Anda di halaman 1dari 7

Tradisi Bertamu ke Rumah Etnis Arab di Surabaya

Kegiatan bertamu.

Bertamu merupakan kegiatan untuk berkunjung ke rumah seseorang untuk


mempererat tali silaturrahim.1 Perihal motif untuk bertamu juga bermacam-macam. Ada
yang bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan, ada juga yang untuk keperluan
tertentu baik untuk mengabarkan, memberikan sesuatu, atau bahkan ada yang bertujuan
untuk keperluan sosialiasi.
Pada dasarnya semua manusia dapat menjadi tuan rumah ataupun menjadi tamu.
Karena bertamu merupakan bentuk hubungan dari adanya kontak antar manusia (kontak
sosial). biasanya kegiatan bertamu ini dilakukan dari rumah ke rumah. Namun juga
terkadang pada konteks masa sekarang, tradisi bertamu dapat juga dilakukan di
perkantoran karena untuk kepentingan kerja.
Kegiatan bertamu juga memiliki banyak manfaatnya. Manfaat bertamu dapat
menumbuhkan rasa persaudaraan, menjalinkan kerukunan, menumbuhkan rasa kasih
sayang, menjalin keakraban, dan menambah wawasan dan pengalaman, serta
membentuk relasi baru.

Tradisi bertamu.

Tradisi berasal dari bahasa latin traditio yang berarti diteruskan. Pengertian
tradisi sendiri yaitu sesuatu yang telah dilakukan sejak lama oleh secara turun-temurun
yang sudah melekat dan tertanam, sehingga menjadi kebiasaan dari suatu kelompok
masyarakat. Pengertian tradisi juga merupakan adat-istiadat atau kebiasaan turun-
temurun yang masih dijalankan oleh masyarakat.2
Manusia disebut juga sebagai homo socius, yaitu mahluk yang tidak bisa hidup
tanpa bantuan dari orang lain. Dari pengertian tersebut menjadikan manusia sangat erat

1
Daviq Chairilsyah, “Mengajarkan Tata Cara Bertamu Kepada Anak Usia Dini”, dalam Jurnal
EDUCHILD Vol. 5 No. 2 Tahun 2016, hlm. 154.
2
Yeni Marlina, Skripsi: “Etika Bertamu dalam Perspektif Living Quran” (Lampung: UIN Raden
Intan, 2018), hlm. 35.
akan ketergantungan dengan orang lain. Salah satu bentuk ketergantungan tersebut ialah
melakukan kontak sosial.
Bertamu merupakan salah satu bentuk dari adanya kontak sosial antar manusia.
Bertamu juga menjadi suatu tradisi bagi seluruh masyarakat. Bahkan antar etnis
memiliki ketentuan dalam melakukan tradisi bertamu. Tradisi bertamu yang
diberlakukan ke masing-masing etnis memang disesuaikan adat yang berlaku.
Kebiasaan bertamu yang diterapkan oleh masing-masing etnis memang lebih condong
kepada kebijakan tuan rumah terhadap tamunya. Namun beberapa etnis sendiri juga
mengacu pada kebijakan tamu terhadap tuan rumahnya.

Pandangan Etnis Arab dalam menjamu tamu.

Etnis Arab merupakan contoh etnis yang menghormati dan memuliakan para
tamunya. Etnis yang mayoritas menganut agama Islam ini memang mencontoh anjuran
islam untuk memuliakan tamunya. Hal ini tertuang dalam hadist yang mengatakan
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya mereka
memuliakan para tamunya”3
Hukum untuk menjamu bahkan tertuang juga dalam hadist yang menjelaskan
“Menjamu tamu itu tiga hari, adapun mememulaikan sehari-semalam dan tidak halal
bagi seseorang muslim tinggal di saudaranya sehingga ia menyakitinya, para sahabat
bertanya: ya Rasulullah bagaimana menyakitinya? Rasulullah bersabda: tinggal
bersamanya, sedangkan ia tidak punya apa-apa untuk menjamu tamunya”.4
Dari hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa orang Arab sangat menjamu tamunya.
Hal tersebut karena mereka yakin salah satu bentuk dosa (menyakiti seseorang) itu jika
tidak menjamu tamunya. Sebaliknya, mereka yakin jika memuliakan tamunya akan
mendapatkan pahala, bahkan balasan yang mulia dari Allah.
Di Surabaya, tepatnya Kampung Ampel yang menjadi kampung tempat tinggal
etnis Arab, mereka sangat senang dengan kegiatan bertamu sejak dulu. Pada masa
migrasi besar-besaran etnis Arab ke Surabaya, tepatnya pada abad ke-20, berdasarkan
sumber dijelaskan tentang aktivitas etnis Arab di Kampung Ampel sehari-hari. Salah
satu aktivitas sehari-hari yang menjadi tradisi mereka yaitu selepas sholat shubuh
3
HR Bukhori Muslim 6018.
4
HR Bukhori Muslim 6135.
mereka selalu bertamu ke tetangga-tetangga mereka. dijelaskan bahwanya secara
bergiliran mereka mendapatkan jatah untuk menjadi restoran dadakan dengan
menyediakan aneka suguhan, roti giles dan kopi. Menariknya disini tidak ada tuan
rumah yang menjadi restoran gratisan merasa jengkel, kecewa, atau menghindari diri
ketika menjadi tempat restoran gratisan. Jika kondisi ekonomi sedang terhambat atau
bahkan memiliki keterbatasan uang, mereka tidak segan untuk memakai uang yang
terbatas tersebut untuk menjamu tamunya. Hal tersebut karena mereka berkeyakinan
jika menjamu tamunya dengan baik, Allah pasti akan memudahkan dan melimpahkan
rezekinya kepada mereka. tradisi menjamu tamu tersebut diterapkan hingga saat ini.

