Anda di halaman 1dari 11

GERAKAN MILENIARISME ISLAM AFRIKA

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PMDI

Dosen Pengampu :
Suhermanto Ja’far (belum tau gelarnya)

Oleh :
Kelompok 1
1. Fany Dela Rafimia (07010120007) 4. M. Abid Dermawan (07020120012)
2. Fatimah Azzahra (0701012008) 5. Maqbul Zaman Nain (07020120034)
3. Mu’awinati Isna Zilfia (07010120011) 6. M. Khairul Fashilin (07020120035)

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USLUHUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2021
A. Abstrak
Penelitian ini membahas Gerakan Mileniarisme Islam khususnya di Afrika
B. Pendahuluan (intoduction)
Belum

C. Isi Pembahasan
1. Sejarah dibalik gerakan Mileniarisme Islam di Afrika.
2. Tujuan gerakan mileniarisme Islam di Afrika.
3. Tokoh-Tokoh gerakan mileniarisme Islam di Afrika.
4. Karya yang dihasilkan gerakan Mileniarisme di Afrika.
5. Dampak gerakan Mileniarisme di Afrika.
D. Pembahasan
1. Sejarah dibalik gerakan Mileniarisme Islam di Afrika.
Nama Afrika berasal dari bahasa latin, yaitu Africa terra yang berarti tanah
Afri. Afrika merupakan benua terluas nomor dua setelah Asia, yaitu 20 % dari seluruh
total daratan bumi dan penduduknya mencapai sepertujuh dari seluruh populasi dunia.
1
Sebutan bagi penduduk Afrika biasa dikenal dengan nama Barbar dan Negro. Bangsa
Negro sangat majemuk, bahkan mendominasi dari jumlah penduduk di benua Afrika.
Aktivitas keagamaannya sangat beragam yang mempunyai peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Afrika Utara adalah bagian dari daerah di benua Afrika di
mana budaya dan penduduknya berbeda dengan daerah-daerah di Afrika lainnya.
Afrika Utara adalah sebuah kehidupan masyarakat Barbar yang bersifat kesukuan,
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dan patriarki.2
Sebelum Islam masuk ke daerah Afrika Utara, daerah ini merupakan daerah
dibawah kekuasaan Romawi. Secara geografis, Afrika Utara merupakan wilayah
bergurun. Afrika Utara berada di Timur Laut benua Afrika yang terletak di lembah
sungai Nil. Dalam terminologi Arab, daerah ifriqiyah merupakan bagian dari Afrika
Utara yaitu wilayah Libya, Tunisia, Al-Jazair, dan Maroko. Seluruh wilayah tersebut
oleh orang-orang Arab dikenal dengan sebutan Al-Maghribi. 3Penyebaran Islam di
Afrika bermula pada masa Nabi Muhammad ketika ada kontak pertama kali antara
Islam dengan Afrika, yaitu setelah para sahabat hijrah ke Habsyi dan mendapatkan
sambutan baik dari raja Najjasyi maupun penduduk setempat. Penyebaran Islam
kemudian dilanjutkan pada masa Khalifah Umar Ibn Khattab dengan mengutus Amr
ibn 'Ash. Pasukan muslim dibawah panglima Amr ibn 'Ash berhasil memasuki Mesir
dengan mengalahkan pasukan Bizantium yaitu pada tahun 639-644 M, dan
mendirikan kota Fusthat sebagai ibu kota pertama di wilayah Afrika.4
Penyebaran Islam ke wilayah Afrika kemudian dilanjutkan oleh khalifah ke
tiga yaitu Utsman bin Affan dengan mengirim Abdullah ibn Sa'ad ibn Abi Sarah yang
berhasil mengalahkan tentara Romawi di Laut Tengah dan mengalahkan tentara
Bizantium. Ekspansi terus dilakukan sampai ke Barqah dan Tripoli, dan terus

