Anda di halaman 1dari 27

KEPEMIMPINAN TOKOH HISYAM DAN UMAR DALAM KUMPULAN

CERPEN RIJĀLULLAH KARYA NAJIB KILĀNI


(TEORI STRUKTURALISME SASTRA)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Mata Kuliah Seminar Proposal


Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh:

ALMIRA RAHMA SIWI

NIM B0519006

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengarang menciptakan karya menggunakan bahasa yang indah dengan
meluapkan emosi, imajinasi, menggambarkan isi hati yang bersifat komunikatif dan
memiliki kohesi serta koherensi (Sehandi, 2014). Menurut Thaha Husein, adab
merupakan kata derivatif (isytiqaq) dari kata al-adbu yang berarti undangan ke pesta.
Menurut Nalino, al-adbu berarti tradisi. Bentuk jamak dari adbun adalah ad’āb (‫)أدآب‬,
setelah mengalami morfemis (I’lal) berubah menjadi ādāb, maka orang Arab lupa
asal mula bentuk mufrad-nya, yaitu al-adbu (Husein, tt:22).

Sastra Arab menurut objeknya dibagi menjadi dua, yaitu 1) sastra kreatif ( ‫أدب‬
‫ )انشائى‬adalah karya sastra yang diciptakan melalui cara meniru dan menggambarkan
alam semesta, kemudian pegarang menuangkan ide tersebut dalam tulisan atau lisan
sesuai objek yang ditangkap (Muzakki, 2018: 38). 2) Sastra deskriptif (‫)أدب وصفى‬
adalah bahasa seorang sastrawan untuk memperlihatkan pendapat pribadi melalui
penjelasan atau kritikan terhadap hasil karya sastra deskriptif (Muzakki, 2018: 63).
Sastra kreatif menurut cara memperolehnya dibagi menjadi dua genre, yaitu puisi
atau syair (‫ )شعر‬dan prosa (‫)نثر‬.

Prosa merupakan kata-kata yang tidak terikat dengan wazan maupun qofiyah
(Inani, 1992:21). Prosa merupakan karya sastra yang memiliki tokoh, deretan
peristiwa, dan unsur fiktif (Muzakki, 2018: 60). Menurut Syauqi Dhaif dibagi
menjadi dua, yaitu prosa biasa (al-natsr al-‘adi) adalah prosa yang sering digunakan
dalam bahasa komunikasi yang tidak memiliki nilai sastra kecuali matsal dan hikmah
yang sudah berlaku dalam masyarakat. Prosa yang diciptakan oleh sastrawan adalah
prosa yang memiliki bahasa estetik dan mengandung unsur balaghah (Muzakki,
2018: 62). Prosa diperoleh melalui tulisan dan ungkapan lisan, seperti khathabah

1
(retorika), tarassul (korespodensi), ihtijaj (argumentasi), riwāyah (novel), qisshash
(cerita), dan lain sebagainya (Muzakki, 2018: 63).

Cerpen atau cerita pendek dalam bahasa Arab ialah qishah qashīrah dan dalam
bahasa Inggris ialah short story. Sastrawan Amerika Edgan Allan Poe menjelaskan
cerpen ialah sebuah cerita yang selesai dibaca sekali duduk dengan kisaran waktu
setengah sampai dua jam (Nurgiyantoro, 2013: 12). Cerpen dapat menjadi media
komunikasi antara sastrawan dan pembaca menggunakan bahasa yang mengandung
makna yang ingin disampaikan dengan memakai kode atau tanda yang berhubungan
dengan kehidupan sosial manusia. Cerita pendek dapat dikategorikan menjadi tiga
jenis, yaitu cerita pendek biasa, cerita pendek yang panjang (long short story) dan
cerita pendek yang pendek (short-short story) (Sumardjo, 1997: 30-31).

Cerpen dikategorikan pendek karena genre ini hanya mempunyai pengaruh


tunggal, watak, alur dan latar yang terbatas, tidak bervariasi dan tidak kompleks
(Kāmil, 2009: 44). Teks tersebut memiliki jumlah kata yang tercantum dengan
maksimal 20.000 (Hari, 2013: 2). Cerita tersebut memiliki empat unsur didalamnya,
yaitu tempat, waktu dan peristiwa. Ciri lainnya, yaitu memiliki bahasa yang indah,
mudah dipahami, sesuai kaidah bahasa, imajinasi dan judulnya menarik (Hari, 2013:
2).

Salah satu cerpen yang populer ialah fiksi sejarah. Sebuah cerpen yang
menceritakan mengenai peristiwa yang terjadi pada zaman dahulu yang berdasarkan
fakta dan ditambahkan dengan imajinasi penulis. Cerpen ini berbeda dengan sejarah
itu sendiri. Sejarah menghendaki untuk menceritakan masa lalu yang sebenarnya
secara fakta, berurutan waktu dan peristiwanya dan tanpa mengurangi atau
menambah apapun sedangkan cerpen sejarah ialah cerita yang tidak lagi murni dan
telah ditambahkan imajinasi oleh pengarang sehingga pembaca dapat menyelami
keadaan yang sedang terjadi berdasarkan imajinasi yang telah digambarkan oleh
penulis. (Novita, 2012: 53)

2
Kumpulan cerpen Rijālullah berarti laki-laki Allah. Cerpen tersebut terdiri dari
delapan judul cerpen yang ada di dalamnya, yaitu Rijālullah (laki-laki Allah), Ibnu
Sabīl, Abū Khaiṡamah (Abu Khaitsamah), al-Imam al-A’ẓam (Sang Imam Agung),
Rajul fī al-Manfā (Lelaki di Pengasingan), ‘Alā Abwāb Dimasyqa (di Depan Gerbang
Damaskus), al-Ḥurrayyah al-Mauhūmah (Kebebasan yang Semu) dan Dumū’I al-
Amīr (Air Mata Sang Gubernur). Secara keseluruhan didalamnya mengangkat sebuah
kisah mengenai sejarah sahabat Nabi Muhammad atau orang-orang yang hidup pada
masa Nabi Muhammad sampai masa Bani Umayyah serta berisi mengenai dakwah,
jihad, kebijaksanaan dan kesederhanaan hidup.

Peneliti mengambil dua cerpen untuk diteliti, yaitu Ibnu Sabīl dan Dumū’I al-
Amīr. Judul Ibnu Sabīl berisi mengenai seorang penyair yang bernama Jarir sedang
mencoba menarik perhatian gubernur baru Madinah masa Umayyah dalam periode
khalifah Alwalid bin Abdul Malik, yaitu Umar bin Abdul Aziz dengan memujinya
menggunakan syair-syairnya agar mendapatkan hadiah dari sang khalifah. Umar
terkenal akan kebijaksanaan, kesederhanaan dan keadilan. Gambaran tersebut terlihat
ketika masuk ke istana, yaitu penjaga dan pelayan yang sedikit, tidak ada musik dan
nyanyian dan banyak alim ulama di dalamnya. Dia juga tidak suka kalimat yang
mengandung kebohongan dan memberikan hak rakyat yang membutuhkan.

Dumū’I al-Amīr berisi mengenai seorang pemimpin Madinah pada masa


Umayyah dalam periode khalifah Abdul Malik yang bernama Hisyam bin Ali Al-
Makzhumi yang tidak bisa memejamkan matanya untuk tidur. Padahal Hisyam
tinggal di istana yang megah dan memberikan titah hanya dengan mengucapkan satu
kata untuk memerintah hamba sahaya. Dalam mimpinya terbayang-bayang orang-
orang yang pernah dia hina dan siksa yaitu dari kalangan budak dan ahlul bait. Dia
juga gelisah dan sedih, ketika khalifah baru menjabat, yaitu Al Walid bin Abdul
Malik ingin memecatnya dan menggantikannya dengan Umar bin Abdul Aziz
sedangkan secara loyalitas tak perlu dipertanyakan. Terbukti dari tindakan semena-
mena yang diperbuat untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada dan melakukan

3
segala cara untuk memberantas perlawanan rakyat terhadap penguasa untuk
memperoleh kepuasan dari penguasa yang ada diatasnya. Akhirnya Hisyam dijatuhi
hukuman qishash oleh khalifah karena perbuatannya telah merugikan rakyat dan
tidak terpuji.

Selain itu, berdasarkan paparan dari dua topik diatas ditemukan permasalahan
mengenai perbedaan kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua gubernur dan gaya
atau jenis kepemimpinan yang diterapkan pun berbeda untuk rakyat mereka yang
menghasilkan perbedaan yang cukup signifikan yang tercantum dalam perilaku, kata,
kalimat dalam cerpen. Pada dua topik yang diangkat sama-sama memperlihatkan
kepemimpinan seorang gubernur Madinah yang berusaha mempertahankan
kedudukan yang diberikan oleh khalifah.

Setiap manusia berhak menjadi pemimpin, yaitu dengan memimpin diri sendiri
sebelum memimpin orang lain. Kepemimpinan berarti proses memengaruhi orang
lain untuk menentukan tujuan dalam organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
memperoleh tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya
(Widjajakusuma dan Ismail, 2002: 78). Dalam kepemimpinan diperlukan pemimpin
untuk mengatur atau mengoordinasi setiap orang untuk mencapai tujuan yang sama
dan mempertanggungjawabkan setiap tindakan atau langkah yang diambil serta
gambaran dari perilaku. Tugas utamanya ialah menginspirasi pengikutnya agar dapat
berkomitmen kepadanya. Komitmen tersebut berupa mengutamakan kepentingan
orang banyak terlebih dahulu daripada kepentingan pribadi atau individu (Usman,
2021: 3).

Najīb al-Kilānī adalah salah satu novelis besar yang berasal dari Mesir. Sastrawan
dengan nama lengkap Najīb bin Ibrāhīm bin ‘Abdul Latif al-Kīlānī ini dilahirkan
pada tanggal 1 Juni 1931 M, di desa Syarsyabah, Provinsi al-Gharbiyah yang terletak
di bagian barat Mesir dan Najib merupakan anak tertua dari keluarga petani (al-
‘Arīnī, 1409 H:11). Pendidikan Najib al-Kailani, sebagaimana kebanyakan anak-anak

4
di Mesir, dimulai di Kuttab, di mana ia belajar membaca dan menulis, dan
menghafalkan Al-Qur’an. Kemudian dia melanjutkan pelajaran ibtidaiyyah-nya di
Sinbath, dan Tsanawiyah-nya (5 tahun, setingkat dengan SLTP-SLTA) di Thantha
dan tahun 1951, ia melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas Fuad I
(sekarang Universitas Kairo). Najib al-Kīlānī wafat pada tanggal 5 Syawal 1415 H.
bertepatan dengan 6 Maret 1995. Najīb termasuk sastrawan Arab penggagas Sastra
Islam (muslim) dan Teater Islam (Kamal, 2015).

Najīb al-Kilānī, seorang sastrawan yang dikenal sebagai penulis yang selalu
melahirkan karya bersumber pada proses pengalaman batin mengenai nilai-nilai
kemanusiaan, cinta, dan persaudaraan. Tulisan-tulisannya mengandung akan
peristiwa sosial dan religius. Dia salah satu penulis produktif yang juga aktif dalam
membela kaum marginal. Najib mayoritas menghasilkan karya fiksi dan mengambil
sejarah sebagai latar belakang ceritanya (Mohammad, 2008: 278-282). Najib menjadi
salah satu tokoh Islam yang berani berjuang dan menjunjung tinggi kebenaran
melalui karya-karya yang ditulisnya.

Pemilihan cerpen Ibnu Sabīl dan Dumū’I al-Amīr sebagai objek penelitian ini
karena dalam cerpen ini terkandung sejarah islam pada masa Daulah Umayyah dan
terdapat seorang pemimpin yang memimpin di wilayah yang sama, tetapi dalam
waktu yang berdekatan yang membuat seluruh tindakan-tindakannya diperhatikan
oleh rakyatnya serta terdapat data-data yang berasal dari frasa, kata, kalimat yang
terdapat dalam cerpen mengenai bagaimana kepemimpinan Hisyam dan Umar
menggunakan teori kepemimpinan. Selain itu al-Kilānī adalah salah satu orang yang
memantapkan dasar-dasar kokoh terhadap sastra Islam, baik dalam penulisan Novel
Islami atau buku lain yang membahasa tentang sastra Islam dalam bidang naratif
berupa novel dan cerpen (Derajat, 2020).

