Pendahuluan
Bangsa Arab merupakan salah satu bangsa yang melakukan migrasi ke berbagai
belahan dunia. migrasi mereka disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: wilayah
yang gersang dan tandus, konflik ideologi antara Sunni dan Syiah, serta perang saudara
akibat dari perebutan wilayah kekuasaan. Akibat dari faktor tersebut menyebabkan
adanya keinginan untuk memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera. beberapa dari mer
eka mulai bermigrasi ke berbagai wilayah. Mulai dari ke Afrika ke wilayah Magrib
(Afrika Utara) dan Afrika Timur ke sekitar wilayah Horn of Africa, ke wilayah Selatan
Asia (India dan Pakistan), hingga Asia Tenggara (Malaysia, Brunei Darussalam,
Singapura, dan Indonesia).
Di Jazirah Arab terdapat wilayah disebut dengan Yaman, tepatnya di bagian
selatan Arab. kedatangan orang-orang Arab ke berbagai belahan dunia, salah satunya
berasal dari orang-orang Yaman. Wilayah ini terletak di tepi barat Jazirah Arab,
berbatasan dengan laut merah, teluk Aden dan Samudra Hindia. 1 Di dalam wilayah
Yaman terdapat suatu wilayah yang menjadi pusat imigran Arab di berbagai belahan
dunia. wilayah tersebut adalah Hadramaut. orang-orang Hadhramaut dipanggil dengan
sebutan Hadhrami.
Hadramaut merupakan wilayah pegunungan yang gersang, sampai jauh pada
abad ke-20.2 Perang antar suku, perseteruan keluarga, perampokan, dan berbagai
kejahatan lainnya menjadikan wilayah tersebut bukanlah wilayah yang aman. Kondisi
diperparah dengan kondisi tanah yang tandus, serta mata air yang terbatas membuat
mereka mulai mencari wilayah yang lebih menjanjikan dan wilayah yang menjamin
keamanan mereka. beberapa dari mereka mulai memutuskan untuk bermigrasi ke
wilayah yang lebih menjanjikan, sedangkan lainnya hanya berfokus untuk berdagang di
wilayah lain namun tidak menetap disana.
Terpisah dengan Laut Merah dan Teluk Aden, Benua Afrika merupakan benua
yang berbatasan dengan wilayah Asia bagian barat. Kawasan tersebut meliputi wilayah
Mesir, Sudan, dan kawasan sisi Afrika bagian timur yang dikenal dengan sebutan
Tanduk Afrika “Horn of Africa” meliputi: Djibouti, Sudan Somalia, dan Ethiopia
Melihat letak geografis kedua daratan yang berdekatan dan juga strategis,
menyebabkan interaksi kedua daratan sudah terbentuk sejak lama. Interaksi yang
terbentuk antar kedua daratan akhirnya memunculkan percampuran sosial, budaya,dan
agama kepercayaan. Dimulai dari masa pra- islam, tepatnya ketika Zaman Solomon
(Kaisar Sulaiman A.S.) dimana orang-orang Beta Israel di Eithiopia berkembang.
Orang-orang Beta Israel ini berasal dari Mesir dan missionaris Yahudi dari Yaman yang
1
Marina De Regt, “Migration To and Through Yemen: The Case of Migrant Domestic Workers”,
(dipresentasikan dalam seminar: Migration and Refugee Movements in the Middle East and North
Africa, Cairo, 2007). hlm. 3
2
Huub De Jonge “Mencari Identitas: orang-orang Hadhrami di Indonesia 1900-1950”, (Jakarta:
KPG, 2019). hlm. 6.
bermigrasi ke Eithiopia.3 Interaksi kedua wilayah mulai semakin intens ketika
perkembangan agama Islam, dimana bermunculan pedagang-pedagang dari Arab-
Hadramaut di berbagai wilayah Horn of Africa (Afrika Timur) , khusus di Ethiopia yang
juga melanjutkan hubungan nenek moyang mereka ke wilayah tersebut. kehadiran
ulama-ulama dari Hadramaut di wilayah tersebut juga semakin lama semakin besar dan
menjadikan wilayah tersebut sebagai sarana proses Islamisasi.
Pembahasan
Masyarakat Hadhrami mengenal sistem kelas sosial sebagai salah satu bentuk
budaya mereka. kelas sosial yang dianut ini bersifat kaku dan berdasarkan garis
keturunan. Golongan paling atas diduduki oleh Sayyid. Golongan ini mengaku sebagai
keturunan nabi besar mereka, Muhammad SAW melalui cucunya, Husein. Leluhur
mereka, Ahmad bin Isa merupakan imigran Irak yang berpindah ke Hadhramaut. 4
Golongan ini berfungsi sebagai pemuka agama dan bangsawan agama di Hadhramaut.