1
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogjakarta: Pustaka Book Publisher, 2009), cet. Ke
1, 209.
2
Imam Muhsin, Peradaban Islam Pra-Modern di Afrika Utara Siti Maryam dkk (edit), Sejarah Peradaban Islam,
Dari Klasik Hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, 2002), 258.
3
Syed Mahmudunnasir, Islam, Konsepsi dan Sejarahnya, terj. Adang Affandi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1994), 313.
4
Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, 184.
bergerak sampai ke daerah Carthage, yaitu ibu kota Romawi di Afrika Utara.
Perluasan wilayah Afrika sedikit terganggu dengan adanya suhu politik di Madinah
yang kurang mendukung sehingga perluasan wilayah tidak memungkinkan untuk
dilanjutkan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Raja Konstantine III untuk merebut
kembali kekuasaannya atas wilayah Afrika. Penyebaran Islam mengalami kemajuan
pesat ketika pada masa Muawiyah ibn Abi Sofyan dengan mengutus seorang yang
bernama Uqbah ibn Nafi' menjadi gubernur di Afrika pada 666 M dan menjadikan
kota Qayrawan sebagai ibu kota. Dengan keberaniannya, ia membersihkan pengacau
dan sekaligus memulihkan keadaan, ia merupakan orang pertama yang menembus
padang pasir Sahara.5
Masuknya Islam ke Afrika Utara merupakan moment penting bagi masa depan
Islam secara keseluruhan di benua Afrika dan daratan eropa yang selama berabad-
abad berada dibawah kekuasaan Kristen. Dalam peradaban Islam, Afrika Utara tidak
dapat dilupakan begitu saja. Hal ini dikarenakan Afrika Utara merupakan pintu masuk
dan sentral penyebaran Islam, yakni Timur Tengah. Bukti kemajuan di Afrika Utara
dalam peradaban Islam adalah dalam bidang arsitektur, seni, dekorasi dan intelektual.
Diantara tokoh yang terkenal dalam bidang intelektual adalah Ibn Battuta (biologi),
Ibnu Khaldun (sosiologi) dan Ibn Zuhr.6
Perjalanan panjang penyebaran Islam tidak serta merta berjalan dengan
mudah, akan tetapi melalui beberapa rintangan, baik rintangan dari dalam maupun
dari luar. Pergolakan politik yang terjadi dalam pemerintahan pada saat itu,
dimanfaatkan oleh bangsa Barbar untuk melakukan pemberontakan. Pemberontakan
silih berganti, baik yang dilakukan orang-orang Barbar sendiri, dengan maksud
melepaskan diri dari kekuasaan orang Islam. Misalnya, pemboikotan yang dilakukan
oleh Kusailah pada masa Muawiyah. Pada tahun 683 M, orang-orang Islam di Afrika
Utara mengalami kemunduran karena orang-orang Barbar di bawah pimpinan
Kusailah bangkit memberontak dan mengalahkan 'Uqbah di Tahuza pada saat pulang
ke ibu kota Qayrawan. Dia dan pasukannya tewas dalam pertempuran tersebut.
Rintangan dari pihak luar, misalnya, keinginan bangsa Romawi atas wilayah
Afrika maupun penjajahan bangsa Eropa. 7Pada saat pemerintahan dipegang oleh
Abdul Malik ibn Marwan pada masa Daulah Umayyah, Afrika Utara dapat direbut