Dari pengamatan yang telah dilakukan dari berbagai sumber, belum ditemukan
sebuah penelitian yang membahas Perbedaan Kepemimpinan Tokoh Hisyam dan

5
Umar Dalam Kumpulan Cerpen Rijālullah Karya Najib Kailānī, tetapi terdapat
penelitian yang membahas topik yang sama dengan teori yang berbeda:

Pertama, Skripsi Ayyin Almilah (2009). Qishash Qashirah Dumū’i al-amīr


karya najīb kailānī (Dirāsah TaḤlīliyyah Dākhaliyyah). Jurusan Bahasa Dan Sastra
Arab, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Penelitiannya mengangkat
masalah mengenai apa saja unsur-unsur intrinsik yang ada di dalamnya menggunakan
teori stuktural dan mengapa Najib Kailani suka menulis cerpen dengan metode
pendekatan: mengumpulkan bahan-bahan langsung yang diteruskan tanpa
mengubahnya dan tidak langsung menulis atau mengutip pendapat orang lain dan
kritik beberapa tindakan serta menggunakan dua metode analisis isi dan struktur.

Kedua, Skripsi Marisa Sekar Safitri. (2017) yang berjudul Karakteristik


Kepemimpinan Yang Tercermin Pada Tokoh Utama Dalam Film Gokusen The Movie
Karya Satou Touya dari Program Studi S-1 Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro. Penelitian tersebut membahas mengenai menjelaskan unsur
struktur dalam film Gokusen The Movie dan karakteristik kepemimpinan yang
tercermin pada tokoh utama dalam film Gokusen The Movie. Penelitian ini berusaha
menjelaskan bahwa tokoh Yankumi dalam film Gokusen The Movie memiliki
karakteristik kepemimpinan yang terdapat dalam dirinya. Penelitian ini berfokus pada
analisis karakteristik kepemimpinan pada tokoh utama dalam film Gokusen The
Movie dengan menggunakan teori karakter kepemimpinan Maxwell meliputi karakter,
karisma dan komitmen. Penelitian ini menggunakan motode struktur, kemudian
dilanjutkan dengan metode pengumpulan data studi pustaka, metode klasifikasi data
unsur struktur dan unsur kepemimpinan serta diakhiri dengan metode penyajian hasil
data secara deskriptif analisis. Berdasarkan hasil penelitian dari Film Gokusen The
Movie adalah Yankumi mencerminkan seorang pemimpin ideal dan berkualitas yang
telah dibuktikan dengan adanya delapan belas karakter kepemimpinan yang
diceritakan dalam film tersebut.

6
Ketiga, Skripsi Khoirul Fitroh (2018) yang berjudul Karakter Kepemimpinan
Dalam Novel 5 Cm Karya Donny Dhirgantoro dan Relevansinya yang berasal dari
Pendidikan Islam pada Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah
Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Penelitian ini
berisi menjelaskan karakter kepemimpinan dalam novel 5 cm karya Donny
Dhirgantoro dan menjelaskan relevansi karakter kepemimpinan dalam novel 5 cm
karya Donny Dhirgantoro dengan tujuan Pendidikan Islam. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deduktif dan induktif. Jenis penelitian ini adalah pustaka
(library reseach). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
menggunakan metode dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan metode
deskriptif dan induktif. Dari penelitian tentang karakter kepemimpinan dalam novel 5
cm karya Donny Dhirgantoro diperoleh hasil sebagai berikut. Pertama, dalam novel 5
cm karya Donny Dhirgantoro terdapat tujuh karakter kepemimpinan, yaitu religius,
jujur, kerja keras, kreatif, bertanggung jawab, bersahabat, dan cinta tanah air. Kedua,
relevansi karakter kepemimpinan dalam novel 5 cm dengan tujuan pendidikan Islam
yaitu karakter kerja keras relevan dengan aspek pendidikan jasmani, karakter kreatif
relevan dengan aspek pendidikan akal, karakter religius, jujur, cinta tanah air,
bersahabat, dan tanggung jawab relevan dengan aspek pendidikan akhlak. Metodenya
menggunakan metode kulitatif dan kepustakaan serta menggunakan teori karakter
(lingkungan dan bawaan).

Keempat, Artikel Rahmawati Ardila (2018) dengan judul Gaya Kepemimpinan


Dalam Novel Sang Guru Karya Kahlil Gibran berasal Fakultas Pertanian,Universitas
Islam Madura. Penelitian ini mengkaji tentang Gaya Kepemimpinan dalam Novel
Sang Guru Karya Kahlil Gibran merupakan pengetahuan tentang sifat dan
perkembangan masyarakat dari mengenai karya sastra para kritikus dan sejarawan
yang terutama mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi oleh status lapisan
masyarakat tempat ia berasal, ideologi politik dan sosialnya, kondisi ekonomi serta
khalayak yang ditujunya. Dengan pendekatan sosiologi sastra, peneliti hendak

7
melihat sejauh mana karya sastra itu memiliki gaya kepemimpinan. Adapun kategori
gaya kepemimpinan (1) Supportive Leadership, misalnya: perilaku tokoh sang guru
yang selalu memberi motivasi kepada sang murid, bersikap ramah terhadap sang
murid, memberi contoh yang baik, menjadikan dirinya sebagai teladan. (2)
Participate Leadership. Adanya keterlibatan sang guru secara aktif dalam
mengupayakan kesuksesan sang murid, ikut memecahkan masalah yang dihadapi
sang murid, tidak apatis dalam menyikapi respon balik sang murid. Tekniknya
menggunakan kajian pustaka dan metodenya pendekatan penelitian kualitatif.

Berdasarkan dari penelusuran dari tinjauan pustaka di atas, penelitian dalam


bentuk skripsi, tesis, ataupun jurnal yang mengambil objek mengenai kepemimpinan
yang telah terbit. Dengan demikian, belum ditemukannya penelitian mengenai
perbedaan kepemimpinan dan aspek kepemimpinan tokoh dalam cerpen dan dibahas
menggunakan teori kepemimpinan serta cerpen Rijālullah Karya Najib Kailānī jarang
ditemui sampai penilitian ini ditulis. Oleh karena itu memberi peluang kepada peneliti
untuk mengkaji cerpen Rijālullah Karya Najib Kilānī menggunakan teori
kepemimpinan menggunakan pendekatan strukturalisme (tokoh).

Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah berkonstribusi memberikan


pengembangan wacana terkait kepemimpinan dalam cerpen. Sumbangsih dari
penelitian ini adalah pembongkaran ideologi dari kepemimpinan history dalam
cerpen. Terutama pada pembongkaran perbedaan kepemimpinan tokoh cerpen
menggunakan teori kepemimpinan memberikan pemahaman baru, yang mana teori
kepemimpinan jarang digunakan dalam sastra. Hal ini diharapkan memberi motivasi
terhadap peneliti-peneliti lainnya dalam pengembangan kekerasan menggunakan teori
yang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek kepemimpinan tokoh Hisyam dan Umar bin Abdul Aziz
digambarkan dalam Cerpen Rijālullah Karya Najib Kilānī?

8
2. Bagaimanakah gaya kepemimpinan Hisyam dan Umar bin Abdul Aziz
dalam Cerpen Rijālullah Karya Najib Kilānī?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan aspek kepemimpinan tokoh Hisyam dan Umar bin
Abdul Aziz digambarkan dalam Cerpen Rijālullah Karya Najib Kilānī.
2. Mendeskripsikan gaya kepemimpinan Hisyam dan Umar bin Abdul Aziz
dalam Cerpen Rijālullah Karya Najib Kilānī.
D. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan kajian penelitian ini, maka permasalahan yang akan
diteliti perlu dibatasi sehingga lebih terarah dan jelas hal-hal yang diteliti.
Kajian penelitian ini hanya memfokuskan pada.aspek dan tipe
kepemimpinan tokoh Hisyam dan Umar bin Abdul Aziz dalam Cerpen
Rijālullah Karya Najib Kilānī.
E. Landasan Teori
1. Teori Struktural
Teori yang menekankan unsur pembentuk prosa, yaitu:
a. Tema
Tema atau inti atau dasar cerita berisi pokok permasalahan yang
mendominasi sebuah karya prosa dari awal sampai akhir. Tema dasar
yang dikemukan oleh pengarang dalam membuat cerita secara
langsung ataupun tidak langsung (Sehandi, 2014: 55).
b. Tokoh
Abram (1999: 32-33), tokoh cerita (character) ialah orang-orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif atau pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam Tindakan. Tokoh
dibagi menjadi beberapa macam, yaitu tokoh antagonis, protagonist,
utama, tambahan, statis, berkembang, bulat dan lain sebagainya.
c. Penokohan

9
Penokohan ialah watak, perwatakan, karakter dengan menunjuk pada
sifat dan sikap para tokoh yang ditafsirkan oleh pembaca yang merujuk
kepada kualitas pribadi seorang tokoh. Jones (1968: 33) Penokohan
merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita.

d. Alur
Plot atau jalan cerita berisi urutan cerita yang bersambung-sambung
dalam sebuah cerita berdasarkan sebab akibat. Alur terdiri dari tiga
macam, yaitu alur maju, mundur dan campuran dan menurut
Suharianto dalam Dasar-dasar Teori Sastra (1982: 28-29) alur terdiri
dari lima, yaitu pendahuluan, penggawatan, penanjakan, klimaks dan
peleraian (Sehandi, 2014: 56).
e. Latar
Latar ialah gambaran mengenai tempat dan waktu serta segala situasi
di tempat terjadinya sebuah peristiwa (Mido, 1994: 51). Latar ruang
dan waktu berhubungan dengan tokoh cerita dan latar yang baik selalu
membantu elemen-elemen yang lain dalam cerita (Sehandi, 2014: 56).
f. Teknik Penceritaan
Teknik penceritaan ialah penempatan posisi diri pengarang dalam
menjelaskan cerita atau dari mana pengarang melihat peristiwa-
peristiwa yang terdapat dalam keseluruhan cerita itu. Teknik
penceritaan dibagi menjadi tiga, yaitu pengarang sebagai tokoh utama,
sampingan dan orang ketiga (Sehandi, 2014: 57).
g. Gaya Bahasa
Gaya bahasa ialah cara pengarang memilih dan menggunakan kata dan
ungkapan dalam eritanya sehingga menimbulkan efek imajinasi dan
menggugah hati pembaca yang menggunakan bahasa yang indah,
inovatif, kreatif, khas dan menyegarkan (Sehandi, 2014: 57).

10
2. Teori Cerpen
Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk,
kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam, suatu hal yang kiranya
tidak mungkin dilakukan dalam sebuah novel (Poe dalam Burhan,
2012:10). Cerpen, sesuai dengan namanya adalah cerita yang pendek.
Panjang cerpen itu sendiri bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short
short story), ada yang panjangnya cukupan (midle short story), serta ada
cerpen yang panjang (long short story) (Burhan, 2012:10). cerpen adalah
fiksi pendek yang selesai dibaca dalam sekali duduk‟.
Cerpen dibangun oleh unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik, seperti
unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar, sudut pandang. Karena bentuknya
yang pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas, tidak
sampai pada detail-detail khusus yang “kurang penting” yang lebih
bersifat memperpanjang cerita. Kelebihan cerpen yang khas adalah
kemampuannya mengemukakan secara lebih banyak. Jadi, secara implisit
dari sekedar apa yang diceritakan. (Burhan, 2012:11).
Cerpen haruslah berbentuk padat, di dalamnya pengarang menciptakan
karakter-karakter, semesta mereka, dan tidakan-tindakannya sekaligus
secara bersamaan (Stanton, 2012:76). Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa cerpen adalah cerita yang selesai dibaca dalam sekali
duduk, cerpen dibentuk oleh unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Cerita
pendek hanya memiliki satu arti, satu krisis dan satu efek untuk
pembacanya, sehingga bertujuan menghasilkan kesan kuat yang di
dalamnya terdapat dialek antarpelaku.
3. Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) berasal dari kata memimpin (lead). Lead
berasal dari bahasa Anglo Saxon yang berarti pemimpin kapal (nahkoda)
harus mampu mengarahkan kapal sebagai wadah organisasi dan

