Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN PUSTAKA

Fragrance

Menurut WINARTO et al. (2012) Parfum atau minyak wangi adalah


campuran bahan kimia yang digunakan untuk memberikan bau wangi untuk tubuh
manusia, objek, binatang atau ruangan. Wewangian modern dimulai pada akhir
abad ke-19 dengan sintesis komersial senyawa aroma seperti vanili atau kumarin,
yang memungkinkan untuk membuat parfum dengan bau yang sebelumnya belum
dikenal dengan hanya menggunakan bahan senyawa aromatik alami.
Menurut ROWE (2005), bibit wewangian (fragrance) adalah campuran
dari bahan-bahan kimia yang memiliki karakteristiknya sendiri. Bibit wewangian
dipilih tergantung peruntukannya. Pengembangan bibit wewangian dilakukan
untuk evaluasi produk karena bibit wewangian dapat menguap hingga menembus
tutup botol. Karakteristik bibit wewangian akan berubah selama menguap, namun
bibit wewangian ini akan menahan secara konsisten setiap perubahan-perubahan
yang signifikan.
Reaksi antara bibit wewangian dapat menyebabkan perubahan warna
biasanya menghasilkan warna yang lebih gelap (BHAGAT et al., 2012). Menurut
CALKIN & JELLINEK (1994), bahan baku yang digunakan dalam wewangian
dibagi secara tradisional, sesuai dengan asal usulnya yaitu alami dan sintetis.
ROWE (2005) mengemukakan bahwa banyak bibit wewangian modern yang
mengandung bahan-bahan kimia aroma sintesis, sehingga larut sempurna dalam
alcohol.

Klasifikasi Fragrance

Fragrance dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu:


1. Fragrance alami yang didestilasi atau diekstraksi dari tumbuhan dan
organ/kelenjar binatang.
2. Fragrance sintetik merupakan duplikasi dari fragrance alami.
3. Fragrance inovatif merupakan variasi antara fragrance alami dengan tambahan
zat-zat yang memiliki sifat unik.

2
3

Fragrance yang dihasilkan dari sumber alami memiliki keterbatasan dari


segi kelimpahan dan ragam baunya. Parfum yang beredar saat ini dari ratusan
komposisi sintetik dengan performa seperti parfum dari bahan alami (CALKIN &
JELLINEK, 1994).

Kegunaan Fragrance

Fragrance sering digunakan sebagai parfum, namun juga bisa ditambahkan


pada produk-produk lain seperti bedak, shampoo, detergen, sabun mandi, hair
spray, penyegar udara untuk ruangan, deodorant, krim pelembut, dan pembersih
wajah. Kandungan fragrance untuk produk-produk ini sekitar (0,5-5,0)%.
Komposisi zat-zat di dalam parfum pada umumnya adalah etil alcohol (50-
90)%,akuades (5-20)%, dan fragrance (10-30)%. Berdasarkan kuantitas fragrance
maka dikenal istilah-istilah:
1. Perfume yaitu campuran dengan komposisi fragrance yang besar (hampir murni
fragrance). Minyak essensialnya terhambur ketika bersentuhan dengan kulit dan
membebaskan bau.
2. Eau de perfume yaitu campuran dengan kandungan fragrance tidak sebesar
seperti pada parfume, tetapi masih kuat dibandingka dengan eau de toilette.
3. Eau de toilette yaitu wewangian ringan, lebih lembut, dan mengandung jumlah
fragrance yang lebih rendah daripada eau de parfume.
4. Cologne yaitu campuran dengan komposisi alcohol yang tinggi sehingga
terkesan bau fragrance dengan kesan santai. Jenis ini paling populer dan
ekonomis.
5. Eau fraiche yaitu kandungan fragrance yang sangat sedikit (sangat ringan),
digunakan dengan cara menyemprotkan pada kulit setelah mandi.
4

Uji Stabilitas

Stabilitas di definisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan


dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan,
dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat.
Faktor lingkungan seperti suhu (temperatur), radiasi, cahaya, udara (terutama
oksigen, karbondioksida dan uap air) dan kelembaban dapat mempengaruhi
stabilitas (HERMAN, 2002).
Uji stabilitas merupakan sebuah uji yang dilakukan untuk mengetahui
kestabilan suatu produk sehingga dapat diketahui masa simpan (expired date) dari
produk tersebut. Hal-hal yang harus diperhatikan kestabilannya, yaitu aroma,
warna, densitas, indeks bias, specific gravity (SG), pengemasan maupun pelabelan.
Uji stabilitas dilakukan pada suhu kamar dan pada suhu percepatan. Berdasarkaan
perkiraan kasar, suhu uji stabilitas dengan kenaikan suhu dua kali lipat untuk setiap
10ºC yaitu suhu kamar menjadi 25ºC yang diuji stabilitas selama tiga bulan akan
setara dengan satu tahun di 45ºC atau satu bulan di 50ºC (suhu uji percepatan).
Walaupun Penggunaan suhu 50ºC bisa saja menyebabkan terjadinya reaksi pada
bahan penyusun fragrance (HERMAN, 2002).
Fragrance yang telah melewati uji stabilitas dengan suhu 50ºC merupakan
produk yang cukup stabil sehingga baik untuk dipasarkan, walaupun produk yang
tidak lolos ujipun masih mungkin dapat dipasarkan. Selain dengan penggunaan
suhu 25ºC untuk suhu kamar dan suhu 50ºC untuk suhu percepatan ada juga
pengujian yang dilakukan dengan suhu rendah (HERMAN, 2002).

Bahan Baku Fragrance

Menurut CALKIN & JELLINEK (1994) bahan baku yang digunakan


dalam industri parfum berdasarkan sumbernya terbagi menjadi dua yaitu alami dan
sintesis. Sediaan bahan baku alami sangat jarang, sehingga dibuatlah bahan baku
dengan cara sintetis.
5

Bahan baku dalam industry parfum merupakan setiap zat diperoleh dengan
sintesis kimia atau berasal dari sumber alami yang sengaja ditambahkan dalam
pewangi pada konsentrasi lebih dari 0,01% b/b. Penambahan bahan baku tertentu
dapat memberikan aroma khas. Bahan baku pewangi termasuk bahan kimia aroma
dan komponen minyak atsiri.

Bahan Baku Alami Fragrance

Bahan baku alami merupakan campuran yang kompleks dan beberapa


mengandung lilin yang tidak larut dalam alkohol. Jumlah air pada komposisi
parfum berguna untuk mengurangi bau yang kuat, sehingga dapat menurunkan
harga produk.
Bahan alami diperoleh dari sumber alami dengn penerapan teknik
pemisahan fisik seperti distilasi dan ekstraksi. Bahan baku alami telah digunakan
selama ribuan tahun sebagai bahan baku wewangian (fragrance). Sumber bahan
wewangian dapat berasal dari tanaman, bunga, buah, biji, daun, kayu, akar, dan
resin (CALKIN & JELLINEK, 1994).

Bahan Baku Sintetis Fragrance

Bahan baku sintetis adalah bahan yang mudah menguap dan diperoleh dari
proses fisik antara bahan tanaman melalui distilasi yang memodifikasi bahan baku
alami (ARCTANDER, 1960). Menurut CALKIN & JELLINEK (1994),
beberapa senyawa parfum dapat mengalami oksidasi sehingga menyebabkan bahan
baku alami pada parfum akan memburuk saat terpapar di udara.

Metil Sinamat

Metil sinamat merupakan metil ester dari asam sinamat. Metil sinamat
memiliki karakteristik berupa padatan crystal tidak berwarna atau putih, memiliki
bau seperti buah stroberi dan sedikit berbau balsamic. Metil sinamat sangat larut
6

dalam alkohol, eter; larut dalam minyak, gliserin, propilen glikol, pelarut oksigen;
tidak larut dalam air. Massa molekul 162,20 g/mol; densitas 1,042 (36° C); titik
leleh 33,4° C; titik didih 263° C; titik nyala >212° F.
Metil sinamat digunakan untuk pewangi pada kosmetik, pewangi pada
sabun, parfum, sebagai pemberi rasa buatan pada makanan dan obat-obatan, dan
penambah rasa untuh bahan makanan. Metil sinamat dapat disimpan 12 bulan
apabila disimpan pada suhu 40-70° F di dalam wadah asli yang tertutup rapat
dengan headspace minimum. Hindari kontak yang terlalu lama dengan cahaya,
panas, dingin, dan udara (MICHAEL & IRENE, 2006)

Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik merupakan cara pengujian menggunakan indera


manusia sebagai alat utama menilai produk. Penilaian menggunakan alat indera ini
meliputi spesifikasi mutu kenampakan, bau, rasa, dan konsistensi struktur, tekstur
serta beberapa faktor lain yang diperlukan untuk menilai produk tersebut.
Pengujian organoleptik/sensori ini mempunyai peran yang penting sebagai
pendeteksi awal dalam menilai mutu untuk mengetahui penyimpangan dan
perubahan dalam produk. Pelaksanaan uji organoleptik/sensori dapat dilakukan
dengan cepat dan langsung, serta terkadang penilaian ini dapat memberikan hasil
penelitian yang sangat teliti. Dalam beberapa hal penilaian dengan indera bahkan
melebihi ketelitian alat yang paling sensitif. Oleh karena sifat pengujiannya yang
subjektif, maka diperlukan suatu standar dalam melakukan penilaian
organoleptik/sensori (BADAN STANDARISASI NASIONAL, 2006).

