Anda di halaman 1dari 40

PANDUAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI PERTANIAN

Oleh:

Dra. Rita Tri Puspitasari, M.Si.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Buku praktikum merupakan elemen penting yang mendukung kelancaran


berjalannya kegiatan praktikum. Oleh karena itu, untuk kelancaran kegiatan
praktikum Mikrobiologi, maka perlu disusun petunjuk praktikum yang disesuaikan
dengan kondisi Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Jakarta.

Penyusunan buku panduan praktikum ini menyempurnakan petunjuk edisi 1


tahun 1992, edisi 2 tahun 1993, edisi 3 tahun 1994, edisi 4 tahun 2004, edisi 5 tahun

2005, edisi 6 tahun 2006, edisi 7 tahun 2007 dan edisi 8 tahun 2009. Pada edisi
terbaru ini ada beberapa tambahan dan perbaikan sehingga mahasiswa diharapkan
dapat lebih paham mengenai materi perkuliahan melalui praktikum secara
langsung.

Bagi mahasiswa, untuk lebih memahami acara-acara praktikum Mikrobiologi


ini disarankan juga mempelajari catatan kuliah dan pustaka/referensi. Bahan bacaan
untuk menambah wawasan dan materi perkuliahan, mahasiswa dapat mengakses
dari berbagai website di internet.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari buku
panduan praktium ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pada pembaca demi kesempurnaan petunjuk ini di edisi
selanjutnya.

Jakarta, Februari 2020

Penulis

Panduan Praktikum Mikrobiologi Pertanian – Fakultas Pertanian UMJ | i


DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................... i
Daftar isi .................................................................................................................. ii
Acara I. Mikroskop dan Mikroorganisme ............................................................... 1
Acara II. Kolom Winogradsky ................................................................................ 7
Acara III. Metode Kerja Aseptik dan Sterilisasi...................................................... 9
Acara IV. Media .................................................................................................... 15
Acara V. Isolasi dan inokulasi............................................................................... 19
Acara VI. Perhitungan Jumlah Sel Bakteri ........................................................... 24
Acara VII. Pewarnaan Gram dan Pengujian Isolat ................................................27
Acara VIII. Pembuatan Tempe dan Tape .............................................................. 29
Acara VIII. Pembuatan Tape, Ragi Tape Dan Tempe ............................................
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 31
Format laporan ...................................................................................................... 32

Panduan Praktikum Mikrobiologi Pertanian – Fakultas Pertanian UMJ | ii


ACARA I. MIKROSKOP DAN MIKROORGANISME

A. Latar Belakang
Mikroskop biasa digunakan untuk mempelajari struktur-struktur benda-benda

kecil. Ada 2 prinsip dasar yang berbeda untuk mikroskop, yang pertama mikroskop
optik dan kedua mikroskop elektron. Sedangkan yang biasa dipakai untuk
umum/sekolah-sekolah adalah mikroskop optik. Mikroskop ini dibedakan menjadi
dua yaitu: mikroskop biologi dan mikroskop stereo.

Mikroskop digunakan untuk mengamati objek yang berukuran


halus/mikro/renik. Media antara obyek dan lensa obyektif adalah udara dengan
indeks bias 1,0; selanjutnya disebut sistem kering. Lensa obyektif dengan sistem
kering sangat baik untuk perbesaran total berkisar antara 325 – 650 kali. Untuk
perbesaran 1000 kali karena indeks biasnya lebih dari 1,0 maka biasanya digunakan
minyak emersi. Minyak emersi mempunyai indeks bias 1,52. Setelah menggunakan
minyak emersi lensa obyektif perlu dibersihkan dengan kertas lensa yang diberi
Xylol, mengingat lensa obyektif merupakan bagian mikroskop yang cukup vital dan
mahal harganya.

Mikrobiologi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari kehidupan


mikroorganisme sehingga dalam penerapannya tidak bisa terlepas dari penggunaan
mikroskop. Mikroorganisme merupakan organisme berukuran renik yang tidak bisa
dilihat dengan mata telanjang, sehingga harus menggunakan bantuan mikroskop
untuk melihatnya. Tidak semua mikroorganisme yang hidup di dunia ini dapat
diamati, hanya mikroorganisme yang dapat dikulturkan yang saat ini dapat diamati
dan itu hanya sekitar 5% (yang dapat dikulturkan) dari spesies yang ada.

Bakteri dan fungi merupakan mikroorganisme yang lebih sering dibicarakan


dan bersinggungan dengan dengan bidang pertanian. Banyak produk yang
digunakan dalam bidang pertanian yang memanfaatkan bakteri dan fungi, baik
dalam bentuk alami maupun modifikasi genetiknya seperti pupuk hayati,
biopestisida atau fungisida. Bakteri memiliki morfologi yang sifatnya semi
transparan, sehingga sebelum mengamatinya perlu dilakukan pewarnaan terlebih
dahulu untuk memberi warna yang kontras pada bakteri. Namun pewarnaan pada
acara ini cukup dengan pewarnaan sederhana dengan menggunakan satu macam zat
pewarna. Melalui pewarnaan sederhana ini dapat membedakan tipe-tipe morfologi
dari setiap morfologi mikroorganisme yang diamati (kokus, basilus, vibrio, spirilum
dsb).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa terampil menggunakan mikroskop untuk mengamati mikroorganisme.
2. Mahasiswa dapat melakukan pewarnaan sederhana terhadap mikroorganisme.

C. Bahan dan Alat


1. Air sungai/selokan 9. Xylol
2. Isolat segar dalam media 10. Kertas tissue
3. Sepotong tempe bagian permukaan 11. Gelas objek & penutupnya
4. Bak pewarna 12. Jarum ose
5. Aquadest 13. Mikroskop
6. Metilen blue/gentan violet 14. Tang penjepit
7. Alkohol 15. Spiritus
8. Minyak emersi

D. Cara Kerja
1. Penggunaan mikroskop
a. Bawa mikroskop dengan dua tangan dengan cara memegang leher dan
menahan kakinya dan kemudian letakkan dengan perlahan di atas meja.

A. Cara yang Benar B. Cara yang Salah

Gambar 1. Cara membawa mikroskop (Hadioetomo, 1985).


b. Bersihkan mikroskop dengan kertas tissue dan gunakan xylol untuk
membersihkan bagian lensanya.

c. Hidupkan mikroskop dengan menekan tombol power lalu sesuaikan


penyinaran agar tidak terlalu terang ataupun gelap sehingga mata tidak cepat
lelah selama bekerja.

d. Mulailah pengamatan dengan perbesaran terkecil (4x) dan dekatkan objek


dengan cara menaikkan meja objek yaitu dengan memutar pemfokus besar.

e. Jauhkan secara perlahan meja objek dari lensa objektif dengan cara memutar
pemfokus besar lalu putar pemfokus kecil untuk mendapatkan gambar objek
yang lebih fokus.
f. Atur kondensor untuk mendapatkan gambar objek yang lebih bersinar.
Lakukan pada setiap perbesaran dengan mengubah revolver lensa sesuai
dengan ukuran yang diinginkan.

Gambar 2. Mikroskop Cahaya (Santosa, 2011)

a. Pengamatan mikroorganisme

a. Buat preparat objek. Ada dua jenis cara membuat preparat objek, yaitu
dengan atau tanpa fiksasi. Pembuatan preparat tanpa fiksasi dapat langsung
dilakukan dengan meneteskan sampel ke atas gelas objek lalu ditutup
dengan gelas penutup.

Gambar 3. Cara meletakkan gelas penutup. Tempelkan ujung gelas penutup di atas gelas objek
yang telah diberi sampel sehingga membentuk kemiringan ± 45o kemudian lepaskan gelas penutup
tersebut. Cara ini digunakan untuk menghindari adanya gelembung udara.
b. Pembuatan preparat tanpa fiksasi / air selokan langsung di amati pada
perbesaran 100x , coba bandingkan dengan Gambar 5. Adakah
mikroorganisme yang ada di preparat anda sama dengan gambar tersebut?
c. Pembuatan preparat dengan cara fiksasi di awali dengan meneteskan aquades
sebagai pelarut sampel di atas gelas objek. Ambil sampel menggunakan
jarum ose, lalu suspensikan dan keringkan di atas api spiritus. Setelah kering,
teteskan metilen blue/gentan violet selama 30 detik kemudian cuci di air mengalir
dan keringkan.

Gambar 4. Pewarnaan Sederhana


d. Amati dengan menggunakan mikroskop, gambarkan penampakan yang di
dapat. Lakukan pada semua perbesaran, dan gunakan minyak emersi untuk
perbesaran 1000x.
e. Bersihkan mikroskop setelah selesai dan gunakan xylol untuk bagian
lensanya.

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g) (h)


Gambar 6. Berbagai Macam Protista di Air Tawar (Protozoa : (a) Stylonychia, (b)
Euglenozoo, (c) Stentor, (d) Paramecium, Algae : (e) Chlorella, (f) Spirogyra,
Cyanobacteria : (g) Oscillatoria, (h) Cyanobacteria)
http://protist.i.hosei.ac.jp/PDB/Images/Ciliophora/Stylonychia/mytilus_1.html
https://www.google.com/search?q=paramecium%20under%20microscope&tbm
https://www.google.com/search?q=stentor&tbm
http://cfb.unh.edu/phycokey/Choices/Chlorophyceae/unicells/non_flagellated/CHLORELLA/Chlorella
https://www.google.com/search?q=spirogyra+di+air&tbm
https://www.researchgate.net/figure/17-Cyanobacteria-and-Protista-14-Oscillatoria-sp-15
https://www.google.com/search?q=cyanobacteria&tbm
Gambar 7. Ki:Aquarium dengan Spirogyra, Ka:Tempat Cyanobacteria Biasa Tumbuh
http://www.forumaquario.org/t88330p15-au-secours-filamenteuse
https://www.bbc.com/news/uk-scotland-44838622
ACARA II. KOLOM WINOGRADSKY

A. Latar Belakang

Mikroorganisme adalah bagian penting dari suatu ekosistem di alam dan


mempunyai peranan penting dalam transformasi energi dan proses biogeokimia,
faktor lingkungan mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme baik di alam
maupun di kultur, yaitu dipengaruhi kondisi asam-basa (pH), suhu, kadar air (aw),
dan oksigen.

Mikroorganisme di alam hidup dalam keadaan melimpah (feast) atau


kekurangan (amine), karena satu mikroorganisme hanya menempati satu
lingkungan yang sempit (Mikroenviroment). Untuk mengatasi keadaan tersebut
mikroorganisme mempunyai berbagai macam cara: (i) melakukan evolusi biokimia
sehingga mempunyai cadangan makanan, misalnya poli--hidroksibutirat,
alkanoat, eksopolisakarida, atau polifosfat; (ii) hidup stationer, dengan melakukan
metabolisme sangat minim dan tidak berkembang biak; (iii) hidup sebagai bentuk-
bentuk istirahat seperti membentuk cyste, spora atau tubuh buah. Mikroorganisme
di alam melakukan aktivitas hidup bersama dengan mikroorganisme lain untuk
pengambilan zat-zat gizi (nutrient), melakukan metaboliknya, bertumbuh,
antibiosis, produksi toksin, adanya parasit, predator maupun simbiosis.
Mikroorganisme juga dapat hidup dengan mikroorganisme lain untuk melakukan
kometabolisme dalam memanfaatkan substrat (synthrophy)

Lingkungan akuatik seperti sungai, danau, dan laut merupakan suatu ekosistem
yang secara kompleks memiliki bentuk aktivitas biologis dari sekelompok bakteri
fotosintetik baik yang bersifat oksigenik yaitu Cyanobacter maupun yang bersifat
anoksigenik yaitu bakteri sulfur ungu dan hijau, serta mikroorganisme lain.

Kolom Winogradsky yang diciptakan oleh Surgei Winogradsky pada tahun


1880, digunakan untuk mengisolasi bakteri fototrofik ungu dan hijau serta bakteri
anaerob yang lain. Penggunaan kolom ini bakteri-bakteri tersebut dapat diisolasi
secara selektif dengan menggunakan kombinasi kultur pengayaan, yang diambil
langsung dari alam maupun dari kultur pengayaan yang berasal dari laboratorium.
Tujuan dari pengayaan ini adalah menciptakan suatu simulasi habitat ekosistem
dimana lingkungan dapat dikontrol sehingga didapatkan densitas populasi bakteri
yang lebih banyak daripada yang umum ditemukan di alam.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Mengamati atau mempelajari ekosistem perairan;

2. Mempelajari bakteri fotosintetik anoksigenik non-sulfur atau sulfur


maupun bakteri fotosintetik oksigenik;

3. Mempelajari suksesid dengan mengamati perubahan warna yang terjadi


setiap minggu dan degradasi warna,

4. Mempelajari mekanisme syntrophy mikroorganisme yang mungkin terjadi.


C. Alat dan Bahan
1. Gelas Ukur 1 L.
2. Alumunium foil sebagai penutup.
3. Alat pengaduk.
4. Wadah untuk mengaduk.
5. Air danau/sungai/laut 1 L.
6. Lumpur danau/sungai/laut 200 g.
7. CaSO4/Na2SO4 10 g.
8. Bubur kertas koran 200 g.
9. Kuning telur rebus 1 butir.

D. Cara Kerja

1. Lumpur danau/sungai/laut, CaSO4/Na2SO4, Bubur kertas koran, dan


kuning telur di masukkan dalam wadah, aduk.

2. Adonan dimasukkan ke dalam gelas ukur 1 L. Tambahkan air


danau/sungai/laut sampai ketinggian 5 cm di bawah mulut gelas ukur 1 L.
Diusahakan tidak ada gelembung udara di dalamnya.

3. Letakkan kolom winogradsky yang sudah dibuat di tempat yang terpapar


sinar matahari. Diamati setiap minggu selama 2 bulan, catat semua
perubahan yang terjadi tiap minggunya.
ACARA III. METODE KERJA ASEPTIK DAN STERILISASI

A. Latar Belakang
Kerja aseptik merupakan kegiatan dalam kondisi bersih terhindar dari
kontaminasi (gangguan) mikroorganisme lain yang dapat mengganggu atau
tercampur dalam suatu objek yang sedang digunakan. Kerja aseptik dapat dilakukan
untuk menjaga sterilitas objek.

Sterilisasi didefinisikan sebagai pemusnahan segala sesuatu yang hidup secara


fisik atau/dan juga secara kimia. Secara fisika, misalnya sterilisasi dengan cara
pemanasan, penyaringan dan radiasi. Sterilisasi secara kimia lebih dikenal dengan
sebutan disinfeksi.

Sterilisasi dengan cara pemanasan, dapat menggunakan uap air yang panas
maupun dengan udara panas yang kering. Hal ini tergantung dari bahan yang akan
disterilisasikan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan terhadap panas yang tinggi,
disterilisasikan dengan cara penyaringan. Penyaringan-penyaringan tersebut dibuat
dari bermacam-macam bahan dasar. Sterilisasi dengan cara kimia (disinfeksi),
menunjukkan adanya disinfektan yang bersifat mikrobiostatik dan mikrobiosida.

Bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam ilmu mikrobiologi sering kali
harus disterilkan dahulu sebelum digunakan. Metode-metode yang sering kali
digunakan dalam proses sterilisasi bahan-bahan makanan dan alat-alat laboratorium
pada umumnya menggunakan panas. Bakteriologi mengenal tiga macam sterilisasi
dengan cara pemanasan untuk memusnahkan semua organisme yang hidup. Ketiga
cara tersebut ialah sterilisasi dengan menggunakan udara panas yang kering, sterilisasi
dengan menggunakan uap air yang panas dan sterilisasi dengan cara dipanaskan
sampai mendidih.

1. Sterilisasi menggunakan udara panas yang kering.

Sterilisasi ini biasa menggunakan alat berupa oven. Temperatur yang digunakan pada

sterilisasi ini ialah 170oC – 180oC selama satu jam. Untuk menghindari temperatur
yang meningkat terus dari temperatur yang dikehendaki, maka dapat menggunakan
oven yang mempunyai alat pengukur temperatur. Sterilisasi dengan menggunakan
udara panas yang kering dapat digunakan untuk mensterilkan bermacam-macam alat-
alat laboratorium yang terbuat dari logam dan gelas yang tahan panas.
Tabel 1. Waktu dan Suhu yang Sering Digunakan pada Sterilisasi Panas Kering

Suhu (oC) Waktu (Jam)

170 1,0
160 2,0

150 2,5

140 3,0

2. Sterilisasi dengan Menggunakan Uap Air yang Panas.


Sterilisasi uap air yang panas lebih efektif sebagai agensia dalam sterilisasi
dibanding dengan udara panas yang kering. Hal tersebut dikarenakan uap air yang
panas mempunyai kekuatan penetrasi yang besar, sehingga dapat menyebabkan
kematian sel. Kenaikan jumlah air pada protoplasma menyebabkan protein
berkoagulasi. Sterilisasi yang menggunakan uap air yang panas meliputi sterilisasi
secara Arnold dan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf.
a. Sterilisasi Secara Arnold.
Sterilisasi dengan cara ini menggunakan alat yang menghasilkan aliran uap
air yang panas di mana uap tersebut berfungsi sebagai agensia sterilisasi. Alat
tersebut dibuat berdasarkan atas kecepatan pembentukan uap air yang secara
otomatis berasal dari air yang diletakkan pada reservoar yang terbuka. Air dari
reservoar tersebut masuk mengalir melalui lubang dan masuk ke dalam tempat
uap, dan di tempat ini terjadi pemanasan. Karena pada bagian dasarnya terdapat
lapisan air dalam jumlah yang sedikit, maka uap yang dihasilkan sangat cepat. Uap
muncul melalui satu lubang di tengah dari alat tersebut dan masuk ketempat
sterilisasi.

