Anda di halaman 1dari 2

CITRAAN DALAM PUISI “ASYHADU AN-LA IMRA’ATAN ILLA ANTI” KARYA

NIZAR QABBANI

ABSTRAK
PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilukiskan dalam bentuk
tulisan. Karya sastra identik dengan estetika dan kebebasan. Sebagai bentuk ekpresi
kemanusiaan, para pengarang berhak menjadi apa saja dalam karyanya. Menurut Maulina (2016:
178) Sebuah sastra dapat tercipta dari kisah rekaan pengalaman batin yang berasal dari imajinasi
dan pemikiran sang pengarang, maupun pengalaman empirik berupa potret realitas kehidupan
yang dialami pengarang dalam lingkungan sekitarnya. Sastra dapat dikatakan sebagai keilmuan
yang manusiawi (Faruk, 2012: 25), artinya sastra adalah fakta kemanusiaan yang bisa dikaji
dengan pendekatan teori dan metode keilmuan yang telah ditentukan. Sedangkan menurut
Sumardjo dan Sumaini () sastra bukanlah ilmu, melainkan sebuah seni yang didalamnya
memiliki unsur kemanusiaan dan perasaan, sehingga sangat sulit diterapkan dalam metode
keilmuan.
Karya sastra dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu, puisi, prosa, dan drama. Ketiganya
memiliki ciri dan keunikan masing-masing. Puisi memiliki keunikan yang dapat menyentuh
perasaan pembacanya melalui kata-kata yang indah dan padat namun mEmiliki makna yang
dalam. Puisi mampu menggambarkan situasi yang terjadi di masyarakat secara lebih realitis dan
estetik. Letak keunikan puisi paling menonjol adalah karena pengulangan suara yang
menghasilkan rima, musikalitas, dan ritme. Menurut Hayati dan Syafaah (2022:56) dalam
Bahasa Arab, kata puisi disebut dengan “syair” yang berasal dari fi’il madhi yakni sya’ara-
yasy’uru-syi’ran. Syi’ran merupakan isim masdar yang dibakukan ke dalam Bahasa Indonesia
menjadi syair. Puisi Arab biasanya terkumpul dalam Diwanul Arab. Darwis (2005:5)
mengartikan Diwan sebagai kumpulan teks-teks puisi yang disatukan menjadi sebuah buku.
Puisi-puisi Arab tersebut dikategorikan sesuai penyairnya.
Dalam membuat sebuah puisi, penyair seringkali menggunakan citraan sebagai sarana
kepuitisan dalam sebuah puisi. Dengan adanya citraan tersebut, penyair dapat menghadirkan
suasana yang menjadikan pembaca seakan-akan ikut merasakan, mendengarkan, mencium dan
melihat semua yang diungkapkan oleh seorang penyair dalam puisinya.
Nurizzati (1999:79) mengungkapkan bahwa fungsi citraan adalah untuk membantu
pembaca supaya dapat memahami puisi dengan lebih mudah, sekaligus menjadikan puisi tambah
hidup dalam pikiran dan pengindraan karena adanya gambaran yang jelas, sehingga dengan
adanya citraan, puisi semakin menarik perhatian. Begitu juga pesan-pesan yang ingin
disampaikan oleh penyair akan sulit tersampaikan kepada pembacanya ketika tanpa adanya
citraan, sebab tidak adanya gambaran permasalahannya. Citraan sebagai sarana bahasa yang
digunakan oleh penyair dengan memanfaatkan pancaindra sebagai media perwakilannya. Fungsi
citraan dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu (1) fungsi imaji, yakni citraan yang dipakai oleh
penyair memiliki tujuan memberi daya bayang pembaca atau pendengar, sehingga ia seakan-
akan mampu membayangkan segala sesuatu yang disampaikan penyair melalui puisinya, (2)
fungsi estetis, yakni citraan memprioritaskan sebuah keindahan guna menggambarkan sesuatu
yang disampaikan penyair dalam dalam puisinya, (3) fungsi sugestif, yakni citraan yang
mengandalkan pilihan kata yang dapat mengajak pembaca untuk merasakan segala sesuatu yang
dituangkan penyair dalam puisinya.
Salah satu tokoh sastra dalam bidang puisi Arab yang paling mashyur adalah Nizar
Qabbani. Pria yang lahir di Suriah 21 Maret 1923 ini bernama lengkap Nizar Tawfiq Qabbani
(Huda, 2020). Nizar merupakan penyair Arab sekaligus diplomat dan pembela hak-hak
perempuan. Penyair ini juga dikenal sebagai sastrawan Arab yang sensual, romantik, serta
kontroversial. Selain populer di kalangan sastrawan kontemporer, Nizar Qabbani dijuluki sebagai
salah satu penyair Avant-guard (karya inovatif). Hal ini dikarenakan beliau adalah salah satu
penyair paling produktif dan berpengaruh dalam dunia sastra Arab modern.
Musyfiqur (2008: 9) menyebutkan bahwa puisi yang ditulis Nizar kebanyakan
bertemakan cinta, feminisme, hingga sosial politik. Sebagian besar tulisan Nizar Qabbani
didominasi oleh pandanggannya terhadap feminisme. Nizar piawai dalam menggambarkan
penderitaan yang dialami perempuan-perempuan kontemporer. Beliau juga turut aktif
menyuarakan hak-hak perempuan pada karyanya.
Sebagai bentuk penghormatannya pada perempuan, Nizar menulis puisi yang populer
hingga saat ini berjudul “Asyhadu An La Imraata Illa Anti” (Aku Bersaksi Tiada Perempuan
Selain Engkau). Puisi ini menarik dikaji karena menggambarkan cinta terhadap seorang
perempuan. Cinta bagi Nizar adalah suatu anugerah dan keagungan dari Sang Pencipta. Selain
itu dalam puisi ini juga mengandung citraan-citraan yang akan memberikan pembaca
pemahaman yang utuh mengenai keagungan seorang perempuan.

Anda mungkin juga menyukai