Pengamatan Warna

Sifat penglihatan atau penampakan dari sebuah produk merupakan sifat


pertama yang diamati oleh konsumen, sedangkan sifat lain akan dinilai kemudian.
Warna termasuk dalam kenampakan. Oleh sebab itu, warna merupakan salah satu
unsur kualitas sensoris yang penting.
7

Menurut BADAN STANDARISASI NASIONAL (2006), prinsip


penentuan warna yaitu metode didasarkan pada pengamatan visual dengan
menggunakan indera penglihatan langsung. Peralatan yang digunakan yaitu tabung
reaksi kapasitas (15 atau 20) mL, pipet skala kapasitas 10 mL, karton berwarna
putih ukuran 20 cm × 30 cm. Prosedur penentuan warna yaitu pipet 10 mL contoh,
kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi contoh disandarkan pada
karton berwarna putih. Warnanya diamati dengan mata langsung, jarak
pengamatan antara mata dan contoh yaitu 30 cm. Penyajian hasil uji dinyatakan
sesuai dengan warna contoh yang diamati.

Pengujian Deskripsi Bau

Industri fragrance yang menghasilkan bahan-bahan dengan kegunaan yang


sesuai baik rasa maupun aroma. Aspek kualitas dari sifat-sifat organoleptik pada
bahan-bahan baik spesifikasi kemurnian, densitas, indeks bias harus benar-benar
tepat. Pengujian untuk penilaian bau dari produk-produk fragrances perlu
dilakukan. Penilaian dilakukan oleh seseorang yang terlatih, biasanya dengan
aroma bahan diujung botol atau dapat juga menggunakan teknik headspace yaitu
kejenuhan udara diatas produknya yang seringkali menjadi kesan awal pelanggan
terhadap produk (ROWE, 2005).
Menurut BADAN STANDARISASI NASIONAL (2006), uji deskripsi
(descriptive test) merupakan metode uji yang digunakan untuk mengidentifikasi
spesifikasi organoleptik suatu produk dalam bentuk uraian pada lembar penilaian.
Menurut MULIATI (2006), analisis kualitatif dilakukan dengan teknik in-depth
interview, masing-masing panelis mendeskripsikan sampel dipandu dengan
moderator, dan dengan teknik focus group yang berbentuk kelompok diskusi untuk
mendeskripsikan atribut-atribut yang terdapat dalam sampel sesuai kesepakatan
bersama. Teknik ini dipandu oleh moderator (panel leader). Setiap panelis
membaui setiap sampel dengan bottle technique dan dilakukan simplo.
8

Menurut BADAN STANDARISASI NASIONAL (2006), panelis adalah


orang yang bertugas menilai spesifikasi mutu produk secara subjektif. Panelis
standar adalah orang yang mempunyai kemampuan dan kepekaan tinggi terhadap
spesifikasi mutu produk serta mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang
cara-cara menilai organoleptik/sensori dan lulus seleksi pembentukan panelis
standar.
Menurut SETYANINGSIH et al. (2010), panelis terbatas terdiri dari (3
smpai 5) orang yang mempunyai kepekaan tinggi sehingga bias dapat lebih
dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor dalam penilaian
organoleptik dan dapat mengetahui cara pengolahan dan pengaruh bahan baku
terhadap hasil akhir. Keputusan diambil setelah berdiskusi diantara anggota-
anggotanya.