5
Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, 184-185.
6
Muhsin, "Peradaban Islam Pra-Modern di Afrika Utara", 257.
7
Wildan, Peradaban Islam di Afrika sub-Sahara. 312-313, 321.
kembali dari kekuasaan Romawi dan berhasil mengalahkan perlawanan bangsa
Barbar.
Penyebaran Islam di Afrika pun dilanjutkan dengan meluas ke daerah selatan
daerah Afrika sub-Sahara. Afrika sub-Sahara adalah istilah yang dipergunakan untuk
menggambarkan negara-negara di benua Afrika yang tidak dianggap termasuk bagian
Afrika Utara.8 Sejak zaman es, wilayah Afrika Utara dan Afrika sub-Sahara telah
dipisahkan oleh iklim yang luar biasa keras di daerah Sahara yang jarang
penduduknya membentuk sebuah rintangan alami yang dilalui hanya oleh sungai Nil.
Sungai Nil merupakan jalan utama yang menghubungkan Afrika Utara dan Afrika
sub-Sahara yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara utara dan selatan.
Afrika merupakan wilayah penghasil seperempat kekayaan bumi di dunia, namun
daerah ini mendapat predikat wilayah termiskin di dunia.
Kondisi ini diakibatkan oleh warisan kolonialisme, neokolonialisme, konflik
antar etnis dan pergolakan politik yang silih berganti terjadi akibat konflik internal
maupun eksternal. Sejarah awal Islamisasi di Afrika sub-Sahara tidak berbeda dengan
masuknya Islam di Asia Tenggara yaitu dengan cara damai dan melalui perdagangan
tanpa pertumpahan darah. Menurut Hasan, sebagaimana yang dikutip oleh Karim
bahwa Uqbahlah yang pertama kali menembus padang pasir Sahara sampai ke
wilayah Sudan, Ghana, Awdaghost bahkan sampai ke Kawar. 9Namun akhirnya
Uqbah digantikan oleh Abdul Muhajir atas permintaan Maslamah yaitu penguasa
Afrika. Pada masa Yazid I, 'Uqbah dipercaya kembali sebagai panglima. Ia
memimpin pasukan muslim dan memperluas kekuasaannya sampai ke Maroko.
Dengan kegigihan dan semangat yang membara, seluruh Ifriqiyah dan daerah al-
Maghrib al-Aqsa dapat dikuasai dengan cepat sehingga 'Uqbah mendapat julukan
"Alexander Muslim”.
Dengan demikian, Islam masuk ke Afrika sub-Sahara melalui tiga wilayah;
pertama, dari bagian utara. Islam mulai menyebar mulai dari abad ke10 M di beberapa
wilayah Sudan yaitu Niger dan Chad. Islamisasi terjadi melalui migrasi pedagang-
pedagang muslim, sejumlah guru, murid, dan juga datangnya pedagang dari
Mediterania sehingga terbentuklah masyarakat muslim minoritas di beberapa wilayah
Afrika sub-Sahara. Dari kelompok inilah kemudian Islam mengepakkan sayapnya

8
Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, 210.
9
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, terj. Ghufron A. Mas'udi (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 1988), 750.
dengan cara mengislamkan penguasa-penguasa lokal dan kemudian menyebar luas ke
masyarakat dan para petani.
Kedua, melalui bagian Timur, yaitu dari Zayla', yang sekarang dikenal dengan
nama Somalia, mulai abad ke-9. Pengislaman wilayah ini hampir sama dengan
bagian-bagian lain Sudan yaitu melalui perdagangan, akan tetapi mayoritas berasal
dari Mesir dan Saudi Arabia. Ketiga, melalui bagian selatan yaitu Afrika selatan.
Islam berkembang dimulai pada masa penjajahan belanda yang tergabung dalam dua
gelombang. Gelombang pertama adalah orang-orang dari Melayu, Bengal, Malabar
dan Madagaskar yang dibawa oleh pemerintah Belanda ke Afrika Selatan sebagai
tahanan dan budak. Gelombang kedua adalah para pekerja dan pedagang yang datang
dari Calcuta, Madras, Bombay dan Gujarat yang datang pada abad ke-19.10
Selain Islamisasi dilakukan secara formal oleh al-Murabithun dan al-
Muwahhidun, Islamisasi juga dilakukan dengan cara kultural. Islamisasi tersebut
dilakukan melalui media perdagangan. Mereka membangun pemukiman pedagang
muslim di wilayah Sudan. Sambil melakukan proses perekonomian, mereka juga
melakukan dakwah Islamiah. Di sepanjang bagian barat Afrika sub-Sahara, Islam
dapat diterima dengan mudah oleh suku Soninke dan nenek moyangnya suku Tokolor.
Dari sini penyiaran Islam ke timur sampai ke lembah Senegal. Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa proses Islamisasi di sub-Sahara persis seperti di Nusantara, yaitu
melalui jalur perdagangan.
Islam dapat di terima di Afrika dipengaruhi oleh beberapa faktor. 11 Pertama;
tingginya pemikiran dan akhlak kaum muslim. Kedua; persamaan hak sesama
manusia dan anti perbudakan. Ketiga; sikap Islam terhadap budaya lokal (menghargai
budaya lokal). Keempat, watak/ tabiat masyarakat Afrika yang mudah menerima
pengaruh dari luar.