Sterilisasi dipengaruhi oleh air yang mengalir dengan temperatur kira- kira

100oC selama 20 menit atau lebih lama, selama tiga hari terturut-turut. Lama dari
periode pemanasan ini tergantung dari keadaan alami dan ukuran dari bahan yang
akan disterilkan.

b. Sterilisasi dengan Menggunakan Autoklaf.

Autoklaf merupakan silinder atau tabung yang terbuat dari logam dan mempunyai
dinding rangkap di seluruh bagiannya, kecuali bagian depannya. Dibuat
sedemikian rupa karena dipersiapkan untuk melawan tekanan uap tempat
atmosfir.
Prinsip pada metode ini ialah air mendidih pada temperatur kira-kira 100oC,
dan hal ini tergantung pada tekanan uap atau udara di atmosfir. Untuk itu bila
tekanan uap dalam silinder yang tertutup terebut mencapai 1 atmosfir, maka

temperatur meningkat sampai mencapai 121,6oC.

Pada umumnya sterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada tekanan 1

atmosfir dalam waktu 15 menit dan temperatur 121,6oC. Temperatur ini penting
sekali untuk menghancurkan sel-sel vegetatif dan spora-spora secara persamaan.

Tabel 2. Hubungan tekanan-suhu-waktu pada


sterilisasi dengan uap bertekanan.

Tekanan Uap (atm) * Suhu (oC) Waktu (menit)

0,0 100 -
0,5** 111,3 15 – 60
0,7** 115,5 15 – 60
1,0** 121,6 12 – 15
1,3 126,5 5 – 12
2,0 134,0 3– 5

Keterangan :
* = Tekanan uap pada ketinggian permukaan laut. Suhu bagi
tekanan uap di tabel tidak berlaku bila sterilisator terdapat
udara meskipun sedikit.
** = Kombinasi yang umum dipakai

Tindakan-tindakan pencegahan tertentu harus dilakukan untuk mencegah


terjadinya kegagalan sterilisasi. Penyebab utama dari kegagalan ini ialah tidak
sempurnanya pengosongan udara dari ruangan. Selain itu pencegahan lain yang
dilakukan ialah agar uap dapat mudah memasuki bahan-bahan yang disterilkan.

Panas lembab sangat efektif meskipun pada suhu yang tidak begitu tinggi,
karena uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan, dilepaskan

panas sebanyak 686 kalori per gram uap air pada suhu 121oC. Panas ini
mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada organisme hidup
sehingga organisme itu mati.
Autoklaf digunakan untuk menyeterilkan bermacam-macam medium, baik
padat maupun cair, dengan atau tanpa karbohidrat, medium gelatin, air suling dan
lain-lain. Cara sterilisasi ini dipergunakan juga secara komersial untuk proses-
proses makanan kaleng. Namun sekarang untuk mempertahankan warna, tekstur
dan cita rasa makanan/minuman banyak digunakan cara-cara sterilisasi lainnya
seperti Radiasi atau metoda lainnya.

3. Sterilisasi dengan cara dipanaskan sampai mendidih.

Sterilisasi ini lebih dikenal dengan sebutan tindalisasi. Tyndall berhasil


mengembangkan suatu cara sterilisasi dengan pemanasan yaitu mendidihkan
bahan yang akan disterilkan dalam waktu yang singkat. Jika pada sterilisasi Arnold
yang digunakan sebagai agensia sterilisasi ialah uap air yang panas, pada tindalisasi
bahan yang akan disterilkan dididihkan dalam waktu yang singkat dan dilakukan
pengulangan.

Ulangan dengan interval tertentu dimaksudkan untuk meniadakan spora-


spora yang lambat masa perkecambahannya. Tyndall menyatakan bahwa
pendidihan secara tidak terus menerus dengan waktu 1 menit dan diulang lima
kali berturut-turut akan menjadikan bahan steril. Sedangkan pendidihan yang
dilakukan selama 1 jam secara terus menerus tidak akan menyebabkan bahan
menjadi steril. Cara ini terutama dilakukan untuk mensterilkan larutan yang
mengandung gula yang labil.
Disinfeksi ialah suatu usaha untuk memusnahkan jasad renik dengan
menggunakan zat-zat kimia tertentu. Istilah disinfeksi pada mulanya diartikan
hanya untuk usaha memusnahkan kuman atau jasad renik yang patogen saja. Zat
kimia yang dipakai untuk disinfeksi disebut disinfektan. Sesungguhnya disinfeksi
dan disinfektan dapat juga diartikan meliputi agensia fisik; tetapi yang akan ditulis
dalam kertas kerja ini, hanya agensia kimia saja.
Usaha disinfeksi dapat bersifat mematikan atau menghambat pertumbuhan
jasad renik. Hal ini antara lain ditemukan oleh macam, dosis, lama kontak
disinfektan dengan jasad renik yang diuji, dan bahan yang akan disinfeksi. Jadi,
pengaruh disinfektan pada jasad renik dapat bersifat mikrobiostatis (menghambat)
atau mikrobiosida (mematikan).
Istilah-istilah yang erat hubungannya dengan pengertian disinfeksi antara
lain germisida, bakterisida, antiseptik, virusida, fungisida. Germisida ialah suatu
disinfektan yang pada mulanya dimaksudkan hanya untuk memastikan
pertumbuhan kuman-kuman (jasad renik patogen). Bakterisida ialah suatu
disinfektan yang dapat mematikan jasad renik patogen maupun yang tidak patogen.
Secara praktis kedua istilah tersebut ialah sama. Istilah antiseptik atau antisepsis,
sesungguhnya sama saja dengan kedua istilah tersebut di atas, hanya biasanya
digunakan untuk menyebutkan disinfektan yang penggunaannya kontak langsung
dengan tubuh misalnya obat merah, obat kumur dan lain-lain. Seringkali
disinfektan diberi nama khusus sesuai dengan golongan jasad renik yang akan
dimatikan misalnya virusida untuk virus, fungisida untuk fungi atau jamur,
bakterisida untuk bakteri, algasida untuk algae atau ganggang.

Berdasarkan penggunaannya, disinfektan dapat digolongkan


menjadi empat golongan yaitu:

1. Disinfektan Kulit.

Kulit perlu didisinfeksi, misalnya disinfeksi tangan, sebelum operasi


dilakukan, sebelum disuntik dan bila terjadi luka. Untuk disinfeksi tangan
biasanya digunakan sabun yang mengandung disinfektan tertentu.
Sebelum operasi dilakukan, bagian kulit yang akan dioperasi harus
didisinfeksi terlebih dahulu. Untuk itu terlebih dahulu harus dilakukan
pencukuran rambut, kemudian dicuci dengan air sabun atau alkohol 70%
atau sabun yang
mengandung disinfektan tertentu. Disinfeksi kulit yang akan disuntik biasanya
menggunakan alkohol 70% dan kadang-kadang ditambah 1% yodium. Untuk
disinfeksi pada kulit, biasa digunakan larutan yodium dengan HgCl2
(merkurokrom, larutan alkohol dari yodium/yodium tingtur), selain itu juga
obat-obatan dari sulfa dan antibiotik.

2. Disinfektan Air
Untuk disinfeksi air sering digunakan klor, hal ini disebabkan karena klor
dapat berupa serbuk, cairan dan gas; harganya murah; digunakan dengan dalam
dosis yang rendah (+ 7000 mg/L); sisanya tidak berbahaya bagi manusia dan
sangat efektif untuk disinfeksi jasad renik yang terdapat di air.

Klor merupakan zat pengoksidasi yang kuat yang dapat berkombinasi dengan
zat-zat pereduksi atau senyawa-senyawa organik yang tidak jenuh. Misalnya:

H2S + 4Cl2 + 4H2O -> H2SO4 + 8HCl.

Jumlah klor yang akan digunakan harus ditentukan terlebih dahulu.


Terutama berdasarkan BOD-nya sebab 1 mg/l dari klor digunakan akan bereaksi
denga air. Ada tidaknya amonia akan menentukan reaksi tersebut.

