Anda di halaman 1dari 3

KEBUDAYAAN SINOMAN DI KABUPATEN BREBES

Sinoman atau senoman juga merupakan salah satu bentuk gotong royong yang hingga kini masih
menjadi budaya masyarakat Brebes. Dalam bahasa Indonesia, sinoman atau senoman berarti
membantu orang yang sedang punya hajat. Baik hajatan pengantenan atau pun sunatan.

Budaya sinoman atau senoman ini umumnya dilakukan oleh warga yang masih memiliki unsur
kekerabatan dengan orang pemilik hajatan, biasanya di acara pernikahan, namun tidak menutup
kemungkinan juga dilakukan oleh tetangga-tetangga dekatnya. Sinoman dilakukan biasanya saat
pemilik hajatan membuat kue atau pun makanan seperti mie kuning, sayur kentang pedas, tempe
goreng, tahu goreng, berkat, adep-adep atau yang lainnya. Mereka yang sinoman itu, biasanya
datang sendiri dan tidak dibayar. Sebagai upah atau penghargaan kepada kerabat dekat, tetangga
atau orang yang telah melakukan kegiatan sinoman atau senoman itu, biasanya pemilik hajat
akan memberikan kue atau makanan yang dibuat bersama-sama oleh orang yang bersinoman dan
pemilik hajatan kepada semua orang yang melakukan sinoman baik saudara ataupun tetangga
dekat, tapi biasanya saudara mendapat makanan yang paling banyak dan mendapat kue yang
paling enak.

Budaya sinoman atau senoman saat ini masih tumbuh subur di masyarakat pedesaan, khususnya
dilakukan kaum ibu atau perempuan yang sudah terbiasa dengan hal masak memasak, meski
kaum bapak atau laki-laki juga ada yang sinoman juga, biasanya kaum bapak atau laki-laki yang
mempersiapkan tempatnya mulai dari ikut menemani orang yang memiliki hajatan menghubungi
penyewaan layos atau tenda, ikut menata tempat hajatan dan jika sudah selesai hajatan kaum pria
juga ikut serta melepas layos dan merapikan tempat acara hajatan seperti sedia kala. Sementara
di masyarakat perkotaan, budaya sinoman atau senoman, sudah mulai berkurang.
Hal ini bukan karena tidak dikenal atau tidak diperkenankan lagi, tetapi karena saat ini tradisi
masyarakat di perkotaan saat menggelar hajatan sudah mulai bergeser. Karena sebagian besar
masyarakat perkotaan, sekarang ini memilih yang lebih praktis, yakni memesan makanan lewat
orang lain, seperti katering atau pun makanan yang sudah jadi dari toko. Acaranya pun digelar di
gedung pertemuan atau aula, yang mampu menampung tamu lebih banyak dalam jangka waktu
bersamaan. Atau juga karena kondisi rumah pemilik hajatan terlalu sempit dan tidak ada halaman
atau pekarangan untuk menerima tamu. Sehingga saat menggelar hajatan memilih untuk
menyewa gedung atau aula yang lebih luas. Di sini, saudara, tetangga atau rekan sejawat akan
sinoman dalam bentuk yang lain. Seperti misalnya menjadi penerima tamu atau bidang yang lain.
Jadi jika pemilik hajatan melaksanakan acara hajatannya di rumah maka orang yang bersinoman
akan memasakan masakan masakan untuk acara hajatannya, tapi jika pemilik hajatan
melaksanakan hajatannya di gedung pertemuan atau aula maka orang yang bersinoman akan
menjadi penerima tamu saja.

Menurut saya, budaya sinoman masyarakat brebes ini akan terus berlanjut sampai masa yang
akan datang, karena sinoman masih terus lestari khususnya di daerah brebes selatan karena
sinoman itu mudah dan tidak menyulitkan dan jika kita mengukuti sinoman juga akan diberi
imbalan berupa makanan, dan yang paling penting bukanlah makanannya melainkan
keikutsertaannya dalam sinoman karena sinoman itu juga dapat mempererat hubungan antar
saudara maupun dengan tetangga dekat sehingga kerukunan dapat selalu terjalin dan pastinya
suasananya juga akan menjadi hangat dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Pahlevi, Muamar Riza. 2015. Budaya, Tradisi dan Adat Istiadat Masyarakat Brebes
http://muamarrizapahlevi.blogspot.com/2015/02/budaya-tradisi-dan-adat-
istiadat.html ( Diakses 2 Oktober 2018 15.23 WIB )

Anda mungkin juga menyukai