Hubungan Top Note, Middle Note, dan Bottom Note

Menurut ARTENDER (1969) Top note adalah catatan bau pertama yang
nampak jelas saat kesan pertama dari uji bau. Top note sejati dari minyak essensial
dapat ditutupi oleh “still-odors” (tertahan aromanya) yang termasuk catatan yang
tidak diinginkan. Keharuman cenderung lebih keras dan cepat menguap.
Keutamaan dan karakteristik semua jenis bau dari minyak dalam strip berbau
disebut middle note. Middle note memiliki bau yang lebih lama dari pada top note,
namun kurang khasnya bau dari minyak, dan lebih mudah untuk bereproduksi di
tempat kerja. Umumnya mengandung aroma bunga dan herbal seperti mawar dan
lavender.
Dry out sama pentingnya dengan top note dalam evaluasi minyak. Dry out
akan muncul setelah satu jam, beberapa jam, bahkan sampai hari berikutnya. Dry
out sering mengungkapkan pencampuran dari minyak essensial dan harus dipelajari
baunya berulang kali dan hati-hati. Dry out menunjukkan keuletan bahan parfum
dalam hal lamanya keharuman.
9

Klasifikasi Bau pada Fragrance

Klasifikasi bau pada fragrance yaitu salah satunya keluarga floral.


Keluarga floral dengan catatan muguet pada produk klasik yang salah satunya yaitu
cyclamen aldehyde. Senyawa aromatik dari keluarga ini sangat fresh. Cyclamen
aldehyde termasuk dalam subgroup Lily of the Valley. Kunci bahan kimia
mengandung bunga alami dari Lily of the valley (muguet) adalah bukan aldehida
tetapi alcohol (KOZLOWSKI et al. 20019)

Kromatografi

Kromatografi adalah teknik pemisahan komponen-komponen dari


campuran berdasarkan perbedaan laju migrasi yang disebabkan oleh koefisien
partisi atau koefisien distribusi dari masing-masing komponen diantara dua fasa
yaitu fasa diam dan fasa gerak (DAY & UNDERWOOD, 2002).

Prinsip Kerja

Teknik pemisahan setiap komponen dalam campuran mempunyai interaksi


yang berbeda terhadap lingkungannya dibandingkan dengan komponen lain pada
kondisi yang sama. Setiap komponen ditahan oleh suatu fase tetap berdasarkan
pada perbedaan keseimbangan distribusi komponen antara 2 fase yaitu fase tetap
dan fase gerak yang tidak saling bercampur. Pemisahan terjadi karena kecepatan
migrasi sebagai hasil dari perbedaan keseimbangan (DARMAJI, 2002).

Kromatografi gas

Kromatografi gas merupakan metode analisis yang berkembang pesat


karena metode pemisahannya dapat langsung digunakan menganalisis baik secara
kualitatif maupun kuantitatif berkesinambungan. Prinsip dasar kromatografi gas
adalah memisahkan komponen dari campurannya berdasarkan laju migrasi dari
masingmasing komponen di kolom pemisah.
10

Analisis kromatografi gas pada umumnya digunakan untuk menganalisis


senyawa-senyawa organik yang bersifat mudah menguap (volatil) atau senyawa
yang dapat diuapkan setinggi-tingginya pada suhu 350° C. Senyawa-senyawa yang
mudah terdegradasi oleh panas (contohnya vitamin dan enzim) serta sentawa-
senyawa yang menguap dengan titik didih >350° C (contohnya gula dan lemak)
tidak lazim dianalisis menggunakan kromatografi gas. Pada senyawa-senyawa
yang mudah terdegradasi oleh panas dapat dianalisis dengan menggunakan
kromatografi gas dengan cara derivatisasi (perubahan struktur molekul) yaitu
senyawa contoh diubah dengan mereaksikannya dengan pereaksi tertentu sehingga
diperoleh hasil reaksi yang sifatnya dapat dianalisis dengan menggunakan
kromatografi gas.

Gambar 1. Kromatografi Gas

Kondisi contoh yang ideal pada pengujian secara kromatografi gas yaitu
harus mudah menguap dan tidak mengalami peruraian bentuk atau reaksi kimia,
dan harus bergerak cepat bergerak kedalam kolom. Dalam kromatografi gas, fase
gerak adalah gas inert dan fase diam adalah zat padat atau zat cair yang diatur cukup
padat didalam kolom. Intrumentasi kromatografi gas meliputi gas pembawa,
injector port, kolom, oven, detektor, dan rekorder (GRITTER et apl. 1991).
Masing-masing bagian dijelaskan sebagai berikut:
1. Gas Pembawa
Jenis gas pembawa yang umum digunakan harus memiliki kriteria antara
lain :
a. Inert, untuk mencegah interaksi dengan cuplikan yang dianalisis, fase diam
maupun komponen-komponen yang dilewati fase gerak.
b. Memiliki kemurnian yang tinggi
11

c. Mudah didapat
d. Sesuai dengan jenis cuplikan yang dianalisis dan jenis detektor yang
digunakan.
2. Injector Port
Injector port merupakan tempat penyuntikan sampel, baik untuk contoh
yang berupa cairan maupun padatan sedangkan contoh yang berupa padatan,
pada bagian ini ditambahkan alat piroliser yang dapat mempirolisis bagian padat
menjadi gas. Sampel padat diinjeksikan menggunakan mikrosyiringe masuk ke
injektor lalu dipanaskan sebagai gas.
Ada dua jenis tipe injektor untuk cairan, yaitu:
a. On-Coloum Injectoin Port
Sampel dalam mikrosyiringe diinjeksikan melalui karet sintetik/polimer yang
mempunyai elastisitas yang sangat tinggi. Injektor tipe ini tidak memerlukan
pemanasan tinggi dan sampel cair bisa langsung masuk kedalam kolom.
Kelemahan tipe injektor ini sering terjadi bloking pada ujung kolom sehingga
menyumbat aliran gas pembawa.
b. Flash Vaporizer Injection Port
Pada tipe injektor ini tidak akan terjadi bloking pada kolom serta bisa
digunakan untuk senyawa-senyawa campuran dengan titik didih tinggi. Pada
tipe ini terpasang flash vaporizer diantara septum dan kolom. Ujung syringe
hanya masuk pada bagian flash vaporizer dan tidak mengenai kolom sehingga
tidak terjadi bloking kolom. Jika ada faktor-faktor pengotor yang dapat
menyambut kolom maka pengotor-pengotor tersebut akan jatuh pada flash
vaporizer sehingga flash vaporozer harus dibersihkan dengan pelarut organik,
kemudian dingin-anginkan sampai kering dan bisa dipasang kembali.
3. Kolom dan Oven
Kolom merupakan bagian yang sangat penting dalam kromatografi gas
sebab proses pemisahan komponen-komponen sampel terjadi di dalam kolom
(berdasarkan perbedaan afinitas). Pipa kolom dapat terbuat dari tembaga, baja
nirkarat, alumunium dan kaca yang berbentuk lurus, lengkung, dan melingkar.
Secara umum kolom pada kromatografi gas dibagi menjadi dua jenis, yaitu
kolom kemas (packed column) dan kolom kapiler (capillary column).
12

Kolom kemas terdiri atas fase cair (sekurang-kurangnya pada suhu


kromatografi) yang tersebar pada permukaan penyangga yang lembam, yang
terdapat dalam tabung yang nisbi besar (diameter dalam 1-3 mm). Fase diam
dapat hanya dilapiskan saja pada penyangga yang menghasilkan fase terikat.
Kolom kapiler jauh lebih kecil (diameter di dalam 0,002-0,2 mm) dan dinding
kapiler bertindak sebagai penyangga lembam untuk fase diam cair. Fase ini
dilapiskan pada dinding kolom dan bahkan dapat dicampur dengan sedikit
penyangga lembam yang sangat halus untuk memperbesar luas permukaan.

4. Kolom
Detektor merupakan alat yang berfungsi untuk mendeteksi senyawa
keluaran dari kolom. Detektor harus mampu mendeteksi senyawa lalu dapat
mengubah senyawa-senyawa tersebut menjadi dapat diukur. Oleh karena itu,
detektor yang ideal dalam kromatografi gas adalah :
a. Sensitif (small dead volume)
Cepat merespon cuplikan gas sekalipun dengan kuantitas yang sangat kecil.
b. Stabil
Detektor dapat merespon secara konstan sekalipun bekerja pada suhu 50400 °C.
c. Mempunyai reproduksibiliti yang baik.
d. Mempunyai respon linier terhadap cuplikan dengan kepeatan yang berbeda.
e. Mudah digunakan semua detektor harus bekerja secara elektrolit (tidak
mekanik) karena jumlah cuplikan yang masuk ke detektor sangat kecil. Terdapat
lima jenis detektor yang lazim digunakan dalam kromatografi gas, antara lain:
a. Thermal Conductivity Detector (TCD)
Thermal Conductivity Detector atau detektor daya hantar panas merupakan
detektor yang pertama kali digunakan pada kromatografi gas dan merupakan
detektor umum (dapat digunakan untuk senyawa-senyawa organik dan sedikit
anorganik).
b. Flame Ionization Detector (FID)
Flame Ionization detector merupakan detektor universal seperti detektor
TCD, namun lebih sensitif dan bersifat destruktif (merusak contoh).

Anda mungkin juga menyukai