen. Lesi ini bisa disebabkan karena trauma, adanya infeksi,
kurangnya asupan vitamin ataupun penyakit granulomatosis (Langlais dkk.,
2015). Sedangkan pasien anemia defisiensi zat besi mengalami penurunan
ketebalan epitel yang signifikan pada mukosa yang ditentukan secara
histologis (Greenberg dkk., 2008). Oleh karena itu, pasien anemia
defisiensi besi lebih rentan menderita ulcer dibandingkan individu sehat
pada umumnya.

Beberapa pasien dengan anemia defisiensi besi berat dapat


berkembang menjadi sindrom Plummer Vinson. Sindrom Plummer Vinson
merupakan sebuah kondisi terbentuknya selaput kerongkongan, hal ini
biasanya dikaitkan dengan genetik dan kekurangan nutrisi berat khususnya
zat besi, namun penderita sindrom ini yang berasal dari anemia defisiensi
zat besi jarang ditemukan. Pada penderita sindrom ini yang bermula dari
anemia defisiensi zat besi, memiliki karakteristik sakit di area rongga mulut
(sore mouth), angular cheilitis, atropik glositis kronik, disfagia (disebabkan
oleh degenerasi otot di esofagus), meningkatnya frekuensi kejadian
karsinoma pada rongga mulut dan faring (Little dkk., 2008).
Berdasarkan studi dari 12 pasien dengan anemia defisiensi zat besi,
diurutkan manifestasi oralnya menurut presentase temuan di lapangan,
antara lain: angular cheilitis (58%), glositis (42%), mukosa rongga mulut
pucat (33%), oral candidiasis (25%), reccurent apthous stomatitis (8%),
mucositis eritematosa (8%) dan mulut terasa terbakar (8%) selama
beberapa bulan dalam satu tahun. Tingginya prevalensi manifestasi oral
dari anemia defisiensi zat besi terjadi karena imunitas seluler yang
terganggu, aktivitas bakterisida, kekurangan leukosit polimorfonuklear,
respon antibodi yang tidak memadai, dan kelainan epitel (Greenberg
dkk.,2008).

DAFTAR PUSTAKA
1. Coulthard P, K Horner, P Sloan, and E Theaker. 2003. Master Dentistry
Vol 1: Oral and Maxillofacial Surgery, Radiology, Pathology and Oral
Medicine. Edinburgh: Churchill Livingstone.
2. Greenberg, M. S., Glick, M., Ship, J. A., 2008, Burkets Oral Medicine,
DC DeckerInc: Hamilton.
3. Kaur, N., Goyal, G., Padda, S., Kaur, B., Sunidhi, 2015,Iron Deficiency
Anemia And Oral Health Prospective A Review, Indian Journal of
Comprehensive Dental Care, 5 (2): 655-659
4. Langlais, R.P., 2015, Atlas Berwarna Lesi Mulut yang Sering Ditemukan,
Terjemahan Oleh Titi Suta, EGC: Jakarta
5. Little, J.W., Falace, D.A., Miller, C.S., Rhodus, N.L., 2008, Dental
Management Of The Medically Compromised Patient, Elsevier: China.
6. Little, J.W., Falace, D.A., Miller, C.S., Rhodus, N.L., 2008, Dental
Management Of The Medically Compromised Patient, Elsevier: China.
7. Macoon, L., Yu, W., 2012, Glossitis, Journal of Healthline, V.25(12):1-8
8. Park, K. K., Brodell, R. T., Helms, S. E., 2011, Angular cheilitis, part 1 :
local etiologies, Cutis J , pp. 289295
9. Scully, C., Cawson, R. A., 2013, Atlas Bantu Kedokteran Gigi: Penyakit
Mulut, Hipokrates: Jakarta
10. Scully, C., Gorsky, M., Lozada-Nur, F., 2010, The Diagnosis and
Management of Reccurent Aphtous Stomatitis, JADA American Dental
Association, V.243:100-107
11. Shafer,s W. G., Hine, M. K., Levy, B. M., 2012, Shafers Textbook of Oral
Pathology, Elsevier: India.
12. Singh, A., Yuwanati, M., Umarji, H., Gupta, S., 2013, Plummer-Vinson
Syndrome, Journal of Oral Health Research, V. 4(4):13-18.
13. Spiller, M. S., 2015, The Doctorspiller Website. [Online]. Available:
http://doctorspiller.com/angular_cheilitis.htm, diakses 14 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai