Kegiatan bertamu.
Tradisi bertamu.
Tradisi berasal dari bahasa latin traditio yang berarti diteruskan. Pengertian tradisi
sendiri yaitu sesuatu yang telah dilakukan sejak lama oleh secara turun-temurun yang
sudah melekat dan tertanam, sehingga menjadi kebiasaan dari suatu kelompok
1
Daviq Chairilsyah, “Mengajarkan Tata Cara Bertamu Kepada Anak Usia Dini”, dalam Jurnal
EDUCHILD Vol. 5 No. 2 Tahun 2016, hlm. 154.
masyarakat. Pengertian tradisi juga merupakan adat-istiadat atau kebiasaan turun-
temurun yang masih dijalankan oleh masyarakat.2
Manusia disebut juga sebagai homo socius, yaitu mahluk yang tidak bisa hidup
tanpa bantuan dari orang lain. Dari pengertian tersebut menjadikan manusia sangat erat
akan ketergantungan dengan orang lain. Salah satu bentuk ketergantungan tersebut ialah
melakukan kontak sosial.
Bertamu merupakan salah satu bentuk dari adanya kontak sosial antar manusia.
Bertamu juga menjadi suatu tradisi bagi seluruh masyarakat. Bahkan antar etnis memiliki
ketentuan dalam melakukan tradisi bertamu. Tradisi bertamu yang diberlakukan ke
masing-masing etnis memang disesuaikan adat yang berlaku. Kebiasaan bertamu yang
diterapkan oleh masing-masing etnis memang lebih condong kepada kebijakan tuan
rumah terhadap tamunya. Namun beberapa etnis sendiri juga mengacu pada kebijakan
tamu terhadap tuan rumahnya.
Etnis Arab merupakan contoh etnis yang menghormati dan memuliakan para
tamunya. Etnis yang mayoritas menganut agama Islam ini memang mencontoh anjuran
islam untuk memuliakan tamunya. Hal ini tertuang dalam hadist yang mengatakan
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya mereka memuliakan
para tamunya”3
Hukum untuk menjamu bahkan tertuang juga dalam hadist yang menjelaskan
“Menjamu tamu itu tiga hari, adapun mememulaikan sehari-semalam dan tidak halal
bagi seseorang muslim tinggal di saudaranya sehingga ia menyakitinya, para sahabat
bertanya: ya Rasulullah bagaimana menyakitinya? Rasulullah bersabda: tinggal
bersamanya, sedangkan ia tidak punya apa-apa untuk menjamu tamunya”.4
Dari hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa orang Arab sangat menjamu tamunya. Hal
tersebut karena mereka yakin salah satu bentuk dosa (menyakiti seseorang) itu jika tidak
2
Yeni Marlina, Skripsi: “Etika Bertamu dalam Perspektif Living Quran” (Lampung: UIN Raden
Intan, 2018), hlm. 35.
3
HR Bukhori Muslim 6018.
4
HR Bukhori Muslim 6135.
menjamu tamunya. Sebaliknya, mereka yakin jika memuliakan tamunya akan
mendapatkan pahala, bahkan balasan yang mulia dari Allah.
Di Surabaya, tepatnya Kampung Ampel yang menjadi kampung tempat tinggal
etnis Arab, mereka sangat senang dengan kegiatan bertamu sejak dulu. Pada masa migrasi
besar-besaran etnis Arab ke Surabaya, tepatnya pada abad ke-20, berdasarkan sumber
dijelaskan tentang aktivitas etnis Arab di Kampung Ampel sehari-hari. Salah satu
aktivitas sehari-hari yang menjadi tradisi mereka yaitu selepas sholat shubuh mereka
selalu bertamu ke tetangga-tetangga mereka. dijelaskan bahwanya secara bergiliran
mereka mendapatkan jatah untuk menjadi restoran dadakan dengan menyediakan aneka
suguhan, roti giles dan kopi. Menariknya disini tidak ada tuan rumah yang menjadi
restoran gratisan merasa jengkel, kecewa, atau menghindari diri ketika menjadi tempat
restoran gratisan. Jika kondisi ekonomi sedang terhambat atau bahkan memiliki
keterbatasan uang, mereka tidak segan untuk memakai uang yang terbatas tersebut untuk
menjamu tamunya. Hal tersebut karena mereka berkeyakinan jika menjamu tamunya
dengan baik, Allah pasti akan memudahkan dan melimpahkan rezekinya kepada mereka.
tradisi menjamu tamu tersebut diterapkan hingga saat ini.
Ketika saya bertamu ke rumah etnis Arab di Kampung Ampel, tepatnya di gang
Kalimas udik, rumah-rumah disana mayoritas tidak berhalaman teras dan berpagar
rendah. Selain itu mayoritas memiliki tirai bambu di depan pintu masuk rumah. Saya
mencoba masuk ke dalam salah satu rumah disana, meskipun dari luar terlihat kecil dan
sederhana, namun ketika masuk ke dalam rumah ternyata bentuknya memanjang ke
dalam.
Selain itu yang menarik perhatian adanya naikan seperti panggung di ruang tamu
mereka. mereka tidak memakai kursi seperti umumnya, namun memakai naikan seperti
halnya panggung kecil disana mereka menerima tamu dengan konsep lesehan seperti
gambar diatas. Panggung tersebut dilapisi dengan karpet untuk lesehan bagi para tamu
mereka. Namun demikian, terdapat perbedaan dalam menjamu tamu antara etnis Arab
dengan etnis lainnya. Di ruang tamu yang berkonsep lesehan dengan mengganti kursi
dengan panggung ternyata hanya untuk melayani tamu pria/laki-laki. Sementara untuk
tamu perempuan bertempat pada sisi lebih dalam rumah mereka. hal tersebut karena
memang menggunakan konsep hijab “pembatasan” antara laki-laki dengan perempuan.
Sementara dalam berkehidupan, mayoritas dari kalangan etnis Arab lebih banyak
mendapati tamu laki-laki daripada perempuan karena tradisi yang dianut menganjurkan
agar perempuan tidak pergi kemana-mana kecuali ketika hari raya. Oleh karena itu, ruang
tamu bagian depan rumah lebih banyak dikhususkan bagi kalangan pria. Hal ini juga
dikarenakan dalam tradisi mereka, para perempuan tidak harus selalu menampakkan diri
di depan umum.
Selanjutnya setelah saya duduk dengan berlesehan, tuan rumah langsung bertanya
menawarkan
“Mau kopi atau teh?”
“kopi aja boleh” jawabku.
Disini juga menjadi hal yang menarik tidak seperti tradisi jawa dan etnis lainnya yang
menanyakan kepada tamunya ingin meminum apa? Atau bahkan tidak menanyakan tetapi
langsung membuat minuman yang tersedia. Berbeda dengan etnis Arab yang hanya
terdapat dua pilihan antara kopi atau teh. Jika tamunya memilih air putih untuk
disuguhkan mereka menganggap hal tersebut tidak memuliakan tamunya (menyediakan
sekedarnya). Selain itu tradisi untuk pilihan minum juga mirip halnya dengan tradisi
bangsa barat (Eropa) yang juga hanya menyediakan opsi kopi atau teh.
Kesimpulan
Tradisi bertamu merupakan tradisi yang dianut oleh setiap manusia sebagai
bentuk adanya kontak sosial antar sesama. Pengertian dari bertamu sendiri ialah kegiatan
untuk mengunjungi seseorang dengan berbagai motif, mulai dari untuk mempererat
keakraban, menjalin tali silaturrahim, memberikan sesuatu baik kabar ataupun barang,
dan juga untuk kepentingan sosialisasi dan relasi pekerjaan.
Karena dianut oleh setiap manusia, maka dalam tradisi bertamu juga disesuaikan
berdasarkan adat-budayanya sendiri-sendiri. hal tersebut tak lepas dari bertamu yang
sudah menjadi budaya disetiap bangsa, termasuk juga etnis. Salah satu contoh etnis di
Indonesia yang memiliki tradisi bertamu yang berbeda ialah etnis Arab.
Dalam menganut tradisi bertamu etnis Arab, mereka berpedoman dengan apa
yang diajarkan dalam agama mereka yaitu untuk memuliakan dan menjamu tamu dengan
sebaik-baiknya. Bahkan mereka berkeyakinan bahwa menjamu tamu dengan sebaik-
baiknya akan mendapatkan pahala yang berlimpah, rezeki yang melimpah dan lancar,
serta akan dimuliakan oleh tuhan mereka, Allah SWT.
Beberapa tradisi etnis Arab dalam menjamu tamu antara lan: membedakan tamu
pria dengan wanita, dimana para tamu pria dijamu oleh pria, dan tamu wanita dijamu oleh
wanita. Selain itu, ruang tamu antar tamu pria dengan wanita berbeda, dimana biasanya
ruang tamu pria berada di bagian depan rumah, sementara ruang tamu wanita berada
sedikit masuk ke dalam rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Chairilsyah, Daviq. 2016. “Mengajarkan Tata Cara Bertamu Kepada Anak Usia Dini”,
dalam Jurnal EDUCHILD Vol. 5 No. 2 Tahun 2016.
Marlina, Yeni. 2018. “Etika Bertamu dalam Perspektif Living Quran”, Skripsi,
Lampung: UIN Raden Intan.