Anda di halaman 1dari 14

A.

Judul : Identifikasi kurkumin pada kunyit secara kromatografi lapis tipis


B. Tujuan : Identifikasi senyawa sampel yang mengandung kurkumin dengan
menggunakan KLT
C. Dasar teori
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen
yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan fase
stasioner (fase diam) dan yang lainnya berupa fase mobil (fase gerak). Fase gerak
dialirkan menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan
komponen campuran, sedangkan fase gerak cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan
terikatnya suatu komponen pada fase diam dan perbedaan kelarutannya dalam fase
gerak, komponen-komponen suatu campuran dapat dipisahkan. komponen yang kurang
larut dalam fase gerak atau yang lebih kuat terserap atau terabsorpsi pada fase diam akan
tertinggal, sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang terserap akan bergerak lebih
cepat (Keenan, 1990).
Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena
kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh materi
murni dari suatu campuran, harus dilakukan pemisahan. Berbagai teknik pemisahan dapat
diterapkan untuk memisahkan campuran. Metode pemisahan kromatografi didasarkan
pada perbedaan distribusi molekul-molekul komponen di antara dua fase (fase gerak dan
fase diam) yang kepolarannya berbeda. Apabila molekul-molekul komponen berinteraksi
secara lemah dengan fase diam maka komponen tersebut akan bergerak lebih cepat
meninggalkan fase diam. Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada daya
interaksi komponen-komponen campuran dengan fase diam dan fase gerak. Apabila dua
atau lebih komponen memiliki daya interaksi dengan fase diam atau fase gerak yang
hampir sama maka komponen-komponen tersebut sulit dipisahkan (Khopkar, 1993).

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa


menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan.
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit,baik
penyerap maupun cuplikannya.KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa –
senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida–lipida dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas (Anwar, 1996).
KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis
fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi,
dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan
dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel
adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi–pereaksi yang lebih reaktif seperti
asam sulfat. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi
senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa
standar (Day & Underwood, 1997).
Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik
asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal.Oleh karena itu bilangan
Rf selalu lebih kecil dari 1,0 Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah
lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau
plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat
berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran
pelarut yang sesuai. Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan
gabungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi pigment tanaman yang
berwarna hijau dan kuning. Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam
pemisahan pewarna yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat
pewarna.Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis:Sebuah garis menggunakan pinsil
digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna
ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk
menunjukkan posisi awal dari tetesan (Sudjadi, 1988).
Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak
selayaknya kromatografi dibentuk.Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan
ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak
terlalu banyak.Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana
posisi bercak berada.Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah
kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi
ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh
pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan
pelarut.Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang
berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan
tampak sebagai perbedaan bercak warna. Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian
atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-
komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam.
Perhitungan nilai Rf (Sudjadi, 1988).
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi
komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini.
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-
komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase
diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat
komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal.
Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat
(Kurniawan, 1977).
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi
cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui
fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran.
Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda Proses
kromatografi juga digunakan dalam metode pemisahan komponen gula dari komponen
non gula dan abu dalam tetes menjadi fraksi-fraksi terpisah yang diakibatkan oleh
perbedaan adsorpsi, difusi dan eksklusi komponen gula dan non gula tersebut terhadap
adsorbent dan eluent yang digunakan (Kantasubrata, 1993).
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada
proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi
antara adsorbent dengan eluent sangat 2 menentukan terjadinya pemisahan komponen.
Oleh sebab itu pemisahan komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi
oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan
teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini
yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.
Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat
larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan
alumina (jel silika) (Kantasubrata, 1993).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
No Nama Kategori Gambar Fungsi
1. Pipa 1 Untuk
kapiler mentotolkan
sampel

2. Plat KLT 1 Untuk


identifikasi
senyawa

3. Kaca arloji 1 Untuk menutup


wadah yang
berisi eluen

4. Gelas 1 Wadah larutan


kimia

5. Pensil 1 Untuk sebagai


alat penanda
batas

6. Penggaris 1 Untuk
menggaris KLT
F. Hasil pengamatan dan perhitungan
Hasil Pengamatan

NO Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Membuat eluen dengan perbandingan:
- N heksan : etil asetat = 3 :
2
- N heksan : etil asetat = 1 :
4
- Etil asetat : methanol = 4 :
1
- Etil asetat : methanol = 2 :
3
- Etil asetat : methanol = 1 :
4
2. Memotong plat KLT dengan ukuran 2
X 6 cm dan memberikan garis batas
elusi dengan jarak 0,5 cm dari ujung
atas dan ujung bawah pada plat KLT
3. Mengencerkan ekstrak kental kunyit
dengan methanol
4. Menotolkan sampel pada plat KLT
disebelah kiri dan yang standar
disebelah kanan
5. Memasukkan plat ke dalam gelas
kimia yang berisi eluen yang telah
dijenuhkan
6. Mendiamkan dan mengamati proses Terjadi pemisahan senyawa kurkumin
elusi yang ditandai dengan adanya noda
yang bergerak dari sampel maupun
standar yang ditotolkan pada plat KLT
7. Menggambar noda pada KLT di bawah
sinar UV
8. Menghitung nilai Rf - Etil asetat : methanol = 2:3
= 0,8
- Etil asetat : methanol = 4:1
= 0,86
- N-heksan : etil asetat=
3:2= 0,64
- N- heksan : etil asetat= 1:4
= 0, 86
- Etil asetat : methanol = 1:4
= 0,86

- Perhitungan
1. Etil asetat : methanol 2:3
jarak noda 4 cm
Rf sampel = = = 0,8
jarak batas elusi 5 cm
4 ,6 cm
Rf standar= = 0, 92
5 cm