2. Tujuan gerakan mileniarisme Islam di Afrika.


Agama Islam masuk ke daratan Afrika pada masa Khalifah Umar bin Khattab,
waktu Amru bin Ash memohon kepada Khalifah untuk memperluas penyebaran Islam
ke Mesir lantaran dia melihat bahwa rakyat Mesir telah lama menderita akibat
ditindas oleh penguasa Romawi dibawah Raja Muqauqis. Sehingga mereka sangat
memerlukan uluran tangan untuk membebaskannya dari ketertindasan itu. Selain
10
Wildan, Peradaban Islam di Afrika sub-Sahara, 302-303.
11
Ade Karmanah “Persebaran Islam dan Kontribusinya Terhadap Masyarakat Afrika Sub-Selatan Sahara” Jurnal
Al-Turas, Vol. 10, No. 02, 2004. 159.
alasan diatas Amru bin Ash memandang bahwa Mesir dilihat dari kacamata militer
maupun perdagangan letaknya sangat strategis, tanahnya subur karena terdapat sungai
Nil sebagai sumber makanan. Maka dengan restu Khalifah Umar bin Khattab dia
membebaskan Mesir dari kekuasaan Romawi pada tahun 19 H (640 M) hingga
sekarang. Afrika pun juga berkembang sampai negara Al- Jazair, Tunisia, Maroko,
Libya, Senegal, Sudan, Somalia, dan Ethiopia. Perkembangan negara Afrika
mengalami kelebihan dan kekurangan dalam politik, ekonomi dan sosial.

3. Tokoh-Tokoh gerakan mileniarisme Islam di Afrika.


a. Abdul hamid ibn badis
Abdul Hamid ibn Badis, seorang yang belajar di perguruan Zaituna di Tunis,
menjadi tokoh utama gerakan pembaharuan (ishlah) dan kebangkitan identitas
kultural bangsa Arab di Aljazair pasca-perang. Ia mengembangkan pemikirannya
dari Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan gerakan salafiah, dan menekankan
pentingnya kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber dasar bagi
keyakinan dan praktik Islam. Penekanan terhadap tauhid digunakan sebagai dasar
kritik yang keras terhadap sejumlah keyakinan dan praktik sufi. Para reformer
mengecam pemujaan terhadap wali dan keyakinan terhadap kekuatan ghaib serta
berusaha menggunakan argumen rasional untuk menepis sufi pedalaman.
Piagam Nasional Republik Demokrasi Rakyat Aljazair 1976. Rakyat Aljazair
adalah rakyat Muslim. Islam adalah agama negara. Sebagai bagian integral dari
hakikat sejarah, Islam adalah salah satu alat pertahanan Aljazair yang paling kuat
untuk menghadapi setiap usaha penghancuran kepribadian Aljazair sebagai
bangsa. Pada masa-masa penjajahan yang paling pahit, rakyat Aljazair, terdorong
oleh kesadarannya akan makna keadilan dan persamaan, berpegang teguh dengan
Islam yang militan dan mendapatkan pelajaran dari padanya bahwa kekuatan
moral dan iman telah melepaskan mereka dari perasaan putus asa dan memberikan
semangat untuk berusaha mengatasi setiap persoalan.