Bagaimana etnis Arab dalam menjamu tamu

Ketika saya bertamu ke rumah etnis Arab di Kampung Ampel, tepatnya di gang
Kalimas udik, rumah-rumah disana mayoritas tidak berhalaman teras dan berpagar
rendah. Selain itu mayoritas memiliki tirai bambu di depan pintu masuk rumah. Saya
mencoba masuk ke dalam salah satu rumah disana, meskipun dari luar terlihat kecil dan
sederhana, namun ketika masuk ke dalam rumah ternyata bentuknya memanjang ke
dalam.
Selain itu yang menarik perhatian adanya naikan seperti panggung di ruang tamu
mereka. mereka tidak memakai kursi seperti umumnya, namun memakai naikan seperti
halnya panggung kecil disana mereka menerima tamu dengan konsep lesehan seperti
gambar diatas. Panggung tersebut dilapisi dengan karpet untuk lesehan bagi para tamu
mereka. Namun demikian, terdapat perbedaan dalam menjamu tamu antara etnis Arab
dengan etnis lainnya. Di ruang tamu yang berkonsep lesehan dengan mengganti kursi
dengan panggung ternyata hanya untuk melayani tamu pria/laki-laki. Sementara untuk
tamu perempuan bertempat pada sisi lebih dalam rumah mereka. hal tersebut karena
memang menggunakan konsep hijab “pembatasan” antara laki-laki dengan perempuan.
Sementara dalam berkehidupan, mayoritas dari kalangan etnis Arab lebih
banyak mendapati tamu laki-laki daripada perempuan karena tradisi yang dianut
menganjurkan agar perempuan tidak pergi kemana-mana kecuali ketika hari raya. Oleh
karena itu, ruang tamu bagian depan rumah lebih banyak dikhususkan bagi kalangan
pria. Hal ini juga dikarenakan dalam tradisi mereka, para perempuan tidak harus selalu
menampakkan diri di depan umum.
Selanjutnya setelah saya duduk dengan berlesehan, tuan rumah langsung
bertanya menawarkan
“Mau kopi atau teh?”
“kopi aja boleh” jawabku.
Disini juga menjadi hal yang menarik tidak seperti tradisi jawa dan etnis lainnya yang
menanyakan kepada tamunya ingin meminum apa? Atau bahkan tidak menanyakan
tetapi langsung membuat minuman yang tersedia. Berbeda dengan etnis Arab yang
hanya terdapat dua pilihan antara kopi atau teh. Jika tamunya memilih air putih untuk
disuguhkan mereka menganggap hal tersebut tidak memuliakan tamunya (menyediakan
sekedarnya). Selain itu tradisi untuk pilihan minum juga mirip halnya dengan tradisi
bangsa barat (Eropa) yang juga hanya menyediakan opsi kopi atau teh.
Setelah selesai menanyakan tersebut, tuan rumah tersebut mengawali
menanyakan keadaan saya sekeluarga. Tuan rumah tersebut selalu mengajak saya untuk
berbincang dan tidak akan membiarkan suasana menjadi hening meskipun hanya
sebentar. Ditengah perbincangan tuan rumah tersebut izin untuk ke belakang. Setelah
beberapa saat kemudian, ia tiba dengan menghidangkan kopi, makanan (roti-roti khas
arab), dan buah-buah an, mulai dari kurma dan pisang.
Hal yang menarik ialah bagaimana tuan rumah tersebut dengan sigap
mengambil hidangan yang disuguhkan padahal sebelumnya ia mengajak saya
berbincang. Ternyata hidangan tersebut sudah disiapkan oleh istrinya namun istrinya
tidak membawa hidangan tersebut ke ruang tamu, melainkan suami sendiri. salah satu
tradisi menjamu tamu pada etnis Arab, konsep mereka ialah tamu pria dijamu oleh pria,
tamu wanita dijamu oleh wanita. Jika tuan rumah tersebut memiliki anak laki-laki, maka
yang menjamu hanyalah anak laki-lakinya, sementara tuan rumah mengajak tamunya
berbincang. Namun jika tuan rumah tersebut tidak memiliki anak laki-laki atau anggota
pria dalam keluarga tersebut, maka hidangan tersebut dibuatkan oleh istrinya namun
yang menghidangnya tetap tuan rumah tersebut.
Setelah lama berbincang dan saya sudah selesai dengan roti, kopi, dan buah-
buah an yang dihidangkan, tuan rumah tersebut membersihkan hidangan tersebut
dengan segera dan menyiapkan serbet besar yang digelar diatas karpet. Tak lama tuan
rumah keluar membawa nasi beserta lauk-lauk untuk ditaruh diatas serbet dan disantap
bersama saya. Pada waktu tersebut tuan rumah menyediakan nasi kebuli, gule kambing,
dan acar. Memang untuk menjamu tamu yang juga bersama-sama dengan waktu makan,
maka tamunya biasanya juga diajak untuk makan bersama-sama. Namun jika menjamu
tamu yang tidak bersamaan dengan waktu makan, mereka hanya akan menawarkan
minuman, makanan berupa roti khas arab, dan buah-buahan saja.
Setelah saya selesai menyantap nasi kebuli dan gule kambing bersama tuan
rumah, tuan rumah tersebut kembali membereskan makanan yang dijamu dan setelah
selesai membereskan makanan tersebut kembali mengajak saya berbincang-bincang
hingga setelah itu saya pamit untuk pulang.

Kesimpulan
Tradisi bertamu merupakan tradisi yang dianut oleh setiap manusia sebagai
bentuk adanya kontak sosial antar sesama. Pengertian dari bertamu sendiri ialah
kegiatan untuk mengunjungi seseorang dengan berbagai motif, mulai dari untuk
mempererat keakraban, menjalin tali silaturrahim, memberikan sesuatu baik kabar
ataupun barang, dan juga untuk kepentingan sosialisasi dan relasi pekerjaan.
Karena dianut oleh setiap manusia, maka dalam tradisi bertamu juga disesuaikan
berdasarkan adat-budayanya sendiri-sendiri. hal tersebut tak lepas dari bertamu yang
sudah menjadi budaya disetiap bangsa, termasuk juga etnis. Salah satu contoh etnis di
Indonesia yang memiliki tradisi bertamu yang berbeda ialah etnis Arab.
Dalam menganut tradisi bertamu etnis Arab, mereka berpedoman dengan apa
yang diajarkan dalam agama mereka yaitu untuk memuliakan dan menjamu tamu
dengan sebaik-baiknya. Bahkan mereka berkeyakinan bahwa menjamu tamu dengan
sebaik-baiknya akan mendapatkan pahala yang berlimpah, rezeki yang melimpah dan
lancar, serta akan dimuliakan oleh tuhan mereka, Allah SWT.
Beberapa tradisi etnis Arab dalam menjamu tamu antara lan: membedakan tamu
pria dengan wanita, dimana para tamu pria dijamu oleh pria, dan tamu wanita dijamu
oleh wanita. Selain itu, ruang tamu antar tamu pria dengan wanita berbeda, dimana
biasanya ruang tamu pria berada di bagian depan rumah, sementara ruang tamu wanita
berada sedikit masuk ke dalam rumah.

DAFTAR PUSTAKA
Chairilsyah, Daviq. 2016. “Mengajarkan Tata Cara Bertamu Kepada Anak Usia Dini”,
dalam Jurnal EDUCHILD Vol. 5 No. 2 Tahun 2016.

Marlina, Yeni. 2018. “Etika Bertamu dalam Perspektif Living Quran”, Skripsi,
Lampung: UIN Raden Intan.

Hadist Riwayat Bukhori, Muslim, no. 6018.

Hadist Riwayat Bukhori, Muslim, no. 6135.

Kebiasaan Orang Arab Dalam Memuliakan Tamu, diakses melalui


https://saudinesia.com/2019/04/27/kebiasaan-orang-arab-dalam-memuliakan-
tamu/, pada tanggal 3 Juli 2021.

Anda mungkin juga menyukai