2. Etil asetat : methanol 4 : 1


4 ,3 cm
Rf sampel = = 0, 86
5 cm
4 ,6 cm
Rf standar = = 0, 92
5 cm

3. N- heksan : etil asetat 3 : 2


3 ,2 cm
Rf sampel = = 0, 64
5 cm
3 ,3 cm
Rf standar = = 0, 66
5 cm
4. N- heksan : etil asetat 1 : 4
4 ,3 cm
Rf sampel = = 0,86
5 cmi
4 , 4 cm
Rf standar = = 0, 88
5 cm

5. Etil asetat : methanol 1 : 4


4 ,3 cm
Rf sampel = = 0, 86
5 cm
4 ,5 cm
Rf standar = = 0,4
5 cm
G. Pembahasan
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-
komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang
merupakan fase stasioner (fase diam) dan yang lainnya berupa fase mobil (fase
gerak). Fase gerak dialirkan menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam
cenderung menahan komponen campuran, sedangkan fase gerak cenderung
menghanyutkannya. Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada fase diam dan
perbedaan kelarutannya dalam fase gerak, komponen-komponen suatu campuran
dapat dipisahkan. komponen yang kurang larut dalam fase gerak atau yang lebih kuat
terserap atau terabsorpsi pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang
lebih larut atau kurang terserap akan bergerak lebih cepat.
Dalam percobaan ini sampel yang digunakan adala kunyit. Pada kunyit
terdapat senyawa aktif yakni kurkumin. Dalam percobaan menggunakan 3
perbandingan pelarut yakni methanol, etil asetat, dan n-heksan. Perbandingan yang
digunakan ada 5 variasi yakni etil asetat : MeOH (2:3), etil asetat : MeOH (4:1), n-
heksan : etil asetat (3:2), n-heksan : etil asetat (1:4), etil easetat : MeOH (1:4).
Dalam perbandingan etil asetat:methanol (2:3) didapatkan hasil pada plat KLT
yakni sampel yang tebal dan larutan standar. Perbandingan ini nilai RF untuk sampel
yakni 0,8 dan untul larutan standar nilai RF 0,92. Kecepatan naiknya fasa gerak
dipengaruhi oleh pelrut yang bersifat lebih polar.

Gambar plat untuk perbandingan etil asetat:methanol (2:3)


Dalam perbandingan etil asetat : methanol (4:1) didapatkan hasil pada plat KLT
dengan harga RF untuk sampel 0,86 dan harga RF pada larutan standar 0,92. Fasa
gerak dalam perbandingan ini lebih ke polar, jadi dapat cepat naik keatas hingga
mencapai batas plat KLT.

Gambar plat untuk perbandingan etil asetat : methanol (4:1)


Dalam perbandingan n-heksan : etil asetat (3:2) didapatkan hasil pada plat KLT
dengan harga RF untuk sampel 0,64 dan harga RF untuk larutan standar 0,66. Fasa gerak
pada perbandingan ini bersifat non polar sehingga sampel berjalan lambat menaiki plat
KLT hingga mencapai batas atas KLT.

Gambar plat untuk perbandingan n-heksan:etil asetat (3:2)


Dalam perbandingan n-heksan: etil asetat (1:4) didapatkan hasil pada plat KLT
dengan harga RF untuk sampel 0,86 dan harga RF untuk larutan standar 0,88. Fasa gerak
dalam perbandingan ini bersifat sangat polar sehingga noda dapat naik dengan cepat ke
batas plat KLT.

Gambar plat KLT untuk perbandingan n-heksan:etil asetat (1:4)


Dan terakhir untuk perbandingan etil asetat : methanol (1:4) didapatkan hasil
pada plat KLT dengan harga RF untuk sampel 0,86 dan harga RF untuk larutan standar
0,9. Dalam percobaan fasa gerak bersifat sangat polar sehingga noda dapat naik dengan
cepat ke batas atas plat KLT.

Gambar plat KLT untuk perbandingan etil asetat : methanol (1:4)


Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik
asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal.Oleh karena itu bilangan
Rf selalu lebih kecil dari 1,0 Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah
lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau
plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat
berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran
pelarut yang sesuai. Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting
pada proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent).
Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat 2 menentukan terjadinya pemisahan
komponen.
H. Kesimpulan
Dalam percobaan ini menggunakan berbagai perbandingan didapatkan hasil
perbandingan yang baik digunakan yakni n-heksan : etil asetat ( 3:2) dengan harga RF
masing-masing adalah untuk sampel 0,64 dan untuk larutan standar 0,66.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar, chairil, dkk. 1996. Pengantar praktikum kimia organik. Yogyakarta


2. Day & Underwood. 1997. Analisa kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Erlangga. Jakarta
3. Handayani, Sri, dkk. 2005. Kromatografi lapis tipis untuk penentuan kadar
herperidin dalam kulit buah jeruk. Jurnal penelitian saintek, vol 10, no.1, April
2005: 53-68
4. Kantasubrata, J. 1993. Warta Kimia Analitik Edisi III. Situs Web Resmi Pusat
Penelitian Kimia LIPP
5. Keenan, 1990. Kimia Untuk Universitas. Erlangga. JakartA
6. Khopkar, S. M. 1993. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta
7. Kurniawan, Yahya. 2008. Pengaruh Jumlah Umpan Dan Laju Alir Eluen Pada
Pemisahan Sukrosa Dari Tetes Tebu Secara
Kromatografi. http://www.unej.ac.id/fakultas/mipa/jid/vol5no1/yahya.pdf
8. Sudjadi. 1988. Metode pemisahan. Kanisius. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai