Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Islam di Afrika ditandai pasang surut.

Islam diperkenalkan ke Afrika oleh


para pedagang, melalui dakwah dan sejalan dengan “penaklukan Arab secara militer
atas wilayah itu, yang berawal tahun 647 dan baru berakhir tahun 710.” Dikotomi
kemudian muncul, misalnya dalam sifat Islam yang universal dengan yang bersifat
lokal. Ini tercermin misalnya dari benturan antara pendatang Arab dan suku Berber,
Islam di kota dan di desa dan antara tulisan para ulama setempat dengan mistik yang
berkembang di kalangan pengikut tarekat. Hal itu menunjukkan dinamisme umat Islam
dan proses dialektika sosial yang telah memperkaya kehidupan keagamaan dan sosial.

A. Islamisasi di Afrika Utara


Nama afrika berasal dari bahasa latin yaitu Africa terra yang berarti Afri.
Afrika merupakan benua terluas nomor dua setelah Asia, yaitu 20% dari seluruh
total daratan bumi dan penduduknya mecapai sepertujuh dari seluruh popuasi
dunia1. Sebutan bagi penduduk afrika biasa dikenal dengan nama barbar dan
negro. Bangsa negro sangat majemuk, bahkan mendominasi dari jumlah
penduduk di benua Afrika, aktifitas keagamaannya sangat beragam yang
mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Masuknya Islam di Afrika Utara bermula pada masa Nabi Muhammad
SAW, ketika ada kontak pertama kali antara islam dengan Afrika Utara, yaitu
setelaa para sahabat hijrah ke Habsyi dan mendapat sebutan baik dari raja
Najjasyi maupun penduduk setempat. Pada 639 Masehi, penyebaran islam
kemudian dilanjutkan pada masa khalifah Umar bin ‘Ash. Pasukan muslim
dibawah panglima Amru bin ‘Ash berhasil memasuki wilayah mesir dengan
mengalahkan tentara Byzantium yaitu pada tahun 639-644 M, dan mendirikan
kota fushat sebagai ibu kota kaum muslimin pertama diwilayah Afrika.2
Penyebaran islam ke wilayah afrika kemudian dilanjutkan oleh khalifah ke
tiga yaitu Utsman ibn Affan dengan mengirim Abdullah ibn Sa’ad ibn Abi

1
M. Abdul Karim, Sejarah pemikiran dan peradaban islam (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, cet;
II, 2009), hal. 209.
2
Siti Maryam dkk (edit), Sejarah peradaban Islam, Dari Klasik Hingga Modern (Yogyakarta: LESFI,
2002), hal 258.
Sarah yang berhasil mengalahkan romawi di laut tengah dan mengalahkan
tentara Bizantium dan terus maju sampai ke Barqah dan Tripolii sampai ke
daerah Charthage, yaitu ibu kota Romawi di Afrika utara. 3 Perluasan wilayah
Afrika sedikit terganggu dengan adanya suhu politik di Madinah yang kurang
mendukung sehingga perluasan wilayah tidak memungkinkan untuk
dilanjutkan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Raja Konstatine III untuk merebut
kembali kekuasaanya atas wilayah Afrika.
Penyebaran islam mengalami kemajuan pesat ketika pada masa Muawiyah
ibn Abi Sofyan dengan mengutus seorang yang bernama Uqbah ibn Nafi’
menjadi gubernur di Afrika pada 666 M dan menjadikan kota Qayrawan sebaga
ibu kota. Dengan keberaniannya, ia membersihkan pengacau dan sekaligus
memulihkan keadaan, ia merupakan orang pertama yang menembus padang
pasir sahara.4
Kedatangan islam di Afrika Utara merupakan moment penting bagi masa
depan islam secara keseluruhan di benua Afrika dan daratan Eropa yang selama
berabad-abad berada dibawah kekuasaan kekaisaran romawi. Dalam peradaban
islam, Afrika Utara tidak dapan dilupakan begitu saja. Hal ini dikarenakan
Afrika Utara merupakan pintu masuk dari sentral penyebaran islam, yakni
Timur Tengah. Bukti kemajuan di Afrika Utara dalam peradaban islam adalah
dalam bidang arsitektur, seni, dekorasi dan intelektual. Diantara tokoh yang
terkenal didalam bidang intelektual adalah ibn Batuta (Biologi), Ibnu Khaldun
(sosiologi) dan Ibn Zuhr.5
Perjalanan panjang penyebaran islam tidak serta merta berjalan dengan
mudah, akan tetapi melalui beberapa rintangan baik rintangan dari dalam
maupun dari luar. Pergolakan politik yang terjadi dalam pemerintaan saat itu,
dimanfaatkan oleh bangsa Berber untuk melakukan pemberontakan.
Pemberontakan silih berganti baik yang dilakukan orang-orang berber sendiri