11
mengarahkan awak kapal sebagai pengikut (bawahan) untuk mencapai
tujuan bersama yang telah ditetapkan (Usman, 2019:140).
Menurut Robbins dalam Nawawi (2003) kepemimpinan adalah
kemampuan memengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian tujuan.
Dalam buku yang sama Owen mengemukakan bahwa kepemimpinan
merupakan suatu interaksi antar suatu pihak yang memimpin dengan
pihak yang dipimpin. Ada pula yang mengartikan “kepemimpinan
merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar
bersedia dan memiliki tanggung jawab total terhadap usaha mencapai atau
melampaui tujuan organisasi” (Goetsch dan Davis, 1994).
GR Terry menjelaskan beberapa teori kepemimpinan, yaitu teori-teori
sendiri ditambah dengan teori penulis lain, yaitu:
a. Teori Otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah,
paksaan, dan tindakan-tindakan yang arbitrer (sebagai wasit). la
melakukan pengawasan yang ketat, agar semua pekerjaan berlangsung
secara efisien. Ciri-ciri khasnya ialah: Dia memberikan perintah-
perintah yang dipaksakan, dan harus dipatuhi. Dia menentukan
policies/kebijakan untuk semua pihak, tanpa berkonsultasi dengan para
anggota. (Kartono, 2013: 72).
b. Teori Suportif
Para pengikut harus berusaha sekuat mungkin, dan bekerja dengan
penuh gairah, sedang pemimpin akan membimbing dengan sebaik-
baiknya melalui kegiatan tertentu. Untuk maksud ini pemimpin perlu
menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan, dan bisa
membantu mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk
melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, sanggup bekerja sama
dengan pihak lain mau mengembangkan bakat dan keterampilannya

12
dan menyadari benar keinginan sendiri untuk maju. (Kartono, 2013:
75)
c. Teori Sifat Orang-orang Besar (Traits of Great Men)
Teorinya berisi pandangan atau pendapat yang mengatakan bahwa
efektivitas seorang pemimpin banyak ditentukan oleh sifat-sifat atau
karakter yang dimiliki oleh pemimpin tersebut. Usaha-usaha telah
banyak dilakukan orang untuk mengidentifikasikan sifat-sifat unggul
dan kualitas superior serta unik, yang diharapkan ada pada seorang
pemimpin, untuk meramalkan kesuksesan kepemimpinannya. Ada
beberapa ciri-ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan
dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki inteligensi tinggi,
banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan emosional, memiliki daya
persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki kepercayaan diri,
peka, kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang tinggi, dan lain-
lain. (Kartono, 2013: 77). Karakteristiknya ialah
1) Inteligensia
Ralph Stogdill (1992) mengemukakan bahwa para pemimpin lebih
pintar dari pengikut-pengikutnya. Perbedaan inteligensia yang ekstrim
antara pemimpin dan pengikut yang dapat menimbulkan gangguan.
Sebagai contoh, seorang pemimpin dengan IQ yang cukup tinggi
berusaha untuk mempengaruhi suatu kelompok yang anggotanya
memiliki IQ rata-rata kemungkinan tidak akan mengerti mengapa
anggota-anggotanya tidak memahami persoalannya, seperti banyak
inisiatif, energik, punya kedewasaan emosional, memiliki daya
persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki kepercayaan diri,
peka kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang tinggi dan
seterusnya. MacGilhrist (2004) yang mengembangkan sembilan
kecerdasan kepemimpinan pendidikan, yaitu kecerdasan etika,
spiritual. kontekstual, operasional, emosional, kolegial, reflektif,

13
pedagogis dan sistematis (Usman, 2019: 51). pertimbangan, ketegasan
mengambil keputusan, pengetahuan dan kefasihan berbicara.
2) Kepribadian
Beberapa hasil penelitian menyiratkan bahwa sifat kepribadian seperti
kesiagaan, keaslian, integritas pribadi, keyakinan dan percaya diri
dihubungkan dengan kepemimpinan yang efektif. Kepribadian yang
lain ialah kematangan mental: kematangan yang bisa dilihat pada
kestabilan emosional, tidak mudah tersinggung dan cepat marah, Sifat
ingin tahu, berfikir kreatif dan inovatif, kemampuan analitis: mampu
menganalisa gejala-gejala informasi yang ada, integratif, kepribadian
terpadu dan tidak terombang-ambing (plin-plan) oleh pihak manapun,
keterampilan: berkomunikasi, mampu berkomunikasi dengan pihak
kedua, rasional dan obyektif, pemikiran sehat; tidak pilih kasih dan
tidak emosional, kesederhanaan: menampilkan kesederhanaan dan
bekerja secara efisiensi, sifat keberanian: memiliki keberanian dalam
mengambil keputusan yang adil (Undap, 1989:29). Hal ini mencakup
kemampuan beradaptasi, kesiagaan, kreativitas, integritas pribadi,
kepercayaan diri, kontrol dan keseimbangan emosi, mandiri (tidak
konformis).
3) Karakteristik fisik
Studi mengenai hubungan antara kepemimpinan yang efektif dan
karakteristik fisik seperti usia, tinggi badan, berat badan dan
penampilan memberikan hasil-hasil yang bertolak belakang (Rivai,
2007: 11-12). Stogdill (dalam Smyth, 1989; Watkins, 1992; dan
Dunford, 1995) menyebutkan karakteristik fisik pemimpin mencakup
antara lain: usia dan penampilan, memiliki dorongan berprestasi,
terkait dengan kepemimpinan yang efektif.
d. Teori Humanistik/Populastik Fungsi

14
Kepemimpinan menurut teori ini ialah merealisir kebebasan manusia
dan memenuhi segenap kebutuhan insani, yang dicapai melalui
interaksi pemimpin dengan rakyat. Untuk melakukan hal ini perlu
adanya organisasi yang baik dan pemimpin yang baik, yang mau
memperhatikan kepentingan dan kebutuhan rakyat (Kartono, 2013:
79).
e. Teori Situasi
Teori ini menjelaskan, bahwa harus terdapat daya penting yang tinggi
atau luwes pada pemimpin untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan
situasi, lingkungan sekitar dan zamannya. Faktor lingkungan itu harus
dijadikan tantangan untuk diatasi, maka pemimpin itu harus mampu
menyelesaikan masalah masalah aktual. (Kartono, 2013: 78).
f. Teori Kelakuan Pribadi
Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas
pribadi atau pola-pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini
menyatakan, bahwa seorang pemimpin itu selalu berkelakuan kurang
lebih sama, yaitu ia tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik
sama dalam setiap situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, dia harus
mampu bersikap fleksibel, luwes, bijaksana, "tahu gelagat", dan
mempunyai daya insting yang tinggi karena dia harus mampu
mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk sesuatu masalah
(Kartono, 2013: 78).
g. Teori Laissez Faire
Kepemimpinan laissez faire ditampilkan oleh seorang yang seolah-
olah menjadi "ketua dewan" yang sebenarnya tidak mampu mengurus
dan menyerahkan semua tanggung jawabnya pekerjaannya kepada
bawahan atau kepada semua anggotanya. Dia adalah seorang "ketua"
yang menjadi simbol, dengan berbagai macam hiasan atau ornamen
yang menghiasinya. (Kartono, 2013: 74)

15
h. Teori Sosiologis
Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan
antar-relasi dalam organisasi; dan sebagai usaha untuk menyelesaikan
setiap konflik organisatoris antara para pengikutnya, agar tercapai
kerja sama yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan, dengan
menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir.
Selanjutnya juga mengidentifikasi tujuan, dan memberikan petunjuk
yang diperlukan bagi para pengikut untuk melakukan setiap tindakan
yang berkaitan dengan kepentingan kelompoknya. (Kartono, 2013: 74)
Jadi, Peneliti dalam membahas masalah akan menggunakan teori
otokratis dan sifat.
4. Gaya Kepemimpinan
Menurut Siagian dalam (Erlangga, 2017) bahwa “Gaya kepemimpinan
seseorang adalah identik dengan tipe kepemimpinan orang bersangkutan.
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan,
tempramen, watak, dan kepribadian tersendiri yang unik dan khas, hingga
tingkah laku dan gaya yang membedakan dirinya dengan orang lain.
a. Tipe Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Otokrat berasal dari perkataan autos = sendiri, dan kratos = kekuasaan,
kekuatan. Jadi otokrat berarti: penguasa absolut. Kepemimpinan
otokratis itu mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang
mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai
pemain tunggal pada a one-man show Dia berambisi sekali untuk
merajai situasi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa
berkonsultasi dengan bawahannya. Selanjutnya, pemimpin selalu
berdiri jauh dari anggota kelompoknya jadi ada sikap menyisihkan diri
dan eksklusivisme. Pemimpin otokratis itu senantiasa ingin berkuasa
absolut, tunggal, dan merajai keadaan. Dia itu semisal sebuah sistem
pemanasan kuno yang memberikan panasnya tanpa melihat dan

16
mempertimbangkan iklim emosional anak buah dan lingkungannya
(Kartono, 2013: 83).
Menurut Dwiwibawa (2012: 14) Pemimpin yang bertipe
otokrasi adalah tipe seorang pemimpin yang sombong. Seorang
pemimpin tipe ini akan mencampuradukan antara kepentingan pribadi
dan organisasi. Ia juga akan melakukan segala cara, yang penting
tujuannya tercapai. Dalam menjalankan tugasnya, seorang autokrasi
akan, (a) Menuntut ketaatan penuh dari bawahan. (b) Bersikap kaku
dalam menegakkan disiplin, tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk
mengemukakan alasan atau argumen. (c) Bernada keras dalam
memberikan perintah atau intruksi. (d) Jika bawahan melakukan
kesalahan, pemimpin tipe ini cenderung menggunakan pendekatan
punitif atau memberi hukuman, dan (e) Selalu berprinsip menang-
kalah, pemimpin harus menang dan bawahan harus kalah.
b. Tipe Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang
berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya Dalam kepemimpinannya demokratis
seorang pemimpin lebih mengutamakan kepentingan bersama dari
pada kepentingan individu dan golongan, karena melibatkan bawahan
untuk mengambil keputusan. (Kartono, 2013: 83).
Kepemimpinan gaya demokratis berciri: (a) wewenang
pimpinan tidak mutlak (b) pimpinan bersedia melimpahkan sebagian
wewenang kepada bawahan (c) keputusan dibuat bersama pimpinan
dan bawahan (d) kebijaksanaan dibuat bersama antara pimpinan dan
bawahan (e) komunikasi berlangsung timbal balik, baik terjadi antara
pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan (f) pengawasan
terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan bawahan
dilakukan secara wajar (g) prakarsa dapat datang dari pimpinan atau

17
bawahan (h) banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan
saran, pertimbangan atau pendapat. (i) tugas-tugas kepada bawahan
diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada instruktif (j)
pujian dan kritik seimbang k) pimpinan mendorong prestasi sempurna
para bawahan dalam batas kemampuan masingmasing l) pimpinan
meminta kesetiaan para bawahan secara wajar m) pimpinan
memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak n) terdapat
suasana saling percaya, saling hormat menghormati dan saling harga
menghargai o) tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul
bersama pimpinan dan bawahan.
c. Tipe Administratif atau Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Sedangkan
para pemimpinnya terdiri dari teknokrat dan administratur-
administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Dengan demikian dapat dibangun sistem administrasi
dan birokrasi yang efisien untuk memerintah yaitu untuk memantapkan
integritas bangsa pada khususnya, dan usaha pembangunan pada
umumnya. Dengan kepemimpinan administratif ini diharapkan adanya
perkembangan teknis-yaitu teknologi, industri, manajemen modern dan
perkembangan sosial di tengah masyarakat (Kartono, 2013: 85).
d. Tipe Populistis
Profesor Peter Worsley dalam bukunya The Third World
mendefinisikan kepemimpinan populistis sebagai kepemimpinan yang
dapat membangunkan solidaritas rakyat. Kepemimpinan populistis ini
berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Juga
kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang-hutang
luar negeri (asing). Kepemimpinan jenis ini mengutamakan
penghidupan (kembali) nasionalisme (Kartono, 2013: 85).

18
e. Tipe Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak
memimpin dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat
semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam
kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus
dilakukan oleh bawahan sendin. Dia merupakan pemimpin simbol, dan
biasanya tidak memilik keterampilan teknis (Kartono, 2013: 84).
. f. Tipe Militeristis
Tipe ini sifatnya seperti kemiliter-militeran hanya gaya luaran saja
yang mencontoh gaya militer. Tetapi jika dilihat lebih sek sama, tipe
ini mirip sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter Hendaknya
dipahami, bahwa tipe kepemimpinan militeristis itu berbeda sekali
dengan kepemimpinan organisasi militer (seorang tokoh militer)
(Kartono, 2013: 82).
g. Tipe Paternalistis
Selanjutnya tipe kepemimpinan yang kebapakan. maternalistis jug
mirip dengan tipe yang paternalistis, hanya dengan perbedaan adanya
sikap over-protective atau terlalu melindungi yang lebih menonjol,
disertai kasih-sayang yang berlebih-lebihan (Kartono, 2013: 81-82).
h. Tipe Karismatis
Tipe pemimpin karismatis ini memiliki kekuatan energi, daya-tarik dan
perbawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-
pengawal yang bisa dipercaya. Sampai sekarang pun orang tidak
mengetahui benar sebab-sebabnya, mengapa seseorang itu memiliki
karisma begitu besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib
(supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman,
yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha kuasa (Kartono, 2013:
81).

19
Jadi, Peneliti dalam membahas masalah akan menggunakan tipe
kepemimpinan Otokratis dan Demokratis.
F. Data dan Sumber Data
Pertama, Data ialah sumber informasi untuk dianalisa. Data penelitian
sastra ialah sebuah informasi dalam bentuk verbal yaitu berwujud kata,
frasa, atau kalimat (Siswantoro, 2016:70) Berdasarkan sumbernya, data
penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data primer dan
data sekunder (Sandu Siyoto dan Ali Sodik, 2015: 67).
a. Data primer dalam suatu penelitian diperoleh langsung dari sumbernya
(Hardani dkk, 2020: 247). Data primer ini ialah berupa hasil dari
kajian dokumen dalam cerpen Rijālullah karya Najib Kilānī berupa
kata, kalimat atau kutipan teks atau dialog yang menunjukkan
perbedaan karakter kepemimpinan tokoh Hisyam dan Umar bin Abdul
Aziz serta aspek kepemimpinan tersebut dicerminkan dalam Cerpen
Rijālullah Karya Najib Kilānī.
b. Data sekunder diperoleh secara tidak langsung dari luar cerpen
(Hardani dkk, 2020 :247). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti buku, laporan, jurnal, dan lain-lain (Sandu Siyoto dan
Ali Sodik, 2015: 68).
Kedua, Sumber data ialah asal tempat mendapatkan data (Siswantoro,
2010: 70). Sumber data yang digunakan dalam penelitian diatas dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber
data sekunder.
a. Sumber data primer ialah sumber data yang pokok dan utama dalam
penelitian. Sumber data primer penelitian ini, ialah kumpulan cerpen
Rijālullah yang terdiri dari 118 halaman karya Najib Kilānī yang terbit
pada tahun 2014 oleh penerbit Dar Al-Sahoh.
b. Sumber data sekunder ialah sumber data pendukung setelah sumber
data primer. Dalam penelitian ini yang termasuk sumber data sekunder

20
ialah buku, jurnal, kamus Al-Munawwir, KBBI dan website yang
berhubungan mengenai pembahasan.
G. Metode dan Teknik Penelitian
1. Metode Penelitian
Kata 'metodologi' berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti
'teknik' atau 'prosedur'. Metodologi sendiri merujuk kepada alur pemikiran
umum atau menyeluruh (general logic) dan gagasan teoritis (theoretic
perspectives) suatu penelitian (J.R Raco, 2010: 1). Metode adalah cara teratur
yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI,
2016).
Metode penelitian diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang terencana,
terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun
teoritis (J.R Raco, 2010: 5). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
memakai metode deskriptif analisis, yaitu dengan menganalisis suatu karya
dan menggambarkan suatu gejala melalui bahasa (Winda dan Mulasih, 2019:
76).
Penerapan dalam penggunaan metode ini ialah dengan mendiskripsikan dan
menjelaskan tokoh pemimpin Hisyam bin Ali Al-Makhzumi dan Umar bin
Abdul Aziz melalui kalimat atau kata dalam kumpulan cerpen Rijāllah secara
sistematis. Peneliti membuat hipotesis mengenai masalah perbedaan karakter
kepemimpinan dan aspek kepemimpinan tokoh Hisyam dan Umar bin Abdul
Aziz dalam cerpen Rijālullah karya Najib Kailānī serta Bagaimanakah gaya
kepemimpinan tersebut dicerminkan dalam cerpen Rijālullah karya Najīb
Kilānī yang dihubungkan dengan teori kepemimpinan.
2. Teknik Penelitian

21
Skripsi ini menggunakan objek penelitian berupa kepemimpinan pada
masa Umar bin Abdul Aziz dengan Hisyam bin Ali Al-Makhzumi. Untuk
mendapatkan data yang objektif, maka pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik baca dan catat. Teknik baca dan catat adalah teknik yang
digunakan untuk mengungkap suatu masalah yang terdapat didalam suatu
bacaan. Teknik baca berarti membaca objek karya sastra secara berulang-
ulang sedangkan teknik catat adalah mencatat beberapa bentuk yang relevan
bagi penelitiannya penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2005:93).
Berdasarkan objek penelitian diatas maka Langkah-langkah yang digunakan
ialah:
1) Menentukan objek material yang akan digunakan untuk penelitian.
objek material yang digunakan ialah cerpen Rijālullah karya Najib
Kailānī.
2) Membaca dan memahami isi teks cerpen Rijālullah karya Najib
Kailānī.
3) Menentukan objek formal yang akan diteliti dengan memahami unsur
pembangun teks novel mengenai kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz
dan Hisyam bin Ali Al-Makhzumi dalam perbedaan aspek
kepemimpinan yang terjadi didalamnya.
4) Menemukan masalah mengenai perbedaan kepemimpinan yang terjadi
didalamnya.yang terjadi di cerpen.
5) Menganalisis dan mengidentifikasi perbedaan kepemimpinan yang
terjadi didalamnya.yang terjadi saat kepemimpian Umar bin Abdul
Aziz dan Hisyam bin Ali Al-Makhzumi.
6) Membuat kesimpulan tentang kepemimpinan tokoh Umar bin Abdul
Aziz dan Hisyam bin Ali Al-Makhzumi dalam dampak kepimpinannya
untuk masyarakat Mesir dan ketimpangan sosial yang terjadi
didalamnya.
H. Sistematika Penyajian

22
Supaya menyajikan sebuah pembahasan yang jelas dan
berkesinambungan antara setiap bab, maka sistematika penulisan penelitian
yaitu;
Bab I Pendahuluan meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Pembatasan Masalah, Landasan Teori, Data dan
Sumber Data, Metode dan Teknik Penelitian, serta Sistematika Penyajian.
Bab II Pembahasan meliputi pembahasan mengenai a) jenis
kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz dan Hasyim Al-Makhzumi berdasarkan
teori kepemimpinan: Teori Otokratis dan Teori Sifat. b) Aspek kepemimpinan
Umar bin Abdul Aziz dan Hasyim Al-Makhzumi: Tipe Otokrasi dan Tipe
Demokrasi.
Bab III Pembahasan terakhir berupa penutup meliputi kesimpulan
hasil analisis dan saran yang membangun dari hasil penelitian yang dicapai
serta pengembangan untuk penelitian selanjutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA
Abram, M.H. 1999. A Glossary of Literary Terms. Boston, Massachusetts: Heinle &
Heinle.
Al-‘Arīnī, Abdullah bin Shalih. 1409 H. Al-Ittijāh al-Islāmiy fi A’mal Najīb al-Kīlānī
Qasasiyyah. Makkah: Jami’ah al-Imam Muhammad Ibnu Sa’ud al-
Islamiyyah.
Almilah, Ainu. 2009. Qishash Qashirah Dumū’i al-Amīr karya najīb kailānī
(Dirāsah TaḤlīliyyah Dākhaliyyah). Jurusan Bahasa dan Sastra Arab,
Fakultas Seni Rupa, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Amri, Siti Hardiyanti. 2017. Hasrat Nadjib Al Kailani melalui Cerpen Abu Ma’Zi,
Calon Pengantin Yang Sia-Sia, dan Tragedi Berdarah di Damsyik. Jurnal al-
Tsaqafa Vol. 14, No. 02.
Andy PP Undap. 1989. Pengaruh gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap
Penampilan Kerja Guru SPG di Manado dan Minahasa. Tesis PPS IKIP
Bandung: tidak diterbitkan.
Ardila, Rahmawati. 2018. Gaya Kepemimpinan Dalam Novel Sang Guru Karya
Kahlil Gibran. Jurnal Pemikiran, Penelitian Pendidikan dan Sains. Vol. 6, No.
1.
Derajat, Anna Zakiyyah. 2020. Najib al-Kilani: Seorang Pelopor Sastra Islam.
https://sastraarab.com/2020/10/04/najib-al-kilani-seorang-pelopor-sastra-
islam/. Diakses 4 November 2022, 17.40 wib.
Dunford, Richard W. (1995). Organisational Behaviour: An Organisational Analysis
Perspective. Sydney: Addison-Wesley Publishing Company.
Dwiwibawa. F. Rudy dan Riyanto. 2008. Siap Jadi Pemimpin? Latihan Dasar
Kepemimpinan. Kanisius: Yogyakarta.
Erlangga, C. Y. (2017). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Motivasi Dan Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Ombudsman Republik Indonesia),
VIII(Oktober). Retrieved from
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom/article/view/2530.
Hardani dkk. 2020. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
Ilmu.
Heri, E. 2013. Menggagas Sebuah Cerpen. Semarang: Alprin.

24
Husein al-Hajj Hasan. 1990. Adab al-‘Arab fi ‘Ashr al-Jahiliyah. Beirut: tp.
Jones, Edward H. 1968. Outlines of Literature: Short Stories, Novels, and Poems.
New York: The Macmillan Company.
Kamal, M.Syaiful. 2015. Analisis Strukturalisme Genetik Goldmann dalam Cerpen
‫ الجبابرة‬karya Najib Kailani. Program Studi Bahasa Dan Sastra Arab. Fakultas
Adab dan Ilmu Budaya. Universitas Islam Negeri Sunankalijaga Yogyakarta
Kamil, Sukron. 2009. Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. Jakarta: Rajawali
Pers.
Kartini, Kartono. 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Kartono, Kartini. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Kepemimpinan
Abnormal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Marfuah dan Ruzikna. 2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Terhadap
Loyalitas Karyawan (Studi Kasus Hotel Olgaria Pekanbaru). Jurnal Jom Fisip
Vol. 2, No. 2.
Mido, Frans. 1994. Cerita Rekaan dan Seluk-Beluknya. Ende Flores: Nusa Indah.
Mohammad, Herry, dkk. 2008. Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20.
Jakarta: Gema Insani.
Muzakki, Ahmad. 2018. Pengantar Teori Sastra Arab. Malang: UIN-Maliki Press.
Novita. Suci. 2021. Kajian Historiografi Terhadap Cerpen Sejarah Prri Karya
Soewardi Idris. Skripsi. Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Andalas, Padang.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Raco, J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya. Jakarta: PT Grasindo.

Rivai, Veithzal. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

25
Rohman, Saifur. 2021. Pembelajaran Cerpen. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rosdiana, Erika dan Dian Armanto. 2022. Kepemimpinan Kepala Sekolah Di Sekolah
Dasar Swasta Pengharapan-Patumbak, Deliserdang, Sumatera Utara. Jurnal
Guru Kita. Vol. 6, No.3.
Sekar Safitri, Marisa. 2017. Karakteristik Kepemimpinan Yang Tercermin Pada
Tokoh Utama Dalam Film Gokusen The Movie Karya Satou Touya. Skripsi.
Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro
Semarang.
Sehandi, Yohanes. 2014. Mengenal 25 Teori Sastra. Yogyakarta: Ombak.
Siyoto, Sandu dan M Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing.
Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: Pusat Pelajar.
Siswantoro. 2016. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Smyth, John. (Ed.). (1989). Critical Perspectives on Educational Leadership. London:
The Palmer Press.
Stanton, William J. 2012. Prinsip Pemasaran, Alih Bahasa: Yohanes Lamarto
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sumardjo, Jakob dan Saini KM. 1997. Apresiasi Kesustraan. Jakarta: Gramedia.
Suharianto, S. 1982. Dasar-dasar Teori dan Apresiasi Sastra. Surakarta: Widya Duta.
Usman, Husaini. 2019. Kepemimpinan Efektif Teori, Penelitian dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Veeramuthu, Saravanan P. 2019. Kepemimpinan Dalam Novel Perang Sangkil: Satu
Bacaan Pendekatan Pengurusan. Asian People Journal. Vol. 2, Issue 1.

26

Anda mungkin juga menyukai