Golongan kedua terdapat kelompok yaitu Syeikh dan Qabili. Mereka merupakan
keturunan Qahtan, leluhur semua Arab Selatan. Golongan Syeikh merupakan keturunan
bangsawan agama asli Hadhramaut, elite agama Hadhramaut. Namun karena jumlah
mereka sedikit menyebabkan mereka kalah dengan pamor dengan golongan Sayyid.
Golongan Qabili merupakan anggota yang terdiri dari suku-suku di Hadhramaut yang
menempati masing-masing wilayah dan mempertahankan wilayah tersebut hingga titik
darah penghabisan. Untuk golongan Syeikh, diperkiran jumlah mereka yang sedikit ini
karena mereka lebih sering berpegian ke luar wilayahnya untuk menyebarkan agama
Islam.
Migrasi yang dilakukan orang-orang Hadhrami ke wilayah Afrika Timur terbagi
menjadi tiga fase. Fase pertama ketika dari masa pra-islam hingga masa awal islam.
Pada fase ini mereka telah menyatu dengan penduduk lokal dan klaim tentang orang
Hadhrami yang dianggap sama sebagai orang-orang Arab pada umumnya. 5 Pada abad
ke-7 tepat pada tahun 615 Masehi islam pertama kali masuk ke Eithiopia. Dahulu
Eithiopia ini dikenal orang-orang Arab sebagai negeri Habasyah. Rombongan imigran
Arab yang dipimpin oleh sepupu Nabi Muhammad SAW, Ja’far bin Abi Thalib,
bermigrasi ke wilayah Habasyah, tepatnya ke Kerajaan Aksum agar terhindar dari
perlakuan diskriminatif orang-orang Quraisy Mekkah.6 mereka diterima baik oleh Raja
Najasy. Pihak kerajaan memperlakukan mereka dengan baik dan melindungi hak-hak
mereka. lambat laun Raja Najasy sendiri akhirnya memeluk agama Islam.
Terdapat cerita dibalik masuknya Raja Najasy ke dalam agama Islam. ketika
orang-orang Quraisy Mekkah mengetahui bahwa Ja’far beserta rombongannya diizinkan
untuk tinggal di Aksum, mereka mengirim utusan ke wilayah Aksum untuk
memulangkan Ja’far dan rombongannya dibawa utusan Amru bin Ash dan Abdullah bin
Rabiah dengan membawa hadiah sebagai imbalan jika mengembalikan para buronan
3
Jan G. Platvoet. “The Religions of Africa in Their Historical Order”. hlm. 25.
4
Huub De Jonge, op.cit., hlm.8.
5
Ian Walker, dkk. “From Moroni to Mukalla: Hadhramis on the Island of Ngazidja (comoros) and
in the Hadhramaut, dalam Jurnal Des Africanistes Vol. 72 No. 4. hlm. 112.
6
Ira M. Lapidus. “Sejarah Sosial Umat Islam: Bagian Ketiga, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), hlm. 484.
tersebut. hadiah yang akan diberikan ke raja dan pasukannya berupa hadiah yang terbuat
dari kulit halus.7 Ketika sampai di Aksum, utusan Quraisy Mekkah ini memohon
kepada Raja Najasy agar mengembalikan mereka ke Arab. mereka mengatakan bahwa
Ja’far dan rombongannya merupakan buronan yang mengikuti ajaran sesat. Karenanya
Raja Najasy memutuskan untuk melakukan audiensi antar keduanya. Ja’far bin Abi
Thalib menjadi juru bicara untuk mereka dan mengatakan kepada Raja Najasy bahwa
mereka merupakan korban penganiayaan orang-orang Quraisy. Ia juga menjelaskan
kepada Raja Najasy keadaan hidup mereka sebelum Islam, misi kenabian Muhammad,
dan ajaran Muhammad yang diajarkan ke mereka. Setelah menjelaskan panjang-lebar,
Raja Najasy bertanya tentang bukti ajaran tuhan yang dibawa oleh seorang Muhammad.