3
http://id.pandapedia.com
4
Syed Mahmudunnasir, Islam, Konsepsi dan Sejarahnya, terj. Adang Affandi (Bandung: Remaja
Rosdakarya,1994), hal.313.
5
Ibid 1. hal. 184.
dengan maksud melepaskan diri dari kekuasaan orang islam. Misalnya,
pemboikotan yang dilakukan oleh Kusailah pada masa Muawiyah. Pada tahun
683 M orang-orang islam islam di Afrika utara mengalami kemunduran karena
orang-orang Berber dibawah pimpinan Kusailah bangkit memberontak dan
mengalahkan ‘Uqban di Tahuza pada saat pulang ke ibu kota Qayrawan. Dia
dan pasukannya tewas dalam pertempuran tersebut.6
Rintangan dari luar, misalnya, keinginan bangsa romawiatas wilayah afrika
maupun penjajahan bangsa Eropa.7 Pada saat pemerintahan dipegang oleh
Abdul Malik ibn Marwan pada masa daulah Ummayah, Afrika Utara dapat
direbut kembali dari kekuasaan Romawi dan berhasil mengalahkan perlawanan
bangsa Berber.
B. Islamisasi di Afrika Timur
Islam di Afrika Timur merupakan pembahasan yang unik. Keunikannya
terletak pada peradaban sejarah masing-masing negara di mana komunis
Muslim berjuang berdasarkan identitasnya masing-masing. Sudan merupakan
wilayah yang menentang identitas Muslim-Arab di bagian Utara. Somalia
juga menyerupai Sudan. Mauritania dengan identitas kesukuan Muslim dan
identitas Arab, menjadi bagian dari identitas nasional Somalia. Ethiopia
dijalankan oleh elite Kristen dan bukan di bawah kepemimpinan Muslim.8
Pengislaman di wilayah ini hampir sama dengan bagian-bagian lain Sudan
yaitu melalui perdagangan, akan tetapi mayoritas berasal dari Mesir dan Saudi
Arabia. Di Sudan bagian Timur atau Afrika Timur ini Islam tumbuh menjadi
agama rakyat populer, atau menjadi agama rakyat bawah dan bukan menjadi
agama para penguasa dan bangsawan sebagaimana terjadi di Sudan bagian
Tengah dan Barat.9

6
Ibid 1. hal. 184.
7
Ibid 1. Hal, 185.
8
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Bagian Ketiga, Ghufron A. Mas’adi (terj) (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1999), hal. 469-510
9
Dudung Abdurrahman, dkk, Op. Cit , hal. 262
Para pendatang membawa Islam ke Afrika melalui dua cara, yaitu melalui
jalur darat dengan menyusuri sungai Nil, dan melalui jalur laut menyeberangi
laut merah atau Samudra India oleh para pedagang dan mubaligh sufi.
Konvergensi agama di perdalaman-perdalaman Afrika Timur secara umum
terjadi apabila para raja atau kepala suku yang mau melakukannya. Di
samping sungai Nil, kekuatan kristen juga merupakan salah satu basis yang
sebenarnya sulit di tembus oleh Islam.10
Dengan masukknya Islam di beberapa kerajaan (suku) Nubia pada abad
pertengahan berhasil mengaleniasi mereka dengan suku-suku lainnya. Dengan
begitu, setelah terislamkan etnik ini mengalami perpecahan dengan suku
Afrika Timur lainnya terus mempertahankan identitas individualitas
budayanya. Banyak sekali bahasa suku yang muncul di Afrika Timur.
Pengaruh Islam terhadap bahasa dan kesustraan ditemukan dengan berbagai
ragam terjemahan. Pola pikir yang mempengarui bangsa Islam Afrika Timur
kebanyakan berupa cerita popular, puisi, prosa dan tidak ditulis dalam bahasa
Arab klasik. Bahasa yang muncul yaitu, Amhara, Oromo, Gurage, Somali dan
Swahili.11
 Afrika Timur Swahili
Pada abad ke-19 wilayah pesisir Afrika Timur merupakan negeri bagi
sebuah peradaban Muslim Swahili. Pusat utama kebudayaan Muslim
tersebut adalah Zanzibir. Zanzibir ditaklukkan oleh Sayyid Sa’id ibn Sultan,
penguasa Oman (1804-1856), dan merupakan ibukota bagi satu-satunya
negara Muslim di wilayah tersebut. Zanzibir memiliki sistem organisasi
administrasi dan pengajaran Muslim yang teraik.
Pada peradaban ini menunjukkan bahwasannya penyebaran Islam
ditunjang oleh kondisi politik yang tidak stabil, kebutuhan akan identitas
bersama bagi penduduk yang heterogen dan mereka memilih Islam seagai
identitas bersama. Penyebaran Islam juga didukung oleh penggunaan

