Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK LABOBAROTIUM TOKSIKOLOGI KLINIK

Disusun Oleh :
Nafilah Alya Ardi
NIM. P07134220027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
2022
I. Judul Praktik : Identifikasi Obat Menggunakan Metode KLT (Kromatografi
Lapisan Tipis)
II. Hari, tanggal : Kamis, 20 Oktober 2022
III. Tujuan : Mahasiswa diharapkan dapat melakukan identifikasi obat
menggunakan metode KLT
IV. Metode :
Metode KLT (Kromatografi Lapisan Tipis) adalah salah satu analisis kualitatif
sampel dengan memisahkan komponen sampel berdasarkan perbedaan polarisasi.
Kromatografi lapisan tipis menggunakan fase gerak efluen, serta fase diam berupa
piring dengan lapisan adsorben yang tidak mudah bereaksi, seperti silika gel,
alumunium oksida, atau selulosa.

V. Prinsip :
Memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel
dengan pelarut yang digunakan. Larutan atau campuran laurtan yang digunakan
dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka
sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.

VI. Dasar teori :


Obat adalah senyawa kimia yang dapat diidentifikasi berdasarkan pada sifat
fisika dan kimianya. Wujud penampilan, keadaan fisik pada suhu kamar dan tekanan
udara, berat molekul, titik lebur, berat jenis, indeks bias, kelarutan (dalam air atau
pelarut organic), bentuk kristal dan paparan spectra merupakan kriteria dan cara
identifikasi obat.
Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia yang didasarkan
pada perbedaan distribusi molekul-molekul komponen diantara dua fasa (fase
gerak/eluen dan fase (fase gerak/eluen dan fase diam/adsorben) yang berbeda
tingkat kepolarannya. Kromatografi lapis tipis merupakan bentuk kromatografi planar
yang digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofob seperti
lipida-lipida dan hidrokarbon. Sastrohamidjojo, 1991
Kelebihan KLT adalah keserbagunaan, kecepatan, dan kepekaan.
Keserbagunaan KLT adalah bahwa selain selulosa, sejumlah penyerap lain dapat
disaputkan dengan pelat kaca atau penyangga lain, meskipun silika gel yang paling
banyak digunakan, kecepatan KLT dipengaruhi oleh sifat penjerap yang lebih padat
bila disaputkan pada pelat. Kekurangan KLT adalah kerja penyaputan pelat kaca
dengan penyerap, bubur silika gel yang harus dikocok kuat-kuat tiap jangka waktu
tertentu, pengeringan pada suhu kamar dan pengkatifan dengan pemanasan pada
suhu 100-110˚C selama 30 menit (Harborne 2006)
VII. Reaksi
Residu hasil ekstraksi yang dilanjutkan dengan ekstraksi yang dielusi dengan
pelarut tertentu akan membentuk bercak ketika diamati dibawah sinar UV.

VIII. Reagen dan Alat


A. Bahan dan Reagen B. Alat
1. Standar = Obat 1. Labu erlenmeyer
paracetamol (INF), 2. Mortar dan alu
Antalgin, Asetosal 3. Kertas saring
2. Etanol 4. Gelas kimia 
3. Eluen = Toluen, Asam 5. Tabung Reaksi
Asetat Glasial, Dietil 6. Silica gell
Eter, Metanol 7. Chamber
4. Sampel Obat X 8. Pipet ukur dan pump
9. Gunting
10. Penggaris

IX. Identitas sampel :


a. Sampel : Obat dengan kandungan X (belum diketahui)

X. Prosedur Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Obat digerus sebanyak 2 tablet pada mortar menggunakan alu. 
3. Setelah digerus, memasukkan obat hasil gerusan kedalam tabung reaksi.
4. Memipet sebanyak 5 mL etanol, masukkan kedalam tabung reaksi sedikit demi
sedikit yang berisi sampel obat. Bertujuan untuk melarutkan obat tersebut.
5. Sediakan gelas kimia dan corong. Letakkan kertas saring di atas corong kemudian
saring sampel obat yang telah dilarutkan sebelumnya.
6. Hasil ekstraksi diuapkan hingga tersisa sekitar 1 mL. 
7. Siapkan chamber, dijenuhkan dengan eluen :
8. Toluen: asam asetat glasial: dietil eter: metanol
(12:3:3:2)
9. Totolkan filtrat dan larutan standar pada lapisan silica gel
10. Lakukan eluasi dengan jarak 8 cm
11. Amati bercak di bawah sinar UV
12. Hitung Rf bercak sampel dan standar
XI. Interpretasi Hasil :
 Hasil ke-1
 Standar
Jarak Elusi Standar
Paracetamol = Rf =
Jarak Elusi Eluen
0
=
8
=0
Jarak Elusi Standar
Antalgin = Rf =
Jarak Elusi Eluen
0
=
8
=0
Jarak Elusi Standar
Acetosal = Rf =
Jarak Elusi Eluen
3,6
=
8
= 0,45

 Sampel
Jarak Elusi Sampel
Rf =
Jarak Elusi Eluen
2,8
=
8
= 0,35

 Hasil ke-2
 Standar
Jarak Elusi Standar
Paracetamol = Rf =
Jarak Elusi Eluen
0
=
8
=0
Jarak Elusi Standar
Antalgin = Rf =
Jarak Elusi Eluen
0
=
8
=0
Jarak Elusi Standar
Acetosal = Rf =
Jarak Elusi Eluen
3,6
=
8
= 0,45

 Sampel
Jarak Elusi Sampel
Rf =
Jarak Elusi Eluen
2, 5
=
8
= 0,31

XII. Hasil Pengamatan :

Hasil ke-1

Hasil ke-2
XIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini menunjukkan tidak teridentifikasinya kandungan pada
sample obat atau tablet dari ketiga standar yang digunakan yaitu paracetamol,
antalgin, dan acetosal. Alasan mengapa sampel tidak teridentifikasi karena eluen
yang digunakan tidak cocok dengan sampel. Metode KLT memang memiliki
kekurangan dalam membutuhkan sistem trial and error untuk menentukan sistem
eluen yang tepat atau cocok.
- Eluennya tidak cocok
- Senyawa tidak bergerak, tetap berada di titik awal
XIV. Kesimpulan :
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kandungan atau zat aktif di
dalam sampel obat tablet tidak teridentifikasi karena eluen yang digunakan tidak
cocok.
XV. Referensi :
Rahayu, Muji dan Moch Firman Solihat. 2018. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium
Medis (TLM) Toksikologi Klinik. Jakarta: BPPSDMK.

Yogyakarta, 23 Oktober 2022


Praktikan
Nafilah Alya Ardi
NIM. P07134220027
I. Judul Praktik : Pengambilan Spesimen dan Screening Test Napza “Arsen”
II. Hari/tanggal praktik :Kamis, 06 Oktober 2022
III. Tujuan : Mahasiswa diharapkan dapat melakukan pemeriksaan
sianida
IV. Prinsip : As3+ + H+ (dengan bantuan katalisator Zn) → ARSIN AsH3
(gas) AsH3 +HgCl2 → kuning-hitam
V. Metode : Sanger Black
VI. Dasar teori :
Arsen trioksida disebut juga arsen putih (As2O3) adalah senyawa yang tidak
berwarna, tidak berbau dan merupakan bentuk komersial dari arsen sebagai bahan
dasar untuk berbagai produk sintetis. Arsen pentaoksida merupakan bentuk arsen
valensi +5 dan disebut juga arsenate (As2O5) (WHO 2001). Arsen dalam bentuk
organik bersifat kurang toksik sedangkan bentuk anorganik bersifat toksik. Bentuk
arsenite (+3) memiliki potensi enam puluh kali lebih toksik dibandingkan dengan
arsenate (+5) (Ratnaike, 2003).
Arsen sangat jarang ditemukan di alam dalam bentuk elemen murni, namun
arsen organik sebagai arsenobetain banyak terdapat pada mikrobiota, tumbuhan dan
sistem biologi lain. Bentuk tereduksi dari arsen (arsenate maupun arsenite) dijumpai
dalam produk-produk industri, limbah pertanian dan di permukaan air (Mashkoor et
al. 2013). Jutaan manusia di dunia terpapar arsen anorganik akibat konsumsi dari air
minum dan makanan yang terkontaminasi arsen (Silbergeld et al. 2008). Arsen
merupakan golongan logam dalam bentuk organik maupun anorganik ditemukan
dalam air dan tanah di seluruh dunia khususnya di Bangladesh, India, di beberapa
negara di Asia Tenggara (Bhattacharya et al. 2009).
Dalam lingkungan perairan, kondisi dalam tekanan oksidasi arsen
membentuk pentavalent arsenat (As(V)), dimana dalam kondisi sebaliknya saat
tereduksi membentuk trivalent arsenit (As(III)), dan mobilitas serta penyerapan oleh
sedimen, tanah lempung, dan mineral tanah bergantung pada bentuk arsennya.
Dalam kondisi anoksik, aktivitas mikrobial dapat membentuk arsen dalam metilat,
yang mana berbentuk padat dan mampu masuk ke lapisan atmosfer (Nriagu et al.,
2007).
Senyawa arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 cara, yaitu peroral,
inhalasi, dan absorpsi melalui kulit atau mukosa membran. Arsen bersifat sitotoksik,
karena menyebabkan efek racun pada protoplasma sel tubuh manusia. Racun arsen
yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserap secara sempurna di dalam usus
dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh organ tubuh. Distribusinya
tergantung dari lama pemberian dan jenis arsen. Sebagian besar arsen disimpan
dalam hati, ginjal, jantung dan paru paru.

VII. Reagen dan Alat


A. Reagen B. Alat
1. Teh 1. Labu erlenmeyer
2. CUSO4 2. Karet prop
3. Kertas AgCl2 3. Hot plate
4. AsH3 diganti NaAsO2 4. Sendok
5. Kertas Pb-asetat 5. Pipet tetes
6. Kapas Pb-asetat 6. Pipet ukur
7. Zn 7. Bulb
8. Aquades 8. Pinset
9. H2SO4 9. Kertas lakmus
10. Pipa
11. Gelas kimia
12. Penganduk
VIII. Identitas sampel :
- Kontrol positif arsen
- Kontrol negatif arsen
- Teh
IX. Prosedur Kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membuat alat modified sanger black
3. Sampel teh diukur ditimbang atau diukur (untuk kuantitatif) dengan
menambahkan 10-25 ml aquades
4. Masukan butiran Zn yang telah direndam CuSO4 5% ke dalam labu erlenmeyer
5. Kemudian tambah 20 ml H2SO4 2N atau 6N
6. Pasang gabus atau penutup yang telah dipasangi kertas Pb asetat (untuk
menangkap gas H2S) yang timbul yang dapat mengganggu pemeriksaan.
7. Pada ujung cerobong, pasang pipa kaca yang diisi kertas saring dengan ukuran
lebar 1 mm dan telah di infilter dengan sublimat, biarkan selama 1/2 jam
8. Jika kertas sublimat tetap berwarna putih, artinya bebas dari arsen. Maka,
contoh sampel makanan yang tadi ditimbang dapat segera dimasukkan.
9. Tunggu sampai terjadi perubahan warna pada sublimat secara konstan (tidak
tambah panjang lagi)
10. Jika warna tidak tambah panjang lagi berarti asam di dalam labu erlenmeyer
telah habis.

X. Interpretasi Hasil :

Sampel Hasil Kualitatif

1. Kontrol positif (As2O3) Positif

2. Kontrol negatif (Aquades) Negatif

3. Teh Negatif

XI. Hasil pengamatan :

Kontrol Positif Kontrol Negatif Sampel = Teh


Hasil = Positif
XII. Pembahasan :
Arsen diketahui mampu menyebabkan keracunan karena kehadirannya di
dalam air minum dan spesies arsen yang paling umum adalah arsenat dan arsenit.
Pencemaran arsen dipandang cukup serius karena melalui air minum telah
dilaporkan menyebabkan kanker pada kulit dan beberapa organ dalam serta
terjadinya hyperkeratosis, perubahan pigmentasi, efek pada sistem sirkulasi dan
sistem syaraf (flora et al.2007).
Pada pemeriksaan arsen menggunakan metode sanger black pada suasa
asam arsen diubah menjadi arsin dengan katalisator Zn kemudian gas arsin
ditangkap dengan kertas sublimat membentuk senyawa bewarna coklat sampai
hitam, jika coklat menunjukkan adanya Sb
Dalam pemeriksaan arsen pada sampel  yang perlu diperhatikan adalah :
1. Praktikan harus lebih teliti dan cermat dalam mengola sempel
2. Mengguna kan sarung tangan dan masker serta APD  dengan benar
3. Perakitan alat sanger blak dengan tepat agar tidak menimbulkan
keluarnya as arsin
4. Lakukan praktikum dilemari asm agar gas arsi tidak meyebar
eruangan karena santa berbahaya
5. Pembuangan limbah denan baik dan benar Karen arsen bersifat
sangat toksik
Jadi untuk memperkecil kesalahan yang dapat ditimbul kan dan mencegak terjadinya
ketoksikan pada praktikan, praktikan harus leih teliti dan cermat lagi dan sebaiknya tidak
bermain-main da lebih serius lagi.

XIII. Kesimpulan :
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada pemeriksaan arsen di
dalam makanan dan bahan minuman teh dan diperoleh hasil positif dan control
positif arsen berubah warna menjadi coklat sampai hitam.
XIV. Referensi :
Rahayu, Muji dan Moch Firman Solihat. 2018. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium
Medis (TLM) Toksikologi Klinik. Jakarta: BPPSDMK.

Yogyakarta, 10 Oktober 2022


Praktikan
Atikah Aliyah Rohmah
(P07134220037)

Anda mungkin juga menyukai