Ja’far kemudian membacakan surat dalam Alquran (QS Maryam). Setelah
mendengarkan lantunan tersebut, Raja Najasy memutuskan untuk masuk Islam dan
tidak akan menyerahkan Ja’far bin Abi Thalib beserta rombongannya ke utusan Arab.8
Pada Masa Dinasti Ummayyah, dimana wilayah dinasti ini juga meliputi
wilayah Yaman, termasuk Hadhramaut, tepat pada abad ke-12 seluruh pantai di Eritrea
telah diislamkan. Sejak saat itu orang-orang Hadhrami mulai banyak singgah di kota-
kota pelabuhan dan mulai bergabung ke dalam kerajaan-kerajaan Islam yang seperti
Kesultanan Showa, Kesultanan Ifat, dan Kesultanan Adal. Fase inilah yang dikenal
sebagai fase kedua migrasi orang-orang Hadhrami ke Tanduk Afrika (Horn of Africa).
Interaksi antar kerajaan-kerajaan di Eithiopia ini sangat erat dengan orang-orang
Yaman, Hadhramaut terbukti sangat kuat. Apalagi ketika masa akhir Kesultanan Ifat
ketika raja terakhir, Sa’ad ad-Din II terbunuh, anaknya, Sabr ad-Din II melarikan diri ke
Yaman pada tahun 1410. Setelah awal abad ke-15 Masehi, Sabr ad-Din II memindahkan
pusat kekuasaan ke Kota Dakar setelah menjadi penerus Raja dari Kesultanan Adal
setelah pulang dari Yaman.9
Kesimpulan
Bangsa Arab yang berasal dari Yaman, Hadhramaut sudah sering melakukan
migrasi ke berbagai wilayah, termasuk ke Eithiopia sejak sebelum masehi. Faktor
mereka melakukan migrasi ataupun interaksi ke Eithiopia dikarenakan wilayah tersebut
sangat dekat dan terjangkau oleh orang-orang Hadhramaut. Dimulai ketika masa pra-
islam, dimana dikatakan orang-orang Yahudi Yaman yang berasal dari turunan
Solomon berimigrasi ke wilayah Eithiopia dan termasuk ke dalam golongan Beta Israel.
Pada awal masa Islam, Ja’far bin Abi Thalib beserta rombongannya bermigrasi ke
Kerajaan Najasi, Habasyah (sekarang Eithiopia) untuk mencari perlindungan dan
menghindari diri dari orang-orang Quraisy. Disana mereka berperan dalam proses awal
Islamisasi di Ethiopia dan memunculkan berbagai kerajaan-kerajaan Islam disana
seperti: Kesultanan Showa, Kesultanan Ifat, dan Kesultanan Adal. Setelah kesultanan
islam runtuh ditambah dengan kedatangan orang-orang Eropa ke Ethiopia menyebabkan
terkikisnya perkembangan Islam disana.
Pada abad ke-19 hingga ke-20, orang-orang Yaman-Hadhramaut melakukan
migrasi terbesar karena wilayah negara asal semakin tidak kondusif. Mereka bermigrasi
ke Eithiopia yang hanya dilakukan oleh pria Hadhramaut. Mereka menikahi perempuan-
perempuan lokal Ethiopia dan mengangkatnya sebagai istri pertama maupun kedua.
Orang-orang Hadhramaut yang masih melakukan mobilisasi ke daerah asal (belum
menetap secara permanen) dihadapkan dengan permasalahan kebijakan imigran yang
ditetapkan oleh Kaisar Menelik II. Pada masa pemerintahan kolonial Italia, orang-orang
Hadhrami digolongkan sebagai warga lokal dan dipekerjakan sebagai tenaga
pembangunan infrastruktur kota di Ethiopia.
Dalam melakukan migrasi ke Ethiopia, orang-orang Yaman-Hadhramaut
memiliki peranan penting dalam kemajuan Ethiopia dalam bidang ekonomi-politik
seperti yang dilakukan oleh Keluarga Bazar’a, Banaji, Al-Habshi, keluarga Al-Zahiri.
Selain itu, orang-orang Yaman-Hadhramaut juga berperan penting dalam proses
perkembangan Islam pada abad ke-19 hingga ke-20 dengan perannya dalam
pembangunan masjid-masjid.
Daftar Pustaka
Brigg, Philip. 2012. Bradt Somaliland: With Addis Ababa & Eastern Ethiopia.
UK: Bradt Travel Guide.
Lapidus, Ira M. 2000. Sejarah Sosial Umat Islam: Bagian Ketiga. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Lings, Martin. 2006. Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources.
United States: Inner Traditions.
Regt, Marina De. 2007. Migration To and Through Yemen: The Case of Migrant
Domestic Workers, dalam seminar: Migration and Refugee Movements in the Middle
East and North Africa, Cairo.
Regt, Marina De. 2017. From Yemen to Eritrea and Back: A Tweentieth Century
Family History, artikel di Northeast African Studies.
Website: