Anda di halaman 1dari 3

Nama : MUHAMMMAD AINUN QOLBI

NIM : 05030221092

Kelas : HES 3-C

Alamat : PERUM GRAHA BUMI PERTIWI, DESA PEPE, KEC, SEDATI,


SIDOARJO

TIDAK PERNAH BERLAKUNYA HUKUM ADAT DI DESA PEPE, KECAMATAN


SEDATI, KABUPATEN SIDOARJO 1

Sebagai negara dengan beragam suku dan budaya menjadikan Indonesia mempunyai berbagai
macam hukum adat dan tradisi yang berlaku di berbagai lapisan masyarakat. Hampir di seluruh
wilayah Indonesia berlaku hukum adat yang berbeda-beda, bahkan dalam satu wilayah
kecamatanpun berlaku lebih dari satu hukum adat. Namun, terkadang masih banyak daerah
yang saat ini tidak diketahui hukum adat apa yang berlaku pada daerah tersebut. Hal ini bisa
terjadi karena sudah terlalu lama hukum adat tidak menjadi norma sehingga masyarakat yang
mengetahui semakin sedikit bahkan hanya orang-orang berusia senja saja yang mengetahui.
Sama halnya dengan di Desa Pepe, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo yang saat dilakukan
penelusuran tidak ditemukan hukum adat yang pernah berlaku di desa ini. Meskipun tak
ditemukan jejak beelakunya hukum adat di desa Pepe, namun setidaknya masyarakat desa Pepe
masih mempertahankan tradisi yang orang-orang terdahulu pernah melakukannya. Tradisi-
tradisi tersebut merupakan suatu yang turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat desa
Pepe, seperti tradisi sajen pada pesta pernikahan, dan tradisi among-among.
Sajen yang dilakukan masyarakat Pepe dahulu dilaksanakan ketika anggota keluarga sedang
melaksanakan pesta perkawinan. Sajen ini diletakkan di banyak tempat mulai dari kamar
penganten, dapur, ruang tamu, hingga kuwade manten (panggung tempat manten duduk). Sajen
ini berisi berbagai macam makanan mulai dari pisang raja, jenang dll. Tujuan adanya sajen ini
sebagai penghormatan terdapat penguasa daerah setempat atau dapat diartikan sebagai
permohonan izin kepada makhluk-makhluk yang ada disekitar tempat acara bahkan konon
diceritakan ada seseorang yang tidak melaksanakan sajen ini pada malam harinya beberapa
bahan masakan yang siap disuguhkan tiba-tiba menghilang secara misterius dan ketika dicari
tidak ditemukan hingga pada keesokan harinya barulah makanan tersebut ditemukan oleh
masyarakat di bawah pohon tepat di belakang rumah shohibul hajat. Saat ini hanya beberapa
orang saja yang masih melakukan tradisi ini dengan perubahan tempat yang akan menjadi
peletakan sajen. Saat ini sajen hanya diletakkan pada diesel yang menjadi sumber utama
kelistrikan pada saat pesta pernikahan dilangsungkan.
Selain tradisi sajen yang dilakukan oleh masyarakat desa Pepe sebagai penghormatan
penguasa daerah setempat, masyarakat desa Pepe juga melakukan tradisi among-among.
Tradisi among-among ini berupa menyediakan makanan kesukaan dari anggota keluarga yang
telah meninggal pada setiap malam Jum'at. Masyarakat desa Pepe menyakini bahwa arwah

1
Hasil wawancara dengan ibu Tus Ammah di kediaman beliau pada 30 Oktober 2022 pukul 20.00
wib
orang yang telah meninggal setiap malam Jum'at akan mendatangi keluarganya, dan sebagai
penghormatan pada arwah anggota keluarga tersebut maka disediakanlah makanan
kesukaannya. Tradisi ini saat ini mulai mengalami pemudaran tidak banyak orang yang
melakukan tradisi ini lagi. Saat ini yang berkembang di desa Pepe adalah tradisi-tradisi yang
mengarah kepada keagamaan seperti Ishari, rebana, muslimatan, banjari dll
Tradisi-tradisi yang pernah berlaku di kalangan masyarakat tentunya memiliki nilai filososif
tersendiri dan juga menjadi alasan kenapa tradisi tersebut berlaku. Namun, ada beberapa orang
yang tidak setuju dengan berlakunya tradisi-tradisi tersebut karena mereka menganggap tidak
mendapatkan efek yang nyata dari berlakunya tradisi-tradisi tersebut. Bahkan terkadang
mereka dengan sengaja berbuat usil dengan mengambil makanan-makanan yang disiapkan
untuk tradisi sajen dan among-among ini. Mereka melakukan ini tidak hanya sekali, bahkan
sering mereka melakukan hal tersebut dan pada kenyataanya tidak terjadi apapun pada diri
mereka hingga saat ini.
Saat ini sering dijumpai fenomena memudarnya pengetahuan generasi millenial akan tradisi-
tradisi yang berlaku di saerah tempat tinggalnya. Hal ini disebabkan karena faktor arus
globalisasi yang semakin kencang. Teknologi yang ada saat ini menjadikan generasi milenial
menjadi seseorang yang tak lagi mempercayai hal-hal yang berbau mitos dan sarat akan nilai
filosofis. Para orang-orang terdahulupun juga jarang untuk menceritakan dan menjelaskan
kepada generasi saat ini akan tradisi-tradisi yang pernah berlaku. Mereka yang berusia senja
sangat menginginkan tradisi tersebut agar dipertahankan dan jangan sampai generasi
selanjutnya tidak mengetahui bahkan buta akan tradisi nenek moyang mereka.

Identitas Narasumber
Nama: Tus Ammah
Kelahiran: Sidoarjo, 05 Oktober 1969
Alamat: Rt. 13 Rw. 07 Desa Pepe, Kecamatan Sedati
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
LAMPIRAN

Gambar: Ibu Tus Ammah (kiri) dan penulis (M. Ainun Qolbi)

Gambar: Kartu Tanda Penduduk Penulis (M. Ainun Qolbi)

Anda mungkin juga menyukai