10
Ajid Tohir, Study Kawasan..., hal. 263
11
Ibid, hal. 269
bahasa Swahili sebagai lingua franca (bahasa percakapan, bahasa
perhubungan) di Kenya, Tanganyika, Uganda, Rhodesia Utara dan di
beberapa daerah Afrika Timur lainnya.
Keadaan penduduk Muslim berbeda pada masing-masing wilayah
kolonial. Zanzibir didominasi oleh penduduk Arab, yang menguasai
sebagian besar lahan subur, menjalankan pengabdian kemasyarakat, dan
menguasai dinas pemerintahan dan kepolisian.
Mayoritas pribumi Afrika sebagian besar adalah pengrajin, nelayan, dan
pekerja, namun mereka terbagi menjadi sejumlah kesukuan. Kaum migran
dari daratan Afrika Timur mengumpul di kota Zanzibir dan
mengembangkan rasa kesatuan politik.
C. Islamisasi Afrika Selatan
Afrika Selatan, negeri yang dulu tersohor dengan praktik apartheidnya,
sejatinya adalah bangsa yang memiliki tingkat keragaman tinggi. Tak hanya
keragaman budaya, masyarakat negeri ini juga memiliki latar belakang bahasa
dan agama yang berbeda-beda. Tak terkecuali umat Islam, ikut pula
berkontribusi dalam memberi warna keragaman di Afrika Selatan. Memiliki
puluhan juta penduduk, sebelas bahasa, sembilan provinsi, dan wilayah yang
luas mencakup padang pasir, savana, dan pegunungan bersalju, Afrika Selatan
memiliki hampir semua aset yang boleh jadi tak dimiliki banyak negara lain.
Berdasarkan sensus terakhir, terdapat lebih dari 40 juta orang yang hidup
dan menetap di Afrika Selatan. Dari jumlah tersebut, 76,7 persen di antaranya
digolongkan sebagai bangsa asli Afrika. Sementara, sisanya merupakan bangsa
kulit putih, India, dan Asia lainnya. Meski jumlah umat Islam tak sampai dua
persen dari keseluruhan populasi, komunitas Islam berkontribusi besar dalam
memberi warna terhadap keragaman penduduk Afrika Selatan. Sejarah
mencatat, masuknya Islam ke Afrika Selatan terjadi dalam dua tahap imigrasi.
Imigrasi tahap pertama berlangsung pada 1652 hingga pertengahan 1800-an.
Pada tahap ini, imigran Muslim yang masuk ke negara ini adalah para budak,
tahanan politik, dan pelaku tindak kriminal dari Afrika dan Asia.
Islam pertama kali dikenalkan di wilayah Afrika Selatan pada abad ketujuh
belas adalah mujahidin asal Indonesia yang ditangkap dan dibuang oleh
penjajah Belanda ke wilayah selatan Benua Afrika untuk memberangus
pergerakan jihad melawan pendudukan. Antara sekitar tahun 1062 Hijriyah
atau 1652 Masehi seorang raja di tanah Jawa, Sheikh Yusuf Syaqiq beserta 49
mujahidin perjuangan dibawa oleh Belanda ke Afrika Selatan sebagai tahanan.
Dan berkat pengasingan tersebut, lebih dari 2 juta warga Afrika Selatan kini
memeluk agama Islam.
Kedatangan umat Islam dari bumi Indonesia pertama kali terjadi pada tahun
1658, dimana pemerintah penjajah Belanda mendatangkan warga dari wilayah
Ambon untuk di bawa ke Afsel dan digunakan dalam membantu penjajah Kulit
Putih menghadapi penduduk asli setempat. Membawa warga pribumi Indonesia
ke Afsel pertama kali dilakukan oleh penjajah Portugis, lalu kemudian di ikuti
oleh Belanda setelahnya. Jan van Riebeeck adalah sosok pejabat kolonial
Belanda yang terkenal sebagai pendiri kota Cape Town, kota ketiga terbesar di
Afrika Selatan. Pejabat bengis ini meminta pihak Belanda di Indonesia untuk
mengirimkan warga Ambon ke Afsel yang akan digunakan sebagai pekerja
paksa. Tidak sampai disana, Jan van Riebeeck melarang warga Ambon yang
datang untuk menunjukan ataupun melakukan kegiatan ibadah secara terang-
terangan. Mereka yang melanggar segera dihukum mati oleh pejabat Belanda
ini.
Tahun 1667 gelombang kedua warga Indonesia datang kembali ke Afsel.
Mereka yang datang adalah para pejuang dan orang buangan politik,
diantaranya adalah penguasa Sumatera dan Sheikh Abdul Rahman Matab Shah
serta Sheikh Mahmoud. Keduanya dimakamkan di Constantia di Cape Town.
Sheikh Abdul Rahman Shah Matab adalah ulamam yang menyebarkan ajaran
Islam di kalangan para budak di Cape Town. Pengasingan politik Berikutnya
adalah Syekh Yusuf dari wilayah Makasar yang tiba di Afrika Selatan pada
tanggal 2 April 1694 bersama dengan keluarganya dan para pengikutnya.
Mereka kemudian tinggal di sebuah peternakan di Zandflet yang kemudian
diberi nama Macassar, dekat muara Sungai Aerst pinggiran kota Cape Town
sejak tanggal 14 Juni 1694.12 Pihak penjajah Belanda melakukan semua upaya
untuk mengisolasi Syekh Yusuf di Zandflet. Akan tetapi ini dimanfaatkan
Syekh Yusuf untuk mendirikan masyarakat kohesif Muslim pertama di Afrika
Selatan, dimana Zandflet berubah menjadi titik kumpul bagi budak pelarian dan
buangan lain yang datang dari timur. Dan hingga saat ini wilayah Zandflet
dikenal sebagai Makassar.
Dan ditahun 1744 seorang ulama asal Yaman yang bernama Saeed Alawi
atau dikenal sebagai Tuan Said tiba di kota Cape Town dan dipenjara di Pulau
Robben. Setelah bebas Saeed Alawi bekerja sebagai penyidik polisi, sebuah
posisi yang memberinya peluang besar untuk mengunjungi tempat-tempat
budak di malam hari dan mengajari mereka tentang Islam. Dan Tuan Said
dianggap sebagai imam resmi pertama dari umat Islam di Cape Town.
Bangsa Melayu yang melayani pejabat Belanda dalam perjalanan kembali
dari Timur (Asia) termasuk salah satu kelompok Muslim yang ikut pada tahap
pertama imigrasi Muslim ke Afrika Selatan. Para pelayan ini memilih menetap
di Cape Town. Tak heran, hingga saat ini Cape Town dikenal sebagai rumah
bagi Muslim Melayu. Setelah kedatangan para imigran Muslim dari Melayu,
Islam pun menyebar dengan cepat di Afrika Selatan.
Kehadiran para pekerja Muslim dari India menandai tahap kedua imigrasi
Muslim ke Afrika Selatan. Kaum Muslimin dari India ini umumnya berasal dari
Malabar, pantai barat India Selatan, dan Hyderabad.Meski bertahun-tahun
hidup di negeri seberang, para imigran Muslim itu tak lantas lupa akan budaya
dan bahasa asal mereka. Muslim dari India misalnya, meski hidup sebagai
minoritas di negeri orang, mereka tetap menggunakan bahasa Urdu atau Gujarat
untuk berkomunikasi antarsesama mereka. Pada sekitar 1860-an, setiap buruh
kontrak yang beragama Islam didampingi oleh imigran Muslim lainnya yang

12
Abdul Hadi Adnan, Perkembangan Hubungan Internasional di Afrika (Bandung: CV Angkasa), hlm.
259.
berstatus bebas di antaranya Syekh Ahmad yang dikenal sebagai pemimpin
Islam pertama di Natal.
Tokoh Islam berikutnya di Natal hadir pada 1895, yakni Soofie Saheb. Ia
melihat, umat Islam dari India yang tingkat kesejahteraannya rendah berisiko
untuk "ditarik" masuk ke agama Hindu. Soofie Saheb lalu mencari cara agar
kaum pekerja Muslim yang miskin ini tidak terpengaruh oleh agama lain.
Upaya pertama yang ia lakukan adalah mengadakan festival rakyat Islam dan
mendirikan madrasah bagi para buruh Muslim India dan keluarganya.
Perkembangan ini tak lepas dari peran dan kerja keras para ulama dan tokoh
masyarakat Muslim. Mereka giat mendirikan lembaga-lembaga keagamaan dan
pendidikan untuk mendorong pertumbuhan Islam di Afrika Selatan. Saat ini, di
Afrika Selatan terdapat lebih dari 500 masjid dan 408 lembaga pendidikan
Islam, mulai dari tingkat sekolah hingga perguruan tinggi. Banyak perguruan
tinggi di sana yang menawarkan program studi bahasa Arab dan studi
Islam.Meski merupakan kelompok minoritas, umat Islam dilibatkan dalam
setiap bidang profesi dan usaha. Mereka juga memainkan peran penting dalam
perjuangan anti-apartheid (politik membedakan masyarakat berdasarkan warna
kulit). Pada pemerintahan pasca-apartheid pun, Muslim tetap diberikan ruang
untuk memberikan sumbangsih bagi negara.
Meski merupakan kelompok minoritas, umat Islam dilibatkan dalam setiap
bidang profesi dan usaha. Mereka juga memainkan peran penting dalam
perjuangan anti-apartheid (politik membedakan masyarakat berdasarkan warna
kulit). Pada pemerintahan pasca-apartheid pun, Muslim tetap diberikan ruang
untuk memberikan sumbangsih bagi negara. Untuk menyebarkan dakwah
Islamiyah, komunitas Muslim diperbolehkan mendirikan stasiun radio. Stasiun
radio Islam swasta ada di hampir semua provinsi di Afrika Selatan, seperti
Radio Islam di Johannesburg, Radio 786 di Cape Town, dan Radio Al-Anshar
di Durban. Tak hanya radio, komunitas Muslim juga menerbitkan sejumlah
surat kabar. Selain untuk berdakwah, surat kabar itu juga bermanfaat untuk
menyebarluaskan informasi-informasi keislaman. Surat kabar itu, di antaranya
Al-Qalam, the Muslim Digest, Ar-Rasheed, Views Muslim, Al-Ummah, dan
the Majelis.

Anda mungkin juga menyukai