Anda di halaman 1dari 35

* PEMERIKSAAN BTA

LEPRAE

MH. HADIANSYAH NOOR, SKM


* PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS

Adalah Pemeriksaan sediaan yang di


peroleh lewat irisan atau kerokan
kulit kecil (Skin Smear) pada kulit
yang kemudian diberi pewarnaan
tahan asam untuk melihat
Mycobacterium leprae
* TUJUAN
1. Membantu menentukan diagnosis penyakit
kusta.
2. Membantu menentukan klasifikasi
(tipe)penyakit kusta pada penderita baru.
3. Membantu diagnosis penderita relaps
daripenderita yang sebelumnya pernah
mendapatpengobatan.
4. Membantu menilai hasil pengobatan
* PEMERIKSAAN BTA KUSTA

Seperti yang telah dikemukakan


bahwa M.leprae tidak dapat dikultur pada
media buatan, maka cara yang termudah
untuk menunjukkan adanya M.leprae pada
seorang penderita adalah dengan pembuatan
sediaan pulasan. Sediaan pulasan dibuat
dengan jalan membuat sayatan kecil pada
kulit
* Lokasi pengambilan sampel :
-. Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif
dan di bagian yang  terdapat lesi.
-. Kulit muka sebaiknya dihindarkan karena alasan
kosmetik kecuali jika tidak ditemukan kelainan kulit
ditempat lain
-. Tempat-tempat yang sering di ambil :
1.    Cuping telinga
2.    Lengan
3.    Punggung
4.    Bokong
5.    Paha
·         Jumlah pengambilan sediaan
apus jaringan kulit minimal
dilaksanakan di tiga tempat, yaitu:
1.    Cuping telinga kiri
2.    Cuping telinga kanan
3.    Bercak yang paling aktif
* Pembuatan Sediaan Pulasan

Alat dan bahan :                                         


1.  Pisau kecil steril
2.  Kaca objek
3.  Lampu spiritus
4.  Kapas Alkohol 70%
5. Kapas
6. Korek Api
7. Pensil Kaca
8. Penjepit Kaca Objek
* Ketentuan Lokasi Pengambilan
Kerokan Jarigan Kulit

1. Ambilah kerokan jaringan dari 2 atau 3 tempat.


2. Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling
aktif
3. Kulit muka sebaiknya dihindari alasan kosmetik
4. Pemeriksaan kulit dilakukan di tempat yang
sama dan bila perlu ditambah dengan lesi kulit
yang baru timbul
* Cara pembuatan sediaan kerokan kulit

1. Siapkan kaca objek, tulis identitas pasien dengan


pensil pada bagian ujung objek glass.
2. Permukaan  kulit pada bagian yang akan di ambil
dibersihkan dengan kapas alcohol 70%.
3. Jepitlah kulit pada bagian tersebut dengan forcep
atau dengan jari tangan untuk menghentikan aliran
darah kebagian tersebut.
4. Dengan pisau kecil steril (pisau celup spiritus
kemudian dibakar) kulit disayat kurang lebih 5-10
mm. dalamnya 2mm agar mencapai dermis. Bila
terjadi pedarahan, bersihkan dengan kapas
* Cara pembuatan sediaan
5. Keroklan tepi dasar sayatan secukupnya dengan
menggunnakan punggung mata pisau seperti di dapat
semacam bubur jaringan dari dermis dan epidermis.
Kemudian dikumpulkan dengan skapel pada kaca objek.
6. Lakukan fiksasi di atas nyala api.
7. Sediaan yang telah jadi diwarnai dengan pewarnaan
baku seperti yang dilakukan untuk Mikobakterium
lainnya.
* Cara Pengambilan Sediaan
Slit Sken Smear
1. Cucilah tangan dan pakai sarung tangan
2. Ambil objek glas yg baru dan bersih dantidak tergores,
beri tanda atau no pada bagian bawah kaca objek sesuai
dgn no identitas
3. Bersihkan lokasi kulit tempat pengambilan skin smear
dengan kapas alkohol, biarkan mengering
4. Nyalakan api spritus
5. Pasang bisturi pada mata pisau (mata pisau skalpel) pada
gagangnya
6. Jepitlah kulit dengan erat menggunakan jempol dan
telunjuk, jepit dengan kuat agar darah tidak ikut keluar
* Lanjutan

7. Buatlah insisi (irisan) pada kulit dengan panjang 5 mm dan


dalam 2 mm, kulit tetap dijepit agar tidak ada darah yg
keluar, jika berdarah bersihkan darah tersebut dengan
kapas alkohol.
8. Putar mata skalpel 90º pertahankan pada sudut yg tepat
pada irisan. Keroklah irisan tersebut sekali / duakali
menggunakan skalpel guna mengumpulkan cairan dan
bubur jaringan, tidak boleh ada darah pada spesimen
karena dapat mengganggu pewarnaan dan pembacaan
9. Buatlah apusan dan kerokan kulit tersebut diatas kaca
objek pada sisi yang sama dengan letak identitas, buatlah
apusan berbentuk lingkaran Ø 8 mm
10.Tutup luka dan ucapkan terima kasih pada pasien
* lanjutan

11. Biarkan kaca objek tersebut mengering beberapa saat


dengan temperatur ruangan, tetapi tidak dibawah sinar
matahari.
12. Fiksasi apusan dengan melewatkan di atas nyala api
bunsen 3 kali. Kaca jangan terlalu panas saat disentuh.
13. Lakukan pewarnaan dengan menggunakan metode Zeil
Neelsen
* Pewarnaan Sediaan
Seperti yang telah dibahas sebelumnya
bahwa M.leprae bersifat tahan asam (BTA), tidak mudah
diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap
dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena
itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Sama halnya
dengan pewarnaan Mycobacterium tuberculosis dimana
terdapat banyak modifikasi, maka pada pewarnaan
terhadap Mycobacterium leprae juga dikenal modifikasi
dari pewarnaan baku.
* Alat yang digunakan :
1. Rak sediaan (pengecatan dan
pengeringan).
2. Lampu spiritus
3.  Pinset
4.  Pengatur suhu
Bahan :
1.  Kaca objek yang telah berisi pulasan
2.  Larutan karbol fuksin
3.  Larutan dekolorisasi (1% HCL dalam alcohol 95%)
4.  Larutan biru metilen
* Cara melakukan pewarnaan 
(Rekomendasi dari WHO) :
1. Genangi sediaan dengan larutan karbol fuksin, panaskan
dengan api, diamkan beberapa saat. (5 mnt)
2. Cuci dengan air mengalir sampai sediaan tidak
berwarna.
3. Aliri dengan larutan dekolorisasi (alkohol Hcl)sampai
aliran larutan dekolorisasi (karbol fuksin) tidak
berwarna.
4. Cuci lagi dengan air mengalir.
5. Genangi dengan larutan biru metilen selama 10-20 detik.
6. Cuci dengan air mengalir kemudian keringkan di udara.
* Pembacaan Hasil Pewarnaan

Untuk membaca sediaan pulasan yang telah


diwarnai digunakan mikroskop dengan lensa
rendam perbesaran 100 kali. Setiap akan memakai
lensa tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu
untuk menghindari terjadinya hasil positif
palsu.dalam hal ini hasil positif palsu dapat terjadi
karena kemungkinan BTA daripemeriksaan
sebelumnya terapung diminyak imersi dan
kemudian melekat padalensa yang dippakai untuk
pemeriksaan sediaan pulasan berikutnya.
* Pembacaan Hasil Pewarnaan
Sebaiknya untuk setiap sediaan pulasan diperiksa
100 lapangan penglihatan pemeriksaan dimulai daari
ujung kiri dan digeser terus secara longitudinal ke
kanan kemudian digeser kembali ke kiri
Disamping itu masi ada cara lain yang dianjurkan oleh
WHO.
Menurut WHO untuk memeriksa seluruh sediaan
diperlukan 4 kali pergeseran. Pemeriksaan dimulai dari
sudut kiri atas kemudian digeser kekanan atas,, ke
kanan baewah, kembali ke kiri , geser ke atas sampai
pertengahan sediaan dan berakhir di kanan tengah.
* lanjutan

Bagi orang yang telah terlatih untuk


memeriksa 100 lapangan penglihatan
dibutuhkan waktu skitar 3 – 10 menit,,
sedangkan begi seorang pemula dibutuhkan
waktu sekitar 15 menit ,
Dari 100 lapangan penglihatan yang periksa,
dihitung jumlah BTA yang di temukan,
jumlah BTA yag ditemukan ini merupakan
informasi yang sangat penting untuk
menunjukkan derajat infeksi penderita
* Bentuk BTA Dalam Lapangan Mikroskop

1.    Bentuk utuh (solid)


·   Dinding sel tidak putus
·   Mengambil zat warna secara merata
2.    Bentuk pecah (fragmented)
·   Dinding sel terputus sebagian atau seluruhnya
·  Pengambilan zat warna tidak merata (kecuali
sebagian tengah  masih dianggap utuh)
3.    Bentuk granular
·   Kelihatan seperti titik-titik tersusun garis lurus atau
berkelompok.
Bentuk Kuman BTA Leprae
* Bentuk BTA Dalam Lapangan Mikroskop

4. Bentu Globus
. Kelompok kecil   : 40-60 BTA.
. Kelompok besar : 200-300 BTA.
5. Bentuk clumps.
. Beberapa bentuk granular membentuk pulau-pulau
tersendiri (>500BTA)
* Pelaporan Hasil Pemeriksaan

Kepadatan kuman ini digunakan untuk


menentukan tipe penyakit kusta pada
penderita. Penentuan tipe penyakit kusta ini
penting artinya bagi penatalaksanaan terapi
dan untuk mengetahui komplikasi yang bakal
terjadi.
Sampai saat ini masih digunakan skala
logaritmik dari ridley untuk menentukan
kepadatan kuman lepra. Dengan skala ini
dapat ditentukan tipe penyakit kusta seperti
terlihat pada tabel berikut:
* INDEKS BAKTERI (IB)

Yaitu rata-rata kepadatan kuman lepra pada seorang


penderita
Guna IB untuk membantu menentukan tipe kusta dan menilai
hasil pengobatan. Penilaian dilakukan menurut skala
logaritme Ridley
Skala Ridley

Indek Bakteri
Skala Jumlah BTA yang ditemukan
+1 1-10 kuman per 100 lapangan penglihatan
+2 1-10 kuman per 10 lapangan penglihatan
+3 1-10 kuman per lapangan penglihatan
lebih dari 10 kuman per lapangan
+4 penglihatan
lebih dari 100 kuman per lapangan
+5 penglihatan
lebih dari 1000 kuman per lapangan
+6 penglihatan
* INDEKS MORFOLOGI (IM)

 Prosentasi basil kusta, bentuk utuh (solid) yang hidup


pada seluruh sediaan BTA yang diperiksa
 Dengan membandingkan MI seorang penderita pada
waktu-waktu tertentu selama pengobatannya, dapatlah
diikuti perkembangan dan keberhasilan pengobatan
penderita itu
 Penurunan MI yang bermakna menunjukkan keberhasilan
pengobatan.
 Sangat dianjurkan untuk selalu melaporkan BI dan MI
pada setiap pemeriksaan mikroskopik sediaan M. leprae
* Catatan :
Untuk menentukan MI sebaiknya
paling sedikit diperiksa 200 kuman.
Hanya kuman yang terwarnai secara
reguler di seluruh bagian tubuhnya
yang dianggap sebagai kuman yang
hidup.
Apabila ditemukan globus/clump
jangan dihitung
* Rumus IM
IM = Jumlah BTA yg
Utuh X 100%
Jmh seluruh BTA

IM berguna untuk mengetahui daya penularan kuman,


juga untuk menilai pengobatan dan membantu
resistensi terhadap obat
Tabel 3. Penentuan BI dan MI seorang penderita
Asal sediaan Skala Ridley % Kuman hidup % Kuman mati
(Kepadatan) (solid) (Fragmented/granulated
Telinga kanan +4 27 73
Telinga kiri +5 30 70
Paha kanan +5 26 74
Paha kiri +4 30 70
Jumlah 18 113 287

IB = +18 = 4,5 IM = 18 X 100% = 5,9


4 18+287
*TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai