Anda di halaman 1dari 6

Sumitro Hida

Pendidikan Kimia B
44141024

Resume
Kromatografi Kertas dan Kromatografi Lapis Tipis

A. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff
dan Schraiber. Adsorben dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai
peunjang fase diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan
terbentuklah kromatogram. Ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka.
Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan tinggi dan mudah untuk
memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.
1. Pengertian Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis  (KLT) adalah suatu metode analisis yang digunakan
untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan sederhana.
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat,
dengan menggunakan zat penjerap berupa serbuk halus yang dipaliskan serta rata pada
lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai “kolom kromatografi
terbuka” dan pemisahan dapat didasarkan pada penyerapan, pembagian atau
gabungannya, tergantung dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat
penyerap dan jenis pelarut.
2. Sejarah kromatografi Lapis Tipis
Tahun Peristiwa
1906 Michael Tswer (ahli botani Rusia) Memperkenalkan Kromatografi
N.A Ismailov dan M,S Shcraiber memperkenalkan teknik KLT,
1938
Meneteskan alkohol ke ekstrak tanaman medis pada lapisan kering.
1947 Digunakan lapis tipis yang disokong dengan kaca berpori
1956 Ditemukan metode fasa diam dan fasa gerak, KLT mulai berkembang.
KLT masih kalah dibanding GC, KLT mulai diperkenalkan kembali
1958
dan dilakukan penelitian lebih dalam selama 5 tahun
1965 Lebih dari 45.000 publikasi ilmiah menggunakan KLT
3. Prinsip Kromatografi Lapis Tipis
Prinsipnya didasarkan atas partisi dan adsorpsi. Zat penjerap merupakan fase
stasioner, berupa bubuk halus dibuat serba rata dan tipis diatas lempeng kaca. Fase diam
yang umum digunakan adalah silika gel, baik yang normal fase maupun reversed fase
Kromatografi lapis tipis dengan penyerap penukar ion dapat digunakan untuk
pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada kromatografi lapis tipis tidak
tetap, jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada kromatografi kertas. Oleh karena
itu pada lempeng yang sama di samping kromatogram zat yang di uji perlu dibuat
kromatogram zat pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda.
4. Cara Kerja Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisikokimia.  Lapisan yang
memisahkan, yang terdiri atas bahan  berbutir – butir (fase diam), ditempatkan pada
penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan
dipisah berupa larutan , ditotolkan berupa berupa bercak atau pita (awal).  Setelah plat
atau lapisan ditaruh didalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang
cocok.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi
dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini,
dalam gelas kimia biasanya ditempatkan kertas saring yang terbasahi oleh pelarut.
Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Pemisahan
terjadi selama perambatan kapiler. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan,
komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada
kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
Untuk campuran yang tidak diketahui, lapisan pemisah (sifat penjerap) dan  
sistem larutan pengembang harus dipilih dengan tepat karena keduanya bekerjasama
untuk mencapai pemisahan.  Selain itu hal yang juga penting adalah memilih kondisi
kerja yang optimum yang meliputi sifat pengembangan, jarak pengembangan , atmosfer
bejana  dan lain- lain. Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya
dinyatakan dengan angka Rf atau hRf.
                                
                                 Rf     =  Jarak titik pusat bercak dari titik awal
                                                Jarak garis depan dari titik awal

Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. hRf  adalah
angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0 – 100. Jika keadaan luar
misalnya sifat penjerap yang agak menyimpang, menghasilkan kromatogram yang agak
menyimpang, menghasilkan kromatogram yang secara umum menunjukkan angka Rf lebih
rendah atau lebih tinggi, maka sistem pelarut harus diganti dengan yang lebih sesuai. Jika angka
hRf lebih tinggi dari hRf yang dinyatakan, kepolaran pelarut harus dikurangi, jika hRf lebih
rendah maka komponen polar pelarut harus dinaikkan.
Sifat – sifat umum dari penyerap -  penyerap untuk kromatografi lapis tipis yaitu besar
partikel dan homogenitasnya, karena adhesi terhadap penyokong sangat tergantung pada mereka.
Besar partikel yang biasa digunakan adalah 1 – 25 mikron . Partikel yang butirannya sangat kasar
tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu alasan untuk menaikkan hasil
pemisahan adalah menggunakan penyerap yang butirannya halus. Kebanyakan penyerap yang
digunakan adalah silika gel. Silika gel yang digunakan kebanyakan diberi pengikat yang
dimaksudkan untuk memberi kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi pada gelas
penyokong. Pengikat yang digunakan kebanyakan kalsium sulfat. Tetapi biasanya dalam
perdagangan silika gel telah diberi pengikat. Jadi tidak perlu mencampur sendiri dan diberi nama
dengan kode silika gel G
Bahan adsorben sebagai fasa diam digunakan silica gel, alumina, dan serbuk selulosa.
Partikel silica gel mengandung gugus hidroksil di permukaannya yang akan membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul -molekul polar. Alumina lebih disukai untuk memisahkan senyawa
-senyawa polar lemah, sedangkan silica gel lebih disukai untuk memisahkan molekul-molekul
seperti asam-asam amino dan gula. Magnesium silikat, kalsium silikat, dan arang aktif mungkin
juga dapat digunakan sebagai adsorben.
Zat yang paling umum digunakan sebagai adsorben adalah alumina, silica gel, dan bubuk
silica. Zat - zat tersebut dibuat bubuk tepung yang selanjutnya tersebar di atas lempeng dan
dibuat sedemikian rupa hingga ketebalannya merata. Kadang - kadang suatu pengikat, misalnya
plaster parte ditambahkan untuk menambah daya lekat zat tersebut. Setelah kering, selanjutnay
diaktivasi dengan pemanasan dalam oven pada temperature 110 oC selama beberapa jam. Cara
kerjanya sama dengan kromatografi kertas. Deteksi terhadap noda timbul kadang-kadang lebih
mudah dibandingkan kromatografi kertas karena dapat dipakai cara-cara yang lebih umum.
Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom
oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon
berlekatan pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-
Si.
Eluen pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan susunan
tertentu. Pelarut - pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang tinggi. Terdapatnya
sejumlah kecil air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan kromatogram yang tidak
diharapkan.
          Analisis dengan KLT dapat digunakan untuk mengidentifikasi simplisia yang kelompok
kandungan kimianya telah diketahui. Kelompok kandungan kimia tersebut antara lain :
1)        Alkaloid
2)        Antraglikosida
3)        Arbutin
4)        Glikosida Jantung
5)        Zat pahit
6)        Flavonoid
7)        Saponin
8)        Minyak atsiri
9)        Kumarin dan asam fenol karboksilat
10)    Valepotriat
5. Pereaksi penampak
Pereaksi penampak adalah larutan pereaksi yang digunakan untuk menyemprot lempeng KLT
agar bercak yang terjadi dapat jelas terlihat.
a)         Anisaldehid-asam sulfat P
Untuk mengamati minyak atsiri, saponin, zat pedas dan lain-lain.
b)        Dragendroof
Untuk mengamati alkaloid.
c)         Antimon (III) klorida
Untuk mengamati glikosida jantung, saponin.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam KLT :
a)         Lempeng yang akan digunakan harus diaktifkan terlebih dahulu agar pada proses elusi lempeng
silica gel dapat menyerap dan berikatan dengan sampel. Pengaktifan lempeng dilakukan dalam
oven pada suhu 1100C selama 30 menit.
b)        Chamber harus dijenuhkan untuk menghilangkan uap air atau gas lain yang mengisi fase
penjerap yang akan menghalangi laju eluen.
c)         Pada saat penotolan, hendaknya sampel jangan terlalu pekat sebab pemisahannya akan sulit
sehingga didapat noda berekor.
d)        Penotolan harus tepat sehingga didapatkan jumlah noda yang baik.
e)         Eluen yang digunakan harus murni sehingga tidak menghasilkan noda lain.

6. Noda Pada Kromatografi Lapis Tipis


Mekanisme panampakan noda pada UV yaitu suatu molekul yang mengabsorbsi cahaya
ultraviolet akan mencapai suatu keadaan tereksitasi dan kemudian memancarkan cahaya
ultraviolet atau cahaya tampak pada waktu kembali ke  tingkat dasar (emisi), emisi inilah yang
digambarkan sebagai fluoresensi.
Prinsip pemisahan noda adalah berdasarkan kepolarannya sehingga menghasilkan
kecepatan yang berbeda - beda saat terpartisi dan terjadilah pemisahan. Untuk memisahkan noda
dengan sebaik-baiknya maka digunakan kombinasi eluen non polar dengan polar. Apabila noda
yang diperoleh terlalu tinggi, maka kecepatannya dapat dikurangi dengan mengurangi kepolaran.
Namun apabila nodanya lambat bergerak atau hanya ditempat, maka kepolaran dapat ditambah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatrografi lapis tipis yang juga
mempengaruhi harga Rf :
a.    Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
b.    Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya.
c.    Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
d.   Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak
e.    Derajat kejenuhan dari uap dalam mana bejana pengembangan yang digunakan
f.     Teknik percobaan, Arah dalam mana pelarut bergerak di atas plat.
g.    Jumlah cupilkan yang digunakan, Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan.
h.    Suhu, Pemisahan-pemisahan sebaiknya dilakukan pada suhu tetap,
i.      Kesetimbangan, Ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam
kromatografi, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut.

Noda-noda yang diperoleh biasanya berekor disebabkan karena :


      Penotolan yang berulang-ulang dan letaknya tidak tepat
      Kandungan senyawa yang terlalu asam atau basa
      Lempeng yang tidak rata

7. Kelebihan dan Manfaat Kromatografi Lapis Tipis


a.       Kelebihan Kromatografi Lapis Tipis
Kelebihan penggunaan kromatografi lapis tipis yaitu :
      lebih cepat dan lebih reproducible dari kromatografi kertas,
      untuk menyempurnakan pemisahan,
      lempeng dapat dibuat dengan campuran adsorben yaitu campuran homogen dari beberapa
adsorben, satu lempeng dilapisi dengan adsorben yang berbeda-beda, satu lempeng dilapisi
dengan campuran dua adsorben dengan konsentrasi bervariasi dari 0 % ke 100 % untuk adsorben
yang satu dari ujung lempeng yang satu ke ujung lempeng yang lain dan sebaliknya,
      area dari bercak lebih kompak dan jenis spray-reagents lebih banyak termasuk yang bersifat
korosif dapat digunakan bila adsorben bukan selulosa.

b.         Manfaat Kromatografi Lapis Tipis


Adapun manfaat dari Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yaitu :
      Pemeriksaan kualitatif dan kemurnian senyawa obat.
      Pemeriksaan simplisia hewan dan tanaman.
      Pemeriksaan komposisi dan komponen aktif sediaan obat.
      Penentuan kualitatif masing-masing senyawa aktif campuran senyawa obat.

Anda mungkin juga menyukai