3. Disinfektan Alat-Alat
Sesudah dan sebelum menggunakan alat-alat seringkali alat-alat tersebut
harus disterilkan terlebib dahulu. Disinfektan yang sering digunakan tergantung
dari penggunaari alat-alat tersebut. Untuk di sinfeksi termometer, biasanya
digunakan antara lain campuran sabun dengan 90% etil alkohol, kemudian
dicuci dengan air atau 0,5-1% yodium dalam 70% etil/isopropil alkohol selama
10 menit. Untuk pakaian yang digunakan dalam laboratoriurn; ruang steril atau
ruang operasi dapat didisinfeksi dengan menggunakan disinfektan gas, tapi
biasanya distenilisasi dengan autoklaf.

4. Disinfektan Udara.

Disinfeksi udara biasanya menggunakan sinar ultra-violet dan/atau


disinfektan kemis (kemikalin gas). Sinar ultra-violet sering digunakan dalam
ruang steril dan ruang operasi. Kelemahan penggunaan sinar ultra-violet antara
lain dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit dan tidak dapat menembus
permukaan.

Disinfektan gas yang sering digunakan utnuk sterilisasi udara misalnya gas
etilen oksid, gas formalin dan serosol. Ada 2 macam aerosol, yaitu propiilin
glikol dan trietilen glikol. Penggunaan disinfektan gas untuk disinfeksi udara
dalam suatu ruangan tertentu harus dilengkapi dengan sistem ventilasi yang
baik.
B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:


1. Mahasiswa dapat melakukan sterilisasi dan disinfeksi;
2. Mahasiswa paham dan dapat menerapkan kerja aseptik.

C. Bahan dan Alat


1. Alkohol 7. Pipet ukur
2. Aquades 8. Karet gelang
3. Cawan petri 9. Lampu spiritus
4. Kertas 10. Sprayer
5. Tip pipet mikro 11. Outoklaf
6. Gelas piala 12. Laminare air flow cabinet (LAFC)
7. Speader

D. Cara Kerja
1. Pembuatan larutan alkohol
a. Alkohol yang beredar dipasaran memiliki konsentrasi yang
beraneka ragam antara 70-96%.
b. Encerkan alkohol menjadi 70% menggunakan rumus:
M1 V1 = M2 V2
c. Masukkan larutan alkohol ke dalam sprayer dan wadah tertutup jika
terdapat sisa.
d. Semprotkan larutan alkohol 70% ini setiap kali akan melakukan kerja steril.

2. Sterilisasi alat
a. Cuci bersih cawan petri, lalu keringkan.
b. Bungkus cawan petri menggunakan kertas (lihat demonstrasi cara
membungkus cawan petri oleh asisten).
c. Siapkan tip pipet mikro, masukkan ke dalam gelas piala, kemudian tutup
dengan kertas dan ikat dengan karet gelang.
d. Bungkus spreader dan pipet ukur menggunakan kertas.
e. Sterilisasi menggunakan outoklaf. Pastikan air di dalam outoklaf cukup.
Masukkan semua alat yang akan disterilisasi. Tutup rapat, pastikan mur dan baut
terkunci kuat. Tutup katup udara. Hidupkan outoklaf sampai suhu 121oC dan
tekanan 1 atm selama 5 menit. Matikan outoklaf, setelah tekanan turun menjadi
normal, buka katup udara. Keringkan alat-alat menggunakan oven pada suhu
64oC selama 1 malam.
f. Sterilisasi menggunakan oven. Masukkan alat-alat yang sudah dibungkus,
hidupkan oven, lalu atur suhu pada 160 oC selama 180 menit.
3. Sterilisasi LAFC
a. Bersihkan LAFC dengan menyemprotkan larutan alkohol yang telah
dibuat.
b. Hidupkan sinar UV selama 10 menit sebelum menggunakan LAFC.
ACARA IV. PEMBUATAN MEDIA

A. Latar Belakang
Media adalah suatu bahan atau campuran zat-zat kimia yang dapat digunakan untuk
tempat jasad renik tumbuh dan melakukan aktivitasnya. Media merupakan faktor-
faktor yang sangat penting karena merupakan habitat dari jasad renik yang akan
ditumbuhkan. Media harus dibuat sedemikian rupa sehingga jasad renik yang
diharapkan mampu tumbuh pada media tersebut. Secara umum, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah kadar air, za-zat kimia yang mengandung nitrogen, zat-zat
kimia yang dapat menjadi sumber energi, dan faktor tumbuh yang mutlak
diperlukan. Perlu diketahui juga bahwa kita tidak mungkin membuat suatu media
yang dapat dipakai untuk semua jenis jasad renik. Oleh karena itu kita dapat
menemukan adanya berbagai macam media.

Media dapat digunakan antara lain untuk isolasi, pemeliharaan, identifikasi jenis
mikroorganisme. Perlu diketahui bahwa mikroorganisme di alam satu sama lain
tidak hidup terpisah atau terisolasi dengan mikroorganisme lain, melainkan
mempunyai hubungan dan pengaruh timbal balik.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat media dapat bahan-bahan alamiah


(ekstrak kentang, taoge, pepton, dan lain-lainnya) maupun zat-zat kimia murni
(dekstrosa, asam amino tertentu, NaCl, dan lain-lainnya). Zat-zat makanan yang
diperlukan untuk pertumbuhan suatu jasad renik sangat bervariasi, mulai dari
ssenyawa-senyawa yang sederhana sampai dengan yang kompleks/majemuk. Oleh
karena itu komposisi medium sangat ditentukan oleh bahan-bahan makanan yang
dapat dan mudah digunakan oleh jasad renik tersebut. Kecuali itu faktor-faktor
lingkungan yang lain juga perlu diperhatikan, misalnya pH, tekanan osmosa, suhu,
dan lain-lainnya.

Medium yang siap digunakan untuk menumbuhkan suatu jenis jasad renik biasanya
ditempatkan dalam suatu alat gelas tertentu, misalnya tabung reaksi, erlenmeyer,
botol yang tertutup, dan lain-lainnya. Proses pembuatan dan penyimpanan medium
yang penting adalah harus dihindarkan dari tempat yang mengandung tembaga dan
zink. Zat-zat tersebut dapat larut pada medium dan bersifat bakterisida. Kecuali itu
dalam proses pembuatan medium tersebut perlu diakhiri dengan sterilisasi medium
sehingga terhindar dari adanya konsentrasi jasad renik liar yang tidak dikehendaki.

Medium dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa macam tergantung dasar


pembedaannya, misalnya tujuan, bahan, dan konsistensinya. Berdasarkan
pembuatan medium, medium dapat dibedakan menjadi medium selektif, mdium
tidak selektif, medium diperkaya, medium elektif, medium pembeda/differensial.
Medium tidak selektif adalah medium yang digunakan untuk pertumbuhan berbagai
jasad renik, jadi dalam hal ini tidak ditujukan untuk jenis tertentu secara khusus.
Medium selektif adalah medium yang digunakan untuk pertumbuhan suatu
kelompok jenis jasad renik tertentu dengan sifat-sifat tertentu. Medium elektif
adalah medium yang digunakan untuk menumbuhkan suatu jasad renik tertentu
tetapi dalam keadaan seminimum mungkin. Medium diperkaya adalah medium
yang digunakan untuk menumbuhkan suatu jasad renik tertentu dengan adanya
penambahan bahan-bahan khusus, misalnya: serum darah, ekstrak khamir, dan lain-
lainnya. Medium pembeda adalah suatu medium yang digunakan untuk dapat
membedakan suatu jenis jasad renik yang lain, berdasarkan sifat-sifat
pertumbuhannya pada medium tersebut.

Bahan yang digunakan untuk medium pada dasarnya dapat dibedakan menjadi
medium alamiah, medium empiris/buatan, dan medium semi alamiah. Medium
alamiah adalah medium yang dibuat dari bahan-bahan yang merupakan hasil atau
bagian dari makhluk hidup tingkat tinggi di dunia ini (tumbuh-tumbuhan dan
hewan), misalnya : taoge, kentang, wortel, kaldu daging, dan lain-lainnya.

