Pendidikan Kimia B
44141024
Resume
Kromatografi Kertas dan Kromatografi Lapis Tipis
Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. hRf adalah
angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0 – 100. Jika keadaan luar
misalnya sifat penjerap yang agak menyimpang, menghasilkan kromatogram yang agak
menyimpang, menghasilkan kromatogram yang secara umum menunjukkan angka Rf lebih
rendah atau lebih tinggi, maka sistem pelarut harus diganti dengan yang lebih sesuai. Jika angka
hRf lebih tinggi dari hRf yang dinyatakan, kepolaran pelarut harus dikurangi, jika hRf lebih
rendah maka komponen polar pelarut harus dinaikkan.
Sifat – sifat umum dari penyerap - penyerap untuk kromatografi lapis tipis yaitu besar
partikel dan homogenitasnya, karena adhesi terhadap penyokong sangat tergantung pada mereka.
Besar partikel yang biasa digunakan adalah 1 – 25 mikron . Partikel yang butirannya sangat kasar
tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu alasan untuk menaikkan hasil
pemisahan adalah menggunakan penyerap yang butirannya halus. Kebanyakan penyerap yang
digunakan adalah silika gel. Silika gel yang digunakan kebanyakan diberi pengikat yang
dimaksudkan untuk memberi kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi pada gelas
penyokong. Pengikat yang digunakan kebanyakan kalsium sulfat. Tetapi biasanya dalam
perdagangan silika gel telah diberi pengikat. Jadi tidak perlu mencampur sendiri dan diberi nama
dengan kode silika gel G
Bahan adsorben sebagai fasa diam digunakan silica gel, alumina, dan serbuk selulosa.
Partikel silica gel mengandung gugus hidroksil di permukaannya yang akan membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul -molekul polar. Alumina lebih disukai untuk memisahkan senyawa
-senyawa polar lemah, sedangkan silica gel lebih disukai untuk memisahkan molekul-molekul
seperti asam-asam amino dan gula. Magnesium silikat, kalsium silikat, dan arang aktif mungkin
juga dapat digunakan sebagai adsorben.
Zat yang paling umum digunakan sebagai adsorben adalah alumina, silica gel, dan bubuk
silica. Zat - zat tersebut dibuat bubuk tepung yang selanjutnya tersebar di atas lempeng dan
dibuat sedemikian rupa hingga ketebalannya merata. Kadang - kadang suatu pengikat, misalnya
plaster parte ditambahkan untuk menambah daya lekat zat tersebut. Setelah kering, selanjutnay
diaktivasi dengan pemanasan dalam oven pada temperature 110 oC selama beberapa jam. Cara
kerjanya sama dengan kromatografi kertas. Deteksi terhadap noda timbul kadang-kadang lebih
mudah dibandingkan kromatografi kertas karena dapat dipakai cara-cara yang lebih umum.
Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom
oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon
berlekatan pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-
Si.
Eluen pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan susunan
tertentu. Pelarut - pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang tinggi. Terdapatnya
sejumlah kecil air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan kromatogram yang tidak
diharapkan.
Analisis dengan KLT dapat digunakan untuk mengidentifikasi simplisia yang kelompok
kandungan kimianya telah diketahui. Kelompok kandungan kimia tersebut antara lain :
1) Alkaloid
2) Antraglikosida
3) Arbutin
4) Glikosida Jantung
5) Zat pahit
6) Flavonoid
7) Saponin
8) Minyak atsiri
9) Kumarin dan asam fenol karboksilat
10) Valepotriat
5. Pereaksi penampak
Pereaksi penampak adalah larutan pereaksi yang digunakan untuk menyemprot lempeng KLT
agar bercak yang terjadi dapat jelas terlihat.
a) Anisaldehid-asam sulfat P
Untuk mengamati minyak atsiri, saponin, zat pedas dan lain-lain.
b) Dragendroof
Untuk mengamati alkaloid.
c) Antimon (III) klorida
Untuk mengamati glikosida jantung, saponin.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam KLT :
a) Lempeng yang akan digunakan harus diaktifkan terlebih dahulu agar pada proses elusi lempeng
silica gel dapat menyerap dan berikatan dengan sampel. Pengaktifan lempeng dilakukan dalam
oven pada suhu 1100C selama 30 menit.
b) Chamber harus dijenuhkan untuk menghilangkan uap air atau gas lain yang mengisi fase
penjerap yang akan menghalangi laju eluen.
c) Pada saat penotolan, hendaknya sampel jangan terlalu pekat sebab pemisahannya akan sulit
sehingga didapat noda berekor.
d) Penotolan harus tepat sehingga didapatkan jumlah noda yang baik.
e) Eluen yang digunakan harus murni sehingga tidak menghasilkan noda lain.