b. Hasan Turobi
Hasan Turobi lahir di Wad al-Turabi,Kassala, Sudan Timur pada tahun 1932
M. Ia berasal dan tumubuh dari keluarga yang memiliki tradisi panjang pengajaran
keilmuan islam dan praktek sufisme di Sudan. Ayahnya adalah seorang Qodhi
(Hakim agama Islam), dan tercatat sebagai pengikut Thoriqoh Qodiriyah.
Hasan Turobi yang dikenal sebagai Bapak Politik Islam Modern Sudan, dan
juga seorang pemikir terkemuka, serta tokoh gerakan internasional. Melalui
gagasannya tentang “Islamisasi Modernitas”, Turobi Mengusung pembaharuan
islam, yang merupakan perpaduan dari kepribadian islam yang tradisionalis
dengan gagasan-gagasan barat, yang dia dapat sewaktu menempuh pendidikan
Magister dan Doktoralnya.
Dalam bidang pendidikan, Hasan Turobi merupakan lulusan dari Fakultas
Hukum Universitas Khartoum (salah satu Universitas tertua di Sudan yang
melahirkan banyak tokoh-tokoh di Sudan) pada tahun 1955 M. Kemudian dia
melanjutkan Karier Intelektualnya ke Oxford University dan meraih gelar Master
dalam bidang hukum pada tahun 1957 M, kemudian menyelesaikan Doktoralnya
Di Sorbone University, Prancis pada tahun 1964 M.
Dalam pandangan Hasan Turobi, Agama islam saat ini membutuhkan
pembaharuan, yang bukan hanya berangkat dari spirit emosional, namun juga
sarana pendidikan agama. Dalam pandangan Turobi bahwa membidik manusia
dengan nilai-nilai iman yang benar, dapat melahirkan suatu konsep pemikiran
yang baik. Baik itu berupa politik, ekonomi, budaya, sains yang mampu
menerapkan hukum-hukum agama.

c. Syekh yusuf (asy syaikh al haj yusuf abu al mahasin hidayatullah)


Asy Syaikh al-haj Yusuf Abu al-Mahasin Hidayatullah Taj Al-Khalwati al-
Makasari atau lebih akrab disebut Syekh Yusuf.
Nama ulama kelahiran Tallo, 13 Juli 1626 M, ini tetap dikenang di benua hitam
itu hingga kini, meski kiprahnya di benua itu telah melintasi masa yang panjang,
ratusan tahun silam. Syekh Yusuf bersama 49 pengikutnya menginjakkan kaki
pertama kali di Afrika Selatan pada Juli 1693, setelah lebih dulu diasingkan oleh
koloni Belanda ke Srilanka. Mereka sampai di Tanjung Harapan dengan kapal De
Voetboog dan ditempatkan di daerah Zandvliet yang kemudian dikenal dengan
nama Madagaskar.
Di negeri buangan itu, dalam waktu singkat ia telah mengumpulkan banyak
pengikut. Awalnya, ia memantapkan pengajaran agama bagi pengikutnya. Dari
sini syiar Islam lalu diserukan kepada orang-orang buangan yang diasingkan ke
Kaap. Mereka kemudian bersatu membentuk komunitas Muslim.
Meski Syekh Yusuf telah wafat pada 23 Mei 1699 di usia 73 tahun, namun
pengaruhnya di Afrika Selatan masih sangat besar sampai saat ini. Bangunan
bekas tempat tinggalnya dijadikan bangunan peringatan yang diberi nama
'Karamat Syekh Yusuf'. Bangunan peringatan itu masih tetap dikunjungi warga
Afrika Selatan, meski jenazahnya dibawa dan dimakamkan ke Gowa, daerah
kelahirannya di Sulawesi Selatan.

d. Tuan Guru
Tuan Guru, sosok yang diabadikan dalam buku ini adalah ulama keturunan
Indonesia yang mendakwahkan Islam di Afrika Selatan. Tuan Guru Imam
Abdullah Qadhi Abdussalam lahir di Tidore pada tahun 1712, dan meninggal di
Cape Town pada tahun 1807 pada usia 95 tahun.
Tuan Guru Imam Abdullah bin Qadi Abdussalam Seperti juga Raja Tambora,
berbagai catatan sejarah menunjukkan, Tuan Guru pun menulis isi Alquran
berdasarkan ingatannya. Selain itu, ia pula disebut sebagai orang pertama yang
mendirikan madrasah di jantung Kota Cape Town dan Masjid Auwwal di Bo
Kaap yang hingga kini masih eksis di sana. Karena itu, peranan Syekh Yusuf,
Raja Tambora, dan Tuan Guru bersama ulama dari Nusantara lainnya tidak bisa
dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam di Afrika Selatan.

4. Karya yang dihasilkan gerakan Mileniarisme di Afrika

a. Ma'rifat wal Iman wal Islam


Selain mendirikan masjid Al-Awwal, Tuan Guru Imam Abdullah
Qadhi Abdussalam juga menulis beberapa karya salah satunya adalah Ma'rifat
wal Iman wal Islam yang dalam bahasa Indonesia berarti Pengetahuan Iman dan
Agama, buku ini berisi 613 halaman yangberfokus pada pembahasan mengenai
keyakinan dan pengetahuan agama Islam. Umat Islam di cape town Afrika
Selatan menjadikan buku ini sebagai pedoman untuk mengenal Islam.12

b. Muqaddimah
Muqaddimah merupakan bagian dari Al-'Ibar karya Ibnu Khaldun, ia
menulisnya dalam waktu yang terbilang singkat yaitu 5 bulan. Para pemikir barat
menganggap bahwa Muqaddimah merupakan karya yang sangat luar biasa.
Adapun pokok-pokok pembahasannya adalah:
• Membahasa pentingnya peran organisasi sosial di tengah-tengah
masyarakat, membahas tentang Wahyu, dan kemampuan manusia mengetahui
persoalan ghaib.
• Membahas tentang suku-suku yang lebih beradab, pertumbuhan
masyarakatnya, asal usul kemajuan bangsanya.
• membahas tentang Khalifah, negara, kekuasaan, tingkatan kekuasaan,
sistem pemerintahan, sebab-sebab munculnya kekuasaan, dan sebab runtuhnya
sebuah negara.
• membahas tentang kondisi perkoatan hingga pedesaan, peristiwa yang
terjadi, dan hal-hal penting yang harus di perhatikan.
• membahas tentang perekonomian negara, perdangangan hingga industri.
• membahas tentang ilmu pengetahuan, jenis ilmu pengetahuan, dan metode-
metodenya.

Baumgartner, Frederic J. 1999. Longing for the End: A History of Millennialism in Western Civilization,
12

New York: Palgrave, hal 1-6


c. Al-I'bar
Adapun nama asli dari kitab ini adalah, Kitab al-'Ibar wa Diwan Al-
Mubtada' wa Al-Khabar fi ayyam al-'Arab wa al-'Ajan wa al-Barbar wa man
Asharuhum min Dzawi S-Shultani al-Akbar, yang berarti Kitab Pelajaran dan
Arsip Sejarah Zaman Permulaan dan Zaman akhir yang Mencakup Peristiwa
Politik Mengenai Orang-orang Arab, Non Arab, dan Barbar, serta Raja-raja besar
yang semasa dengan Mereka, karena judulnya terlalu panjang maka kitab ini
sering disebut kitab al-'Ibar, kitab ini menguraikan sejarah bangsa Arab dan
sejarah bangsa terkenal seperti pontian, Syiria, Yahudi, Yunani, Turki, dan Mesir.
Didalamnya juga membahas tentang bangsa bar-bar, bangsa ini yang berasal dari
Afrika utara yang di Islamkan.

5. Dampak gerakan Mileniarisme di Afrika

Kelompok-kelompok milenarian biasanya mengklaim bahwa masyarakat masa


kini dan para penguasanya korup, tidak adil, atau menyimpang. Karena itu mereka
percaya bahwa mereka akan segera dihancurkan oleh suatu kekuatan yang dahsyat.
Sifat yang berbahaya dari status quo ini selalu dianggap tidak dapat diubah tanpa
adanya perubahan dramatis yang telah diharapkan. Dalam beberapa orang yang
menganut milenarianisme Abad Pertengahan, dunia dianggap dikendalikan
oleh setan dan bahkan sampai abad ke-19 milenarianisme Tionghoa menggunakan
suatu motif seperti ini, namun "setan"nya mempunyai suatu konotasi budaya yang
sedikit berbeda.
Dalam dunia modern ekonomi berkuasa atau permufakatan-permufakatan
besar dianggap melakukan penindasan. Hanya perubahan dramatis yang akan
mengubah dunia dan perubahan akan ditimbulkan, atau memusnahkan semua orang
kecuali, sekelompok orang yang setia dan berdedikasi. Dalam kebanyakan skenario
milenarian, bencana atau pertempuran yang akan datang akan diikuti oleh suatu dunia
baru yang dimurnikan di mana orang-orang percaya sejati akan memperoleh
ganjarannya.
Sementara banyak kelompok milenial bersifat pasifis, keyakinan-keyakinan
milenarian telah diklaim menyebabkan orang mengabaikan aturan-aturan perilaku
yang konvensional, yang menimbulkan kekerasan yang diarahkan ke dalam (seperti
misalnyabunuh diri massal) dan/atau ke luar (seperti misalnya tindakan-
tindakan teroris). Kadang-kadang di sini juga tercakup kepercayaan akan suatu
kekuatan adikodrati atau kemenangan yang telah ditakdirkan. Dalam kasus-kasus
tertentu, para pemeluk millenarian menarik diri dari masyarakat untuk menantikan
campur tangan Allah atau kekuatan metafisik lainnya.
Ideologi-ideologi atau sekte-sekte keagamaan milenarian kadang-kadang muncul di
kalangan masyarakat tertindas, dengan contoh-contoh yang paling menonjol
berupa Kekristenan perdana, gerakan Tarian Roh abad ke-19, dan Sekte Kargo abad
ke-19.
Transhumanisme dan Singularitarianisme dapat dianggap sebagai gerakan
milenarian dalam pengertian yang lebih luas, karena mereka mengharapkan
perubahan-perubahan dalam tatanan biologis dan sosial yang mapan, meskipun
kedua-duanya tidak menganggap perubahan-perubahan ini sama sekali tak
terhindarkan, hanya “kemungkinan” saja. Lebih jauh, kedua kelompok ini tidak
percaya akan jahatnya atau rusaknya tatanan yang ada sekarang, melainkan hanya
dalam pengertian bahwa kita harus menginginkan perubahan tatanan karena alasan-
alasan humanistis dan kemanusiaan, dan karena itu kedua kelompok ini sama sekali
bertekad untuk memastikan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi itu tidak
bersifat kekerasan, seluruhnya opsional, dan bermanfaat bagi sebanyak mungkin
orang.
Dalam politik, milenarianisme sering kali, tetapi tidak berarti selalu, dikaitkan
dengan ideology-ideologi radikal yang sama-sama memiliki keyakinan akan
transformasi. Hal ini dapat didasarkan pada gagasan-gagasan sekuler ataupun
keagamaan.

Anda mungkin juga menyukai