B. Tujuan

Adapun tujuan praktikum ini adalah:


1. Mahasiswa mengenal berbagai macam media;
2. Mahasiswa terampil membuat media.

C. Alat dan Bahan


1. Media PDA (Potato Dextrosa Agar)

Kentang 100 g
Gula 10 g
Agar-agar 15 g
Aquadest 500 ml
2. Media TA (Taoge Agar)
Taoge 100 g
Gula 10 g
Agar-agar 15 g
Aquadest 500 mL

3. Media NA (Nutrient Agar) atau Malt Extract


Nutrient Agar Malt Extract
Aquadest 500 mL Aquadest 500 mL
Nutrient Agar 14 g Malt Extract 10 g
Agar 15 g
4. Larutan alkohol
5. Kapas
6. Aluminum foil
7. Plastik wrap
8. Erlenmeyer 250 mL
9. Kompor
10. Panci
11. Gelas pengaduk
12. Tabung reaksi
13. Cawan Petri
14. Kertas
15. Karet gelang

D. Cara Kerja
1. Media PDA. Kupas kentang, cuci dan potong-potong, rebus menggunakan
aquades sampai empuk/keluar sarinya. Demikian juga dengan taoge.
Selanjutnya saring dan campurlah dengan gula dan agar, lalu tambahkan
aquades sampai 1 L.
2. Media TA. Cuci taoge, rebus menggunakan aquades sampai empuk/keluar
sarinya. Selanjutnya saring dan campurlah dengan gula dan agar, lalu
tambahkan aquades sampai 1 L.
3. Media NA. Timbang media NA menggunakan timbangan analitik lalu
larutkan dengan aquades sampai 1 L.
4. Masukkan media ke dalam erlenmeyer, lalu tutup dengan aluminum foil.
Kocok media lalu masak sampai mendidih.
5. Siapkan tutup kapas (perhatikan demonstrasi yang ditunjukkan oleh
asisten)
6. Buat 10 tabung media miring. Masukkan 5 mL media yang telah dibuat ke
dalam tabung reaksi, lalu tutup menggunakan kapas. Satukan 10 tabung
reaksi tersebut untuk dibungkus dengan kertas. Hati-hati agar media tidak
tumpah.
7. Larutan Fisiologis. Timbang NaCl menggunakan timbangan analitik,
larutkan dengan aquades sampai 1 L. Masukkan ke dalam 10 tabung reaksi
masing-masing sebanyak 9 mL.
8. Sterilisasi semua media yang telah dibuat.
9. Setelah disterilisisasi, dalam keadaan masih agar yang masih cair,
miringkan tabung untuk membuat media miring sedangkan yang di dalam
erlenmeyer di tuang ke cawan petri untuk membuat media plate.
10. Tuang media dalam kondisi steril yaitu di dalam LAFC atau di dekat api
spiritus. (perhatikan demonstrasi penuangan media oleh asisten).
11. Segel cawan petri yang telah dituangi media menggunakan plastik wrap.
Setelah keras balikkan cawan petri. Simpan di lemari pendingin agar dapat
bertahan lebih lama.
Gambar 7. Penutupan kapas pada tabung reaksi, pembungkusan tabung reaksi dan posisi dalam
pembuatan agar miring.
ACARA V. ISOLASI DAN INOKULASI

A. Latar Belakang

Mikroba bisa dikatakan tidak pernah dijumpai satu spesies tunggal di alam,
mereka dalam bentuk populasi campuran, sehingga untuk mencari dan
mengidentifikasi suatu species perlu pemisahan/isolasi untuk mendapatkan biakan
murni. (biakan murni adalah biakan yang sel-selnya berasal dari pembelahan satu
sel).

Di dalam isolasi, inokulan yang dipilih untuk di inokulasikan telah ditentukan


terlebih dahulu dari biakan campuran. Supaya tidak terjadi kontaminasi pada isolat
yang kita inginkan berarti perlu bekerja secara aseptis, sehingga lingkungan dan
segala macam alat yang kita pakai harus steril (lihat sterilisasi).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mahasiswa mengetahui cara pengenceran;
2. Mahasiswa terampil mengisolasi dan menginokulasi.
C. Alat dan Bahan
1. Media agar plate
2. Media agar miring
3. Larutan alkohol
4. EM4/Provibio
5. tanah
6. Plastik wrap
7. Jarum ose
8. Lampu spiritus
9. Spreader
D. Cara Kerja
1. Pembuatan biakan
a. Kerjakan dalam kondisi steril di dalam LAFC atau di dekat api spiritus.
b. Ambil 100 µL EM4/Provibio menggunakan pipet mikro. Lalu tuangkan ke
atas media agar plate. Ratakan dengan menggunakan spreader. Bakar
mulut cawan petri, lalu segel menggunakan palstik wrap.
c. Isolasi dari Tanah
Tanah yang diambil di sekitar akar tanaman disiapkan dari tanah marginal dan tanah
kompos. Akuades steril disiapkan dalam erlenmeyer sebanyak 100 mL/erlenmeyer.
Tanah sebanyak 1 gram dimasukan dalam akuades tersebut dan dikocok secara merata,
kemudian didiamkan agar butiran tanah mengendap. Selanjutnya 1 mL larutan bening
diatasnya diambil dengan pipet dan diinokulasikan pada media PDA/TA/NA/Malt
Extract Agar.
d. Diamati bentuk, tepian, elevasi, bentuk keseluruhan koloni dan warna yang terbentuk
setelah 24 jam
Elevation

Gambar 8. Elevasi , Tepi dan Bentuk Keseluruhan Koloni (Leboffe & Perce, 2012)

2. Isolasi
a. Setiap mahasiswa wajib memilih salah satu koloni bakteri dan salah satu koloni jamur
(Khamir/kapang/cendawan) yang terbentuk yang telah diamati untuk diisolasi masing-
masing. Media isolasinya sesuaikan dengan media awal tumbuh.

b. Kerjakan dalam kondisi aseptik, ambil koloni tersebut dengan menggunakan jarum
ose.
c. Goreskan jarum ose tersebut ke cawan petri yang baru. Berikan kode.

Gambar 9. Inokulasi “Penggoresan” Inokulan pada Medium Inokulasi

d. Ambil koloni yang terbentuk di kuadran terakhir menggunakan jarum


ose, kemudian goreskan ke media agar miring. Segel dan berikan kode.
ACARA VI. PEWARNAAN GRAM DAN PENGUJIAN ISOLAT

A. Latar Belakang

Pewarnaan sederhana yang kita lakukan pada acara I tidak dapat membedakan
jenis-jenis bakteri yang berbeda dengan morfologi yang sama. Pewarnaan gram
ditemukan pada tahun 1884 oleh seorang Denmark. Pewarnaan ini digunakan
sebagai salah satu dasar menentukan klasifikasi bakteri. Dengan metode ini, bakteri
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif. Karena kemampuan untuk membedakan suatu kelompok
bakteri tertentu dari kelompok lainnya, maka pewarnaan gram ini disebut juga
pewarnaan deferensial.

Gambar 10. Perbedaan Struktur antara Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif

Dinding sel bakteri gram negatif lebih rumit susunannya dari pada gram positif.
Bakteri gram positif hanya tersusun dari satu lapisan saja, yaitu lapisan
peptidoglikan yang relatif tebal. Sedangkan bakteri gram negatif mempunyai dua
lapisan dinding sel yaitu : lapisan luar yang terdiri dari lipopolisakharida dan
protein, dan lapisan dalam yang terdiri dari peptidoglikan tetapi labih tipis dari pada
lapisan peptidoglikan pada bakteri gram positif. Diduga lapisan peptidoglikan pada
bakteri gram negatif hanya tersusun dari satu lapisan molekul, tetapi pada bakteri
gram positif terdiri dari banyak lapisan polimer peptidoglikan. Kecuali itu perlu
diketahui juga bahwa dinding sel bakteri gram positif juga mengandung asam
teikhoat sedangkan bakteri gram negatif tidak.
B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini:


1. Mahasiswa dapat melakukan pewarnaan bakteri;
2. Mahasiswa dapat membedakan gram bakteri.

C. Alat dan Bahan


1. Isolat mikroorganisme dalam media miring 8. Minyak emersi
2. Aquades 9. Kertas tissue
3. Gentan violet/methilen blue 10. Jarum ose
4. Aseton alkohol 11. Gelas objek
5. Iodin solution 12.Lampu spiritus
6. Safranin 13. Mikroskop
7. Xylol

E. Cara Kerja
Pewarnaan
• Teteskan aquades ke atas gelas objek
• Ambil isolat mikroorganisme menggunakan jarum ose,
suspensikan ke tetesan aquades yang berada di atas gelas
objek kemudian fiksasi, goyang di atas api dengan cepat,
sampai kering.
• Teteskan gentan violet/crystal violet, diamkan 1 menit kemudian cuci
dengan air mengalir. Keringkan anginkan.
• Teteskan iodin solution, diamkan 2 menit kemudian cuci dengan air
mengalir. Keringkan anginkan kembali.
• Teteskan aseton alkohol, diamkan 30 detik kemudian cuci dengan air
mengalir. Keringkan anginkan.
• Teteskan safranin, diamkan 30 menit kemudian cuci dengan air mengalir.
Keringkan anginkan
• Amati di bawah mikroskop pada semua perbesaran kemudian dicatat.
Gunakan minyak emersi untuk perbesaran 1000x.
• Setelah selesai, bersihkan mikroskop menggunakan xylol.
Pengujian Isolat terhadap Koin Logam Alumunium dan Steinlesteel
Mikrob yang akan diuji sama dengan mikrob yang diisolasi. Ambil 1 ose,
dibuat suspensi dalam 10 mL aquadest steril. Diambil 100µm dengan
mikropipet teteskan dalam media lempeng agar, ratakan dengan spreader
keseluruh permukaan media. Kemudian letakkan uang koin ditengah media
lempeng agar tersebut. Bila mikrob yang ditumbuhkan tidak mampu tumbuh
di dekat logam koin tersebut, maka akan terbentuk zona terang di dekat
logam.
Pengujian Isolat dalam menghasilkan enzim Protease.
Suspensi di atas sebanyak 100µm ditebarkan dalam media susu skim. Bila
isolat menghasilkan protease, akan terbentuk zona terang di luar koloni koloni
seperti gambar di bawah ini.

Pengujian Isolat menghasilkan enzim Amilase


Hasil isolasi kemudian diteteskan Congo Red. Bila isolat setelah diteteskan
berwarna seperti di bawah ini, maka isolat tersebut menghasilkan enzim
amilase.
ACARA VII. PERHITUNGAN JUMLAH SEL BAKTERI

A. Latar Belakang
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam pengamatan tingkat
pertumbuhan suatu populasi bakteri, yaitu: perhitungan secara langsung,
perhitungan secara taburan, dan perhitungan secara Most Probable Number. Selain
ketiga cara tersebut masih ada cara-cara lain yang tidak dibahas buku petunjuk
praktikum ini.
1. Perhitungan secara langsung
Cara ini diperlukan mikroskop dan bilik hitung. Bilik hitung merupakan
suatu gelas benda yang dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai volume
tertentu dan bidang pandang yang terbagi dalam kotak- kotak. Jumlah sel dalam
bidang pandang tersebut merupakan jumlah sel pada volume tertentu tersebut
dari bilik hitung tersebut. Pada dasarnya cara ini merupakan cara yang sama
dengan cara perhitungan sel-sel darah.

Cara ini akan diperoleh jumlah sel hidup dan sel mati sekaligus, sampel
yang diamat-amati sedikit, sulit untuk diterapkan pada substrap-padat, dan
seringkali amat melelahkan masa waktu menghitung sel-sel tersebut.

Gambar 11. Perhitungan secara langsung (Madigan, 2000)


2. Perhitungan secara Taburan.

Prinsip yang digunakan dalam metode ini adalah tiap koloni yang tumbuh
dianggap berasal dari satu sel bakteri. Untuk menghitung jumlah sel koloni
populasi bakteri biasanya diperlukan pengenceran, yang tingkat
pengencerannya dinyatakan biasanya dengan 10-1; 10-2; 10-3; dst. Dari masing-
masing pengenceran dilakukan inokulasi pada medium agar dalam cawan petri.
Setelah inokulasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan kemudian dikalikan
faktor pengencerannya. Misalnya pada pengenceran 10 -3 terdapat 150 koloni,
maka jumlah bakteri adalah 150 x 1000 = 150.000 bakteri mL (jika jumlah
sampel yang diinokulasikan adalah 1 mL).

Gambar 12. Pembuatan seri pengenceran (Madigan, 2000)

3. Perhitungan Secara MPN.

Metode MPN (“Most Probable Number”) merupakan suatu metode untuk


menghitung jumlah sel dari suatu populasi bakteri. Dasar utamanya adalah
kemungkinan pertumbuhan bakteri tersebut dalam pengenceran yang tertinggi.
Misalnya pada pengenceran 10-5 masih ada pertumbuhan tetapi pada
pengenceran 10-6 tidak tumbuh, maka jumlah sel yang dihitung adalah antara
10-4 dan 10-5.

Metode MPN diatur sedemikian rupa sehingga secara statistik dapat dibuat
suatu Tabel (Tabel VI.1) yang menunjukkan jumlah sel bakteri dari suatu bahan
yang diuji. Pengujian ini digunakan paling tidak tiga macam volume sampel,
misalnya 10 ml, 1 mL dan 0,1 mL. Masing-masing sampel biasanya dengan
lima kali ulangan.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah yang positif pada tiap
pengenceran. Kepositifannya ditentukan adanya pertumbuhan pada pegenceran
tersebut. Misalnya untuk bakteri koliform, yang digunakan adalah medium
laktosa-cair, maka tabung yang positif akan membentuk gas di dalamnya.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Mahasiswa mengetahui tahapan dalam proses penghitungan


populasi bakteri;
2. Mahasiswa dapat menghitung populasi bakteri

C. Bahan dan Alat


1. Isolat bakteri
2. Media agar plate
3. Larutan fisiologis
4. Larutan alkohol
5. Plastik wrap
6. Label
7. Lampu spiritus
8. Pipet mikro
9. Tip pipet mikro
10. Spreader

D. Cara Kerja
1. Penghitungan populasi menggunakan teknik taburan
2. Ditimbang 1 g pelet/ 1 mL EM4 / 1 mL Provibio / 1mL Yakult
3. Buat beberapa seri pengenceran isolat bakteri (10-1; 10-2; 10-3; 10-4; 10-5)
4. Taburkan isolat bakteri sebanyak 100 µL ke media lempeng agar media
yang sesuai menggunakan pipet mikro. Segel dan beri kode sesuai seri
pengenceran.
5. Hitung populasi koloni yang tertentu setelah 24 – 36 jam.
ACARA VIII. PEMBUATAN TAPE, RAGI TAPE DAN TEMPE

A. Latar Belakang
Tape, tempe, oncom sering dipandang orang sebelah mata, padahal ini dapat

dikategorikan sebagai bioteknologi, yaitu Bioteknologi tradisional. Ilmu pembuatan


makanan-makanan di atas sudah cukup lama ada di Indonesia, jadi sebenarnya kita
sudah lama mengenal Bioteknologi, sejak nenek moyang.

Ragi tape adalah campuran dari bermacam-macam khamir yang saling


mendukung untuk pembuatan cita rasa tape. Apabila hanya terdapat satu/dua
macam khamir saja, kemungkinan besar tidak akan kita dapatkan cita rasa yang
enak. Apabila kita telah mendapatkan ragi tape yang dapat menghasilkan tape
dengan rasa yang cukup enak maka ragi tersebut dapat kita
kembangkan/diperbanyak.

Khamir akan memfermentasi pati menjadi gula, gula menjadi alkohol, sehingga
rasa tape akan menjadi manis dan juga beralkohol. Apabila terdapat rasa asam, itu
merupakan zat/senyawa antara yang dihasilkan juga, yaitu pada proses
metabolismenya.

Ragi tempe bukanlah khamir seperti halnya ragi tape tetapi jamur. Namun pada
prinsipnya proses fermentasi umumnya dari bakteri, khamir maupun jamur dapat
diterapkan pada bahan yang mengandung pati, yang membedakan hasilnya adalah
metabolisme masing-masing.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami

proses pembuatan tape, ragi tape dan tempe serta proses metabolisme yang
menyertainya.

C. Bahan dan Alat


1. Singkong
2. Beras ketan
3. Kedelai
4. Gula pasir
5. Pisau
6. Panci untuk merendam
7. Ragi tape
8. Daun pisang
9. Alat pengukus
10. Kompor/pemanas
11. Plastik
12. Refractometer
D. Cara Kerja
1. Pembuatan tape
a. Kupaslah singkong, lalu keroklah bagian permukaannya yang licin
dengan pisau. Cuci dan kukuslah sampai matang
b. Rendamlah beras ketan selama + 6 jam, cuci, tiriskan lalu kukus juga
sampai matang.
c. Setelah singkong matang, lumuri singkong dengan ragi tape, bungkus
dengan daun pisang Inkubasikan di dalam tempat yang aman dan hangat
+ suhu 30oC selama 72 jam.
d. Untuk ketannya, bisa langsung diberi ragi atau dapat pula diberi warna
terlebih dahulu. Untuk pewarna dari daun suji/daun pandan wangi perlu
dibuat ekstraknya dahulu. Ragi dicampur rata dengan ketan, setiap 1
buah ragi ukuran besar untuk 0,5 kg beras ketan. Bungkus dengan
plastik dan daun, lalu diinkubasikan selama 72 jam seperti halnya tape
singkong (lihat perlakuannya No. 4).
e. Supaya tahu lebih jauh lagi kita perlu memberi perlakuan pada
pembuatan tape ketan:
Ketan + ragi tape dibungkus daun
Ketan + ragi tape dibungkus plastik

Ketan + ragi tape + air gula konsentrasikan 20%


(20g/100mL) dibungkus daun

Ketan + ragi tape + air gula konsentrasikan 20% dibungkus plastik.

f. Kadar gula dihitung dan di cek juga dengan refractometer, pengukur


kadar gula, supaya diketahui konsentrasi gula sesungguhnya.
g. Kadar gula pada tahap awal dianggap sebagai gula awal sebelum
fermentasi.
h. Setelah inkubasi selama 72 jam periksalah hasilnya, cicipi bagaimana
cita rasanya.
i. Tape ketan supaya diketahui konsentrasi gula akhirnya, digunakan
refractometer.
2. Pembuatan Tempe Kedelai
a. Rebuslah kedelai sampai lunak, kupaslah dan pecahkanlah keping-
keping bijinya.
b. Keping-keping biji kedelai tersebut rendamlah selama 24 jam,
kemudian di rebus kembali sampai lebih lunak lagi.
c. Lalu tiriskan. Setelah itu baru dicampur dengan ragi tempe dan
dibungkus dengan daun dan plastik yang diberi lubang-lubang, dengan
cara menusuk-nusukan lidi.
d. Inkubasikan selama 24 jam. Bandingkan hasilnya.
ACARA IX. BUDIDAYA JAMUR DAN PEMBUATAN BIBIT JAMUR F0

1. Budi daya Jamur Kayu

1. 1. Persiapan
Bibit Jamur.
Bibit jamur yang digunakan untuk budi daya jamur sebaiknya diperoleh dan pengusaha bibit
atau lembaga yang memproduksinya. Bibit yang digunakan harus baik kualitasnya karena penggunaan
bibit yang tidak terjamin kualitasnya akan berakibat dengan kegagalan. Bibit jamur dapat dikemas
dalam botol atau kantung plastik. Kemasan dalam botol lebih disukai karena kemungkinan kontaminasi
lebih kecil. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah umur bibit. Bibit yang baik harus mempunyai label
yang mencantumkan nama jamur, tanggal dibuat, dan pembuatannya.
Bahan Baku untuk Medium Tanam.
Bahan baku untuk budi daya jamur tiram yang umum digunakan ialah serbuk gergaji yang akan
digunakan untuk media tanam jamur. Selain serbuk gergaji diperlukan pula bahan tambahan lain
seperti bekatul/dedak, kapur, gips. Dapat pula ditambahkan pupuk urea untuk tambahan nutrisi.
Bahan untuk Membuat Wadah Media Tanam.
Wadah media tanarn jamur tiram ialah kantung plastik tahan panas yang berukuran 18 cm x 25
cm. Sebagai pelengkap lain diperlukan bambu/pralon/bahan plastik tahan panas yang bergaris tengab
3.5-4.0 cm. Bambu/pralon/bahan plastik tahan panas ini dipotong-potong setebal 2.5 cm untuk
membuat leher pada kantung plastik. Sekarang ini leher untuk kantung plastik yang siap pakai langsung
dapat dibeli. Bahan lain yang diperlukan ialah karet gelang, batang-batang bambu berdiameter 1 cm
dengan panjang 6 cm, limbah kapas pabrik tekstil, dan kertas bekas.

Alat Pemadat Media.


Substrat yang digunakan untuk menumbuhkan jamur dibuat padat menyerupai substrat tempat
tumbuh jamur kayu di alam. Sebagai pemadat dapat digunakan alat pemberat yang dihubungkan
sedemikian rupa dengan lengan pompa tangan sumur atau yang sederhana dapat digunakan botol berisi
pasir.

Rak Jamur.
Rak jamur yang paling sederhana dibuat dari bambu dengan ukuran 2.0 m x 0.8 m yang terdiri
atas tiga susun dengan tinggi setiap susun 0.5 m. Rak bambu ini dapat di tempatkan di dalam ruangan
atau dikerudungi plastik sehingga kelembapan nisbi yang cukup tinggi dapat dipertahankan. Sebaiknya
bambu yang digunakan berumur tua dan dalam keadaan kering. Alangkah baiknya jika rak bambu
sebelum digunakan diberi meni/cat untuk mencegah pertumbuhan kontaminan pada rak jamur yang
selalu berada dalam ruangan dalam keadaan lembap.
Alat Sterilisasi.
Media tanam yang telali berada dalarn kantung-kantung plastik harus disteriilisasi terlebih
dahulu sebelum digunakan, biasanya dengan memakai autoklaf. Namun dapat pula digunakan alat
buatan sendiri, yaitu drum yang dirancang sedemikian rupa sehingga fungsinya seperti dandang untuk
menanak nasi.
Alat Semprot.
Untuk membasahi ruangan dan media tanam agar tetap lembap dapat digunakan alat yang
biasa digunakan untuk menyemprot harna dan penyakit tumbuhan, ataupun menggunakan selang yang
dihubungkan dengan kran air dan ujung selang telah dilengkapi dengan lubang penyemprot.

1.2. Pelaksanaan
Pembuatan Media Tanam.
Banyak macam komposisi bahan yang digunakan untuk membuat media tanam jamur tiram.
Di sini akan diuraikan salah satu resep saja.
Komposisi bahan yang diperlukan sebagai berikut: 85% serbuk gergaji, 12% bekatul, 1.5%
gips, 1.5% kapur, dapat pula ditambahkan 0.5% pupuk urea.
Semua bahan di atas dicampur sampai rata sambil ditambahi air sedikit demi sedikit sehingga
campuran tersebut cukup basah dengan kandungan air substrat kurang lebih 70%. Keadaan ini dapat
dicapai dengan cara menggenggamnya hingga substrat tersebut menggumpal, tetapi tidak meneteskan
air. Jumlah total air yang digunakan kurang lebih 3-4 kali jumlah serbuk gergaji yang dipakai.
Selanjutnya substrat yang terdiri atas campuran bahan-bahan tadi dirnasukkan ke dalam
kantung plastik tahan panas. Substrat di dalam kantung plastik ditekan-tekan dengan menggunakan
pemadat hingga padat. Kantung plastik yang telah berisi substrat kemudian dibentuk menyerupai botol.
Ujung plastik dimasuki bahan untuk leher, sesudah itu ujung plastik ini dilipat dan diikat dengan karet
gelang sehingga menyerupai leher botol. Melalui lubang leher ini batang bambu ditancapkan ke media
sampai kedalaman kurang lebih 3-4 cm. Kemudian lubang leher media disumbat dengan kapas dan di
atasnya ditutup dengan kertas yang diikat dengan karet.
Stelirisasi. Kantung-kantung plastik berisi substrat sebagai media tanam jamur disterilkan
dengan drum yang telah berisi air. Jika air telah medidik maka suhu akan mencapai 90-100 oC. Suhu
tersebut dipertahankan selama 6-8 jam bergantung pada banyaknya kantung dan ukuran media yang
disterilkan. Keesokan harinya media baru dapat dikeluarkan dari drum. Di Laboratorium dapat
menggunakan autoclave.

Pembibitan.
Setelah kantung yang berisi substrat sebagai media tanam menjadi dingin, kantung tersebut
dikeluarkan dan drum dan disimpan ditempat yang bersih dan tertutup selama 12 jam sebelum
diinokulasi. Sebelum menempatkan substrat di dalam ruangan, ruangan harus dibersihkan terlebih
dahulu, kemudian disemprot dengan larutan lisol (dua tutp kaleng untuk setengah liter air). Proses
pembibitan dimulai dengan menginokulasi kantung yang berisi substrat dengan bibit yang telah
dipersiapkan. Yang perlu diketahui ialah selama berada di dalam ruang pembibitan kita harus bekerja
secara aseptik.
Pertama-tama, buka tali yang diikat pada baglog yang ingin di inokulasi dengan bibit jamur
tiram, kemudian diinokulasi dengan bibit F2 sebanyak kira-kira 1-2 sendok teh. Selanjutnya lubang
leher ini ditutup dengan kapas dan diikat dengan gelang karet.
Kantung media tanam yang telah diinokulasi diinkubasi pada rak-rak di dalam ruangan yang
agak gelap sampai seluruh permukaan substrat dipenuhi miselium jamur tiram. Penampakan seluruh
permukaan substrat berwarna putih berartinya miselium jamur tiram telab menyebar diseluruh media
tanam. Waktu yang diperlukan untuk memenuhi seluruh kantung kurang lebih satu bulan, namun
setelah itu sebaiknya dibiarkan selama 1-2 minggu agar miselium menjadi cukup umur untuk
membentuk tubuh buah. Keadaan ini dapat dilihat dan warna-warna kuning kecokelatan yang terjadi.

Pemeliharaan.
Kantung yang telah cukup umur untuk membentuk tubuh buah, tutup kertasnya dibuka, dapat
pula pada dinding plastik dibuat lubang sebanyak 2-4 buah. Jamur tiram memerlukan udara untuk
membentuk primordium. Kantung-kantung ini diletakkan pada rak-rak yang telah disiapkan. Jamur
tiram tidak memerlukan cahaya matahari langsung san kelembapan nisbi yang diperlukan sekitar 80-
85%.
Untuk pembentukkan tubuh buah, jamur tiram memerlukan suhu yang agak rendah, yaitu 20-
28oC, ventilasi, cahaya sedikit, dan kandungan air setelah kelembapan nisbi yang cukup.
Jika suhu di dalam ruangan lebih dan 28oC, dapat dilakukan penyemprotan dengan air sesering
mungkin untuk menurunkan suhu. Pintu, jendela, ataupun kerudung plastik dibuka supaya udara segar
masuk, terutama pada malam hati Jika ventilasi kurang baik akan mengakibatkan perkembangan tubuh
buah jamur tiram menjadi kurang sempurna. yakni tangkai menjadi panjang. Keadaan ini juga karena
jamur kurang mendapat cahaya yang cukup.
Agar kandungan air media tanam tetap dapat dipertahankan sekitar 70%, penyemprotan perlu
dilakukan setiap hari Usahakan air semprotan berupa percik-percik air yang halus seperti kabut agar
tidak mengganggu pertumbuhan miselium. Penyemprotan jangan berlebihan karena dapat
menyebabkan media tanam menjadi busuk, terutama jika air sampai tergenang di dalam kantung.
Agar budidaya jamur tiram berhasil baik, ruangan harus selalu bersih. Jika ada media produksi
yang ditumbuhi kapang lain (misalnya pada media ada warna biru, hijau, hitam. kuning, ataupun
merah) sebaiknya kantung tersebut segera dibuang/diambil.

Pemanenan.
Biasanya 5-7 hari setelah tutup kertas dilepas akan tumbuh primordium jamur tiram, tampak
seperti kuncup-kuncup bunga berwarna put ih. Primordium ini akan berkembang menjadi tubuh buah
dewasa selama tiga hari. Jika pelepasan tutup kertas dilakukan sebelum miselium cukup dewasa, maka
pembentukan primordium akan mernerlukan waktu lebih lama.
Pemetikan tubuh buah jamur tiram dilakukan dengan cara memegang tangkai jamur, memutar
sambil membantunya secara hati-hati. Disarankan tidak menggunakan pisau atau ‘alat lainnya. Tubuh
buah jamur tiram harus dibantu seluruhnya. karena jika ada yang tertingga dapat menyebabkan
pembusukan. Ingat! Jangan sampai terlalu dini (perkembangan tubuh buah jamur belum maksimum)
ataupun terlambat (bagian pinggir tubuh buah jamur mengering) memetik tubuh buah.
Bobot rata-rata produksi jamur segar setiap kantung sebesar 100 gram. Umumnya jamur dapat
dipanen 3-5 kali untuk setiap kantung dengan selang waktu kurang lebih 2 minggu. Semuanya ini
bergantung pada kombinasi bahan yang digunakan untuk membuat media tanam dan pemeliharaan
selama budi daya. Hasil panen akan tetap segar selama 3-5 hari jika disimpan di ruangan dingin atau
lemari

Parameter
- Jumlah kantung yang berproduksi,
- bobot basah jamur,
- bobot kering jamur,
- Efisiensi biologi jamur (perbandingan bobot jamur terhadap bobot media awal)
Diamati sampai 2 kali panen.
Pengamatan yang lain :
* Waktu yang diperlukan untuk :
- miselium tumbuh memenuhi kantung
- munculnya primordium setelah media dibuka/panen
1. Pembuatan Bibit Jamur F0
1. Persiapkan 1 tubuh buah jamur yang edible / dapat dimakan dan media PDA miring dalam
tabung-tabung kecil/tabung reaksi, lihat acara II.
2. Usap seluruh bagian luar dari tubuh buah dengan alkohol 70%, ambil bagian dalam dari tubuh
buah dengan skalpel, potong dengan besar ± 5mm.
3. Potongan jaringan tersebut selanjutnya letakkan di media tersebut di atas. Semua dikerjakan
dalam keadaan aseptis.
4. Setelah 3-5 hari amati, apakah potongan jaringan jamur tersebut tumbuh hifa-hifa halus seperti
kapas ? apakah terjadi kontaminasi ?
5. Apabila tidak terjadi kontaminasi, kultur jaringan jamur tersebut dibiarkan sampai penuh.
6. Setelah penuh, subkulturkan ke media lempeng cawan petri.
7. Beberapa waktu kemudian setelah lempeng agar dipenuhi hifa, dapat disubkulturkan ke wadah
media bibit jamur yang telah dipersiapkan sebelumnya, dengan komposisi sbb :
Untuk jamur Kayu
- Jagung/sorghum/jewawut 500 g
- kapur 7,5 g
- dedak 67,5 g
- serbuk gergaji 615 g
Seluruhnya dicampur dengan menambahkan air dengan
tingkat kebasahan ±70%. Tempatkan ke dalam botol bibit,
tutup dengan kapuk, kertas dan ikat dengan karet gelang.

8. Setelah hifa penuh dalam botol bibit, ± 2-4 minggu, bibit dapat digunakan untuk bibit jamur
budidaya.
Daftar Pustaka

Arma, AJA. 2004. Zat Radioaktif dan Penggunaan Radio isotop bagi Kesehatan. FKM.
USU.
Dwidjoseputro, D. 1984. Dasar-Dasar Mikrobiologi Djambatan. Jakarta.
Goltenboth, F., Timotius, K. H. 1978. Pedoman Praktikum Mikrobiologi. Fakultas
Biologi-UKSW. Salatiga.
Hadioetomo, Ratna S. 1985. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT. Gramedia Jakarta.
Hartoharsono, S. 1986. Biokimia Jilid I, Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Leboffe, MJ. Pierce, BE. 2012. Microbiology Laboratory Theory & Application, Brief,
2nd Ed. Morton Publ. Co. 566p
Madigan, MT., Martinko, J.M. and Parker, J. 2000. Brock Biology of Microorganismes.
9th Ed. Prentice-Hall, Inc., New Jersey
PAIR-BATAN. 2006. Activities and Results of Pelita IV Batam (1984-1989)
http:/www.batan.go.id. /hasil/hasil/-04.htm#H02 [19 Maret 2006]
Puspitasari, R. T. 2005. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Pertanian UMJ.
Jakarta.
. 2004. Pedoman Praktikum Biologi Umum. Fakultas Pertanian UMJ.
Jakarta.
Schenk, N.C. dan Y. Perez. 1988. Manual for Identification of VA Mycorrhizal Fungi.
2nd Ed. INVAM. University of Florida. Gainesville.
Siregar, R.E. 2004. Aplikasi Damai Teknik Nuklir. FMIPA-Universitas Padjadjaran.
Smith SE & DJ Read. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. London : Academic Press.
Timotius, K. H. 1981. Pengantar Mikrobiologi Tanah. Fakultas Pertanian UKSW.
Salatiga.
Timotius, K. H. 1978. Mikrobiologi Dasar. Fakultas Ilmu Hayat-UKSW. Salatiga.
Winarno, F. G. 1980. Pengantar Pangan. PT. Gramedia. Jakarta.
Format

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
Nama : ......................
NRP : ......................

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2016/2017

PENDAHULUAN (Nilai 10)

A. Latar Belakang

Dasar teori praktikum, bisa diambil dari berbagai sumber bacaan baik buku
dan jurnal (cetak atau online).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum.

METODE (Nilai 10)

A. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum.

B. Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan saat praktikum.


HASIL DAN PEMBAHASAN (Nilai 60)

A. Hasil Praktikum

Semua hasil dari praktikum yang telah dilakukan.

B. Pembahasan

Penjelasan dari hasil praktikum yang telah dilakukan. Referensi dari sumber
bacaan (buku/jurnal baik cetak maupun online) yang menguatkan penjelasan.

SIMPULAN (Nilai 15)

Kesimpulan yang didapat dari hasil praktikum.

DAFTAR PUSTAKA (Nilai 5)

Nama penulis (nama belakang terlebih dahulu kemudian diikuti nama depan).
Tahun terbit. Judul bacaan. Penerbit. Kota terbit.

Anda mungkin juga menyukai